[3] HASIL AKHIR

[3] HASIL AKHIR

Bagian ini menceritakan ‘hasil‘ yang didapatkan selama proses perancangan. Hasil yang dimaksud di sini bukanlah sesuatu yang final, melainkan sesuatu yang terbuka untuk dikembangkan. Karena kalau pun terpaksa menyebut hasil, ternyata kita hanya bisa

merekam proses itu 1 .

Kegiatan perancangan partisipatif, mesyaratkan saya harus terjun langsung ke lapangan. Sebisa mungkin tak berjarak dengan obyek. Apa yang selama ini dipelajari—tentang arsitektur, sangat dekat dengan keseharian. Tapi ternyata, tak seindah—bahkan tak sehebat—yang diajarkan di kelas.

Pengambilan keputusan dalam memecahkan masalah perancangan bukan lagi menjadi teritori pribadi. Bukan pula menjadi ‘cetak biru’—sebuah keputusan yang tidak bisa dirubah. Melainkan ditangani secara langsung di lapangan, bersama dengan masyarakat yang terlibat. Usulan dan sanggahan menjadi niscaya dalam hal ini. Ide-gagasan pun sebagian besar muncul ketika di lapangan. Sehingga terdapat unsur masyarakat dalam setiap gagasan yang ada. Karena kita tidak hidup sendirian, di ruang yang kosong.

Apa yang terekam di sinipun pada dasarnya hanyalah bagian dari proses panjang yang tengah bergulir. Dan tak ada yang bisa membakukannya ke dalam formula tertentu. Karena tujuan dari proses adalah perubahan itu sendiri.

1 Dukungan moril dari mas Alfian melalui pesan singkat(SMS) pada tanggal 7 September 1 Dukungan moril dari mas Alfian melalui pesan singkat(SMS) pada tanggal 7 September

1. Gagasan Menata Ruangan di Rumah SAKE

(Gb.103) Rumah SAKE (sumber: sketsa pribadi)

Rumah SAKE adalah kos-kosan siswa dan menjadi tempat meginap saya selama di Kalibening. Lokasinya berada di lingkungan RT.2. Dekat dengan sekolahan (Sekolah Alernatif QT). Perjalanan selanjutnya untuk berpartisiasi, dimulai dari sini.

(Gb.104) Keyplan letak rumah SAKE (sumber: arsip pribadi)

Gagasan untuk menata ruangan ini muncul dari Pak Ridwan. Hal ini disampaikan ketika burdah’an. Karena kontrak Sake masih bisa diperpanjang, teman-teman tidak perlu lagi kebingungan mencari kos. Akan diadakan iuran untuk memperbaiki rumah. Mengganti bahan bangunan yang sudah rapuh. Pak Ridwan menyarankan untuk mebuka kamar tidur depan, agar ruangan terlihat lebih luas.

menumpuk di samping rumah (sebelah utara) dipindah ke selatan rumah, ditumpuk dengan kayu-kayu yang lain. Alas tempat tidur, semacam tikar dari bambu dimanfaatkan untuk alas meja. Sedangkan tempat tidurnya dibongkar untuk kayu bakar. Setelah tanah di samping (utara) rumah SAKE ini bersih dari bermacam barang, Gyas mengusulkan untuk menjadikannya tempat berkebun. Rencananya akan menanam cabai, bayam, tomat, sawi dll. Ia ingin agar tanamannya nanti bisa untuk bahan makanan di SAKE. Seperti membuat sambal ataupun membuat sayur untuk acara burdahan.

(Gb.105) sketsa ide tempat berkebun di rumahSAKE (sumber: sketsa pribadi)

Karena tanahnya lebih tinggi dari jalan, saya mengusulkan membatasinya dengan batu-batuan agar tanah tidak ‘lari’ kemana-mana bila turun hujan. Tetapi karena ada banyak genteng bekas yang tergeletak di depan rumah SAKE, Gyas menggunakannya sebagai pembatas lahan.

(Gb.106) Sketsa respon gagasan penataan ruangan rumah SAKE (Gb.106) Sketsa respon gagasan penataan ruangan rumah SAKE

(Gb.107) Sketsa awal suasana dalam ruang rumah SAKE (sumber: sketsa pribadi)

(Gb.108) Suasana dalam ruang rumah SAKE (sumber: sketsa pribadi)

2. Gagasan Tempat Usaha di Rumah Fahmi

Amri, Fahmi, Ipul dan Syam adalah murid Sekolah Alternatif QT. Fahmi dan Ipul masih duduk di kelas 3 SMA, sedangkan Amri dan Syam adalah murid generasi pertama yang kini sudah lulus. Karena tidak ingin membebani siapapun, mereka berinisiatif membuka usaha sendiri. Melalui musyawarah bersama, mereka memutuskan membuka usaha rental pengetikan. Dengan biaya patungan, mereka membeli bahan dan peralatan yang diperlukan. Dana yang ada belum mencukupi untuk membeli komputer. Mereka berinisiatif meminjam komputer milik sekolahan yang rusak dengan cara memperbaikinya.

Selain rental pengetikan, juga melayani edit dan cetak foto, desain kartu undangan, video shooting dan servis komputer.

b.109) Perhitungan dana untuk pembuatan rental pengetikan

walnya ingin mendirikan di tanah milik kakak Fahmi, di pertigaan dekat

al ini membuat mereka mencari alternatif lain sebagai tempatnya.

video dengan komputer. Photoshop adalah salah satu program yang dikuasainya. Di komunitas belajar QT, Ipul memegang bagian khusus seperti dekorasi, shooting video klip dan juga film. Syam menyenangi hardware dan software komputer. Teman-teman QT sering menjulukinya dengan sebutan hacker. Ia dipercaya sebagai mekanik. Sedangkan Amri dan Fahmi ingin mempelajari pengoperasian komputer.

(G (sumber: arsip pribadi)

A tempat pemberhentian (pangkalan) angkuta. Tetapi ke depan, tanah ini akan didirikan rumah oleh kakaknya. Karena bukan milik pribadi, pemakaian—bagunan yang akan didirikan—tidak bisa lama. Jadi hanya bersifat sementara. Kemungkinan jika nanti diambil oleh pemilik, mereka akan mengganti lagi membuat bangunan baru.

H Akhirnya—setelah meminta ijin orang tua Fahmi—halaman depan rumahnya dijadikan tempat untuk mendirikan rental pengetikan. Rumah Fahmi berada di lingkungan RT. 02/III, di tepi jalan Syarif Hidayat.

(Gb.110) Keyplan letak rumah Fahmi (sumber: arsip pribadi)

Rancangan dikembangkan bersama dengan mereka. Usulan dan sanggahan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari diskusi kami. Komunikasi terus dilakukan sampai ‘karya’ ini diwujudkan. Meski dalam pelaksanaan di lapangan, rancangannya masih terus berkembang.

(Gb.111) ‘Gubuk’ Fahmi (sumber: sketsa pribadi)

‘Gubuk’ ini menggunakan bambu sebagai bahan utama bangunannya. Kolom-kolom utama mengunakan dua batang bambu petung yang dibeli dari Kalilondho. Rangka dinding, ‘wot’, reng, usuk dan juga ‘galer’/tikarnya menggunakan bambu yang diambil dari kebun kakek Amri. Sebagai penutup dindingnya, digunakan papan-papan kayu yang dibawakan kakak Fahmi dari tempat kerjanya di daerah Klumpit. Mereka juga menggunakan bahan-bahan bekas. Untuk kusen jendela dan pintu menggunakan bekas pintu dapur yang diperoleh dari rumah SAKE.

minta dari pak Satari.

(Gb.112) Suasana dalam ruang ‘gubuk’ Fahmi (sumber: sketsa pribadi)

3. Gagasan Mbah Kastolani : Tempat Budidaya Ikan Bawel dan

Pemancingan

Mbah Kastolani adalah penduduk asli Kalibening. Rumahnya berada di lingkungan RT.2 RW.I. Mempunyai sepetak tanah di dekat belik Luweng yang dimanfaatkan untuk kolam ikan bawel. Beberapa kali, telah mencoba mengembangkan kolamnya. Pada awalnya, mbah Kastolani membudidayakan ikan Lele di tanahnya ini. Tetapi rugi karena besarnya lele tidak merata. Setelah itu, meggantinya dengan ikan Tombro. Tidak untung tapi juga tidak rugi. Kemudian ditanami padi, tapi dimakan tikus sampai tiga kali gagal panen. Akhirnya membudidayakan ikan Bawel. Hasil dari kolam ini sebagian dijual dan sebagian dibagikan sanak keluarganya.

(Gb.113) Keyplan letak rumah Mbah Kastolani (sumber: arsip pribadi)

Mbah Kastolani sebenarnya mempunyai gagasan untuk mengembangkan kolamnya, tetapi tidak mempunyai cukup modal—dan juga tenaga. Pegembangan kolam sebenarnya mudah. Tidak perlu dipondasi. Cukup memakai deklit yang dipagarkan mengelilingi kolam. Bagian dasar kolam tidak perlu diplester, lebih alami. Dan lebih cepat perkembangannya. Bila dasar kolam berupa tanah, maka air akan meresap ke tanah. Namun— menurut mbah Kastoani, permasalahan air di daerah ini tidak menjadi kendala. Di daerah ini tersedia cukup air.

(Gb.114) sketsa ide kolam mbah Kastolani (sumber: sketsa pribadi)

Mbah Kastolani menaruh harapan pada generasi muda yang mempunyai keinginan untuk mengembangkan usaha, seperti misalnya mengembangkan pemancingan.

lha nek sing nom-nom ngoten , cah nom ngoten nduwe niat arep ngembangke ngeten niki lak saget , jangkane niku tesih ... umpomo ,napa ngih , upomo didamel sae, niku ene lare-lare nom-nom’an ngoten lak sih ....ngko mbok menawaene majune jaman lha nek sing nom-nom ngoten , cah nom ngoten nduwe niat arep ngembangke ngeten niki lak saget , jangkane niku tesih ... umpomo ,napa ngih , upomo didamel sae, niku ene lare-lare nom-nom’an ngoten lak sih ....ngko mbok menawaene majune jaman

(Gb.115) Lokasi kolam mbah Kastolani (sumber: sketsa pribadi)

4. Gagasan Menata Ruangan di Warung Pak Atiq

(Gb.116) Warung pakAtiq (sumber: sketsa pribadi)

Agak sedikit mengherankan, gagasan ini muncul secara spontan, sangat alami. Gagasan untuk menata ruangan di warung pak Atiq ini muncul ketika saya dan teman-teman alternatif sedang ‘wedangan’. Obrolan santai ‘ ngalor-ngidul’ membawa perbincangan sampai ke tempat di mana

(Gb.117) Keyplan letak Warung Pak Atiq (sumber: arsip pribadi)

Warung pak Atiq berada di komplek rumahnya. Terletak di sudut perempatan jalan, di wilayah RT. 3 RW.III. Warung ini menjadi tempat berkumpul warga. Setiap malam teman-teman Alternatif biasanya ke tempat ini.

Di warung ini banyak barang-barang yang seharusnya tidak perlu. Hal ini membuat ruangan menjadi sempit. Ipul mengusulkan untuk membuat lesehan, agar bisa menampung lebih banyak orang. Namun Ajib menyanggah usulan ini, karena makanannya beresiko akan terkena debu.

(Gb.118) Sketsa respon dan pengembangan salah satu ruang duduk di warung Pak Atiq berdasarkan gagasan Ipul (sumber: sketsa pribadi)

(Gb.119) Sketsa keputusan awal gagasan penataan salah satu ruang duduk di warung Pak Atiq (sumber: sketsa pribadi)

Akhirnya—setelah melalui usulan dan sanggahan—disepakati untuk menggunakan ‘model lama’, yakni memakai amben, yang dilapis tikar. Rak-rak yang menempel di dinding di pindahkan ke ruang dapur, sedangkan kursinya dipindah ke ruang duduk yang ada samping. Dari kesepakatan bersama, saya mencoba membuat beberapa alternatif rancangan.

(Gb.120) Sketsa pengembangan gagasan salah satu ruang duduk di warung Pak Atiq— alt 1(atas), alt 2(bawah) (sumber: sketsa pribadi)

Kemudian Cross-check (silang-pembuktian-pen) dengan pak Atiq. Pak Atiq memberikan respon positif untuk salah satu alternatif racangannya (alternatif 2).

meja di tengah ruangan. Saya menawarkan gagasan agar ditata seperti ruangan depan. Menempatkan meja dan kursi panjang di kedua sisi dinding. Ditengah-tengahnya sebagai sirkulasi. Ajib—yang waktu itu ngobrol dengan saya—menyetujui hal ini.

(Gb.121) Sketsa permasalahan yang terjadi di warung Pak Atiq (sumber: sketsa pribadi)

(Gb.122) Sketsa ide ruang duduk di warung pak Atiq (sumber: sketsa pribadi)

5. Gagasan Tempat Budidaya Jamur Tiram di Rumah Ibu Siti Aminah

Ibu Siti Aminah adalah salah satu dari sekian ibu-ibu yang mengikuti program pelatihan kemandirian perempuan (pendidikan masyarakat) yang dicanangkan pak Bahrudin. Bekerja sebagai pedagang, membuka warung nasi goreng dan aneka cemilan—salah satunya keripik jamur—di rumahnya.

Ibu Siti Aminah mempunyai keinginan berbudidaya jamur tiram untuk mengembangkan usahanya. Warungnya akan dibenahi dan ditulisi “sedia aneka masakan jamur”. Kebun di belakang rumahnya akan digunakan sebagai tempat budidaya. Rumah Ibu Siti Aminah berada di lingkungan RT.1 RW.I

(Gb.123) Keyplan letak rumah ibu Siti Aminah (sumber: arsip pribadi)

Rancangan dikembangkan dari penuturan ibu Siti Aminah. Bentuk atap menggunakan model atap pelana dengan bahan penutup atapnya menggunakan genteng. Dindingnya menggunakan anyaman bambu ( gedhek).

(Gb.124) Sketsa awal tempat budidaya jamur tiram, saat wawancara dengan Ibu Siti Aminah (atas) (Gb.125) Sketsa pengembangan tempat budidaya jamur tiram, berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Siti Aminah (sumber: sketsa pribadi)

(Gb.126) Alternatif 1- tempat budidaya jamur tiram (sumber: sketsa pribadi)

(Gb.127) Alternatif 2- tempat budidaya jamur tiram (sumber: sketsa pribadi)

(Gb.128) Suasana dalam ruang tempat budidaya jamur tiram Ibu Siti Aminah (sumber: sketsa pribadi)

6. Gagasan Tempat Pemotongan Ayam di Rumah Ibu Lakhah

Ibu Lakhah adalah ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pemotong ayam. Halaman belakang rumah menjadi area kerjanya. Rumahnya berada di lingkungan RT.3. Hal yang segera nampak ketika memasuki halaman belakang rumah adalah bau yang menyengat. Bau berasal dari sisa darah ayam yang mengering di tempat sampah. Comberan, berada tak jauh darinya. Di tengah-tengahnya, di bawah naungan pohon adalah tempat bu Lakah mencabuti bulu-bulu ayam.

(Gb.129) Keyplan letak rumah Ibu Lakhah (sumber: arsip pribadi)

Ibu Lakhah sebenarnya ingin agar tempat kerjanya tidak berbau, untuk menjaga kesehatan karena banyak anak-anak. Tetapi belum punya cukup modal. Ibu Lakhah mempunyai gagasan untuk membuat plesteran., agar sisa darah ayam dapat disiram air sehingga tidak mengering dan berbau.

(Gb.130) Sketsa tempat kerja Ibu Lakhah, saat cross-check dengan Bu Lakhah (sumber: sketsa pribadi)

Rancangan dikembangkan dari gagasan bu lakhah, yang menginginkan ruang kerjanya tidak tertutup. Saya mengusulkan untuk tetap memertahankan keberadan pohon, karena biasanya di bawah pohon inilah bu Lakhah melakukan kegiatannya memotongi ayam. Penggunaan deklit sebagai penaung sementara dari sinar matahari maupun hujan adalah masukan dari Ansori, agar tetap dapat melakukan kegiatannya.

(Gb.131) suasana tempat kerja Ibu Lakhah (sumber: sketsa pribadi)

7. Gagasan Ansori

Ansori adalah kakak tingkat yang juga penduduk asli Kalibening. Sempat kenal sewaktu ia masih kuliah. Tidak pernah menyangka akan ‘merancang’ di desanya. Rumah Ansori berada di lingkungan RT.3, di Kalibening sebelah timur, dekat dengan sawah.

(Gb.132) Keyplan letak rumah Ansori (sumber: arsip pribadi)

Melalui Ansori, saya mendapatkan banyak masukan tentang desanya. Mulai dari sejarah, kondisi sosial, kodisi fisik dll. Termasuk juga membantu ‘keberadaan’ saya di desanya. Kami sempat berdiskusi, menggali permasalahan yang ada di desa. Khususnya di Kalibening etan (timur-pen), masalah yang nampak adalah ketika turun hujan. Genangan air hujan tak kunjung surut. Selain tidak adanya saluran khusus, juga kontur tanahnya yang lebih rendah dari daerah di sekitarnya.

Sirkulasi di desa ini terbentuk secara alami. Jalan-jalan kecil di antara rumah-rumah penduduk kini sudah dipaving. Untuk mengalirkan air hujan, sebaiknya dibuat saluran di bawah jalan-jalan kecil yang sudah dipaving. Sehingga saluran-drainasenya mengikuti jalan yang sudah terbentuk secara alami ini. Namun ide ini muncul setelah paving selesai dibuat. Gagasan menangani masalah air hujan ini sudah dipikirkan sejak pertama kali masuk kuliah di Jurusan Arsitektur UNS. Karena, ia ingin memberikan sesuatu (arsitektural) untuk desanya.

(Gb.133) Pemetaan genangan air di halaman rumah penduduk dan saluran air di Kalibening Timur, berdasarkan keterangan Ansori (sumber: dok. pribadi)

(Gb.134) sketsa saluran air di bawah jalan paving, respon gagasan Ansori (sumber: sketsa pribadi)

(Gb.135) skema perencanaan saluran air tanpa (sumber: sketsa pribadi)

(Gb.136) potongan saluran air tanpa plesteran pada bagian alasnya

(Gb.137) Sketsa letak biopori di depan rumah Asori (sumber: sketsa pribadi)

Gagasan Penanaman pohon

Ansori juga mempunyai gagasan tentang penanaman pohon. Berikut kutipan wawancaranya:.

A:karo iki, saiki kan perkembangan penduduk semakin besar akhire kebon-kebon dadi omah kabeh conthone dewe, mbiyen kene ki yo kebon, saiki dadi omah kene kebon kabeh , dadi omah telu saiki kan akhire wit-wit’an ilang kabeh tho lha kwi sejak dini dirintiskan, untuk setiap rumah ki menanam pohon dirumahnya, opolah nek ben rapi yo pohon opolah nebang ning nandur tapi pohone ojo sing mengkrah

B:mengkrah'i piye?

A:mengkrah'i kaya wit klengkeng, mengkrah, ombo yen ombo kan mengganggu ben tetep hijau

misale pinggir dalan sing utama, assalam pinggire kei wit-wit’an, palem, palem sing endek kae kan wis kethok rapi ngono lho ben desone kethok asri ngko suwe-suwe kae lho, dalan ngulon kono kae wit klengkeng pinggir-pinggir ngko ilang kabeh

B:sing ndi tho, arep ngone pak atiq kae

A:ho'o, kan saiki jik enek akeh tho mbiyen luwih akeh neh sing etan kene wis ditegor

sing kulon yo wis ditegor akeh ko' sing ditegor dhisik luwih akeh omah anyar-anyar misale ki isoh ditegori ilang kabeh kan pomo diganti sing kulon yo wis ditegor akeh ko' sing ditegor dhisik luwih akeh omah anyar-anyar misale ki isoh ditegori ilang kabeh kan pomo diganti

(Gb.138) Pohon (sumber: sketsa pribadi)

8. Gagasan Pak Bahrudin

(Gb.139) Keyplan letak rumah Bapak Bahrudin (sumber: arsip pribadi)

Rumah pak Bahrudin berada di lingkungan RT.2. Di jl. R. Mas Said. Pak Bahrudin adalah salah satu tokoh di desanya—Kalibening. Dalam kepengurusan SPPQT, sempat memimpin dua kali periode. Beliau juga adalah pendiri Sekolah Alternatif QT. Perbincangan dengan pak Bahrudin setelah melakukan aksi langsung—menemui masyarakat dan menggali permasalahan yang ada di Kalibening—memunculkan beberapa gagasan tentang permasalahan yang ditemui. Desa sebagai pusat pembelajaran, adalah gagasan utama pak Bahrudin untuk desanya. Artinya, masalah yang ada di desa sebagai pembelajaran bagi masyarakatnya.

Salah satu permasalahan yang ditemui adalah tidak berjalannya tandon air yang telah selesai kurang lebih setahun ini dibangun. Rencananya, pembuatan tandon itu akan mengalirkan air dari belik Luweng menggunakan genset. Air ditampung di tandon air yang berada di Balai Desa, disalurkan ke tandon-tandon kecil, kemudian disebar ke rumah- rumah penduduk. Baru-baru ini, pembuatan sumur bor untuk memfungsikan lagi tandon air sudah dilaksanakan. Sedangkan saat ini, air di belik Luweng semakin mengering.

Pak Bahrudin mengungkapkan bahwa air di belik Luweng adalah air permukaan. Hal senada juga diutarakan mbah Kastolani, bahwa air di belik luweng adalah air resapan dari sawah sekitar.

dari dulu belik luweng kalau sedang musim 'ngrancahi', gede ngrancahi itu mbuka lahan pertama, arep ngluku garu itu lho, kan di lep sik di lep sik trus diluku garu, 'ngrancahi'...! jadi butuh banyu akeh yen di lep butuh banyu sitik ,'ngrancahi'..... akeh....... durung digaru, sebelum di bajak kalau musin 'ngrancahi', belik luweng gede berartikan air permukaan Berikut kutipan wawancara dengan pak Bahrudin tentang gagasan konservasi air di belik Luweng:

ya sederhana.... konserasi belik luweng kan jan-jan’e piye kawasan hulu’ne kawasan hulu’ne yo sederhana, mung ngrancahi, mung sungaine lancar, apik belik luweng dadi apik

malah yen koyo belik luweng itu sangat fisik bukan tanaman, bukan konservasi nabati konservasi fisik mung dadi wuwungan sederhanalah...blumbanglah .... belik luwing itu blumbang, blumbang....

blumbang’e ke isi kwi yo nak... kaline urip kan blumbange ke isi kalin’e mati , yo blumbang’e mati kan ngono kwi wae dadi lewat sawah-sawah, jan-jan’e kaya kali, ngresep... contoh sederhana konservasi yang bisa langsung dinikmati

begitu persawahan menjadi berkurang banyak malah smk, trus ada green house nduwure tidak sawah lagi sejak kuburan, kan wis sengon begitu persawahan menjadi berkurang banyak malah smk, trus ada green house nduwure tidak sawah lagi sejak kuburan, kan wis sengon

kasus’e beda kaya belik luweng kwi yen kebutuhan air, malah sawah!

(Gb.140) Keyplan letak Belik Luweng (sumber: arsip pribadi)

Gagasan Penanganan Sampah dan Pengelolaan Air Hujan

Masalah lain yang ditemui adalah sampah dan air hujan. Pak Bahrudin mengungkapkan bahwa penataan termasuk selalu hak, tapi sekaligus kewajiban bagi semua.. Berikut kutipan wawancara dengan pak Bahrudin:

... selain air, juga masalah sampah. seperti kotoran sapi , sisa kegiatan saluran air menjadi mampet

problem’e bukan itu sampah itu di tanam ga' papa sampah di pekarangan semua ditanam ga papa,kecuali logam

kalo plastik?

plastik itu ga' papa malah mbantu gawe pori-pori tanah tanem, di urug

bicara penataan, misale aku pingin, tanah ku ki tak duwurke lha kwi sampah nduwurke tanah, lha kwi sampah bicara penataan, misale aku pingin, tanah ku ki tak duwurke lha kwi sampah nduwurke tanah, lha kwi sampah

nek konsepku sampah kwi harus ditangani warga sampah itu menjadi tanggung jawab produsen![produsen sampah] kudune negara di bawa ke sana kwi begitu diatur ngono,

wis ra ono problem TPA bantar gebang ra ono karena semuanya harus diatasi dewe dan tidak boleh dibakar

kendalane kalau dikubur, ketebatasan lahan sak niki kalibening tambah banyak bangunan?

itu problem karena penataan, karena landuse, problem tersendiri termasuk problem'e yo keluarga kecil kok omahe ndadak gede itu termasuk problem’e

opo tho omah kwi jan2ne, omah kok ndadak gede2 ada banyak problem terus, air hujan misalnya

itukan juga problem penataan juga air hujan kan sebenarnya bisa di amankan di bawah misale depan kene tak keduk jero ngono kan jan-jan’e aku kan menamankan air hujan di bawah ini juga umpamane kono tak bendung ngono malah..., kan gede nek udan kan kono do minggir rene kabeh kene tak duduk jeru, resapane jeru... itu artine kan tak amanke artinya kan dibawah rumah ini sbenarnya itu....

kan akeh tho, sumur di dalam rumah ng pawon kei diduduk sumur sebenarnya ada lagi sumur untuk air hujan

omahe sak trep, misalnya dw lahan 100m2, omahe yo 100m2, itu kan berarti sak trep misalnya itu kan ra dw ruang lagi, kan ky gt

nah kalau ada sumur resapan di...di dalam rumah bahkan air hujan itu di masukkan ke sumur ini kan ra bakal kebak kan ra ono regetan liyane air saja kan, yo wis ...bar beres tho ra ono masalah nah kalau ada sumur resapan di...di dalam rumah bahkan air hujan itu di masukkan ke sumur ini kan ra bakal kebak kan ra ono regetan liyane air saja kan, yo wis ...bar beres tho ra ono masalah

harus ada ruangan terbuka begitu ada ruangan terbuka 2m kali berapa… tanam sini begitu penuh

ngko malah duwe tempat sing rada munggah tapi di tanam, kecuali yang ngak boleh ditanam kaya logam berat kan rakyat yo ra gelem, di dol payu kok plastik yo laku di jual, kertas yo laku di jual

nah kalau laku di jual, dipilah di pilah..... ada tong sampah yang berbeda, kalau perlu lima macem organik, plastik, kaca, logam berat, kertas

(Gb.141) Respon gagasan pak Bahrudin tentang tempat sampah (sumber: sketsa pribadi)

(Gb.142) Suasana kegiatan membuang sampah (sumber: sketsa pribadi)

(Gb.143) respon gagasan bahrudin pembangunan rumah (sumber: sketsa pribadi)

(Gb.144) respon gagasan bahrudin tentang pembangunan rumah (sumber: sketsa pribadi)

(Gb.145) respon gagasan pak Bahrudin tentang pembangunan rumah, untuk bangunan bertingkat. (sumber: sketsa pribadi)