BAB II PELAYANAN KEGIATAN PENANAMAN MODAL SECARA
LANGSUNG DIRECT INVESTMENT BERDASARKAN UUPM DAN PERATURAN PELAKSANANYA
A. Aspek Hukum Penanaman Modal Secara Langsung di Indonesia
1. Pengertian dan jenis-jenis penanaman modal
Untuk memahami arti dari penanaman modal, maka perlu diberikan batasan yang jelas terhadap pengertian dari apa yang dimaksudkan dengan
penanaman modal. Hal tersebut bertujuan agar persepsi dan pemahaman tentang penanaman modal menjadi jernih dan jelas guna menghindari adanya arti negatif
terhadap keberadaan penanaman modal, khususnya Penanaman Modal Asing PMA.
22
Dari bunyi Pasal tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa di dalam penanaman modal asing risiko penggunaannya menjadi tanggungan penanam.
Seperti yang dinyatakan pada Pasal 1 UU 11967 tentang PMA yang berbunyi :
Pengertian penanaman modal asing di dalam Undang-Undang itu hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau
berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-Undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara
langsung menanggung risiko dari penanaman modal tersebut.
22
Aminuddin Ilmar, “Hukum Penanaman Modal di Indonesia”, Jakarta : Prenada Media, 2005, hlm. 40.
23
Universitas Sumatera Utara
Sehingga jaminan kepastian hukum dalam kegiatan penanaman modal oleh investor asing masih belum dapat terwujudkan.
Penanaman modal secara langsung dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan para investor yang hendak menanamkan modalnya secara langsung, yaitu dengan
hadir secara fisik di dalam menjalankan usahanya. Dengan hadirnya ataupun dengan didirikannya perusahaan para investor tersebut Negara host maka dengan
pastilah bahwa para investor tersebut harus tunduk kepada seluruh ketentuan hukum yang diatur pada Negara host tersebut.
Teori yang dapat dipelajari dari hubungan antar negara penerima modal dengan penanaman modal, khususnya Penanaman Modal Asing PMA itu sendiri
mempunyai banyak variasi, yaitu :
23
Teori yang pertama, menunjukkan adanya sikap yang ekstrim yakni tidak menginginkan timbulnya ketergantungan dari negara-negara terhadap penanaman
modal khususnya penanaman modal asing, sehinggan dengan tegas menolak adanya penanaman modal asing karena dianggap sebagai kelanjutan dari proses
kapitalisme. Penganut teori ini adalah Karl Marx dan Robert Magdoff.
24
Teori yang kedua, berupa teori yang bersifat nasionalisme dan populisme yang pada dasarnya diliputi kekhawatiran akan adanya dominasi penanaman
modal asing. Oleh sebab itu, menurut paham teori ini bahwa kehadiran penanaman modal asing berakibat adanya pembagian keuntungan yang tidak
23
Ibid., hlm. 41.
24
Ibid., hlm. 41.
Universitas Sumatera Utara
seimbang yang terlalu banyak ada pada pihak penanaman modal asing, sehingga menyebabkan negara penerima modal asing membatasi kegiayan penanaman
modal asing sedemikian rupa. Penganut teori ini adalah Streeten dan Stephen Hymer.
25
Teori yang ketiga, melihat peranan penanaman modal asing secara ekonomi tradisional dan meninjaunya dari segi kenyataan, dimana penanaman
modal asing dapat membawa pengaruh pada perkembangan dan modernisasi ekonomi negara penerima modal asing. Proses tersebut dapat dilihat pada gejala
perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dunia dan mekanisme pasar yang dapat berlangsung baik dengan atau tanpa pengaturan dan fasilitas dari negara penerima
modal asing. Pelopor dalam teori ini adalah Raymond Vernon dan Charles P. Kindleberger.
26
Dari uraian tersebut di atas, dapat ditunjukkan bahwa pengertian terhadap penanaman modal oleh masing-masing negara penerima modal tergantung atau
ada keterkaitan dengan salah satu teori yang dianut ataukah merupakan variasi dari berbagai teori itu.
27
Lain halnya jika dilihat pengertian penanaman modal yang ada di dalam Pasal 1 UUPM, dikatakan bahwa yang dimaksud dengan penanaman modal
adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam
25
Ibid., hlm. 41.
26
Ibid., hlm. 41.
27
Ibid., hlm. 42.
Universitas Sumatera Utara
negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.
Dari pengertian di atas, maka sudah dapat disimpulkan bahwa Undang- Undang 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal terdapat pemberlakuan asas
yang baru dimana adanya asas perlakuan yang sama bagi seluruh investor. Karena kegiatan penanaman modal di Indonesia setelah dikeluarkannya UUPM dapat
dilakukan oleh seluruh investor baik dari dalam ataupun luar negeri tanpa adanya perbedaan peraturan lagi.
Pengertian lain tentang penanaman modal diberikan oleh Organization European Economic Co-operation OEEC yang menyatakan bahwa “direct
investment is mean acquisition of sufficient interest in an undertaking to insure its controle by the investor“. Kesimpulan yang dapat ditarik dari rumusan tersebut
adalah penanaman modal diberi keleluasaan pengusahaan dan penyelenggaraan pimpinan dalam perusahaan dimana modalnya ditanam, dalam arti bahwa
penanaman modal mempunyai penguasaan atas modal. Pengertian ini terlalu menitikberatkan pada penguasaan perusahaan dan tidak memperhitungkan adanya
kemunginan penanaman modal itu dalam bentuk portfolio investment.
28
Lain lagi dengan pengertian yang diberikan oleh Andean Pact, yang menyangkut “Direct Foreign Investment” yang menekankan kepada pengertian
28
Ibid., hlm. 44.
Universitas Sumatera Utara
penanaman modal asing yang dilakukan oleh para penanam modal asing secara perorangan.
29
Menurut Ensiklopedia Indonesia, investasi adalah penanaman uang atau modal dalam proses produksi dengan pembelian gedung-gedung,
permesinan, bahan cadangan, penyelenggaraan uang kas serta perkembangannya. Dengan demikian, cadangan modal barang diperbsar
sejauh tidak ada modal barang yang harus diganti. Adapun pengertian investasi menurut pendapat para ahli adalah sebagai
berikut : Menurut Fitzgeral, investasi adalah aktivitas yang berkaitan dengan usaha
penarikan sumber-sumber dana yang dipakai untuk mengadakan barang modal pada saat sekarang, dan dengan barang modal padaa saat sekarang,
dan dengan barang modal akan dihasilkan aliran produk baru di masa yang akan datamg.
Menurut Kamarudin Ahmad, investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan
tertentu atas uang atau dana tersebut.
30
Jika dilihat dari sumber dana yang digunakan daripada modal asing dan modal dalam negeri, maka akan ditemui jenis investasi secara langsung dan tidak
langsung. Penanaman modal ini jika ditelaah, maka akan terdapat berbagai jenis
daripada penanaman modal tersebut. Adapun jenis-jenis penanaman modal itu adalah sebagai berikut :
29
Ibid., hlm. 44.
30
Salim H.S. dan Budi Sutrisno, Op. Cit., hlm. 31-32.
Universitas Sumatera Utara
Investasi secara langsung, artinya bagi pemodal asing maupun dalam negeri yang hendak menanamkan modalnya harus secara langsung hadir
secara fisik di dalam menjalankan usahanya.
Investasi secara tidak langsung, artinya bagi pemodal asing maupun dalam negeri yang hendak menanamkan modalnya tidak perlu hadir secara
fisik di dalam menjalankan usahanya, sebab pada umumnya tujuan utama dari penanam modal bukanlah mendirikan perusahaan, melainkan hanya
membeli saham dengan tujuan untuk dijual kembali sehingga dengan rentan waktu yang tidak begitu lama dapat menikmati keuntungan.
31
Financial asset, merupakan investasi yang tidak berwujud, seperti dokumen surat-surat klaim tidak langsung dari si pemilik terhadap
aktivitas riil pihak yang menerbitkan sekuritas tersebut. Jika dilihat dari aspek modal atau kekayaannya atau yang biasa disebut
dengan penggolongan investasi menurut asetnya, maka investasi dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu investasi real asset dan financial asset.
Real asset, merupakan investasi yang berwujud, seperti gedung-gedung, kendaraan, emas dan sebagainya.
32
Jika dilihat investasi berdasarkan pengaruhnya maka ini mengartikan bahwa investasi yang didasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi atau
tidak berpengaruh dari kegiatan investasi. Investasi berdasarkan pengaruh dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu investasi autonomus berdiri sendiri dan
investasi induced memengaruhi-menyebabkan.
33
Investasi autonomus berdiri sendiri, merupakan investasi yang tidak dipengaruhi tingkat pendapatan, bersifat spekulatif. Misalnya, pembelian
surat-surat berharga.
31
Sentosa Sembiring, Op. Cit., hlm. 41.
32
Salim HS. dan Budi Sutrisno. Op. Cit., hlm. 37.
33
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Investasi induced memengaruhi-menyebabkan, merupakan investasi yang dipengaruhi kenaikan permintaan akan barang dan jasa serta tingkat
pendapatan. Misalnya, penghasilan transitori, yaitu penghasilan yang didapat selain dari bekerja, seperti bunga dan sebagainya.
Jika investasi dilihat pula dari segi pembiayaannya, maka investasi dapat digolongkan menjadi investasi yang bersumber dari modal asing PMA dan
investasi yang bersumber dari modal dalam negeri PMDN.
34
2. Dasar hukum pelaksanaan kegiatan penanaman modal
Investasi yang bersumber dari modal asing PMA merupakan investasi yang bersumber dari pembiayaan luar negeri.
Investasi yang bersumber dari modal dalam negeri PMDN merupakan investasi yang bersumber dari pembiayaan dalam negeri.
Pengaturan pemerintah dalam menerapkan bentuk usaha kerja sama joint- venture antara penanaman modal asing dengan modal nasional dalam
penjabarannya dilaksanakan pertama kali melalui Instruksi Presidium Kabinet Nomor 36UIN61967 yang ditetapkan dalam bentuk usaha kerja sama joint
enterprise perusahaan campuran
35
Jika diamati ke masa yang lalu, maka tampaknya Pemerintah menyadari bahwa perkembangan dunia bisnis khususnya dalam menarik investasi semakin
kompetitif. Untuk itu pada tahun 1994, pemerintah pun kembali menyesuaikan ketentuan penanaman modal asing yakni dengan menerbitkan Peraturan
yang juga merupakan salah satu bentuk usaha kerja sama joint-venture.
34
Ibid., hlm. 38.
35
Lihat : Instruksi Presidium Kabinet Nomor 36UIN61967.
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikian Saham Dalam Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing. Pertimbangan
dikeluarkannya peraturan ini adalah untuk lebih mempercepat peningkatan dan perluasan kegiatan ekonomi dan pembangunan nasional pada umumya, diperlukan
langkah-langkah untuk lebih mengembangkan iklim usaha yang semakin mantap dan lebih menjamin kelangsungan penanaman modal asing.
36
a. Keputusan Presiden RI Nomor 116 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Dasar Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1980 tentang Pembentukan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah. Dalam Pasal 2 disebutkan
sebagai berikut: Untuk memotong mata rantai birokrasi investasi ini, sebenarnya berbagai
upaya telah dilakukan oleh pemerintah, antara lain dengan menerbitkan berbagai kebijakan di bidang investasi yakni dengan diterbitkannya :
“Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah mempunyai tugas membantu Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dalam menentukan kebijaksanaan di
bidang perencanaan penanaman modal daerah, memberiikan persetujuan dan perijinan penanaman modal dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri
PMDN tertentu ditetapkan oleh Menteri NegaraKepala Badan Koordinasi Penanaman Modal berdasarkan kriteria tertentu, dan melaksanakan
pengawasan atas pelaksanaannya.”
b. Instruksi Presiden RI Nomor 22 Tahun 1998 tentang Penghapusan Kewajiban
Memiliki Rekomendasi Instansi Teknis Dalam Permohonan Persetujuan Penanaman Modal. Keputusan Menteri Negara InvestasiKepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal Nomor 1SK1998 tentang Pelimpahan
36
Sentosa Sembiring, Op. Cit., hlm. 85.
Universitas Sumatera Utara
Kewenangan Pemberian Persetujuan Dan Fasilitas Serta Perizinan Pelaksanaan Penanaman Modal Dalam Negeri Tertentu Kepada Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I. Dalam Pasal 1 butir disebutkan : “Menteri Negara Investasi MeninvesKepala Badan Koordinasi Penanaman
Modal BKPM melimpahkan kewnangan penerbitan Surat Persetujuan, Fasilitas dan Perizinan Pelaksanaan Penanaman Modal kepada Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I untuk penanaman modal dalam negeri dengan nilai investasi sampai dengan Rp 10.000.000.000,- sepuluh milyar rupiah yang
dilaksanakan di daerahnya.”
37
Berdasarkan ketentuan di atas, tampak bahwa sebenarnya pemerintah pusat sedikit demi sedikit mulai mendelegasikan kewenangannya kepada
pemerintah daerah. Secara teoritis hal ini dapat mempermudah bagi investor untuk melakukan kegiatan usahanya, sebab investor cukup datang ke daerah dimana ia
akan melakukan investasi.
38
Dalam ketentuan sistem UU No. 32 Tahun 2004, maka kewenangan Pemerintah Daerah di bidang investasi berupa “pelayanan administrasi
Untuk mendapatkan landasan hukum yang lebih kuat tentang kewenangan Pemda dalam pengelolaan investasi, pemerintah menyadari perlu menyesuaikan
peraturan perundang-undangan dengan potensi dan kondisi daerah. Untuk itu, Pemerintah Pusat mendelegaskan kewenangannya penanaman modal ke
Pemeritah Daerah. Hal ini dijabarkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
37
Ibid., hlm. 95.
38
Ibid., hlm. 95.
Universitas Sumatera Utara
penanaman modal” dalam hubungan dengan Pemerintah Pusat, akan meliputi beberapa hal sebagai berikut :
a. kewenangan, tanggungjawab dan penentuan standar minimal;
b. pengalokasian pendanaan pelayanan umum yang menjadi kewenagan Daerah;
dan c.
fasilitasi pelaksanaan kerjasama antara Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pelayanan umum.
39
Kewenangan pemerintah daerah ini juga semakin dikuatkan dengan adanya Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik IndonesiaNomor 52 Tahun
2012 tentangPedoman Pengelolaan Investasi Pemerintah Daerah, yang mana maksud dan tujuan investasi pemerintah daerah ini dinyatakan dalam Pasal 2 yang
berbunyi : 1
Investasi pemerintah daerah dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, danatau manfaat lainnya.
2 Manfaat ekonomi, sosial, danatau manfaat lainnya sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 meliputi: a.
keuntungan sejumlah tertentu dalam jangka waktu tertentu berupa deviden, bunga dan pertumbuhan nilai Perusahaan Daerah yang
mendapatkan investasi pemerintah daerah; b.
peningkatan berupa jasa dan keuntungan bagi hasil investasi sejumlah tertentu dalam jangka waktu tertentu;
c. peningkatan penerimaan daerah dalam jangka waktu tertentu sebagai
akibat langsung dari investasi yang bersangkutan; d.
peningkatan penyerapan tenaga kerja sejumlah tertentu dalam jangka waktu tertentu sebagai akibat langsung dari investasi yang bersangkutan;
danatau e.
peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai akibat dari investasi pemerintah daerah.
40
39
Saut P. Panjaitan, Kewenangan Pemerintah Daerah di Bidang Investasi Menurut Sistem Undang-Undang Pemerintah Daerah dan Sistem Undang-Undang Penanaman Modal,
dikutip dari http:notariat.fh.unsri.ac.id
pada tanggal 20 Maret 2014.
Universitas Sumatera Utara
Penanaman modal di Indonesia telah berkembang cukup lama dalam kurun waktu kurang lebih empat puluh tahun, dimana dalam kurun waktu tersebut
kegiatan penanaman modal di Indonesia, baik penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri telah berkembang dan memberiikan kontribusi
dalam mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional.
41
Diharapkan dengan pemberlakuan UU 252007 ini dapat memberii motivasidorongan bagi investor untuk meningkatkanmenambah investasinya,
maupun calon investor untuk berinvestasi di Indonesia, karena kebijakan pemerintah untuk meningkatkan arus investasi dari segi yuridis sudah dapat
dikatakan positif. Pada tahun 2007, Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang
Yudhoyono telah mengesahkan UU 252007 tentang Penanaman Modal yang merupakan bukti adanya jaminan kepastian hukum bagi investor untuk
berinvestasi di Indonesia.
42
3. Kebijakan dasar penanaman modal
Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara GBHN tahun 1999 yang menjadi arah kebijaksanaan penanaman modal ditetapkan bahwa penanaman
modal dimungkinkan pelaksanaannya di Indonesia dengan memenuhi berbagai persyaratan-persyaratan tertentu. Di samping itu, penanaman modal asing
diarahkan untuk memperkuat tumbuhnya ekonomi nasional dalam rangka
40
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik IndonesiaNomor 52 Tahun 2012 tentangPedoman Pengelolaan Investasi Pemerintah Daerah.
41
Asmin Nasution,Op. Cit., hlm. 79.
42
Ibid., hlm. 84.
Universitas Sumatera Utara
mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional. Hal tersebut sejalan dengan uraian Sunaryati Hartono bahwa suatu pembahasan mengenai penanaman
modal asing tidak dapat dilihat terlepas dari peranannya di dalam pembangunan ekonomi dan rencana pembangunan economic planning, karena penanaman
modal asing hanya merupakan salah satu faktor saja dalam pembangunan ekonomi.
43
Selain itu, dalam GBHN secara tegas disebutkan bahwa kebijaksanaan dan pengelolaan penanaman modal khususnya Penanaman Modal Asing PMA
ditetapkan dan dilakukan oleh pemerintah yang diwujudkan dalam suatu instrumen kebijaksanaan berupa peraturan perundang-undangan seperti melalui
peraturan pemerintah, keputusan presiden, keputusan menteri serta keputusan Ketua BKPM.
44
Penanaman modal sebagai salah satu alternative pembiayaan pembangunan harus dapat memfasilitasi perkembangan ekonomi, dimana
penanaman modal dapat semakin mendorong pertumbuhan ekonomi, alih Dalam suatu pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional suatu Negara,
diperlukan pembiayaan baik dari pemerintah maupun dari masyarakat. Kebutuhan pembiayaan pembangunan di masa datang akan semakin besar, dimana
pembiayan tersebut tidak dapat dipenuhi hanya dari pemerintah saja melalui penerimaan pajak dan penerimaan lainnya.
43
Sunaryati Hartono, “ Beberapa Masalah Transnasional dalam Penanaman Modal Asing PMA di Indonesia “, Bandung : Bina Cipta ,1970, hlm. 1.
44
Aminuddin Ilmar, Op. Cit., hlm. 36.
Universitas Sumatera Utara
teknologi dan pengetahuan secara serta menciptakan lapangan kerja yang baru untuk mengurangi angka pengangguran dan mampu meningkatkan daya beli
masyarakat. Untuk itu, hanya dengan mendorong penanaman modal, pertumbuhan ekonomi terus dipacu sehingga mampu mengimbangi kemampuan ekonomi
negara-negara lain.
45
Untuk itu, pembangunan ekonomi haruslah didukung oleh perkembangan hukum karena antara keduanya saling menunjang, dimana pembangunan ekonomi
hanya dapat tercapai apabila ada kepastian hukum. Antara hukum dan ekonomi merupakan dua sistem dari sistem kemasyarakatan yang saling berintegerasi satu
sama lain.
46
Perlunya pengaturan pemerintah terhadap penanaman modal asing dimaksudkan untuk memberiikan arah terhadap penanaman modal asing yang
dilaksanakan di Indonesia agar dapat berperan dalam pembangunan nasional. Dengan kata lain, kebijaksanaan penanaman modal asing di Indonesia, ditetapkan
berdasarkan pemikiran bahwa penanaman modal asing harus dapat memberiikan konstribusi untuk memperkuat dan memperkukuh struktur perekonomian
Salah satunya adalah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional Propenas
pembangunan di berbagai bidang merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan. Pembangunan tersebut terdiri dari bidang hukum, ekonomi, politik, agama,
pendidikan, social dan budaya, daerah, sumber daya alam dan lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan.
45
Ibid., hlm. 90.
46
Ibid., hlm. 91.
Universitas Sumatera Utara
nasional. Maka dengan adanya berbagai pengaturan terhadap penanaman modal asing tidak lain dimaksudkan untuk lebih memberii peluang yang lebuh luas
kepada para penanam modal asing dalam melaksanakan kegiatannya melalui dukungan iklim penanaman modal asing yang kondusif.
47
Instrumen dokumen perencanaan pembangunan nasional yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai acuan utama dalam memformat dan menata sebuah
bangsa, mengalami dinamika sesuai dengan perkembangan dan perubahan zaman. Perubahan mendasar yang terjadi adalah semenjak bergulirnya bola reformasi,
seperti dilakukannya amandemen UUD 1945, demokratisasi yang melahirkan penguatan desentralisasi dan otonomi daerah UU Nomor 221999 yang telah
diganti dengan UU Nomor 322004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 251999 yang telah diganti dengan UU Nomor 332004 tentang Perimbangan
Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 23 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden, penguatan prinsip-prinsip Good Governance : transparansi, akuntabilitas, partisipasi, bebas KKN, pelayanan publik yang lebih baik.
Disamping itu dokumen perencanaan pembangunan nasional juga dipengaruhi oleh desakan gelombang globalisasi AFTA, WTO, dsb dan perubahan peta
geopolitik dunia pasca tragedi 11 September 2001.
48
47
Aminuddin Ilmar, Op. Cit., hlm. 41.
48
Empi Muslion, Paradigma Perubahan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional, dikutip dari
http:empimuslion.wordpress.com pada tanggal 23 Maret 2014.
Universitas Sumatera Utara
Kebijakan dasar penanaman modal dapat dilihat dalam pasal 4 UUPM yang berbunyi sebagai berikut :
1 Pemerntah menetapkan kebijakan dasar penanaman modal untuk :
a. Mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi
penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional; dan
b. Mempercepat peningkatan penanaman modal.
2 Dalam menetapkan kebijakan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat 1,
Pemerintah: a.
Memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan
nasional; b.
Menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha bagi penanam modal sejak proses pengurusan perizinan sampai dengan berakhirnya
kegkiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peratur perundang-undangan;
c. Membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan
perlindungan kepada usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi. 3
Kebijakan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 diwujudkan dalam bentuk Rencana Umum Penanaman Modal.
49
Dalam Pasal 4 ayat 2 UUPM dapat ditelaah bahwa kebijakan Pemerintah adalah memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan
penanam modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional. Hal ini ditujukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan
kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia diperlukan peningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan modal yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri; bahwa dalam menghadapi perubahan perekonomian global dan
keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kerja sama internasional perlu diciptakan iklim penanaman modal yang kondusif, promotif, memberiikan kepastian hukum,
49
Undang-Undang Penanaman Modal
Universitas Sumatera Utara
keadilan, dan efisien dengan tetap memperhatikan kepentingan ekonomi nasional.
50
4. Bidang usaha penanaman modal
Apabila dikaji dan dianalisis ketentuan yang tercantum dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang
menyatakan bahwa :
a. Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman
modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan.
b. Bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal asing adalah .
produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang; dan bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang-
undang.
Dan jika dilihat dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup
dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, maka bidang usaha untuk penanaman investasi digolongkan menjadi tiga
macam. Ketiga macam bidang usaha itu, meliputi : a.
Bidang usaha terbuka, adalah bidang usaha yang diperkenankan untuk penanaman modal, baik untuk investasi domestik maupun investasi asing.
b. Bidang usaha yang dinyatakan tertutup, adalah jenis usaha tertentu yang
dilarang diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal, yang meliputi : 1
Produksi senjata,
50
Orinton Purba, Kebijakan Penanaman Modal Di Indonesia, dikutip dari http:hukuminvestasi.wordpress.com
pada tanggal 23 Maret 2014.
Universitas Sumatera Utara
2 Mesin,
3 Alat peledak,
4 Peralatan perang, dan
5 Bidang usaha yang dinyatakan eksplisit tertutup berdasarkan Pasal 13 ayat
2 UUPM, seperti penjudian,objek ziarah, pemanfaatan pengambilan koral alam, museum, pemukimanlingkungan adat, industri minuman
mengandung alkohol, dll. c.
Bidang usaha terbuka dengan persyaratan, adalah jenis usaha tertentu yang dapat diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan persyaratan
tertentu, yang tergolong dalam lima macam bidang usaha yaitu : 1
bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan perlindungan dan pengembangan terhadap UMKMK,
2 bidang usaha yang terbuka dengan syarat kemitraan,
3 bidang usaha yang terbuka berdasarkan kepemilikan modal,
4 bidang usaha yang terbuka berdasarkan persyaratan lokasi tertentu, dan
5 bidang usaha yang terbuka berdasarkan persyaratan perizinan khusus.
Penjelasan mengenai daftar bidang usaha ini juga dapat dilihat secara jelas pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2010 tentang
Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal.
Berdasarkan Pasal 1 1 Perpres 362010, bidang usaha yang tertutup adalah bidang usaha tertentu yang dilarang diusahakan sebagai kegiatan
penanaman modal. Penetapan ini didasarkan pada kriteria kesehatan, moral,
Universitas Sumatera Utara
kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional lainnya. Bidang-bidang usaha yang tertutup untuk
penanaman modal sebagaimana diatur dalam Lampiran I Perpres 362010, antara lain mencakup :
a. bidang usaha budidaya ganja,
b. perjudiankasino, dan
c. industri minuman mengandung alkohol.
Berdasarkan Pasal 21 Perpres 362010, bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan adalah bidang usaha tertentu yang dapat diusahakan sebagai
kegiatan penanaman modal dengan syarat tertentu, yaitu bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi, bidang usaha
yang dipersyaratkan dengan kemitraan, bidang usaha yang dipersyaratkan kepemilikan modalnya, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan lokasi tertentu,
dan bidang usaha yang dipersyaratkan dengan perizinan khusus. Peraturan mengenai bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan untuk
penanaman modal didasarkan pada kriteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam, perlindungan, pengembangan Usaha mikro,
Kecil, Menengah, dan Koperasi, pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta kerja sama dengan
badan usaha yang ditunjuk Pemerintah. Bidang-bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan sebagaimana diatur
dalam Lampiran II Perpres 362010, antara lain mencakup :
Universitas Sumatera Utara
a. bidang usaha budidaya tanaman pangan pokok,
b. pengusahaan sarang burung walet di alam,
c. pembenihan ikan laut,
d. pembangkitan tenaga listrik skala kecil dan
e. daur ulang barang-barang bukan logam.
Dalam hal penanaman modal pada bidang usaha terbuka dengan persyaratan, sesuai dengan Pasal 3 ayat 1 Perpres 362010, investor wajib
mematuhi persyaratan lokasi sebagaimana diatur dalam peraturan perundang- undangan yang berlaku di bidang tata ruang dan lingkungan hidup.
51
5. Fasilitas penanaman modal
Pada dasarnya, investor baik domestik maupun asing yang menanamkan investasi di Indonesia diberikan berbagai kemudahan yang dimaksudkan agar
investor domestik maupun asing mau menanamkan investasinya di Indonesia. Kemudahan yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia, berupa kemudahan dalam
bidang perpajakan dan pungutan lainnya.
52
51
LeksCo, Daftar Bidang Usaha Tertutup Daftar Negatif Investasi, dikutip dari
Ada sepuluh bentuk fasilitas atau kemudahan yang diberikan kepada investor, baik itu investor domestik maupun asing. Kesepuluh fasilitas itu
disajikan sebagai berikut :
www.hukumpenanamanmodal.com yang diunggah pada tanggak 8 April 2014.
52
Salim HS, Budi Sutrisno, S.H., M.Hum., Op. Cit., hlm. 269.
Universitas Sumatera Utara
a. Fasilitas PPh melalui pengurangan penghasilan nettosampai tingkat
tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu tertentu,
b. Pembebasan atau keringanan bea masuk impor barang modal yang belum
bisa diproduksi di dalam negeri, c.
Pembebasan bea masuk bahan baku atau penolong untuk keperluan produksi tertentu,
d. Pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan dalam jumlah
dan waktu tertentu hanya dapat diberikan kepada penanaman modal baru yang merupakan industri pionir, yaitu industri yang memiliki
keterkaitan yang luas, memberii nilai tambah dan eksternalitas yang tinggi, memperkenalkan teknologi baru, serta memiliki nilai strategis
bagi perekonomian nasional e.
Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat, f.
Keringanan PBB, g.
Pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan, h.
Fasilitas hak atas tanah,kemudahan pelayanan danatau perizinan hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a dapat diberikan dan
diperpanjang di muka sekaligus dan dapat diperbarui kembali atas permohonan penanam modal, berupa :
1
Hak Guna Usaha HGU dapat diberikan dengan jumlah 95 sembilan puluh lima tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di
muka sekaligus selama 60 enam puluh tahun dan dapat diperbarui selama 35 tiga puluh lima tahun.
Universitas Sumatera Utara
2
Hak Guna Bangunan HGB dapat diberikan dengan jumlah 80 delapan puluh tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang
di muka sekaligus selama 50 lima puluh tahun dan dapat diperbarui selama 30 tiga puluh tahun; dan
3
Hak Pakai dapat diberikan dengan jumlah 70 tujuh puluh tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus
selama 45 empat puluh lima tahun dan dapat diperbarui selama 25 dua puluh lima tahun.
53
i. Fasilitas pelayanan keimigrasian, pemberian izin tinggal terbatas kepada
pengusaha asing selama dua tahun. Setelah melewati tahap izin terbatas, mereka mendapat izin tetap. Untuk itu, BKPM harus berkoordinasi
dengan imigrasi karena untuk mendapat kemudahan tersebut, harus dapat rekomendasi dari BKPM, jika ingin mendapat izin tinggal terbatas.
54
j. Fasilitas perizinan impor.Investor mendapat fasilitas perizinan impor
dengan syarat, barang yang diimpor bukan barang terlarang menurut perundang-undangan, bukan barang yang berdampak negative terhadap
keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup dan moral bangsa. Fasilitas yang diperoleh adalah pembebasan atau keringanan bea masuk
atas impor barang modal, mesin atau peralatan untuk kegiatan produksi, juga termasuk untuk bahan baku untuk keperluan produksi.
55
6. Penyelesaian sengketa
Manusia adalah mahluk sosial yang dalam melakukan aktifitas sehari-hari dengan manusia lain yang dapat melakukan kontrak atau perjanjian. Pelaku bisnis
juga demikian. Setiap transaksi bisnis yang dilakukan selalu berhubungan dengan aspek hukum terutama perikatan yang timbul dari sebuah kontrak. Tentu saja
53
Orinton Purba, Op. Cit.
54
Dhaniswara K. Harjono, Op. Cit., hlm. 79.
55
Ibid., hlm 79.
Universitas Sumatera Utara
pihak-pihak yang membuat kontrak tentu berharap kontrak yang mereka buat dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Namun demikian, tidak menuntup
kemungkinan kontrak yang mereka buat tidak berjalan seperti yang diharapkan sehingga timbul sengketa diantara para pihak yang membuatnya. Memang resiko
timbulnya sebuah sengketa tidak dapat dihilangkan sama sekali oleh para pihak, namun resiko timbulnya sengketa tersebut dapat kita minimalisir.
Muara konflik yang diuraikan, dikarenakan pelaku bisnis tidak memperhatikan aspek “legal cover” dalam memproteksi bisnis mereka, khususnya
aspek kontraktual. Dalam praktik, banyak sekali pelaku usaha yang mengesampingkan aspek hukum kontrak semata-mata untuk tuntutan bisnis
Profit oriented. Pelaku bisnis mendasarkan transaksinya hanya dengan perjanjian tidak tertulis atau bukti tertulis yang tidak kuat secara hukum dan
ketika terjadi sengketa akibatnya pelaku bisnis tidak memiliki dasar yang kuat untuk menuntut hak-haknya berkait dengan sengketa bisnis tersebut dan akhirnya
rugi besar.
56
Masih jarang ada pelaku bisnis yang menempatkan audit hukum legal audit- termasuk audit kontrak sebagai kebutuhan primer dalam bisnis padahal
alokasi biaya hukum sangat diperlukan karena dalam setiap transaksi bisnis selalu ada resiko terjadi sengketa bisnis sengketa hukum sehingga alokasi dana dalam
56
Chandra Nadhi, Pentingnya Aspek “Legal Cover” Untuk Memproteksi Bisnis,
http:forumhukumdanbisnis.blogspot.com . Terakhir kali diunggah pada tanggal 26 Februari
2014.
Universitas Sumatera Utara
pos anggaran perusahaan untuk biaya hukum semestinya wajib dianggarkan oleh perusahaan.
57
Apabila sengketa yang terjadi antara investor domestik dengan pihak pemerintah Indonesia dan masyarakat sekitarnya, maka hukum yang digunakan
adalah hukum Indonesia. Ada dua cara yang dapat ditempuh oleh investor domestik untuk menyelesaiakan sengketa tersebut, yaitu :
Pada prinsipnya, investor yang menanamkan investasinya di Indonesia mengharapkan investasi yang ditanamkannya dapat dijalankan dengan sebaik-
baiknya dan tidak menimbulkan gangguan, baik dari pihak pemerintah sendiri maupun dari masyarakat sekitarnya. Semakin baik dan aman dalam menjalankan
usahanya, maka semakin besar keuntungan yang akan diperoleh investor di kemudian hari. Namun, tidak tertutup kemungkinan bahwa suatu saat dalam
kegiatan investasi tersebut akan terjadi suatu persoalan yang timbul diantara investor dengan pemerintah atau malah dengan amsyarakat sekitar.
58
1 Penyelesaian sengketa melalui non-litigasi atau lazim disebut dengan
alternative dispute resolution ADR, melalui : a
Konsultasi; b
Negoisasi; c
Mediasi; d
Konsiliasi; atau
57
Loc. Cit.
58
Ibid.,hlm. 355.
Universitas Sumatera Utara
e Penilaian ahli.
2 Litigasi, yaitu pihak investor domestik mengajukan gugatan ke pengadilan
di wilayah tempat perbuatan hukum dan tempat sengketa terjadi dan menunggu hasil Pengadilan yang akan memutuskan pekara tersebut.
Apabila sengketa yang terjadi antara investor asing yang berkaitan dengan tindakan nasionalisasi oleh pihak pemerintah Indonesia dan masyarakat
sekitarnya, maka penyelesaian sengketa tersebut dapat dilakukan dengan dua 2 cara, yaitu :
59
1 Musyawarah dan mufakat, yaitu dengan cara melakukan pembahasan
bersama dengan maksud untuk mencapai keputusan dan kesepakatan atas penyelesaian sengketa secara bersama-sama.
2 Arbitrase internasional, merupakan cara untuk mengakhiri perselisihan
yang timbul antara Pemerintah Indonesia dengan investor asing, dimana kedua belah pihak sepakat menggunakan lembaga arbitrase atau arbiter
perorangan di luar wilayah hukum Indonesia, yang bersifat internasional. Biasanya lembaga arbitrase yang dipilih adalah arbitrase internasional
yang berkedudukan di Paris. Pertimbangan utama bagi investor melakukan investasi adalah adanya
jaminan hukum penyelesaian sengketa penanaman modal, adanya cara penyelesaian sengketa melalui arbitrase luar negeri merupakan pilihan para
59
Ibid., hlm. 358.
Universitas Sumatera Utara
investor dengan pertimbangan bahwa para investor khususnya asing tidak mengenal atau memahami sistem hukum di Negara tempat ia melakukan
investasi.
60
B. Pelayanan Kegiatan Penanaman Modal