tidak berimbang kedudukan konsumen dalam perjanjian jual beli tenaga listrik dan hambatan-hambatan yang timbul dalam pelaksanaan perlindungan hukum
konsumen PT. PLN Persero di Semarang adalah karena adanya faktor yuridis yaitu ketidakseimbangan posisi para pihak dimana dalam perjanjian jual beli
tanaga listrik konsumen sebagai pihak yang lemah dan hambatan teknis yaitu peralatan kelistrikan yang dimiliki PT. PLN Persero masih kurang memadai.
Apabila disimak kedua hasil penelitian tersebut tidak dijumpai penelitian yang sama dengan penelitian ini. Selain itu, penelitian ini mengambil
permasalahan yang berbeda dari ketiga penelitian tersebut di atas, yang artinya penelitian ini mengangkat sebuah topik permasalahan dengan mengupas sisi lain
dari suatu objek penelitian yang memang belum tereksplorasi, sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.
1.5. TujuanPenelitian
Berdasarkanpermasalahantersebut di
atas, makatujuan
yang hendakdicapaidalampenelitianiniadalah :
1.5.1 Tujuanumum.
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk : 1.
Mengetahui tanggungjawabPT. PLN Persero Area Bali Selatanbilamana tidakmemberikan informasi mengenai pemotongan besarantenagalistrik
yang tidaksesuaidengan nominal harga token yang merugikankonsumen.
2. Mengetahui usaha penyelesaian sengketa kerugian konsumen terhadap
pemotongan sepihak besarantenaga listrik olehPT. PLN Persero Area Bali Selatan.
1.5.2 Tujuankhusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :
1. MemahamitanggungjawabPT. PLN Persero Area Bali Selatan bilamana
tidakmemberikan informasi mengenai pemotongan besarantenagalistrik yang tidaksesuaidengan nominal harga token yang merugikankonsumen.
2. Memahami usaha penyelesaian sengketa kerugian konsumen terhadap
pemotongan sepihak besarantenaga listrik olehPT. PLN Persero Area Bali Selatan.
1.6. Manfaat Penelitian
Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, seperti yang dijabarkan lebih lanjut sebagai
berikut:
1.6.1.Manfaat teoritis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam ilmu pengetahuan hukum pada umumnya, dan hukum perlindungan
konsumen pada khususnya, terutama mengenai masalah perlindungan hukum terhadap konsumen listrik prabayar yang dirugikan oleh pemotongan sepihak
besaran tenaga listrik olehPT. PLN Persero Area Bali Selatan.
1.6.2.Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada masyarakat
sebagai konsumen, khususnya kepada pelanggan listrik prabayar, terkait akan arti pentingnya
perlindungan hukum
terhadap konsumen
pengguna listrik
prabayarmengingat adanya pemotongan sepihak besaran tenaga listrik oleh PT. PLN Persero Area Bali Selatan.
1.7. Landasan Teoritis
Adapun judul yang penulis kemukakan adalah “Tanggungjawab PT. PLN
Persero Area Bali Selatan dalam Memberikan Informasi kepada Masyarakat sebagai Konsumen terkait dengan Potongan Biaya Penggunaan Listrik Prabayar”,
maka sebelum diuraikan lebih lanjut, terlebih dahulu penulis akan memberikan penjelasan tentang pengertian judul dengan maksud untuk menghindarkan
kesalahpahaman dan memberikan pembatasan yang jelas. Tanggungjawab pelaku usaha atas produk yang merugikan konsumen
merupakan perihal yang sangat penting dalam hukum perlindungan konsumen. Dalam kasus-kasus pelanggaran hak konsumen diperlukan kehati-hatian dalam
menganalisis siapa yang harus bertanggungjawab dan seberapa jauh tanggungjawab tersebut dibebankan kepada pihak yang terkait. Kebanyakan dari
kasus-kasus yang ada saat ini, konsumen merupakan yang paling banyak mengalami kerugian yang disebabkan produk dari pelaku usaha itu sendiri.
Beberapa sumber formal hukum, seperti perundang-undangan dan perjanjian di
hukum keperdataan sering memberikan pembatasan terhadap tanggung jawab yang dipikul oleh si pelanggar hak konsumen yaitu pelaku usaha.
Disisi lain, walaupun konsumen yang sering dirugikan oleh produk dari pelaku usaha, namun konsumen tidak pernah henti memakai atau menggunakan
produk dari pelaku usaha dengan alasan karena kebutuhannya. Kebutuhan- kebutuhan ini, khususnya kebutuhan ekonomi yang dalam perkembangan saat ini
sangatlah mendesak. Apalagi dalam era globalisasi sekarang ini, yang ditandai dengan adanya saling ketergantungan antara pelaku usaha dan konsumen, dimana
pelaku usaha membutuhkan konsumen demi mendapatkan laba atau keuntungan, sedangkan konsumen memakai atau menggunakan produk dari pelaku usaha
dikarenakan kebutuhan. Dalam kaitan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini, teori yang
relevan dipergunakan untuk mengupas aspek perlindungan hukum terhadap konsumen yang dirugikan akibat pemotongan sepihak besaran tenaga listrik oleh
PT. PLN Persero Area Bali Selatan adalah teori perlindungan konsumen. Terkait dengan uraian diatas, Pasal 1 angka 1 UUPK menyatakan bahwa
“Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”. Rumusan pengertian
perlindungan konsumen tersebut cukup memadai. Kalimat yang menyatakan “segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum”, diharapkan sebagai
benteng untuk meniadakan tindakan sewenang-wenang yang merugikan pelaku usaha hanya demi kepentingan perlindungan konsumen.
3
Perlindungan konsumen
adalah istilah
yang dipakai
untuk menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam
usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang dapat merugikan konsumen itu sendiri.
4
Perlindungan konsumen merupakan perlindungan dalam arti hukum yang diberikan kepada konsumen mereka yang melakukan kontrak
selain untuk tujuan bisnis untuk mendapatkan barang dan jasa dari mereka yang menyediakannya untuk tujuan bisnis. Perlindungan konsumen merupakan suatu
kebijakan hukum pada saat ini untuk melindungi konsumen terhadap ketentuan- ketentuan di dalam kontrak yang tidak adil.
Secara khusus, konsumen dilindungi dari ketentuan-ketentuan yang mengecualikan atau membatasi tanggungjawab pelaku usaha yang secara tidak
langsung atau dimilikinya hak menjual barang-barang tersebut oleh pelaku usaha, apakah barang-barang tersebut sesuai dengan gambaran atau contoh, dan
memiliki kualitas yang layak untuk diperdagangkan sesuai dengan tujuan utamanya.
5
Kemudian, pembahasan mengenai tanggungjawab PT. PLN Persero Area Bali Selatan sebagaimana dimaksud diatas dapat dibedah dengan mempergunakan
3
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2004,
Hukum Perlindungan Konsumen
, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.1.
4
Janus Sidabalok, 2000,
Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia
, Citra Aditya Bakti, Bandung, h.17
.
5
Ibid.
teori tanggungjawab hukum. Secara terminologi, tanggungjawab hukum berasal dari kata tang
gungjawab dan hukum. “Tanggungjawab berarti keadaan wajib menanggung segala sesuatunya kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,
dipersalahkan, diperkarakan, dsb., sedangkan hukum berarti peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa,
pemerintah atau otoritas”.
6
Apabila dirumuskan, maka teori tanggungjawab hukum berarti teori yang mengakaji dan menganalisis tentang kesediaan dari subyek hukum menanggung
segala akibat dari perbuatannya baik karena kesengajaan maupun karena kealpaan.
Berkenaan dengan uraian diatas, “Hans Kelsen mengemukakan sebuah teori yang ia sebut dengan teori tradisional, dimana dalam teori ini tanggungjawab
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu a tanggungjawab yang didasarkan kesalahan; dan b tanggung jawab mutlak”.
7
Tanggungjawab yang didasarkan pada kesalahan baik karena kesengajaan maupun kealpaan merupakan suatu tanggungjawab yang dibebankan kepada
subyek hukum atau pelaku yang melakukan perbuatan yang dinilai melanggar hukum. Sedangkan tanggungjawab mutlak, bahwa perbuatannya menimbulkan
akibat yang dianggap merugikan oleh pembuat undang-undang dan ada suatu
6
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995,
Kamus Besar Bahasa Indonesia
, Balai Pustaka, Jakarta, h. 1006 dan 359.
7
H. Salim HS, Erlis Septiana Nurbani, 2014,
Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Disertasi dan Tesis Buku Kedua,
Cet. I, RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 211.
hubungan eksternal antara perbuatannya dengan akibatnya. Tiadanya keadaan jiwa si pelaku dengan akibat perbuatannya.
8
Dalam kaitan dengan uraian di atas, untuk membedah permasalahan terkait dengan penyelesaian sengketa kerugian konsumen terhadap pemotongan sepihak
besaran tenaga listrik oleh PT. PLN Persero Area Bali Selatan dapat dipergunakan teori penyelesaian sengketa konsumen. UUPK memberikan hak
kepada konsumen untuk mengajukan gugatan terhadap pelaku usaha sebagaimana yang ditentukan pada Pasal 45 ayat 1 yang mengatur bahwa setiap konsumen
yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan
yang berada di lingkungan peradilan umum. Berdasarkan ketentuan ini, konsumen dijamin oleh undang-undang untuk
dapat mempertahankan haknya terhadap pelaku usaha. Selain itu, konsumen juga diberikan pilihan untuk menentukan bentuk penyelesaian sengketa yang akan
dipilih sebagaimana yang ditentukan pada Pasal 45 2 UUPK yakni penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau diluar pengadilan
berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa.
9
1.8. Hipotesis