8 Komparasi Rataan Antarkolom
Tabel 3.8 Komparasi Rataan Antarkolom
Komparasi H 0 H 1 Keputusan Uji
H 0 ditolak jika .1-.2 F ∈ DK
H 0 ditolak jika .2-.3 F ∈ DK
H 0 ditolak jika .1-.3 F ∈ DK
b. Menentukan tingkat signifikansi
c. Mencari nilai statistik uji F menggunakan formula sebagai berikut. Komparasi Rataan Antarbaris
Komparasi Rataan Antarkolom
Komparasi Rataan Antarsel pada Baris yang Sama
Komparasi Rataan Antarsel pada Kolom yang Sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Keterangan:
F i. j. − = nilai F obs pada pembandingan baris ke-i dan baris ke-j
F .i . j − = nilai F obs pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j
F ij ik − = nilai F obs pada pembandingan rataan sel ij dan rataan pada sel ik
F ij kj − = nilai F obs pada pembandingan rataan sel ij dan rataan pada sel kj
X .i = rataan pada kolom ke-i .j
X = rataan pada kolom ke-j RKG = rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari analisis variansi
n = ukuran sampel kolom ke-i .i n = ukuran sampel kolom ke-j .j n = ukuran sel ij ij n = ukuran sel kj kj n = ukuran sel ik ik
d. Menentukan daerah kritik (DK) dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
e. Menentukan keputusan uji (beda rataan) untuk setiap pasang komparasi
rataan atau H 0 ditolak jika F DK ∈ .
f. Menentukan kesimpulan dari uji yang sudah ada. (Budiyono, 2009:215-217)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Uji Keseimbangan
Data yang digunakan untuk uji keseimbangan, yaitu nilai ujian akhir semester II mata pelajaran matematika sewaktu di kelas VII pada siswa-siswa yang diambil sebagai sampel. Data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1.
Sebelum dilakukan uji keseimbangan, terlebih dahulu dilakukan uji kenormalan dan homogenitas sebagai prasyaratnya. Uji kenormalan menggunakan uji Liliefors menunjukkan hasil bahwa untuk kelompok yang akan dikenai model pembelajaran penemuan terbimbing, model STAD, dan model konvensional
masing-masing diperoleh nilai obs L = 0,081399 DK ∉ , obs L = 0,085498109 DK ∉ , dan obs L = 0,08364 DK ∉ (hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2).
Menurut hasil ini, kenormalan pada ketiga kelompok tersebut telah terpenuhi. Adapun prasyarat yang kedua, yaitu uji homogenitas ditunjukkan menggunakan
uji Bartlett. Dari hasil penelitian diperoleh nilai 2 obs = 3, 747165 χ DK ∉ (hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2). Hal ini menunjukkan bahwa
homogenitas dari ketiga kelompok yang masing-masing akan dikenai model pembelajaran penemuan terbimbing, STAD, dan konvensional telah terpenuhi.
Kenormalan dan homogenitas sebagai prasyarat uji keseimbangan telah terpenuhi, kemudian dilakukan uji keseimbangan. Hasil analisis uji keseimbangan pada kelompok eksperimen I, kelompok eksperimen II, dan kelompok kontrol
menunjukkan bahwa H 0 diterima karena diperoleh nilai obs F = 0, 75130208 DK ∉
(hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2). Hal ini berarti bahwa siswa pada kelompok eksperimen I, siswa pada kelompok eksperimen II, dan siswa pada kelompok kontrol mempunyai kemampuan awal matematika yang sama.
B. Hasil Uji Coba Instrumen Angket Aktivitas
1. Uji Validitas Isi
Untuk mengetahui instrumen angket yang digunakan mempunyai validitas isi yang tinggi, penulis mengkonsultasikan kepada validator (expert judgment).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam penelitian ini, sebagai validator yang ditunjuk adalah Ibu Tristiani Rahayu, S.Pd dan Dra. Nanik Widiyanti selaku guru matematika (hasil uji validasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8). Dari penilaian validator ini, diperoleh kesimpulan bahwa semua butir angket uji coba telah valid sehingga dapat digunakan untuk uji angket aktivitas belajar siswa.
2. Uji Reliabilitas
Hasil uji coba dari 45 butir instrumen angket aktivitas terhadap 37 responden diperoleh nilai koefisien reliabilitasnya 0,843776 > 0,70 (hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9). Hal ini menunjukkan bahwa angket tersebut reliabel dan dapat dipakai untuk uji angket aktivitas belajar siswa.
3. Konsistensi Internal
Hasil uji coba instrumen angket aktivitas belajar siswa menunjukkan bahwa dari 45 butir angket aktivitas, ada 12 butir soal yang tidak terpakai karena tidak memenuhi indeks konsistensi internal (minimal 0.30). Butir-butir yang tidak terpakai tersebut, yaitu butir nomor 1, 2, 4, 9, 15, 17, 18, 28, 31, 32, 37, dan 41 ( hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9). Dengan demikian, selain butir angket nomor tersebut dapat digunakan sebagai uji angket aktivitas belajar siswa.
4. Penetapan Instrumen
Berdasarkan uji validasi isi, uji reliabilitas, dan konsistensi internal maka butir instrumen angket aktivitas belajar siswa dari uji coba tersebut yang dapat dipakai ada 33 butir soal, yaitu butir nomor 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 19,
20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 33, 34, 35, 36, 38, 39, 40, 42, 43, 44, dan 45. Selanjutnya, butir instrumen tersebut dapat digunakan sebagai tes aktivitas belajar siswa. Angket aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada Lampiran 15.
C. Hasil Uji Coba Instrumen Tes Prestasi
1. Uji Validitas Isi
Seperti pada uji coba aktivitas belajar siswa, tes prestasi juga perlu diujicobakan terlebih dahulu. Untuk mengetahui instrumen tes matematika yang digunakan mempunyai validitas isi tinggi, penulis mengkonsultasikan kepada validator (expert judgment). Dalam penelitian ini, validator yang ditunjuk adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ibu Tristiani Rahayu, S.Pd dan Dra. Nanik Widiyanti selaku guru matematika (hasil uji validasi dapat dilihat Lampiran 12). Dari penilaian kedua validator ini diperoleh kesimpulan bahwa semua butir soal tes prestasi belajar adalah valid, sehingga butir soal ini dapat digunakan untuk uji prestasi belajar matematika.
2. Uji Reliabilitas
Hasil uji coba dari 30 butir soal instrumen tes prestasi matematika terhadap
37 responden menunjukkan bahwa nilai koefisien reliabilitasnya sebesar 0,816662 > 0,700 (hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13). Oleh karena itu, soal tersebut reliabel dan layak dipakai untuk tes prestasi matematika.
3. Tingkat Kesukaran
Menurut uji coba instrumen tes prestasi matematika menunjukkan hasil bahwa dari 30 butir soal uji coba, ternyata ada 5 butir soal yang tingkat kesukarannya di luar interval 0,30 p
≤≤ 0, 70 , yaitu soal nomor 2, 3, 18, 19, dan
30 (hasil selengkapnya dapat dilihat Lampiran 13). Dengan demikian selain butir soal nomor ini, tingkat kesukaran tidak terlalu mudah ataupun tidak terlalu sukar.
4. Daya Beda
Menurut hasil perhitungan daya beda butir tes menunjukkan bahwa dari 30 butir soal yang telah diujicobakan, ada 4 butir soal yang tidak memenuhi kriteria, yaitu butir soal nomor 3, 18, 19, dan 30 (hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13). Oleh karena itu, butir tes selain nomor tersebut memenuhi kriteria sebagai butir yang layak digunakan untuk tes prestasi belajar siswa.
5. Penetapan Instrumen
Berdasarkan uji validasi isi, uji reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda maka butir tes belajar siswa dari uji coba 30 soal, maka butir soal yang dipakai cukup 25 butir soal, yaitu butir nomor 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14,
15, 16, 17, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, dan 29 (hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13). Selanjutnya, butir soal tersebut dapat digunakan sebagai tes prestasi belajar siswa. Tes prestasi dapat dilihat pada Lampiran 17.
D. Deskripsi Data Prestasi Belajar
Data prestasi belajar siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22. Data penelitian yang digunakan untuk uji hipotesis dalam penelitian ini meliputi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
data prestasi belajar matematika pada pokok bahasan persamaan garis lurus. Data- data tersebut dideskripsikan sebagai berikut.
1. Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Model Pembelajaran
Model pembelajaran yang digunakan ada tiga macam, yaitu model pembelajaran penemuan terbimbing, model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan model pembelajaran konvensional. Rangkuman deskripsi data tentang prestasi belajar matematika berdasarkan model pembelajaran disajikan pada Tabel 4.1 sebagai berikut.
Tabel 4.1 Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Model Pembelajaran
2. Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar siswa dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu kategori kelompok aktivitas rendah, kategori kelompok aktivitas sedang, dan kategori kelompok aktivitas tinggi. Rangkuman deskripsi data tentang prestasi belajar matematika berdasarkan aktivitas belajar siswa disajikan pada Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Aktivitas Belajar
Variabel Model N Rataan Variansi ΣX
ΣX 2
Model Pembelajaran
Penemuan terbimbing
294.128 STAD 95 53,05263 200,2417 5.040 286.208 Konvensional
Variabel Aktivitas N Rataan Variansi ΣX ΣX 2 Aktivitas Belajar
Rendah 80 39,55 153,9215 3.164 137.296 Sedang 103 48,97087 251,7541 5.044 272.688
Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Model Pembelajaran dan Aktivitas Belajar
Data prestasi belajar siswa dapat dikelompokkan berdasarkan model pembelajaran dan aktivitas belajar siswa. Rangkuman deskripsi data tentang prestasi belajar matematika berdasarkan model pembelajaran dan aktivitas belajar disajikan pada Tabel 4.3 sebagai berikut.
Tabel 4.3 Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Model Pembelajaran dan Aktivitas Belajar
E. Analisis Variansi
1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data sampel random yang diambil merupakan sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan yaitu uji normalitas Lilliefors dengan mengambil tingkat signifikansi sebesar
α= 0.05 . Rangkuman hasil uji normalitas terlihat pada Tabel 4.4 berikut, dengan hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21.
Variabel Model Aktivitas N Rataan Variansi ΣX ΣX 2
Prestasi Belajar
Siswa
Penemuan Terbimbing
Rendah 22 40,72727 86,30303 896 38.304 Sedang 39 55,89744 119,9892 2.180 126.416
Tinggi 34 60 212,3636 2.040 129.408 STAD
Rendah 32 43,75 187,8065 1.400 67.072 Sedang 32 56,375 168,629 1.804 106.928
Rendah 26 33,38462 117,6862 868 31.920 Sedang 32 33,125 136,5 1.060 39.344
Tinggi 33 45,21212 134,4848 1.492 71.760
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Prestasi
Menurut rangkuman hasil analisis uji normalitas pada tabel di atas menunjukkan bahwa data kelompok eksperimen I (penemuan terbimbing), eksperimen II (STAD), dan konvensional maupun setiap kategori aktivitas (rendah, sedang, dan tinggi) berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Dalam penelitian ini uji homogenitas yang digunakan adalah Uji Bartlett dengan mengambil tingkat signifikansi
α= 0, 05 . Rangkuman hasil penelitian untuk uji homogenitas tersaji pada Tabel 4.5 berikut, dengan hasil
analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21.
Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas
Kelompok
2 χ obs
χ tabel Keputusan Kesimpulan Model Pembelajaran :
Penemuan Terbimbing, STAD, dan Konvensional
H 0 diterima
Ketiga kelompok mempunyai varian- si yang sama (homogen)
Aktivitas Belajar : Rendah, Sedang, dan Tinggi
H 0 diterima
Ketiga kelompok mempunyai variansi yang sama (homogen)
Kelompok L obs L tabel Keputusan Uji Kesimpulan Penemuan
Terbimbing
0,084378 0,0909 H 0 diterima Berdistribusi Normal STAD 0,090676 0,0909 H 0 diterima Berdistribusi Normal
Konvensional 0,088542 0,0928 H 0 diterima Berdistribusi Normal Aktivitas Rendah 0,091089
H 0 diterima Berdistribusi Normal Aktivitas Sedang
H 0 diterima Berdistribusi Normal Aktivitas Tinggi 0,073218 0,0895
H 0 diterima Berdistribusi Normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan rangkuman hasil analisis uji homogenitas pada tabel di atas menunjukkan bahwa data prestasi belajar siswa kelompok eksperimen I, eksperimen II, dan kontrol maupun kelompok masing-masing kategori aktivitas mempunyai variansi yang sama.
2. Uji Hipotesis Penelitian
Prosedur uji hipotesis ini menggunakan anava 3× 3 . Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh variabel-variabel bebas, yaitu model pembelajaran dan aktivitas belajar siswa serta pengaruh antara variabel- variabel bebas tersebut terhadap variabel terikat yaitu prestasi belajar matematika. Pengujian ini dilakukan menggunakan teknik analisis variansi dua jalan dengan jumlah sel tak sama dan mengambil taraf signifikansi
α= 0, 05 . Rangkuman analisis variansinya disajikan pada Tabel 4.6 di bawah ini, dengan hasil analisis
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22.
Tabel 4.6 Rangkuman Hasil Uji Hipotesis
Sumber JK dk RK F obs
Keputusan Uji Model (A) 14.536,15975 2 7.268,079875 50,20610602 3,02897 H 0 ditolak
Aktivitas (B) 11.142,21933 2 5.571,109664 38,48385368 3,02897 H 0 ditolak Interaksi(AB) 2.182,189414 4 545,5473536 3,768506778 2,40483 H 0 ditolak
Galat 39.376,04173 272 144,7648593 - - - Total 67.236,61023 280 -
Menurut rangkuman hasil analisis variansi yang disajikan pada Tabel 4.6 di atas menunjukkan kesimpulan sebagai berikut.
1. Karena H 0(A) ditolak, maka terdapat pengaruh model pembelajaran (model pembelajaran penemuan terbimbing, model pembelajaran STAD, dan model pembelajaran konvensional) terhadap prestasi belajar siswa.
2. Karena H 0(B) ditolak, maka terdapat pengaruh aktivitas belajar siswa (kelompok aktivitas tinggi, aktivitas sedang, dan aktivitas rendah) terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Karena H 0(AB) ditolak, maka ada interaksi yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran dan kategori aktivitas terhadap prestasi belajar siswa.
F. Uji Lanjut Pasca Anava
Uji lanjut pasca anava dilakukan untuk mengetahui kategori manakah yang membuat prestasi belajar siswa berbeda. Dari rangkuman hasil uji hipotesis di atas telah ditunjukkan sebagai berikut.
1. Karena H 0(A) ditolak, maka perlu dilakukan komparasi pasca anava. Adapun rangkuman komparasi gandanya yang diperoleh menggunakan metode Scheffe hasilnya tersaji pada Tabel 4.7 sebagai berikut.
Tabel 4.7
Rangkuman Komparasi Ganda Antarbaris
H 0 F obs
F tabel
Keputusan Uji
H 0 diterima
84, 99148765 6, 05794 H 0 ditolak
H 0 ditolak
2. Karena H 0(B) ditolak, maka perlu dilakukan komparasi pascaanava. Adapun rangkuman komparasi gandanya yang diperoleh menggunakan metode Scheffe hasilnya terlihat pada Tabel 4.8, dengan hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22.
Tabel 4.8
Rangkuman Komparasi Ganda Antarkolom
H 0 F obs
F tabel
Keputusan Uji
H 0 ditolak
79, 25769578 6, 05794 H 0 ditolak
H 0 ditolak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Karena H 0(AB) ditolak, maka perlu dilakukan komparasi ganda pascaanava. Hasil komparasi ganda antarsel pada baris yang sama terlihat pada Tabel 4.9 berikut, dengan hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22.
Tabel 4.9
Rangkuman Komparasi Ganda Antarsel Pada Baris Sama
H 0 F obs
8F 0,05: 8: 272
Keputusan Uji
F 11-12 = 22, 36015
H 0 ditolak
F 11-13 = 34, 27179
H 0 ditolak
F 12-13 = 2,111875
H 0 diterima
21 = μ = μ F 21-22 =17, 61650
H 0 ditolak
21 = μ = μ F 21-23 = 26, 05041
H 0 ditolak
22 = μ = μ F 22-23 = 0,883982 15, 78024
H 0 diterima
31 = μ = μ F 31-32 = 0, 006679
H 0 diterima
31 = μ = μ F 31-33 =14, 052660
H 0 diterima
32 = μ = μ F 32-33 =16, 395820
H 0 ditolak
Hasil komparasi ganda antarsel pada kolom yang sama terlihat pada Tabel
4.10, dengan hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22.
Tabel 4.10
Rangkuman Komparasi Ganda Antarsel Pada Kolom Sama
H 0 F obs
8F 0,05: 8: 272
Keputusan Uji
F 11-21 = 9, 675793471
H 0 diterima
F 11-31 = 4, 43811102
H 0 diterima
F 21-31 =10, 64640598
H 0 diterima
F 12 22 − = 0, 027692135 15, 78024
H 0 diterima
F 12-32 = 62, 96686346 15, 78024
H 0 ditolak
F 22-32 = 59, 7451622
H 0 ditolak
F 13 23 − = 0, 067137196 15, 78024
H 0 diterima
F 13-33 = 25, 29686283 15, 78024
H 0 ditolak
F 23-33 = 21, 68389144
H 0 ditolak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
G. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian pada subbab ini adalah pembahasan hipotesis yang terdapat pada Bab II (Kajian Teori). Adapun hasilnya dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan sebagai berikut.
1. Hipotesis Pertama Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis diperoleh nilai F a = 50,20610602 yang lebih besar dari F tabel = 3,02897. Hal ini menunjukkan bahwa H 0(A) ditolak, yang artinya terdapat pengaruh antara model pembelajaran (penemuan terbimbing, model pembelajaran STAD, dan model pembelajaran konvensional) terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan persamaan garis lurus. Untuk mengetahui manakah diantara ketiga model pembelajaran tersebut yang lebih baik maka perlu dilakukan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe. Dari uji komparasi ganda ini diperoleh hasil seperti tertulis pada Tabel 4.7 dengan pembahasannya diuraikan sebagai berikut.
a. Nilai dari
F 1. 2. − = 0, 209995714 lebih kecil dari nilai F tabel = 6, 05794 , yang artinya bahwa kedua model pembelajaran ini, yaitu model
pembelajaran penemuan terbimbing dan model pembelajaran STAD memberikan efek yang sama terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan persamaan garis lurus. Dengan demikian, model pembelajaran penemuan terbimbing dengan model pembelajaran STAD sama baiknya.
b. Nilai dari
F 1. 3. − = 84, 99148765 lebih besar daripada F tabel = 6, 05794 , yang artinya kedua model pembelajaran ini, yaitu model pembelajaran
penemuan terbimbing dan model pembelajaran konvensional memberikan efek yang tidak sama terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan persamaan garis lurus. Karena rata-rata marginal prestasi belajar siswa yang dikenai model pembelajaran penemuan terbimbing = 53,85263 lebih besar daripada rata-rata marginal prestasi belajar siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37,58242, maka model penemuan terbimbing lebih baik daripada model pembelajaran konvensional.
c. Nilai dari
F 2. 3. − = 76,83897153 lebih besar daripada F tabel = 6, 05794 , yang artinya kedua model pembelajaran ini, yaitu model pembelajaran STAD dan model pembelajaran konvensional memberikan efek yang tidak sama terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan
persamaan garis lurus. Karena rata-rata marginal prestasi belajar siswa yang dikenai model pembelajaran STAD = 53,05263 lebih besar daripada rata-rata marginal prestasi belajar siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional = 37,58242, maka model penemuan terbimbing lebih baik daripada model pembelajaran konvensional.
Dari ketiga kesimpulan di atas, kesimpulan kedua dan kesimpulan ketiga sesuai dengan hipotesis penulis, yaitu model pembelajaran penemuan terbimbing maupun model pembelajaran STAD masing-masing lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Hal ini dikarenakan materi yang dipelajari dengan penemuan terbimbing dapat mencapai tingkat kemampuan tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam menemukan (Marzano dalam Markaban, 2008:18). Akan tetapi pada kesimpulan pertama, tidak sesuai dengan hipotesis penulis, yang menyebutkan bahwa siswa yang dikenai model pembelajaran penemuan terbimbing lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa yang diberikan model pembelajaran STAD. Hal ini dimungkinkan karena pada model pembelajaran penemuana terbimbing membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menguasai konsep-konsep maupun proses menemukan. Pada model pembelajaran STAD, siswa saling berkelompok secara heterogen sehingga dalam satu kelompok adanya saling bekerja sama, diskusi, dan menutupi kekurangan antaranggota kelompok. Siswa yang berkemampuan lebih tinggi membantu siswa yang berkemampuan lebih rendah dan begitu pula siswa berkemampuan lebih rendah termotivasi untuk terus belajar memahami materi persamaan garis lurus karena kelompok dalam model pembelajaran STAD terdapat kompetisi antarkelompok untuk meraih poin kemajuan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penghargaan. Adanya saling bertukar pendapat dan diskusi antaranggota dalam kelompok heterogen yang dapat berjalan dengan baik, maka hal ini sesuai dengan fungsi guru sebagai fasilitator dan pembimbing siswa pada model pembelajaran penemuan terbimbing. Dengan melihat formula yang telah berjalan dengan baik ini, maka model pembelajaran penemuan terbimbing dan model pembelajaran STAD memberikan prestasi belajar matematika yang sama baiknya pada pokok bahasan persamaan garis lurus. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Yoppy Wahyu Purnomo (2011), yang menerangkan bahwa model pembelajaran penemuan terbimbing dengan model pembelajaran kooperatif sama baiknya. Walaupun secara kuantitas kedua model pembelajaran ini terdapat perbedaan, tetapi tidak signifikan.
2. Hipotesis Kedua Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis diperoleh nilai F b = 38,48385368 lebih besar daripada nilai F tabel = 3,02897, yang dapat diputuskan bahwa
H 0(B) ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara aktivitas belajar siswa (aktivitas rendah, sedang, dan tinggi) terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan persamaan garis lurus. Karena
H 0(B) ditolak maka perlu dilanjutkan dengan uji komparasi ganda menggunakan metode Scheffe untuk mengetahui manakah aktivitas siswa yang dapat memberikan prestasi belajar siswa yang lebih baik. Dilihat dari perhitungan analisis varianai yang hasilnya tertulis pada Tabel 4.8 dapat disimpulkan sebagai berikut.
a. Nilai .1 .2 F − = 31,10716302 lebih besar daripada nilai tabel F = 6, 05794 , yang artinya kedua aktivitas belajar siswa ini, yaitu aktivitas rendah
dan aktivitas sedang memberikan efek yang tidak sama terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan persamaan garis lurus. Karena rata-rata marginal prestasi belajar siswa dengan aktivitas sedang = 48,97087 lebih besar daripada rata-rata marginal prestasi belajar siswa dengan aktivitas rendah = 39,55 maka prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
siswa dengan aktivitas sedang lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan aktivitas rendah.
b. Nilai .1 .3 F − = 79, 25769578 lebih besar daripada nilai tabel F = 6, 05794 , yang artinya kedua aktivitas belajar siswa ini, yaitu aktivitas sedang
dan aktivitas tinggi memberikan efek yang tidak sama terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan persamaan garis lurus. Karena rata-rata marginal dari prestasi belajar siswa dengan aktivitas tinggi = 54,77551 lebih besar daripada rata-rata marginal prestasi belajar siswa dengan aktivitas sedang = 39,55, maka prestasi belajar siswa dengan aktivitas tinggi lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan aktivitas rendah.
c. Nilai .2 .3 F − = 11, 68837495 lebih besar daripada nilai tabel F = 6, 05794 , yang artinya kedua aktivitas belajar siswa ini, yaitu aktivitas rendah
dan aktivitas tinggi memberikan efek yang tidak sama terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan persamaan garis lurus. Karena rata-rata marginal dari prestasi belajar siswa dengan aktivitas tinggi = 54,77551 lebih besar daripada rata-rata marginal prestasi belajar siswa dengan aktivitas rendah = 48,97087, maka prestasi belajar siswa dengan aktivitas tinggi lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan aktivitas sedang.
Berdasarkan ketiga kesimpulan di atas maka hipotesis kedua yaitu, siswa dengan aktivitas belajar tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar sedang, siswa dengan aktivitas belajar sedang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan aktivitas belajar rendah, dan siswa dengan aktivitas tinggi lebih baik prestasinya daripada siswa dengan aktivitas sedang. Hal ini sudah sesuai dengan hipotesis dari penulis dan sejalan dengan pandangan ilmu jiwa modern dalam Sardiman (2001), yaitu aktivitas belajar mengajar didominasi oleh siswa. Belajar adalah berbuat dan sekaligus merupakan proses yang membuat anak didik harus aktif. Oleh karena itu, siswa yang lebih aktif akan belajar lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang kurang aktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sehingga prestasi belajar siswa yang aktivitasnya lebih tinggi lebih baik daripada siswa dengan aktivitas lebih rendah, yaitu siswa dengan aktivitas tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan aktivitas sedang, siswa dengan aktivitas sedang lebih baik daripada siswa dengan aktivitas rendah, dan siswa dengan aktivitas tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan aktivitas rendah.
3. Hipotesis Ketiga Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan jumlah sel tak sama diperoleh nilai F ab = 3,768506778 lebih besar dari nilai F tabel = 2,40483 menunjukkan bahwa H 0(AB) ditolak. Hal ini berarti, terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan kategori aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan persamaan garis lurus. Menurut hasil uji komparasi ganda antarsel pada baris yang sama seperti pada Tabel 4.9 diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
a. Pada kelompok yang diberikan perlakuan model pembelajaran penemuan terbimbing, untuk siswa dengan aktivitas sedang mempunyai prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa aktivitas
tinggi karena nilai 12-13 F = 2,111875 lebih kecil daripada nilai 8F 0,05:8:272 = 15, 78024 . Sementara itu, terdapat perbedaan antara prestasi belajar siswa dengan aktivitas sedang maupun aktivitas tinggi
terhadap siswa dengan aktivitas rendah. Hal ini dapat diketahui dari nilai 11-12 F = 22, 36015 dan 11-13 F = 34, 27179 lebih besar daripada nilai
8F 0,05:8:272 = 15, 78024 , berarti H 0 ditolak. Karena rata-rata marginal pada siswa yang dikenai model pembelajaran penemuan terbimbing
dengan aktivitas tinggi = 60 serta rata-rata marginal pada siswa dengan aktivitas sedang = 55,89744 lebih besar daripada rata-rata marginal aktivitas rendah = 40,72727, maka prestasi siswa dengan aktivitas sedang lebih baik daripada siswa dengan aktivitas rendah dan siswa dengan aktivitas tinggi lebih baik daripada siswa dengan aktivitas rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Pada kelompok yang diberikan perlakuan model pembelajaran STAD, siswa dengan aktivitas sedang mempunyai prestasi belajar yang sama
baiknya dengan siswa aktivitas tinggi karena nilai 22-23 F = 0,883982 lebih kecil daripada 0,05:8:272 8F = 15, 78024 . Sementara itu, terdapat perbedaan prestasi belajar siswa dengan aktivitas sedang maupun
tinggi daripada siswa dengan aktivitas rendah. Hal ini dikarenakan nilai 21-22 F =17, 6165 dan 21-23 F = 26, 05041 lebih besar daripada nilai
8F 0,05:8:272 = 15, 78024 . Karena rata-rata marginal pada siswa yang dikenai model pembelajaran STAD dengan siswa aktivitas tinggi =
59,22581, sedangkan rata-rata marginal pada siswa dengan aktivitas sedang = 56,375 lebih besar daripada rata-rata marginal siswa aktivitas rendah = 43,752, maka prestasi belajar siswa dengan aktivitas tinggi lebih baik daripada siswa dengan aktivitas rendah dan prestasi belajar siswa dengan aktivitas sedang lebih baik daripada siswa dengan aktivitas rendah.
c. Pada kelompok yang diberikan perlakuan model pembelajaran konvensional, siswa dengan aktivitas rendah sama baiknya dengan aktivitas sedang serta siswa dengan aktivitas tinggi juga sama baiknya dengan aktivitas rendah. Hal ini dapat diketahui dari nilai
F 31-32 = 0, 006679 dan 31-33 F =14, 05266 lebih kecil daripada nilai 8F 0,05:8:272 = 15, 78024 . Akan tetapi, prestasi belajar siswa dengan aktivitas tinggi tidak sama siswa dengan siswa yang mempunyai
aktivitas sedang. Hal ini dapat diketahui dari nilai 32-33 F =16,39582 lebih besar dibandingkan dengan nilai 0,05:8:272 8F = 15, 78024 . Karena rata-rata marginal pada siswa yang dikenai model pembelajaran
konvensional dengan aktivitas tinggi = 45,21212 lebih besar daripada rata-rata marginal aktivitas aktivitas sedang = 33,125, maka prestasi belajar siswa dengan aktivitas tinggi lebih baik daripada siswa dengan aktivitas rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan hasil uji komparasi ganda antarsel pada kolom yang sama dengan hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.10 diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
a. Pada siswa yang mempunyai aktivitas rendah, untuk kelompok siswa yang diberikan model pembelajaran penemuan terbimbing, model pembelajaran STAD, maupun model pembelajaran konvensional mempunyai prestasi belajar yang sama baiknya. Hal ini dapat diketahui
berdasarkan nilai 11-21 F = 9, 675793471 ,
F 11-31 = 4, 43811102 , dan
F 21-31 =10, 64640598 lebih kecil daripada nilai 0,05:8:272 8F = 15, 78024 .
b. Pada siswa dengan aktivitas sedang, prestasi belajar siswa yang dikenai model pembelajaran penemuan terbimbing berbeda terhadap konvensional, sedangkan model pembelajaran STAD juga berbeda terhadap konvensional. Hal ini dapat diketahui dari nilai
F 12-32 = 62, 96686346 dan 22-32 F = 59, 7451622 lebih besar daripada nilai 8F 0,05:8:272 = 15, 78024 , yang berarti bahwa H 0(AB) ditolak. Karena diperoleh rata-rata marginal yang dikenai model pembelajaran
penemuan terbimbing = 55,89744 lebih besar daripada rata-rata marginal konvensional = 33,125 serta diperoleh rata-rata marginal STAD = 56,375 lebih besar daripada rata-rata marginal konvensional = 33,125, maka prestasi belajar siswa pada model pembelajaran penemuan terbimbing dan model pembelajaran STAD lebih baik daripada model pembelajaran konvensional. Akan tetapi, pada model pembelajaran penemuan terbimbing dan model pembelajaran STAD
mempunyai prestasi yang sama baiknya, karena 12-22 F = 0, 027692135
lebih kecil daripada nilai 0,05:8:272 8F = 15, 78024 .
c. Pada siswa dengan aktivitas tinggi, model pembelajaran penemuan terbimbing sama baiknya dengan STAD. Hal ini dapat diketahui
berdasarkan nilai 13-23 F = 0, 067137196 lebih kecil daripada nilai 8F 0,05:8:272 = 15, 78024 . Sementara itu untuk siswa dengan aktivitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tinggi, prestasi belajar siswa yang diberikan model pembelajaran penemuan terbimbing berbeda terhadap konvensional, dan model pembelajaran STAD berbeda terhadap model pembelajaran
konvensional. Hal ini dapat diketahui dari nilai 13-33 F = 25, 29686283 dan 23-33 F = 21, 68389144 lebih besar daripada 0,05:8:272 8F = 15, 78024 , yang berarti H 0(AB) ditolak. Karena rata-rata marginal pada model
pembelajaran penemuan terbimbing = 60 lebih besar daripada rata-rata marginal konvensional = 45,21212, sedangkan rata-rata marginal model pembelajaran STAD = 59,22581 lebih besar daripada rata-rata marginal konvensional = 45,21212, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa pada model pembelajaran penemuan terbimbing maupun STAD lebih baik daripada model pembelajaran konvensional.
Dari hasil analisis di atas, maka hipotesis ketiga pada penelitian ini tidak sepenuhnya sama seperti hipotesis penulis. Ternyata pada masing-masing kelompok aktivitas sedang maupun tinggi, prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan model penemuan terbimbing sama dengan prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran STAD, serta pada masing-masing model pembelajaran penemuan terbimbing maupun STAD lebih baik daripada konvensional. Akan tetapi pada masing- masing model pembelajaran penemuan terbimbing maupun STAD, prestasi belajar siswa dengan aktivitas tinggi sama dengan prestasi belajar siswa dengan aktivitas sedang, prestasi belajar siswa dengan aktivitas tinggi lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan aktivitas rendah, dan prestasi belajar siswa dengan aktivitas sedang lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan aktivitas rendah. Hal ini dikarenakan siswa pada masing- masing model pembelajaran penemuan terbimbing maupun STAD sangat dipengaruhi berbagai karakteristik, salah satunya aktivitas belajar. Hal ini juga diperkuat dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Latifah Musthofa Lestyanto (2010), dia menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran dipengaruhi oleh aktivitas belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
H. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, ada beberapa keterbatasan. Keterbatasan pada penelitian ini dapat diungkapkan sebagai berikut.
1. Data prestasi belajar yang digunakan untuk membahas perbedaan prestasi belajar matematika bagi siswa yang diberikan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing, STAD, dan konvensional hanya terbatas pada pokok bahasan persamaan garis lurus. Penelitian ini dapat disempurnakan lebih lanjut dengan mengujicobakan pada pokok bahasan yang lain.
2. Pada uji keseimbangan, peneliti hanya mengambil data dari nilai ujian mata pelajaran matematika sewaktu di kelas VII pada semester II. Sebaiknya, penelitian ini perlu dikembangkan instrumen tersendiri agar data yang diperoleh untuk mengetahui keseimbangan kemampuan ketiga kelompok sebelum eksperimen dilakukan menjadi lebih baik saat diujicobakan pada pokok bahasan lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN