Strategi pengembangan pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) penanaman modal di Provinsi DKI Jakarta:

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN

PELAKSANAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

PENANAMAN MODAL DI DKI JAKARTA

INDARINI EKANINGTIYAS

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(2)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini, saya menyatakan bahwa tugas akhir STRATEGI PENGEMBANGAN PELAKSANAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP) PENANAMAN MODAL DI PROPINSI DKI JAKARTA adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Bogor, Mei 2009

Indarini Ekaningtiyas NRP H251064075


(3)

ABSTRACT

INDARINI EKANINGTIYAS. Strategies in the Development of One-Door Integrated Service (ODIS) for Capital Investment in the Province of DKI (Capital City) Jakarta. Under the Supervision of Noer Azam Achsani and Nunung Kusnadi.

The ODIS Program for Capital Investment was introduced in 2007 with the emergence of the Governor’s Regulation on the operation of one-door integrated service. Through such service, it is expected that there will be quality improvement in the service for capital investment, which some investors have complained about so far. Therefore, it is necessary to measure the level of investor’s satisfaction particularly the degree of satisfaction among the investors with the implementation of ODIS for capital investment in DKI Jakarta. An improvement in the satisfaction of investors is a must as the realization of care and responsibility of the Provincial Government of Capital City Jakarta in providing services.

The objectives of this study were to measure to what extent the implementation of ODIS has been effective in capital investment, analyze the evaluation by investors on the provided services through a Servqual analysis, formulate strategies with the use of SWOT analysis, and design a program through a LogicalFramework Approach (LFA)

The study used primary and secondary data. The primary data was collected through a survey, observation, and interviews with 100 investors selected by a purposive sampling.


(4)

RINGKASAN

INDARINI EKANINGTIYAS, Strategi Pengembangan pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Penanaman Modal Provinsi DKI Jakarta; Dibimbing oleh NOER AZAM ACHSANI dan NUNUNG KUSNADI.

Program PTSP Penanaman Modal merupakan kebijakan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta sejak tahun 2007 dilaksanakan untuk memenuhi keinginan investor agar mempermudah dalam pengurusan perijinan dalam rangka untuk meningkatkan investasi di Propinsi DKI Jakarta, yang masih membutuhkan investasi dalam jumlah besar.

Perbaikan iklim investasi di daerah merupakan salah satu cara bagi peningkatan nilai investasi. Salah satu aspek yang perlu segera dibenahi dalam upaya perbaikan iklim investasi di daerah tersebut, adalah kondisi pelayanan perizinan bidang investasi yang diselenggarakan oleh para aparatur pemerintah di daerah. Secara faktual, pelayanan yang diberikan aparatur pemerintah daerah dalam bidang tersebut ”kurang menguntungkan” para calon investor yang berniat menanamkan modalnya di Indonesia. Hal ini dikarenakan terutama oleh lamanya waktu yang diperlukan dalam proses perizinan tersebut. Keadaan yang demikian ini tentu saja harus diperbaiki, khususnya melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu Penanaman Modal Penanaman Modal (PTSP PM).

Secara umum tujuan Penyelenggaraan PTSP Penanaman Modal DKI Jakarta adalah dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan investasi di Provinsi DKI Jakarta dengan meningkatkan kualitas layanan publik dan pemberian akses yang lebih mudah kepada masyarakat dan investor. Sejauh ini, dampak dari penyelenggaraan PTSP Penanaman Modal belum dapat terlihat secara langsung dalam peningkatan investasi di DKI Jakarta. Namun demikian jika dilihat dari nilai persetujuan baik PMA maupun PMDN sejak tahun 2007 mengalami kenaikan. Yang terpenting adalah dengan adanya PTSP Penanaman Modal Pemerintah DKI Jakarta berupaya meningkatkan pelayanan investor melalui peningkatan kepuasan investor yang diukur melalui analisis

ServQual.

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data Primer dikumpulkan melalui metode survey, observasi dan wawancara terhadap 100 investor dengan tehnik penerikan sampel secara purposive. Strategi yang digunakan untuk dapat meningkatkan pengembangan penyelenggaraan PTSP


(5)

Penanaman Modal dengan Analisa SWOT (Strenght, Weakness, Opportunities,

Threath), sedang metode perancangan dengan menggunakan matriks

perencanaan strategi quantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix) atau (QSPM).

Sejauh ini berdasarkan penilaian analisis ServQual apakah sudah menunjukan tingkat kepuasan. Seperti yang diharapkan para investor. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kinerja penyelenggaraan PTSP Penanaman Modal secara umum dilihat dari analisis ServQual sudah menunjukan kepuasan. Adapun program-program yang harus dilaksanakan adalah (1) Proses pelayanan perizinan lebih cepat dan mudah (2) Informasi kebijakan penanaman modal tersedia di internet (3) Peningkatan kemampuan SDM agar lebih responsive terhadap tuntutan investor (4) Peningkatan sarana dan prasarana kantor PTSP penanaman modal (5) Sosialisasi kebijakan penanaman modal guna meningkatkan daya saing.

Kata kunci: strategi, peningkatan kualitas, program pengembangan pelaksanaan PTSP Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta.


(6)

© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2009

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(7)

STRATEGI PENGEMBANGAN

PELAKSANAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

PENANAMAN MODAL DI DKI JAKARTA

INDARINI EKANINGTIYAS

Tugas Akhir

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Profesional pada

Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(8)

(9)

Judul Tugas Akhir : Strategi Pengembangan Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Penanaman Modal

di Provinsi DKI Jakarta Nama : Indarini Ekaningtiyas

NRP : H251064075

Disetujui Komisi Pembimbing,

Dr. Ir. Noer Azam Achsani , MS. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Manajemen Pembangunan Daerah

Dr. Ir. Yusman Syaukat, MEc. Prof. Dr.Ir. Khairil A. Notodiputro,MS


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Tegal Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 30 Mei 1968 dari pasangan yang berbahagia Ayahanda H. Imam Wachid dan Ibunda Hj. Emi Taryumi. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara. Pada Tahun 1995, penulis menikah dengan Suami tercinta Drs.H. Djoharjadi, MSi dikaruniai dua orang putri yang menjadi penyejuk hati penyenang mata, Rizka Ananda Harini dan Rahma Fadhilah Harini.

Pernulis menamatkan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kotamadya Tegal. Menyelesaikan Program Sarjana pada Jurusan Ekonomi Management Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran” Yogyakarta pada tahun 1991. Selanjutnya pada tahun 2007 melanjutkan studi ke Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Pada tahun 1993 penulis diterima sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta, ditempatkan di Kecamatan Pasar Minggu sebagai staf urusan Pembangunan, tahun 1994 diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil sebagai satf urusan Pemerintahan Kecamatan Pasar Minggu. Pada tahun 1997 penulis ditempatkan di Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) sebagai staf bidang perizinan Penanaman Modal. Pada tahun 2002 penulis ditempatkan sebagai Kepala Seksi Perencanaan Penanaman Modal, sejalan dengan Otonomi Daerah nama BKPMD berubah menjadi Badan Penanaman Modal dan Pendayagunaan Kekayaan dan Usaha Daerah (BPM&PKUD). Pada tahun 2004 penulis ditempatkan sebagai Kepala Subbag Umum, tahun 2007 ditempatkan sebagai Kepala Subbidang Pengawasan PMA/PMDN, dan pada awal tahun 2009 penulis ditempatkan sebagai Kepala Sub bidang Perseroan Terbatas BUMD.


(11)

PRAKATA

Segala puja dan puji serta syukur hanya untuk Allah SWT Yang Maha Agung atas limpahan rahmat, hidayah dan ridha-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan tugas akhir ini. Kajian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Pokok kajian yang dipilih berjudul “Strategi Peningkatan Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta”.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Noer Azam Achsani, MS dan Bapak Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS atas bimbingannya selama penyusunan kajian ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada bapak dan ibu dosen serta staf administrasi Institut Pertanian Bogor atas dukungannya. Terima kasih dan penghargaan yang mendalam penulis sampaikan kepada Bapak/Ibu pimpinan dan staf Badan Penanaman Modal dan Pendayagunaan Kekayaan dan Usaha Daerah (BPM&PKUD) atas bantuan dan dukungannnya selama penulis melakukan penelitian ini.

Ungkapan terima kasih dan penghormatan yang tinggi kepada Ayahanda, Ibunda, suami tercinta, anak-anakku serta seluruh keluarga atas ketulusan kasih sayang, do’a, pengertian, pengorbanan dan motivasinya. Terima kasih tak lupa juga disampaikan kepada teman–teman PS-MPD Angkatan VIII atas kebersamaan selama ini.

Semoga kajian ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2009


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... ...viii

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR GAMBAR ...xiii

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

DAFTAR ISTILAH...xv

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ...1

1.2. Perumusan Masalah ...6

1.3. Tujuan Penelitian ...9

1.4. Manfaat Penelitian ...9

1.5. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ...10

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kualitas Pelayanan ... 11

2.2. Pengukuran Kepuasan Klien (Pelanggan) ... 15

2.3. Strategi Penyelenggaraan PTSP ... 16

2.4. Perilaku Aparatur/Petugas dalam Sistem Pelayanan ... 18

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran ... 21

3.2. Lokasi dan Waktu Kajian ... 24

3.3. Sasaran Kajian dan Teknik Sampling ... 24

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 25

3.5. Metode Pengolahan dan Analisa Data ... 26

3.5.1. Analisis Service Quality ... 26

3.5.2. Metode Perancangan Strategik (Analisis SWOT) ... 33

3.6. Metode Perancangan Program ... 40

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Kondisi Umum ...42


(13)

4.1.1. Kondisi Geografis dan Demografis ... 42

4.1.2. Perekonomian ...43

4.1.3. Penanaman Modal ... 43

4.2. BPM dan PKUD ... 44

4.2.1. Visi dan Misi BPM dan PKUD Propinsi DKI Jakarta ... 45

4.2.2. Pembentukan PTSP Penanaman Modal ... 45

4.2.3. Jenis Pelayanan PTSP ... 47

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Efektivitas Penyelenggaraan PTSP Penanaman Modal ... 48

5.2. Analisis Tingkat Kepuasan Investor ... 54

5.2.1. Dimensi Tangible (Bukti Fisik) ... 55

5.2.2. Dimensi Reliability ... 57

5.2.3. Dimensi Responsiveness ... 59

5.2.4. Dimensi Competence ... 60

5.2.5. Dimensi Courtesy (Keramahan) ………... 61

5.2.6. Dimensi Security (Keamanan) ……… 62

5.2.7. Dimensi Credibility (Kredibilitas) ... 63

5.2.8. Dimensi Accsess ... 64

5.2.9. Dimensi Comunication ... 64

5.2.10. Dimensi Understanding the Customer ... 65

VI. PERUMUSAN ALTERNATIF STRATEGI PENGEMBANGAN PTSP PENANAMAN MODAL 6.1. Analisis Faktor Strategis ... 69

6.1.1. Faktor Strategis Internal ... 69

6.1.2. Faktor Strategis Eksternal …...…... 73

6.2. Tahap Pencocokan dan Pemanduan ... 76

6.2.1. Penentuan Nilai Bobot Faktor Internal dan Eksternal ... ... 76

6.2.2. Penentuan Rating Faktor Internal dan Eksternal ... . 77

6.2.3. Penentuan Skor atau Nilai Terbobot Faktor Internal ... 78


(14)

6.3.2. Strategi Weakness-Opportunities (W-O) ... 81

6.3.3. Strategi Strengths-Threats (S-T) ... 82

6.3.4. Strategi Weakness-Threats (W-T) ... 82

VII. PROGRAM MENINGKATKAN KEPUASAN INVESTOR TERHADAP PELAKSANANAAN PTSP PENANAMAN MODAL DI PROPINSI DKI JAKARTA 7.1. Proses Pelayanan Perizinan Penanaman Modal Lebih Cepat dan Mudah 85 7.2. Informasi Kebijakan Penanaman Modal Tersedia di Internet ... 86

7.3. Peningkatan SDM Agar Lebih Responsif Terhadap Tuntutan Investor ... 87

7.4. Peningkatan Sarana dan Prasarana PTSP Penanaman Modal ... 88

7.5. Sosialisasi Kebijakan Penaanaman Modal Guna Maningkatkan Daya Saing ... 89

VIII KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan ... 92

8.2. Saran ... 94

8.3. Implikasi Kebijakan ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96

LAMPIRAN ... 97

1. Bagan Susunan Organisasi BPM dan PKUD Propinsi DKI Jakarta ...…….. 97

2. Kata Pengantar Quisener untuk Para Investor ………... 98

3. Daftar Petunjuk Memberikan Jawaban dan Petunjuk Daftar Pertanyaan ... 99

4. Daftar Pertanyaan ... 100

5. Data Perusahaan PMA dan PMDN Quisener ... 105


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman Teks

1. Perkembangan nilai persetujuan PMA/PMDN Tahun 2003-2007 ……... 2

2. Rincian Jumlah Responden ... 25

3. Bentuk Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal ... 34

4. Bentuk Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal ... 35

5. Bentuk Matriks IFE ... 35

6. Bentuk Matriks EFE ... 37

7. Matriks`SWOT ... 38

8. Penentuan Pilihan Strategi dengan Matrik QSPM ... 39

9. Tujuan Kajian, Jenis Data yang Diperlukan, Sumber Data, dan Metode ... 40

10. Prosedur Pengurusan Perizinan Pembangunan Gedung dengan Luas > 5000 M ... 50

11. Prosedur Pengurusan Perizinan Pembangunan Gedung dengan Luas > 5000 M Setelah Ada PTSP ... 53

12.Harapan dan Rata-Rata Kinerja Dimensi Tangible ... 57

13.Harapan dan Rata-Rata Kinerja Dimensi Reliability ... 58

14.Harapan dan Rata-Rata Kinerja Dimensi Responsiveness... 59

15. Harapan dan Rata-Rata Kinerja Dimensi Competence... 61

16. Harapan dan Rata-Rata Kinerja Dimensi Courtesy... 61

17. Harapan dan Rata-Rata Kinerja Dimensi Security... 62

18 Harapan dan Rata-Rata Kinerja Dimensi Credibility... ... 63

19 Harapan dan Rata-Rata Kinerja Dimensi Accsess... 64

20 Harapan dan Rata-Rata Kinerja Dimensi Communication... 65

21 Harapan dan Rata-Rata Kinerja Dimensi Understanding The Customer... 66

22. Harapan dan Rata-Rata Kinerja Ten Dimension Servqual... 67

23. Matriks Gabungan Penentuan Nilai Bobot Faktor Internal ... 76

24. Matriks Gabungan Penentuan Nilai Bobot Faktor Eksternal ... 77

25. Internal Fcktor Evaluation Matriks (IFE Matrik) ... 78


(16)

28.Hasil Perhitungan Prioritas Strategi Pengembangan PTSP ... 83 29. Matrik Rencana Program Pengembangan PTSP ... 89


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.The Flower of Service ……… 12 2. Kerangka Pemikiran ……….. 23


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Bagan Susunan Organisasi BPM dan PKUD Propinsi DKI Jakarta……….. 97

2. Kata Pengantar Kuisener untuk para investor ……….. 98

3. Petunjuk Memberikan Jawaban ... 99

4. Daftar Pertanyaan ... 101 5. Hasil Perhitungan Tingkat Kinerja PTSP ...


(19)

DAFTAR ISTILAH

1. PMA adalah Penanaman Modal Asing

2. PMDN adalah Penanaman Modal Dalam Negeri

3. BPM dan PKUD adalah Badan Penanaman Modal dan Pendayagunaan Kekayaan dan Usaha Daerah

4. Dinas Perindag adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan 5. BPLHD adalah Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah 6. Dinas P2K adalah Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan 7. Dinas Tramtib adalah Dinas Ketemtraman dan Ketertiban 8. Disnaker adalah Dinas Tenaga Kerja

9. BKPM RI adalah Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia 10. APIT adalah Angka Pengenal Importir Terbatas

11. UUG adalah Undang-Undang Gangguan 12. IKTA adalah Ijin Kerja Tenaga Asing

13. SIPPT adalah Surat Ijin Penunjukan Penggunaan Tanah 14. IMB adalah Ijin Mendirikan Bangunan

15. SP3L adalah Surat Permohonan Penguasaan Penggunaan Lahan

16. TA01 adalah istilah rekomendasi untuk mendatangkan Tenaga Kerja Asing 17. TA02 adalah lanjutan dari TA01


(20)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka era perdagangan bebas, hampir semua negara baik negara maju maupun negara berkembang sedang mempersiapkan diri. Hal ini mendorong terintegrasinya negara–negara dalam bentuk global sehingga adanya kebebasan untuk keluar masuk barang dan jasa, modal maupun SDM.

Globalisasi pada satu sisi akan memberikan manfaat, namun di sisi lain akan dapat menimbulkan kerugian. Seberapa besar manfaat globalisasi bagi suatu negara akan sangat bergantung pada kesiapan negara tersebut. Salah satu sasaran yang hendak direbut oleh negara–negara berkembang adalah masuknya investasi asing langsung (Foreign Direct Invesment), karena manfaatnya secara umum antara lain : meningkatnya pertumbuhan domestik bruto, menyerap tenaga kerja, mendorong dan menarik kegiatan ekonomi lainnya serta meningkatnya cadangan devisa.

Dewasa ini negara–negara pesaing Indonesia seperti Vietnam, RRC, Malaysia, Thailand dan sebagainya telah menyusun kebijakan investasinya sedemikian rupa dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif. Berbagai insentif pajak diberikan, kemudahan ekspor impor ditawarkan, pelatihan dan pendidikan tenaga kerja dilakukan, disusunnya peraturan ketenagakerjaan yang pada intinya mengarah pada upaya merangsang masuknya investasi asing.

Indonesia yang dalam kondisi masih belum pulih sepenuhnya dari krisis juga mengupayakan berbagai langkah konkrit dan menyusun berbagai kebijakan yang pada intinya berupaya meningkatkan daya saing internasional. Hal ini perlu dilakukan karena ternyata saat ini daya saing Indonesia masih rendah. Laporan pada World Competitiveness Year Book 2005, menempatkan bahwa Indonesia berada di peringkat 59 dari 60 negara. Hal ini disebabkan ketidakpastian iklim investasi, ketidakpastian hukum, birokrasi, waktu pelayanan yang lama, biaya tinggi dan tidak transparan. Padahal di sisi lain sebenarnya Indonesia memiliki keunggulan komparatif bagi investor asing antara lain dengan jumlah penduduk yang relatif besar, sumber daya alam yang cukup berlimpah serta letak geografis yang strategis.

Kondisi perekonomian Indonesia awal tahun 2006 masih dinyatakan kurang baik. Pertumbuhan ekonomi lambat (5,6%), angka kemiskinan relatif tinggi (17,75%) demikian


(21)

juga dengan pengangguran (11,1%) masih tinggi, kesenjangan daya saing antar negara dan daerah semakin lebar dan iklim investasi kurang kondusif (BKPM, 2007).

Akumulasi keadaan tersebut diatas sangat merugikan kegiatan ekonomi dan kelancaran roda dunia usaha, baik langsung maupun tidak langsung dirasakan di Propinsi DKI Jakarta. Kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat kegiatan ekonomi dan sosial serta perdagangan, dimana lebih dari tiga perempat jumlah uang beredar berada di Jakarta. Karena itu, mudah dipahami jika Jakarta merupakan kawasan terdepan yang terkena dampak krisis ekonomi dan moneter, mengingat sebagian besar dunia usaha dan organisasi bisnis berpusat di Jakarta.

Dampak negatif krisis ini jelas mengganggu iklim investasi dan menjadikan kurang menarik bagi investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia, termasuk di Jakarta. Bahkan investor asing dan investor lokal melakukan “wait and see“ untuk menanamkan modalnya di Indonesia, yang mengakibatkan nilai realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terus menurun.

Data statistik nilai persetujuan investasi di Propinsi DKI Jakarta belum menunjukkan angka yang menggembirakan pada umumnya, walaupun minat berinvestasi di Propinsi DKI Jakarta masih cukup tinggi.

Tabel 1. Perkembangan nilai persetujuan investasi PMA/MPDN tahun 2003 - 2007

PMA PMDN

Investasi Investasi Tahun Proyek

(Ribu US$)

Proyek

(Rp Juta)

2003 197 6.218.084 150 2.317.881

2004 294 2.764.325 193 6.034.677

2005 170 7.200.237 120 964.227

2006 306 2.688.143 56 3.716.855

2007 429 6.542.748 33 3.914.507

Sumber : BKPM Tahun 2008

Kemerosotan nilai investasi lainnya yang harus mendapat perhatian pemerintah adalah keinginan investor untuk memindahkan modal investasinya (capital flight) ke negara lain yang lebih baik kondisi ekonomi, politik dan jaminan keamanannya. Untuk itu diperlukan strategi guna memulihkan kepercayaan investor agar mau dan tetap


(22)

perekonomian dan mengupayakan perbaikan ekonomi yang lebih intensif melalui kebijakan makro maupun mikro, serta langkah alternatif, harapan untuk pemulihan perekonomian Indonesia dan pengembangan investasi dengan mengaktualisasikan kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil, maka sangat dibutuhkan kehadiran investasi dalam skala besar baik PMA maupun PMDN.

DKI Jakarta sebagai barometer dalam segala aspek memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam upaya mencapai pertumbuhan investasi. Kondisi DKI Jakarta adalah mewakili kondisi daerah yang paling maju di Indonesia sehingga diharapkan DKI Jakarta dapat berperan menarik investor asing masuk ke Indonesia juga sebagai pintu gerbang investasi bagi daerah lain di Indonesia.Untuk dapat menarik para investor menanamkan modalnya di Indonesia khususnya di DKI Jakarta, diperlukan iklim investasi yang kondusif, yaitu jaminan keamanan, kepastian hukum, prasarana penanaman modal yang memadai dan juga adanya kemudahan-kemudahan dalam pengurusan perizinan penanaman modal.

Pengurusan perizinan adalah hal yang selama ini dikeluhkan para Investor, disamping waktu yang cukup lama juga biaya yang tidak jelas. Sejalan dengan hal tersebut Pemerintah telah menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi. Dalam Inpres tersebut juga mengatur tentang percepatan dalam mengurus izin investasi dari 156 hari menjadi 30 hari, salah satu tindakannya adalah penyederhanaan perijinan satu pintu atau dikenal dengan kebijakan penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang ditindak lanjuti dengan keluarnya Permendagri nomor 24 tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

Dengan keluarnya Undang-Undang No 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yang merupakan pengganti dari Undang-Undang No 11 tahun 1967 tentang PMA dan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1968 tentang PMDN merupakan bentuk keseriusan Pemerintah dalam menciptakan iklim investasi yang pro penanaman modal, dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tidak lagi pembedaan perlakuan, baik untuk PMA maupun PMDN. Undang-undang Penanaman Modal mengamanatkan bahwa Perusahaan-penanaman modal yang akan melakukan kegiatan usaha wajib memperoleh izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dari instansi yang memiliki kewenangan, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang, dan izin dimaksud diperoleh melalui PTSP.


(23)

Salah satu instansi publik di DKI Jakarta yang memegang peranan penting serta memiliki potensi besar dalam menunjang perekonomian di DKI Jakarta adalah Badan Penanaman Modal dan Pendayagunaan Kekayaaan dan Usaha Daerah (BPM&PKUD) Propinsi DKI Jakarta. Badan ini memiliki tugas menyelenggarakan pembinaan dan pengembangan di bidang penanaman modal yang meliputi perencanaan, promosi, pelayanan dan fasilitasi serta menyelenggarakan usaha pendayagunaan kekayaan dan usaha daerah.

Dalam menindak lanjuti kebijakan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta telah mengeluarkan berbagai kebijakan di bidang penanaman modal. Kebijakan yang sudah ditempuh oleh Pemerintah DKI Jakarta diantaranya Peraturan Gubernur Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan Peraturan Gubernur Nomor 53 Ttahun 2008 tentang Petunjuk Tehnis Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

Untuk mengubah kondisi perekonomian pada kondisi yang lebih baik maka investasi merupakan solusi yang realistis. Investasi tidak hanya meningkatkan produk ekspor dan meningkatkan daya beli, tetapi juga untuk menanggulangi pengangguran dan angka kemiskinan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Membangun iklim investasi yang sehat dan kondusif bukan hal mudah, sebab iklim investasi terkait dengan suatu kumpulan faktor-faktor lokasi tertentu yang membentuk kesempatan dan dorongan bagi perusahaan untuk melakukan investasi yang secara produktif dan juga bagi masyarakat secara keseluruhan. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif dalam rangka meningkatkan investasi di Propinsi DKI Jakarta salah satunya melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

Keluarnya Peraturan Gubernur Nomor 112 Tahun 2007 dan Peraturan Gubernur Nomor 53 Tahun 2008 adalah dalam rangka memudahkan para investor dalam pengurusan perijinannya, investor hanya mendatangi kantor BPM dan PKUD yaitu Instansi yang ditunjuk untuk menjadi leading sector pelaksanaan perijinan investasi, dan setelah itu para investor juga bisa mengambil perijinan yang sudah jadi di kantor BPM dan PKUD. Diharapkan dengan dilaksanakannya PTSP Penanaman Modal, investor dapat menghemat waktu, tenaga dan juga biaya sehingga diharapkan dapat memberikan kepuasan bagi investor.

Pengukuran tingkat kepuasan investor sangat diperlukan dalam penyelenggaraan PTSP Penanaman Modal, serta strategi apa yang harus dilakukan oleh PTSP Penanaman


(24)

untuk mengetahui sejauh mana peran dan fungsi BPM dan PKUD selaku Pembina Perusahaan PMA/PMDN di Propinsi DKI Jakarta dalam penyelenggaraan PTSP Penanaman Modal untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi para investor, sehingga para investor merasa puas.

Konsep kepuasan yang paling mendasar adalah dengan memahami kepentingan dan harapan setiap investor. Hasil dan pengukuran terhadap tingkat kepuasan investor akan berguna bagi penyelenggaraan PTSP Penanaman Modal untuk mengetahui hal – hal yang harus dipertahankan atau diperbaiki, sehingga akan terjalin hubungan yang baik antara investor dan BPM & PKUD Propinsi DKI Jakarta selaku pembina perusahaan PMA / PMDN. Di lain pihak, teknologi informasi telah mampu memberikan informasi tentang layanan serupa yang diselenggarakan di negara lain, sehingga investor mulai membandingkan layanan tersebut dengan layanan serupa di Indonesia khususnya di DKI Jakarta.

Gagasan akan perlunya efisiensi sektor publik dan profesionalisme aparatur/ petugas ini, jelas didasari oleh pemikiran bahwa pada masa yang akan datang, aparatur negara akan dihadapkan pada suatu kondisi objektif yang menuntut adanya daya saing (competitiveness) serta kecepatan dan kearuratan (effectiveness) penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan. Terlebih lagi jika diingat bahwa sumber daya yang dimiliki oleh aparatur / petugas tetap terbatas, sementara tuntutan investor terhadap jasa pelayanan penanaman modal semakin meningkat.

Untuk itu DKI Jakarta berusaha untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada para investor melalui PTSP Penanaman Modal, dengan harapan investor merasa puas dengan layanan yang diberikan dalam merealisasikan investasinya. Kepuasan investor sangat mempengaruhi sikap investor dalam pengambilan keputusan untuk segera atau menunda merealisasikan investasinya. Hal ini yang melatar belakangi penulisan tentang faktor apa yang menjadi pertimbangan investor dalam menilai kualitas layanan. Untuk mengkaji tentang faktor yang dipertimbangkan investor dalam mempersepsikan kualitas layanan, Parasuraman (1988) mengemukakakan 30 item jenis layanan. Item-item tersebut dikelompokan dalam 10 dimensi (Ten Dimention ServQual).

Hasil dari penilaian investor tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan Analisa SWOT, Untuk dapat merealisasikan hal tersebut diatas maka diperlukan suatu kajian mengenai bagaimana “Strategi kebijakan pengembangan penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) penanaman modal dalam meningkatkan pelayanan kepada para investor di Propinsi DKI Jakarta“.


(25)

1.2 Perumusan Masalah

Salah satu upaya untuk memperbaiki kondisi perekonomian nasional, adalah berusaha meningkatkan nilai investasi , yang diharapkan dampaknya dapat memperbaiki pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, dan menekan kemiskinan. Untuk itu berbagai proses penyelenggaraan pemerintahan yang terkait dengan pengaturan

tatalaksana perizinan dan iklim investasi perlu lebih cepat diperbaruhi secara konseptual baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Banyaknya para investor yang mengalihkan modalnya ke luar negeri (Capital Flight) salah satu bukti masih buruknya pelayanan yang diberikan kepada para investor. Tentu hal ini tidak diinginkan oleh Pemerintah, khususnya Pemprov DKI Jakarta yang masih banyak membutuhkan investasi dalam menunjang peningkatan pertumbuhan perekonomian di DKI Jakarta.

Salah satu keseriusan Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta dalam meningkatkan mutu pelayanan penanaman modal yang lebih baik kepada para investor yaitu dengan mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta dan Peraturan Gubernur Nomor 53 Tahun 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu bidang Penanaman Modal. Tuntutan dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat dalam era globalisasi tidak terhindarkan, sebab kehidupan dalam era ini ditandai dengan ketatnya persaingan di segala bidang kehidupan, baik kehidupan berbangsa maupun kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, maka kualitas pelayanan perijinan penanaman modal merupakan salah satu jawaban dalam menghadapi era globalisasi.

Pada saat ini disadari bahwa citra Indonesia menunjukan pandangan yang kurang baik di mata investor. Pada kenyataannya banyak dijumpai aparat/petugas yang tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, pelayanan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sehingga tuntutan investor terhadap layanan yang diberikan pada akhirnya menimbulkan gejala ketidakpuasan terhadap kinerja PTSP Penanaman Modal. Oleh sebab itu tantangan yang harus dihadapi adalah membangun kembali kepercayaan para investor dengan lebih meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan.


(26)

Pengukuran kepuasan investor terhadap kualitas pelayanan merupakan salah satu solusi untuk dapat menggali tingkat kinerja aktual PTSP Penanaman Modal dan tingkat harapan terhadap layanan penanaman modal yang diberikan. Dalam hal ini yang memberi layanan adalah petugas-petugas PTSP Penanaman Modal, dan yang merasakan pelayanan yang diberikan adalah para investor yang melakukan investasinya di Propinsi DKI

Jakarta. Maka pertanyaan spesifik kajian ini adalah Bagaimanakah tingkat kepuasan investor terhadap kualitas layanan PTSP Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta ?

Untuk dapat menjawab permasalahan tersebut di atas maka perlu dikaji kinerja PTSP Penanaman Modal DKI Jakarta. Dimensi kinerja ini penting karena merupakan hal yang dapat menjawab dinamika bekerjanya fungsi – fungsi pelayanan dalam PTSP tersebut, seperti input, proses dan outputnya. Sedangkan khusus untuk investor perlu dikaji lebih lanjut bagaimanakah kepuasan mereka terhadap pelaksanaan pelayanan lembaga PTSP Penanaman Modal. Untuk itu pertanyaan spesifik berikutnya adalah Apakah faktor (1) faktor Fisik Nyata (Tangible), (2). faktot Keandalan (Reliability), (3). faktor Daya Tanggap (Responsiveness), (4). faktor Ketrampilan (Competence), (5). Faktor Keramahan (Courtesy), (6). faktor Kredibilitas (Credibility), (7). faktor Keamanan (Security), (8). faktor Kemudahan (Access), (9). faktor Komunikasi (Communication), (10). faktor Pengertian Terhadap Pelanggan (Understanding the Customer) menjadi pertimbangan investor dalam mempersepsikan kualitas pelayanan PTSP Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta ?

Keberhasilan PTSP Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta dalam mengemban amanah yang telah dituangkan dalam Peraturan Gubernur Nomor 112 Tahun 2007 dan Peraturan Gubernur Nomor 53 Tahun 2008 sangat ditentukan oleh kerjasama berbagai pihak yang berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan perizinan penanaman modal. Berjalannya PTSP Penanaman Modal sangat diperlukan oleh dukungan instansi teknis yang selama ini menangani perizinan-perizinan penanaman modal, maupun kemampuan PTSP Penanaman Modal itu sendiri dalam menjawab tantangan ekonomi global. Untuk itu pertanyaan spesifik berikutnya adalah Faktor-faktor internal maupun eksternal apa yang mempengaruhi pengembangan PTSP Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta ?

Untuk itu yang menjadi pertanyaan pokok dalam kajian ini adalah bagaimanakah rancangan program strategi pengembangan PTSP Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta ?. Hal ini sangat penting karena dari hasil kajian tersebut, berbagai program


(27)

peningkatan pelayanan dalam rangka penyelenggaraan PTSP Penanaman Modal diharapkan dapat diintegrasikan dan disinergikan menjadi suatu kebijakan baru untuk pengembangan pelaksanaan PTSP Penanaman Modal pada waktu mendatang .

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk merumuskanstrategi peningkatan kualitas penyelenggaraan PTSP Penanaman Modal dalam upaya kepuasan investor di Provinsi DKI Jakarta.

Adapun tujuan dari kajian ini adalah :

1. Mengetahui bagaimana tingkat kepuasan investor terhadap kualitas pelayanan yang diberikan PTSP Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta kepada para investor. 2. Mengetahui apakah faktor Fisik Nyata (Tangible), (2). faktot Keandalan (Reliability),

(3). faktor Daya Tanggap (Responsiveness), (4). faktor Ketrampilan (Competence), (5). Faktor Keramahan (Courtesy), (6). faktor Kredibilitas (Credibility), (7). faktor Keamanan (Security), (8). faktor Kemudahan (Access), (9). faktor Komunikasi (Communication), (10). faktor Pengertian Terhadap Pelanggan (Understanding the Customer) menjadi pertimbangan investor dalam mempersepsikan kualitas layanan PTSP Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta.

3. Menganalisis faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor-faktor eksternal (ancaman dan peluang) yang mempengaruhi pengembangan PTSP Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta.

4. Merumuskan strategi pengembangan PTSP Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta.

1.4 Manfaat Penelitian


(28)

1. Bagi investor/calon investor sebagai gambaran dan bahan masukan penyelenggaraan PTSP Penanaman Modal bagi Investor yang akan mananamkan modalnya atau merencanakan investasi di DKI Jakarta.

2. Bagi penulis,kajian ini dapat menambah pemahaman penyelenggaraan PTSP Penanaman Modal yang diberikan kepada para Investor/calon investor.

3. Bagi akademisi sebagai referensi atau sumber informasi mengenai penyelenggaraan PTSP Penanaman Modal

4 Bagi Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, khususnya BPM & PKUD Propinsi DKI Jakarta, kajian ini diharapkan mampu memberikan masukan untuk memperbaiki kinerja PTSP Penanaman Modal kearah yang lebih baik.

1. 5 Ruang Lingkup Kajian

Ruang lingkup kajian ini dimaksudkan agar kajian ini lebih terarah dan tidak

menyimpang dari permasalahan yang ada. Kajian ini dibatasi pada perijinan Penanaman Modal baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang diselenggarakan pada Badan Penanaman Modal dan Pendayagunaan Kekayaan dan Usaha Daerah Propinsi DKI Jakarta.


(29)

II. TIN JA UA N PUSTA KA

2.1 Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan/Service Quality (ServQual) jauh lebih sukar didefinisikan, dijabarkan dan diukur bila dibandingkan dengan kualitas barang. Bila ukuran kualitas dan pengendalian kualitas telah lama eksis untuk barang– barang berwujud (Tangible Goods), maka untuk pelayanan, berbagai upaya sedang dikembangkan untuk merumuskan ukuran – ukuran semacam itu.

Pada dasarnya, definisi kualitas pelayanan terfokus pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Menurut Wykop (dalam Lovelock,1988), kualitas pelayanan merupakan tingkat kesempurnaan yang diharapkan dan pengendalian atas kesempurnaan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Sedangkan Parasuraman berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan adalah layanan yang diharapkan (Expected Service) dan layanan yang dipersepsikan (Perceived Service), sehingga implikasinya baik buruknya layanan tergantung pada kemampuan penyediaan layanan memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten.

Terbentuknya harapan atas layanan dari para pelanggan dipengaruhi oleh berbagai kegiatan marketing seperti iklan, promosi, penjualan, harga, tradisi maupun adanya kontak konsumen dengan penyediaan layanan sebelumnya. Sementara layanan yang diterima dipengaruhi oleh kontak antar personel dengan penyediaan layanan , fasilitas fisik, prosedur yang merupakan bagian dari sistem layanan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Christoper (1992) bahwa pelayanan pelanggan dapat diartikan sebagai suatu sistem manajemen, diorganisir untuk menyediakan hubungan pelayanan yang berkesinambungan antara waktu pemesanan dan waktu barang atau pelayanan yang diterima dan digunakan dengan tujuan memuaskan pelanggan dalam jangka panjang.

Menurut Lovelock (1994) dalam bukunya ”Produk Plus” merupakan suatu gagasan menarik tentang bagaimana suatu produk bila ditambah dengan pelayanan (Service) akan menghasilkan suatu kekuatan yang memberikan manfaat pada perusahaan dalam meraih profit bahkan untuk menghadapi persaingan. Lebih jauh Lovelock (1994) merumuskan secara rinci faktor–faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan secara langsung dapat dirasakan investor yaitu pelayanan (Service) digambarkan sebagai diagram bunga yang


(30)

memiliki titik-titik rawan yang ada disekitar inti (core) yang akan menjadi penilaian bagi pelanggan. pada ”Fenomena Sektor Publik dan era Service Quality (Servqual)”.

1 Information

Proses suatu pelayanan yang berkualitas dimulai dari suplemen informasi dari produk dan jasa yang diperlukan oleh customer. Seorang custcomer akan menanyakan pada penjual apa, bagaimana, berapa, kepada siapa, dimana diperoleh, dan berapa lama memperoleh barang dan jasa yang diinginkannya. Penyediaan saluran informasi yang langsung memberikan kemudahan dalam rangka menjawab keingintahuan customer tersebut, adalah penting. Absennya saluran informasi pada petal yang pertama ini akan membuat minat para pembeli menjadi surut.

2 Consultation

Setelah memperoleh informasi yang diinginkan, biasanya customer akan membuat suatu keputusan, yaitu membeli atau tidak membeli. Didalam proses memutuskan ini acapkali diperlukan pihak-pihak yang dapat diajak berkonsultasi baik menyangkut masalah teknis, administrasi, harga, hingga pada kualitas barang dan manfaatnya. Untuk


(31)

mengantisipasi titik krisis yang kedua ini, para penjual harus menyiapkan sarananya, menyangkut materi konsultasi, tempat konsultasi, personal konsultan, dan waktu untuk konsultasi secara Cuma-Cuma.

3. Ordertaking

Keyakinan yang diperoleh customer melalui konsultasi akan menggiring pada tindakan untuk memesan produk yang diinginkan. Penilaian pembeli pada titik ini adalah ditekankan pada kualitas pelayanan yang mengacu pada kemudahan pengisian aplikasi maupun administrasi pemesanan barang yang tidak berbelit-belit, fleksibel, biaya murah, syarat-syarat ringan, dan kemudahan memesan melalui teleopon/fax dan sebagainya.

4. Hospitality

Costomer yang berurusan secara langsung ketempat-tempat transaksi akan memberikan penilaian terhadap sikap ramah dan sopan dari para karyawan, ruang tunggu yang nyaman, kafe untuk makanan dan minuman, sehingga tersedianya wc/toilet yang bersih.

5 Caretaking

Variasi background customer yang berbeda-beda pula. Misalnya yang bermobil menginginkan tempat parker yang leluasa, yang tidak mau keluar rumah mengininkan fasilitas delivery. Kesemuanya harus dipedulikan oleh penjual.

6 Exceptions

Beberapa customer kadang–kadang menginginkan pengecualian kualitas pelayanan, misalnya saja bagaimana dan dengan cara apa perusahaan melayani klaim-klaim pelanggan yang datang secara tiba-tiba; garansi terhadap tidak berfungsinya produk;restitusi akibat produk tidak bias dipakai,layanan untuk orang diet, anak-anak, kecelakaan dan sebagainya.

7 Biling

Titik rawan ketujuh berada pada administrasi pembayaran. Niat baik pembeli untuk menuntaskan transaksi sering digagalkan pada titik ini. Artinya penjual harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pembayaran, apakah itu menyangkut daftar isian formulir transaksi, mekanisme pembayaran hingga keakuratan rekening tagihan.


(32)

8 Payment

Pada ujung pelayanan, harus disediakan fasilitas pembayaran berdasarkan pada keinginan pelanggan. Dapat saja berupa self service payment seperti penggunaan koin/uang receh pada telepon umum, kemudian melalui LLG/ transfer bank, melalui credit card, debet langsung pada rekening pelanggan di bank, sehingga tagihan ke rumah (Lovelock,1994).

Konsep kualitas pelayanan dapat dipahami pula melalui ”Consumer Behavior” (perilaku konsumen) yaitu perilaku yang dimainkan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan dan mengevaluasi suatu produk maupun pelayanan yang diharapkan dapat memuaskan kebutuhan mereka ( Schiffman-Kanuk, 1994.)

Dengan kata lain, terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan yang diharapkan (expected service) dan pelayanan yang dipersepsikan (Perceived Service) (Parasuraman,1985). Implikasinya, baik buruknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten.

Keputusan-keputusan seseorang konsumen untuk mengkonsumsi atau tidak mengkonsumsi suatu barang-jasa dipengaruhi oleh berbagai faktor,antara lain adalah persepsinya terhadap kualitas pelayanan.

Pernyataan ini menunjukan adanya interaksi yang kuat antara ”Kualitas Pelayanan” dengan ”Kepuasan Konsumen”. Harapan konsumen terhadap kualitas pelayanan sangat dipengaruhi oleh informasi yang diperolehnya dari mulut ke mulut,kebutuhan-kebutuhan konsumen itu sendiri,pengalaman masa lalu dalam mengkonsumsi suatu produk-jasa, hingga pada komunikasi eksternal melalui iklan dan lain sebagainya.

2.2 Pengukuran Kepuasan Klien (Pelanggan)

Salah satu riset sistematis untuk mengetahui harapan pelanggan adalah dengan melakukan riset kualitatif yang dikenal dengan nama Focus Group Discussion (FGD). Dengan cara ini, pelanggan (responden) sebanyak 8-12 orang dikumpulkan dalam suatu ruangan, kemudian seorang moderator akan memimpin jalannya diskusi. Moderator dapat menanyakan kepada pelanggan, apa yang membuat mereka puas atau tidak puas dengan produk atau jasa yang mereka gunakan saat ini (Irawan, 2002).

Selain FGD, perusahaan jasa dapat menggunakan cara pengumpulan informasi yang berhubungan dengan komplain pelanggan. Dalam hal ini, jumlah komplain yang masuk dan jenis komplain yang disampaikan pelanggan dimonitor secara terus menerus.


(33)

Hal ini dapat ditempuh dengan cara menempatkan kotak saran pada tempat-tempat pelayanan atau kuesioner diruang-ruang tunggu.

Cara yang sering digunakan adalah menggunakan call center atau hot lineservice, yaitu saluran telepon bebas pulsa untuk pengaduan dan komplain. Menurut hasil survai yang dilakukan oleh frontier (Irawan, 2002) terdapat lima alasan mengapa pelanggan enggan melalukan komplain, yaitu (1) masalah yang dihadapi relatif tidak penting dan bisa diatasi sendiri;(2) pelanggan yakin bahwa perusahaan tidak akan melakukan tindakan apapun atas komplain yang disampaikan; (3) pelanggan tidak tahu cara menyatakan komplain; (4) pelanggan tidak tahu harus komplain kepada siapa (siapa yang bertanggung jawab terhadap layanan yang telah diterima); dan (5) pelanggan lebih memilih untuk menggunakan jasa perusahaan lain atau jasa pihak ketiga.

Hopson dan Scally (1997) mengemukakan metode yang sistematis untuk melakukan pengukuran, yaitu :

Survey konsumen : dapat dilakukan dengan cara menyebarkan angket kepada para pelanggan secara periodik. Pemilihan subyek dilakukan secara acak atau telah ditentukan sebelumnya.

Survey melalui telepon: Survey ini dilakukan dengan cara menelepon secara acak pelanggannya untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggannya.

Survey melalui staf : mencari keterangan dengan menggunakan ketrampilan yang dimiliki oleh staf terutama para staf ujung tompak.

Membuat sebuah sistem sehingga semua keluhan yang masuk tertulis dan terpusat. Untuk itu seseorang diserahi tanggung jawab untuk memonitor semua keluhan dan kemudian melaporkannya kembali.

Memonitor performan staf karyawan perusahaan; tindakan ini sebaiknya dilakukan setelah pertimbangan yang hati-hati dan dengan didukung oleh seluruh staf.

Namun demikian, dari beberapa alat ukur yang tersedia, model Parasuraman adalah yang paling populer. Model pengukuran kualitas layanan yang terdiri dari sejumlah pertanyaan berpasangan yang disusun dengan skala ServQual. Konseptualisasi skala ServQual difokuskan pada konsep tentang kualitas yang dirasakan (perceived quality). Kualitas yang dirasakan merupakan suatu perbandingan antara harapan dan persepsi kinerja suatu jasa namun tidak equivalen dengan kepuasan.

Butir-butir skala ServQual tersebut didasarkan pada 10 dimensi (Tampilan Fisik, Keandalan, Daya Tanggap, Ketrampilan, Keramahan, Kredibilitas, Keamanan,


(34)

kriteria oleh pelanggan dalam menentukan kualitas jasa. Kesepuluh dimensi tersebut digunakan untuk memudahkan analisis terhadap atribut-atribut kualitas layanan.

Model inilah yang akan digunakan untuk menganalisis kualitas layanan PTSP penanaman modal di DKI Jakarta.

2.3 Strategi Penyelenggaraan PTSP

Strategi adalah pola tindakan utama yang dipilih untuk mewujudkan visi organisasi melalui misi (mulyadi, 2001). Proses perencanaan strategis dapat dilakukan melalui tiga tahap analisis, yaitu (1) tahap pengumpulan data, (2) tahap analisis dan (3) tahap pengambilan keputusan (Rangkuti, 2004). Strategi penyelenggaraan PTSP penanaman modal tidak terlepas dari pengaruh perubahan lingkungan baik yang bersifat internal maupun eksternal. Mencermati lingkungan internal diperlukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang perlu dibenahi, diperbaiki dan ditingkatkan. Sedangkan lingkungan eksternal berupa peluang dan ancaman, merupakan faktor yang perlu dijawab guna mengatasi berbagai masalah yang mungkin akan dihadapi pada masa yang akan datang.

Penilaian yang diperlukan secara simultan terhadap lingkungan eksternal memungkinkan manajemen mengidentifikasikan berbagai jenis peluang yang mungkin timbul dan dapat dimanfaatkan. Berbagai peluang tersebut berupa kemungkinan yang wajar untuk dipertimbangkan. Dalam melakukan analisis tentang berbagai kemungkinan tersebut manajemen mutlak perlu melakukan penyaringan yang cermat sehingga terlihat perbedaan nyata antara kemungkinan sebagai peluang dan kemungkinan yang diinginkan. Jika proses demikian dilalui dengan tepat, hasilnya ialah suatu pilihan yang sifatnya strategis. Suatu pilihan strategis harus bermuara pada penggabungan antara sasaran jangka panjang dan strategi dasar organisasi yang pada gilirannya menempatkan organisasi pada yang optimal dalam menghadapi lingkungannya dalam rangka mengemban misi yang telah ditetapkan sebelumnya.

PTSP menurut Peraturan Gubernur Nomor 112 Tahun 2007 adalah kegiatan pelayanan perizinan dan yang proses pengelolaannya mulai tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat melalui satu pintu. Dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan juga pemberian akses yang lebih luas kepada investor dalam memperoleh pelayanan dibidang penanaman modal. Adapun sasaran PTSP adalah terwujudnya pelayanan yang cepat, murah, mudah dan


(35)

transparan serta meningkatkan hak-hak investor terhadap pelayanan di bidang penanaman modal.

Dalam perjalananannya Peraturan Gubernur Nomor 112 Tahun 2007 ditindak lanjuti dengan keluarnya Peraturan Gubernur Nomor 53 Tahun 2008 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Penanaman Modal yang memberikan kewenangan kepada BPM dan PKUD Propinsi DKI Jakarta untuk menyelenggarakan dan mengelola semua jenis pelayanan perijinan dan non perijinan dalam rangka penanaman modal. Pelayanan non perijinan terdiri dari surat keterangan domisili, akte pendirian perusahaan, pengesahan badan hukum, NPWP, rekomendasi untuk mendatangkan tenaga kerja asing, sedangkan perizinan penanaman modal terdiri dari izin usaha sementara, Surat Persetujuan Penunjukan Penggunnaan Tanah (SP3L), Surat Izin Penunjukan Penggunaan Tanah (SIPPT), keterangan status tanah, Izin Undang– Undang Gangguan (UUG), Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Angka Pengenal Importir Terbatas (APIT) dan Ijin Kerja Tenaga Asing (IKTA). Ijin–ijin tersebut dilaksanakan secara paralel. Penyelenggaraan PTSP harus memperhatikan prinsip-prinsip kesederhanaan, yaitu prosedur pelayanan harus dilaksanakan secara mudah, cepat, tepat, lancar, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan

Sejak keluarnya Undang-undang nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijaksanaan guna menciptakan iklim investasi yang sehat, berupa pemberian fasilitas, kemudahan-kemudahan, keringanan dan insentif bagi investor. Penciptaan iklim usaha yang sehat tersebut ditujukan untuk semakin meningkatkan peran serta baik usaha negara, usaha kecil menengah dan koperasi maupun usaha swasta, sehingga diharapkan akan tercipta struktur ekonomi yang lebih kokoh dan saling menunjang, mendorong pertumbuhan ekonomi, memperluas pemerataan pembangunan, memperluas kesempatan berusaha dan meningkatkan lapangan kerja.

2.4 Perilaku Aparatur/Petugas dalam Sistem Pelayanan

Aparatur pemerintah/petugas yang mendapatkan kepercayaan untuk melayani investor baik secara langsung, maupun tidak langsung perlu menyadari bahwa dirinya dituntut untuk memahami sosok birokrat/aparat pelayanan yang dapat memberikan pelayanan yang berkualitas :


(36)

2. Dapat mengembangkan fungsi instrumental dengan melakukan terobosan melalui pemikiran yang inovatif dan kreatif

3. Berwawasan futuris dan sistemik sehingga resiko yang bakal timbul akan diminimalisir

4. Berkemampuan dalam mengoptimalkan sumber daya yang potensial.

Penerapan sistem kualitas pelayanan yang berfokus pada investor dapat berhasil guna apabila lebih awal dipahami hambatan yang dihadapi. Salah satu hambatan yang selama ini dialami adalah ketidakpedulian aparatur/ petugas dalam menerapkan sistem kualitas pelayanan yang mengarah pada kepuasan investor.

Ketidakpuasan pihak yang dilayani seringkali disebabkan karena keterbatasan kemampuan aparatur/petugas pelayan yang bertugas melayani. Selain itu, mungkin juga karena petugas tersebut tidak memberikan pelayanan sepenuh hati kepada investor yang dilayani, sehingga diantaranya timbul gap yang menciptakan hambatan-hambatan pada pelayanan yang dikembangkan dalam management kualitas, adalah :

1. Ketiadaan komitmen dari pimpinan/manajemen

2. Ketiadaan pengetahuan atau kekurang pahaman tentang manajemen kualitas bagi petugas yang bertugas melayani

3. Ketidakmampuan petugas merubah kultur yang mempengaruhi kualitas pelayanan kepada investor.

4. Ketidaktepatan perencanaan kualitas yang dijadikan pedoman dalam melayani investor.

5. Pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan (terus menerus) belum optimal.

6. Ketidakmampuan membangun”learning organization”, learning by the individuals” dalam organisasi.

7. Ketidaksesuaian antara struktur organisasi dan kebutuhan 8. Ketidakcukupan sumber daya

9. Ketidaktepatan system penghargaan dan balas jasa bagi petugas

10. Ketidaktepatan mengadopsi prinsip-prinsip manajemen kualitas kedalam organisasi 11. Ketidaktepatan dalam memberikan perhatian pada investor baik internal maupun

eksternal

12. Ketidaktepatan dalam pemberdayaan (empower) dan kerja sama (team work).

Keberhasilan penerapan system kualitas pelayanan dalam organisasi menurut Gaspersz adalah sangat dipengaruhi oleh dua hal pokok, (1) keinginan besar managemen dari puncak untuk menerapkan prinsip kualitas dalam organisasi, dan (2)


(37)

prinsip-prinsip kualitas itu diakomodasikan ke dalam system manajemen kualitas. Oleh karena itu, manajemen/pimpinan dituntut bertanggung jawab menerapkan kebijaksanaan pada kualitas pelayanan sehingga memberikan output bagi kepuasan pelanggan.

Berdasarkan pandangan diatas, maka dengan terdapatnya unsur dilaksanakannya evaluasi kebijaksanaan didalamnya, menuntut adanya mekanisme dan prosedur institusional dimana kewenangan yang lebih tinggi (superior) mampu menciptakan kondisi yang memungkinkan bagi pelaksanaan (subordinat) untuk melaksanakan program-program secara konsisten sesuai dengan sasaran program dan diharapkan dapat memberikan hasil sesuai dengan tujuan, sehingga dapat dirumuskan sebagai serangkaian proses penghantaran (delivery of services system) untuk mencapai tujuan dan sasaran kebijaksanaan yang telah ditetapkan.

Dengan kata lain yang ingin dicapai dari dilaksanakannya kualitas pelayanan adalah mengembalikan citra (perilaku) aparatur Pemerintah yang merupakan kepeduliannya terhadap pelayanan yang diberikan aparatur guna mengesampingkan akibat birokrasi yang kaku dan berbelit-belit yang selama ini dirasakan investor.


(38)

III. METODE KAJIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dari strategi pengembangan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta, diawali dengan terbitnya Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Penanaman Modal dan Peraturan Gubernur Nomor 53 Tahun 2008 tentang Petunjuk Tehnis Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta. Sebelum terbitnya Peraturan Gubernur Nomor 112 Tahun 2007, proses perijinan penanaman modal memakan waktu yang relatif lama, proses perijinan dimasing-masing instansi teknis yang berwenang menangani perijinan, serta biaya yang tidak jelas. Terbitnya Peraturan Gubernur Nomor 112 Tahun 2007 telah memberikan perubahan dalam pemprosesan perijinan penanaman modal, yang memberikan kemudahan-kemudahan kepada para investor. Waktu perijinan relatif lebih cepat, proses perijinan melalui satu pintu (BPM dan PKUD) Propinsi DKI Jakarta dan biaya jelas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Investasi mempunyai peranan yang penting dalam menunjang perekonomian, karena dampaknya antara lain terjadinya penyerapan tenaga kerja, sektor investasi/penanaman modal diharapkan berperan lebih aktif untuk menunjang target pertumbuhan ekonomi nasional pada Tahun 2008 sebesar 6 %. BPM dan PKUD Propinsi DKI Jakarta sebagai Badan yang mengelola kegiatan Penanaman Modal baik Penanaman Modal Asing (PMA), maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terus berupaya untuk mencapai target tersebut diatas, dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif diantaranya melalui peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan .

Kemampuan terhadap pelayanan dapat dilakukan dengan beberapa macam cara diantaranya yaitu melalui analisis ServQual. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menghasilkan data kuantitatif yang akan dideskripsikan dalam bentuk kepuasan / ketidakpuasan investor terhadap penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) penanaman modal di Propinsi DKI Jakarta, sehingga dapat diketahui bagaimana kondisi Penyelenggaraan PTSP Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta. Hasil dari analisis ServQual akan menunjukan kepuasan/ketidakpuasan investor terhadap pelaksanaan PTSP Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta. Kepuasan/ketidakpuasan para investor banyak faktor yang mempengaruhi yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dari faktor-faktor


(39)

internal dan eksternal tersebut dapat diketahui strategi pengembangan PTSP Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta. Pemilihan dan penetapan strategi pengembangan PTSP Penanaman Modal ini dilakukan dengan menggunakan Analisis SWOT. Hal ini dilakukan dengan kerangka pemikiran seperti pada Gambar 2.


(40)

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

3.2 Lokasi dan Waktu Kajian Analisis Faktor Internal (Matriks IFE)

Kepuasan / Ketidakpuasan Investor

Survey Lapangan (Analisis ServQual) berdasarkan Dimensi ServQual) :

* Tangible * Credibility * Reliability * Security * Responsiveness * Accsess

* Competence * Comunication * Courtesy * Understanding the Customer

Pembentukan PTSP (th 2007) KepGub No. 112/2007 dan 53/2008: * Waktu relatif lebih singkat

* Proses perijinan melalui BPM dan PKUD * Biaya jelas

BPM & PKUD (sebelum th 2007) Proses Perijinan Penanaman Modal * Waktu relatif lama

* Proses masing-masing Instansi teknis * Biaya tidak jelas

Analisis Faktor Eksternal (Matriks EFE)

Tahap Pencocokan Matriks SWOT

Alternatif Startegi

Tahap Keputusan QSPM

Startegi Pengembangan PTSP PM


(41)

Kajian dilaksanakan di Provinsi DKI Jakarta. Dasar pertimbangan dipilihnya Propinsi DKI Jakarta sebagai tempat kajian ini bersifat makro sehingga satuan unit kajian diambil tingkat Propinsi. Kajian ini dilaksanakan selama empat bulan dengan mendatangi Badan/Dinas yang terkait dengan perijinan Penanaman Modal yaitu : Badan Penanaman Modal dan Pendayagunaan Kekayaaan dan Usaha Daerah (BPM&PKUD), yang merupakan instansi yang menyelenggarakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Pelaksanaannya sejak tahun 2007 berdasarkan Surat Peraturan Gubernur Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Instansi teknis terkait perijinan penanaman modal adalah Dinas Tata Kota, Dinas Ketentraman dan Ketertiban, Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan, Dinas Pariwisata, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah, dan Dinas Pendapatan Daerah. Disamping terhadap instansi penyelenggara dan instansi teknis, penulis juga telah menyampaikan daftar kuisener terhadap 100 investor baik PMA maupun PMDN di Propinsi DKI Jakarta. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli – Oktober 2008.

3.3 Sasaran Kajian dan Teknik Sampling

Untuk mendapatkan gambaran mengenai penyelenggaraan PTSP Penanaman modal di Propinsi DKI Jakarta yang konkrit, valid dan objektif, sasaran kajian diarahkan kepada responden (investor) dan juga aparatur/petugas PTSP yang berkaitan langsung terhadap penyelenggaraan PTSP Penanaman Modal. Disamping itu juga sasaran kajian diarahkan kepada stakeholder (pihak-pihak yang berkepentingan) baik langsung maupun tidak langsung dalam pengambilan keputusan terhadap pelaksanaan perijinan penanaman modal di Propinsi DKI Jakarta yaitu : Kepala BPM dan PKUD, Kepala Dinas Tata Kota, Kepala Dinas P2B, Kepala Dinas Perindag, Kepala BPLHD, Kepala Dispenda, Kepala Dinas Pariwisata dan Kepala Dinas Tramtib.

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, artinya responden diambil secara sengaja berdasarkan keahlian dan keterkaitannya baik langsung maupun tidak langsung terhadap pelaksanaan PTSP Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta. Jumlah sampel sebanyak ..., terdiri dari dari kalangan investor dan birokrat. Penentuan responden ini didasari dari kewenangan yang dimiliknya yang berkaitan dengan pengambil kebijakan, penentu kebijakan dan pelaku investasi.


(42)

1. Kepala BPM dan PKUD 1

2. Kepala Dinas Tata Kota 1

3. Kepala Dinas Ketentraman dan Ketertiban 1

4. Kepala Dinas Perindag 1

5. Kepala BPLHD 1

6. Kepala Dispenda 1

7. Kepala Dinas Pariwisata 1

8. Kepala Dinas Tramtib 1

9. Petugas PTSP 12

10. Investor 100

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan sekunder. Data sekunder diperoleh dari BKPM RI, BPM dan PKUD, Bappeda, BPS dan instansi lainnya. Guna melengkapi dan menyempurnakan bahan kajian ditambahkan dengan data kualitatif (data primer) yang diperoleh dengan metode survey atau wawancara dengan responden berdasarkan purposive sampling (Kasto, 1995). Pengumpulan informasi dari responden sebagai identifikasi menggunakan daftar kuisener terdiri dari kepuasan investor dengan metode ServQual, kemudian identifikasi faktor internal dan eksternal. Dengan metode tersebut dapat diketahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan pelaksanaan PTSP Penanaman modal di Propinsi DKI Jakarta.

3.5 Metode Pengolahan dan Analisa Data.

Setelah data yang terkait dengan kajian diperoleh maka data tersebut diolah, sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk menentukan strategi pengembangan PTSP Penanaman modal di Propinsi DKI Jakarta. Data sekunder yang terdiri dari jumlah dan nilai investasi, jumlah perijinan dan waktu pemprosesan perijinan, data ekonomi makro Propinsi DKI Jakarta dilakukan dengan cara tabulasi. Data hasil quesioner dilakukan identifikasi kepuasan investor dengan metode Service Quality (ServQual). Dari hasil ServQual dilakukan tahapan identifikasi lingkungan strategis internal dan eksternal dengan menggunakan analisis SWOT.


(43)

Analisis data terhadap data sekunder dilakukan secara deskriptif, yaitu dengan pengolahan sederhana menggunakan tabulasi silang. Sedangkan terhadap data primer dari hasil wawancara responden dilakukan dengan Analisis ServQual yaitu yang terbagi dalam Ten Dimension ServQual dan metode perancangan strategik dengan menggunalan Analisis SWOT, yang dibagi menjadi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman).

3.5.1 Analisis Service Quality (ServQual)

Menurut Parasuraman (2008) Kualitas suatu pelayanan umumnya berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan dan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Dengan demikian terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan, yaitu pelayanan yang diharapkan (Expected Service) dan pelayanan yang diterima (perceived service).

Penilaian kualitas pelayanan model servqual ini mencakup perhitungan perbedaan diantara nilai yang diberikan para responden untuk setiap pasang berkaitan dengan harapan dan kinerja. Skor ServQual untuk setiap pasang pernyataan bagi masing–masing responden dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :

Skor ServQual = Skor Kinerja – Skor Harapan

Metode ServQual (Service Quality) yang dikembangkan oleh Parasuraman dan Zeithaml adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengukur kualitas jasa. Pengukuran–pengukuran dalam metode ini menggunakan elemen-elemen dalam jasa. Mutu jasa diukur secara kuantitatif dalam bentuk kuisioner yang item-item pertanyaaannya berasal dari dimensi-dimensi mutu jasa. Menggunakan atribut-atribut berdasarkan dimensi-dimensi kualitas jasa (ServQual), yaitu :

1. Tangibles atau bukti fisik yaitu pelayanan yang berupa penyediaan sarana dan fasilitas fisik, peralatan, tenaga kerja (personil) dan materi komunikasi. Pada penyelenggaraan PTSP Penanaman Modal atribut-atribut pada dimensi ini bisa juga digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan, antara lain :

a. Lokasi kantor : lokasi kantor penyelenggaraan PTSP Penanaman Modal sebaiknya yang strategis, tidak macet, karena selain memberikan akses kemudahan untuk dijangkau, juga memudahkan para investor apabila para investor harus


(44)

DKI Jakarta lokasi kantor memegang peranan, dengan lokasi kantor yang strategis, mudah dijangkau dan juga tidak terkena jalur Three In One maka akan meningkatkan kualitas pelayanan.

b. Lokasi parkir : BPM dan PKUD selaku penyelenggara PTSP Penanaman Modal harus dapat menyediakan sarana parkir yang memadai bagi para investor, sehingga ada kenyamanan tersendiri bagi para investor, sebagian besar investor yang mengurus perijinanan membawa kendaraan sendiri.

c. Kenyamanan ruang tunggu : ruang tunggu adalah tempat yang harus mendapatkan perhatian bagi unit pelayanan, karena ruangan ini sebagai tempat menunggu para bagi para investor, sehingga harus dibuat senyaman mungkin.

d. Kebersihan ruang tunggu : ruang tunggu harus bersih agar tidak terkesan kumuh, bebas dari asap rokok untuk itu ruang tunggu sebaiknya setiap saat ada petugas kebersihan yang siap selalu membersihkan ruangan untuk menunggu.

e. Penampilan petugas : petugas PTSP sebaiknya berpenampilan menarik yang dapat menyenangkan dan enak untuk dilihat, untuk itu sebaiknya harus berpenampilan rapih dan bersih, sebagai salah satu identitas bagi PTSP Penanaman Modal itu sendiri.

f. Kelengkapan peralatan kantor : PTSP Penanaman Modal sebaiknya memiliki alat penunjang kantor yang memadai, karena dapat memudahkan bagi operasional PTSP sehingga lebih efektif dan efisien.

g. Kelengkapan administrasi kantor : PTSP harus dapat menyediakan sarana administrasi yang lengkap, harus dapat menjalankan administrasi kearsipan yang dinamis, dimana kalau hal ini dapat dilaksanakan maka semua urusan yang ada akan lebih mudah.

2. Reliability (keandalan) yaitu kemampuan menunjukan jasa yang diandalkan dan akurat seperti yang dijanjikan. Yang meliputi ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk setiap pelanggan, sikap yang simpatik dan lain sebagainya. Pada PTSP Penanaman Modal atribut-atribut pada dimensi ini antara lain :

a. Penyampaian informasi : Sebagai lembaga pelayanan publik harusnya dapat memberikan informasi yang cepat dan jelas kepada para investor, jika informasi itu dapat nyampe dengan cepat ke investor maka hal tersebut merupakan bentuk dari kehandalan PTSP


(45)

b. Waktu yang dijanjikan : jadwal waktu penyelesaian merupakan prioritas utama yang harus diperhatikan, jika jadwal waktu yang dijanjikan sesuai dengan kenyataan dalam penyelesaian perijinan, maka hal ini juga merupakan prestasi bagi PTSP dalam hal kedisiplinan waktu.

c. Ketepatan waktu penyelesaian : ketepatan ini diperlukan untuk memberikan jaminan kepada para investor dalam menyelesaikan perijinan-perijanan yang dilakukan PTSP Penanaman Modal.

d. Pencatatan yang akurat dan benar : Pencatatan ini diperlukan agar tidak terjadi salah nama atau alamat, karena akan mempersulit dalam hubungan koresponden antara pembina dan pihak investor/perusahaan, dan dapat terjadi nama perusahaan yang double dan ini dapat menimbulkan masalah dikemudian hari.

3. Responsiveness (daya tanggap) yaitu kesanggupan untuk membantu dan menyediakan pelayanan secara cepat dan tepat, transparan serta tanggap terhadap keinginan konsumen (investor). Atribut-atribut dalam dimensi ini adalah :

a. Kepastian waktu pelayanan dengan adanya aturan tentang waktu yang pasti bahwa suatu perijinan dapat diselesaikan akan sangat membantu para investor untuk dapat menyiapkan jauh hari sebelumnya sesuai dengan time scedul penyelesaian proyek

b. Kecepatan pelayanan merupakan gerakan yang sigap dan cepat dalam memberikan pelayanan yang dibutuhkan para investor, sebagai salah satu wujud bentuk loyalitas yang diberikan petugas terhadap para investor.

c. Kesediaan untuk membantu dengan adanya kesediaan para petugas PTSP Penanaman Modal untuk membantu para investor yang memerlukan bimbingan dan arahan merupakan salah satu wujud tanggung jawab moril para petugas kepada investor.

d. Tanggap untuk melayani dengan menanggapi keluhan-keluhan para investor dengan cepat, maka hal itu merupakan bentuk ketanggapan PTSP Penanaman Modal dalam mempertanggungjawabkan tugas untuk melayani kebutuhan dan keluhan investor.

4. Competence (Ketrampilan) yaitu kesanggupan yang didukung keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan di bidang penanaman


(46)

a. Keahlian yang dimiliki : seharusnya setiap petugas PTSP harus memiliki keahlian masing–masing sesuai dengan bidang tugasnya, sehingga akan memudahkan dalam merampungkan pekerjaan dan dengan mudah pula membantu para investor dengan keahlian yang dimiliki.

b. Pengetahuan yang dimiliki : idealnya setiap petugas PTSP dibekali dengan pengetahuan yang cukup mengenai Penanaman Modal sehingga apabila ada pertanyaan dari investor, petugas dapat menjawab dengan cepat karena luasnya pengetahuan yang dimiliki.

5. Courtesy (keramahan) yaitu menunjukan sikap sopan santun, penghargaan,perhatian, dan bersahabat dari petugas saat memberikan pelayanan pada konsumen (investor), pada PTSP Penanaman Modal yang menjadi atribut pada dimensi ini adalah :

a. Sikap ramah tamah/sopan santun : jika petugas PTSP mampu melayani kebutuhan para investor dengan sikap yang ramah dan sopan, maka secara tidak langsung menimbulkan sikap empaty para investor terhadap petugas PTSP.

b. Sikap persahabatan : sikap persahabatan yang ditampilkan para petugas PTSP akan membuat para investor betah untuk melakukan usahanya di DKI Jakarta karena sudah terjalin hubungan yang baik antara petugas dan investor.

6. Credibility (kredibilitas) yaitu kesanggupan memberikan kepercayaan, kejujuran, dan sikap tegas tetapi penuh perhatian dari petugas PTSP terhadap investor, pada PTSP Penanaman Modal yang menjadi atribut ini adalah :

a. Dapat dipercaya : apabila para petugas PTSP dapat dipercaya untuk menjalankan tugasnya dengan baik dan benar ini merupakan salah satu bentuk dukungan yang diberikan pimpinan kepada petugas untuk dapat melayani para investor dengan baik.

b. Sikap jujur dan terbuka : seharusnya setiap unit pelayanan harus memiliki kejujuran dalam hal apapun, agar investor percaya. Untuk itu semua petugas PTSP harus jujur dan transparan dalam hal apapun terutama dalam hal menentukan biaya yang sebenarnya.

7. Security (keamanan) yaitu kesanggupan memberi kemudahan dan sikap konsistennya petugas bagi investor dalam menerima kemudahan, pada PTSP Penanaman Modal yang menjadi atributnya adalah :


(47)

a. Rasa aman : rasa aman sangat diperlukan oleh investor dalam menjalankan usahanya sehingga ada ketenangan dalam melakukan investasi, untuk itu Pemerintah wajib menjamin rasa aman para investornya.

b. Yakin atas perbuatan petugas, sikap meyakinkan petugas terhadap investor agar mereka mau menanamkan modalnya di DKI Jakarta sangat diperlukan, mengingat kepercayaan investor sudah menurun akibat tidak adanya kepastian hukum.

8. Access (kemudahan) Kesanggupan memberikan kemudahan dan sikap konsistennya petugas bagi investor dalam menerima kemudahan pelayanan, pada PTSP Penanaman Modal yang menjadi atributnya adalah :

a. Kemudahan dalam pelayanan, idealnya setiap unit ataupun perusahaan yang menyediakan jasa pelayanan harus memberikan kemudahan-kemudahan, sehingga pelanggan/konsumen akan mendapatkan kemudahan.

b. Sikap tegas dan konsisten, setiap petugas PTSP dituntut untuk memiliki ketegasan sehingga tidak membingaungkan investor, serta konsisten menjalankan terhadap apa-apa yang sudah ditetapkan sebagai kebijakan.

9. Communication (Komunikasi) Kemampuan melakukan hubungan timbal balik, pengertian, memberikan pemahaman yang jelas dan kemauan mendengarkan konsumen dalam bagian pelayanan, dalam PTSP Penanaman Modal yang menjadi atributnya adalah :

a. Siap menerima saran dan kritik, idealnya bagi suatu unit / perusahaan jasa pelayanan harus menyediakan kotak saran dan kritik, hal ini diperlukan buat peningkatan kinerja dimasa yang akan datang

b. Siap memberikan informasi , dengan menginformasikan hal apapun kepada investor terutama yang berhubungan dengan kebijakan penanaman modal, maka hal tersebut merupakan bentuk keseriusan petugas PTSP untuk membantu para investor mendapatkan informasi secara jelas dan transparan agar tidak terjadi kekeliruan.

10. Understanding the Customer (pengertian terhadap pelanggan) kemampuan untuk mengenal investor, mengerti akan kebutuhan dan keinginan investor, dalam PTSP yang menjadi atributnya adalah :


(48)

a. Memahami terhadap kebutuhan, dengan memahami terhadap kebutuhan/ tuntutan yang diinginkan investor ini merupakan bentuk keseriusan PTSP Penanaman Modal dalam upaya meningkatkan pelayanan investasi.

b. Memberikan solusi permasalahan : dengan menanggapi permasalahan-permasalahan yang dikeluhkan investor merupakan upaya petugas untuk membantu mencarikan solusi yang terbaik bagi para investor.

c. Kebutuhan yang fleksibel untuk diakomodasi : dengan mengetahui kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan para investor maka petugas PTSP harus dituntut untuk menetapkan kebutuhan mana yang sifatnya fleksibel atau yang luwes untuk ditempatkan dalam skala prioritas pemenuhannya.

Langkah-langkah untuk menganalisis tingkat kepuasan invertor terhadap penyelenggaraan PTSP adalah :

1. Mengidentifikasi atribut-atribut pelayanan berdasarkan dimensi ServQual yaitu Tangible, Realiability, Responsiveness, Competence, Courtesy, Credibility, Security, Access, Communication dan Understanding the Customer. Hal ini berguna bagi sebagai bahan kuisioner untuk responden.

2. Kemudian kuisioner untuk para investor, mengukur tingkat kinerja aktual (X) terhadap pelayanan yang diterima investor dari petugas PTSP saat ini, dan harapan (Z) investor terhadap kinerja PTSP

3. Untuk penilaian harapan investor, ditetapkan angka rata-rata 4 yang berarti puas, hal ini dimaksudkan mengingat PTSP penanaman modal baru pertama kali maka untuk pengukuran harapan ditetapkan terlebih dahulu angka 4 yang berarti puas. Kedepan baru ditingkatkan agar harapan bisa pada angka 5 yang berarti sangat puas.

4. Setelah kuisioner terisi oleh responden, maka penulis harus menghitung jawaban responden berdasarkan atribut-atribut perdimensi. Setelah data-data diolah kedalam Microsof Excel 2003 (dengan bantuan komputer) maka secara otomatis akan didapat rata-rata tingkat kinerja. Kemudian nilai rata-rata harapan (4) dikurangi dengan skor rata–rata persepsi/kinerja aktual, sehingga diperoleh kesenjangan (gap). Atau dihitung dengan menggunkan rumus :

NK = X – Z


(49)

NK = Nilai Kesenjangan

X = Nilai Rata-rata Persepsi/Kinerja Aktual

Z = Nilai Rata-rata Harapan

Jika NK = 0 maka tingkat pelayanan sama persis dengan yang diharapkan, jika NK < 0 maka tingkat pelayanan kurang dari yang diharapkan, jika NK > 0 maka tingkat pelayanan sangat memuaskan pelanggan.

5. Setelah mendapatkan gap dari pengukuran berdasarkan atribut setiap dimensi, kemudian penulis juga menghitung kesenjangan tiap dimensi

6. Interprestasikan hasil perhitungan gap per atribut dan perhitungan gap per dimensi. Sehingga dapat diketahui dimensi mana saja yang pelayanannya harus diprioritaskan oleh PTSP Penanaman Modal Provinsi DKI Jakarta.

3.5.2 Metode Perancangan Strategik (Analisis SWOT)

Perancangan strategik dilakukan dengan menggunakan Analisis SWOT. SWOT terdiri dari faktor strategis yakni faktor Internal yang berisi kekuatan dan kelemahan serta faktor Eksternal yang berisi peluang dan ancaman. Analisis dengan menggunakan matriks SWOT bertujuan untuk mengidentifikasi alternatif-alternatif strategi yang secara intuitif dirasakan layak dan sesuai untuk dilaksanakan.

SWOT terdiri dari dua faktor strategis yakni internal berisi kekuatan dan

kelemahan serta eksternal berisi peluang dan ancaman. Sebagai bagian dari analis SWOT dan sebagai bahan dari langkah pengembangan strategi maka digunakan teknik Snow Card atau Snow Ball (Nutt dan Backoff, 1987) dimana teknik ini akan digunakan empat kali untuk fokus kepada pertanyaan sebagai berikut :

1. Peluang eksternal terpenting apakah yang dimiliki oleh organisasi ?

2. Ancaman eksternal terpenting apakah yang dimiliki oleh organisasi ?

3. Apa kekuatan internal terpanting organisasi ?

4. Apa kelemahan internal terpenting organisasi ?

Kemudian keempat daftar dibahas, diperbandingkan dan diperhadapkan baik untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan segera maupun untuk mempersiapkan


(50)

Analysis System (IFAS) merupakan analisis internal (StrenghtandWeakness). Bobot dari berbagai komponen faktor strenght dan weakness memiliki nilai satu. Sedangkan External Strategi Faktor Analisysis System (EFAS) merupakan analisis eksternal (Opportunity and Threat) memiliki dua elemen pertama lingkungan sosial menurut PEST (politik, ekonomi, sosial dan teknologi). Kedua lingkungan tugas yang terkait dengan misi organisasi. Bobot dari berbagai komponen faktor opportunity dan faktor threat memiliki nilai satu, bobot suatu faktor akan lebih tinggi jika ia memiliki urgensi (Syaukat Y, 2005)

a. Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal (IFE-EFE).

Matriks evaluasi faktor internal dan eksternal (Internal Faktor Evaluation-IFE Matrix dan Ekternal Faktor Evaluation- EFE Matrix) merupakan alat bantu dalam merangkum dan mengevaluasi informasi eksternal yang meliputi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi dan persaingan).

Tahapan pencocokan dan pemanduan penting dilakukan untuk melengkapi nilai bobot dan nilai rating kedua faktor strategis. Pembobotan ditempatkan pada kolom kedua matriks IFE dan matriks EFE, sedangkan rating ditempatkan pada kolom ketiga matriks IFE dan matriks EFE. Penentuan bobot setiap variabel dilakukan dengan mengajukan identifikasi faktor internal dan eksternal dengan menggunakan metode Paired

Comparison (Tripomo dan Udan,2005). Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Berikut Tabel 4 adalah bentuk penilaian bobot faktor strategis internal wilayah dengan menggunakan skala 1, 2 dan 3 total dan bobot.

Tabel 3. Bentuk Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal PTSP

Faktor strategis Internal A B C ... Total Bobot

A B C .... Total


(1)

86

d. Mengikutsertakan Workshop/seminar

BPM dan PKUD Peningkatan pengetahuan SDM PTSP penanaman modal Terciptanya peningkatan pengetahuan SDM PTSP penanaman modal

2 kali Dalam dan Luar Negeri Peningkatan kemampuan SDM PTSP penanaman modal

BKPM 200

4 Peningkatan sarana dan prasarana PTSP penanaman modal

a. Pengadaan kursi tunggu ruang tunggu PTSP penanaman modal

BPM dan PKUD Peningkatan kenyamanan ruang tunggu PTSP penanaman modal Terpenuhinya kebutuhan kursi ruang tunggu PTSP penanaman modal

1 kali Propinsi DKI Jakarta Peningkatan kenyamanan ruang tunggu PTSP penanaman modal

BPM dan PKUD Bappeda Biro Umum

100

b. Penataan tempar parkir

BPM dan PKUD Peningkatan kenyamanan parkir kendaraan bermotor Terpenuhinya kebutuhan kenyamanan tempat parkir

3 bulan Propinsi DKI Jakarta

Peningkatan kenyamanan tempat parkir

BPM dan PKUD Bappeda Biro Keunagan Biro Perlengkapan 500 5. Sosialisai kebijakan penanaman modal guna meningkatkan daya

saing. a. Sosialisasi PTSP

penanaman modal

BPM dan PKUD Peningkatan informasi kebijakan pelayanan penanaman modal Tersosialisasi nya keberadaan PTSP penanaman modal secara langsung kepada para investor

2 kali Propinsi DKI Jakarta Peningkatan komunikasi dua arah antara BPM dan PKUD dengan para investor

BPM dan PKUD Bappeda BKP Investor

400

b. Operasional Jakarta Invesment Centre

BPM dan PKUD Peningkatan kualitas pelayanan Terpenuhinya layanan investor secara cepat

1 tahun Propinsi DKI Jakarta Peningkatan layanan terhadap investor

BPM dan PKUD Instansi teknis terkait pelayanan penanaman modal Bappeda Biro Keuanagan 1.500


(2)

STRATEGI PENGEMBANGAN

PELAKSANAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

PENANAMAN MODAL DI DKI JAKARTA

INDARINI EKANINGTIYAS

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(3)

87

VIII. KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

8.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari keseluruhan hasil kajian yang berkaitan dengan unsur-unsur yang mempengaruhi kualitas penyelenggaraan PTSP penanaman modal di Provinsi DKI Jakarta sebagai berikut :

1 Dilihat dari efektivitas, penyelenggaraan PTSP mampu meningkatkan kualitas pelayanan investasi hal ini terlihat dari sebelum adanya PTSP waktu pengurusan perizinan adalah 196 hari dengan 19 item dan biaya yang tidak jelas, sedangkan setelah adanya PTSP maka waktu yang dibutuhkan untuk mengurus perizinan adalah 38 hari dengan 8 item dan biaya yang transparan.

2 Dari kesepuluh dimensi ServQual menunjukan dimensi Responsiviness merupakan dimensi yang dipersepsikan paling baik oleh investor sedangkan dimensi

Communication dipersepsikan paling buruk oleh investor. Investor merasa puas dengan kesanggupan para petugas PTSP Penanaman Modal untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat, tepat, transparan serta tanggap terhadap keinginan para investor. Disisi lain investor menganggap bahwa para petugas PTSP Penanaman Modal yang juga terdiri dari beberapa instansi teknis terkait kurang siap menerima kritik dan saran.

3. Secara keseluruhan tingkat kepuasaan rata-rata menurut dimensi ServQual bernilai positif. Hal tersebut berarti bahwa tingkat kepuasan rata-rata investor menurut dimensi ServQual telah menunjukan kepuasan. Investor merasa puas sejak adanya penyelenggaraan PTSP Penanaman Modal dibandingkan sebelum adanya PTSP Penanaman Modal. Investor merasa lebih mudah dalam pengurusan perijinan melalui PTSP dan juga waktu serta biaya yang lebih jelas sesuai dengan peraturan yang ada.

4. Dari ke-30 variabel yang diteliti, rata-rata tingkat kepuasan tertinggi adalah tepat waktu yang dijanjikan 0,25 dan rata-rata terendah adalah siap memberikan informasi -0,45. Hal ini berarti dalam memberikan pelayanan kepada investor, petugas PTSP Penanaman sudah dapat membuktikan kinerjanya dengan

menyelesaikan proses-proses secara lebih cepat dan lebih mudah, namun demikian jika dikaitkan dengan layanan yang disampaikan bahwa petugas PTSP Penanaman Modal dinilai agak susuh untuk memberikan informasi-informasi berkaitan dengan


(4)

kebijakan pelaksanaan Penanaman Modal, hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan dan keahlian petugas PTSP Penanaman Modal sehingga masih sulit untuk memberikan informasi-informasi berkaitan dengan Penanaman Modal. 5. Berdasarkan analisis faktor internal dan eksternal, pengembangan pelaksanaan

PTSP Penanaman Modal bertujuan untuk meningkatkan kepuasan terhadap para investor khususnya dalam memberikan pelayanan.

Hasil analisis matriks IFE menunjukan bahwa kurangnya sarana dan prasarana kantor PTSP penanaman modal di Propinsi DKI Jakarta memiliki kondisi internal yang lemah, PTSP Penanaman Modal belum mampu memanfaatkan kekuatan yang dimiliki yaitu kecepatan, ketepatan dan kepastian proses pelayanan penanaman modal.

Hasil analisis matriks EFE menunjukan bahwa ancaman kesempatan yang lebih baik di daerah/negara lain yang lebih baik telah mampu memanfaatkan peluang kedudukan DKI Jakarta sebagai ibukota negara.

6. Berdasarkan analisis SWOT, diperoleh beberapa alternatif strategi yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan PTSP Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta yaitu melalui inventarisasi ijin-ijin daerah yang tumpang tindih, pelaksanaan Peraturan Gubernur Nomor 53 Tahun 2008, Rehab gedung PTSP Penanaman Modal, Pembayaran biaya perijinan melalui Bank DKI, Mengikutsertakan petugas PTSP untuk diklat yang dilaksanakan di Pusat (BKPM), Mengikutsertakan petugas PTSP dalam Seminar/Workshop.

7. Berdasarkan analisis SWOT, diperoleh beberapa alternatif strategi yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan PTSP Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta. Prioritas strategi yang pertama, adalah Proses pelayanan perizinan penanaman modal lebih cepat dan lebih mudah. Prioritas yang kedua adalah Informasi kebijakan penanaman modal tersedia melalui internet. Prioritas yang ketiga adalah Kemampuan peningkatan SDM agar lebih responsif terhadap tuntutan investor. 8. Berdasarkan program-program yang telah dihasilkan maka kegiatan-kegiatan yang

dapat menunjang kelancaran dari program-program tersebut adalah :

1) Penyusunan pedoman perizinan PMA/PMDN dalam pelayanan satu pintu. 2) Evaluasi pelaksanaan PTSP penanaman modal


(5)

89 3) Pengadaan perangkat komputer

4) Pelaksanaan Sistem Informasi Management Laporan Kegiatan Penanaman Modal.

5) Penyelenggaraan Temu Pakar 6) Capacity Building

7) Mengadakan pendidikan dan pelatihan fungsional 8) Mengikutsertakan kegiatan Seminar/Workshop

9) Pengadaan kursi buat ruang tunggu PTSP penanaman modal 10)Penataan tempat parkir yang nyaman

11)Sosialisasi PTSP penanaman modal 12)Operasional Jakarta Invesment Centre

8.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut

1. Untuk meningkatkan kualitas layanan menurut dimensi ServQual, dimensi

Communication merupakan dimensi yang perlu mendapat perhatian khusus.

Upaya yang dapat dilakukan adalah peningkatan SDM PTSP Penanaman Modal untuk mendatangkan para pakar, melakukan pelatihan-pelatihan, kursus-kursus baik yang dilakukan di lingkungan Pemerintah Daerah maupun melalui Pusat (BKPM).

2. Untuk meningkatkan kualitas layanan yang secara keseluruhan, PTSP Penanaman Modal harus segera memperbaiki terhadap variabel-variabel yang memiliki tingkat kepuasan cukup rendah seperti penyampaian kebijakan Penanaman Modal, lokasi parkir, kebersihan kantor, kenyamanan kantor, siap menerima saran dan kritik dan sebagainya. Disisi lain PTSP Penanaman Modal juga harus tetap bisa

mempertahankan kinerja yang sudah dianggap memuaskan investor yaitu lokasi kantor agar tetap berada pada kondisi sekarang, tidak dipindahkan ketempat lain,


(6)

kesopanan petugas PTSP Penanaman Modal serta adanya kecepatan dalam memproses perijinan sesuai dengan waktu yang sudah ditetapkan.

3. Dalam menunjang kegiatan-kegiatan pengembangan PTSP penanaman modal maka program-program dan kegiatan-kegiatan sebagaimana diuraikan pada kesimpulan diatas dapat dilaksanakan.

8.3 Implikasi Kebijakan.

Dari analisis yang telah dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa implikasi kebijakan yaitu :

1. Kebijakan untuk dapat meningkatkan pelayanan yang lebih baik kepada investor sehingga investor merasa puas, dengan memberikan kecepatan, ketepatan, dan kepastian pelayanan kepada para investor. Hal ini dapat dilakukan dengan terlebih dahulu dilakukan persamaan persepsi antar instansi terkait bahwa investasi penting.

2. Kebijakan untuk memperbaiki sistem perijinan usaha dengan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) penanaman modal dapat mempercepat proses perijinan, menyederhanakan prosedur dan mengurangi biaya, sehingga kebijakan ini dapat memperbaiki iklim usaha di DKI Jakarta dan pada gilirinnya akan dapat menjadi daya tarik sendiri bagi para investor untuk menanamkan modalnya di DKI Jakarta. Dampak akhir dari kebijakan tersebut adalah peningkatan baik kuantitas maupin kualitas investasi. Implikasi peningkatan investasi dapat berdampak pada berkurangnya angka pengangguran, peningkatan PAD, peningkatan pajak perdagangan dan penghasilan, serta pertumbuhan PDRB Pemerintah Propinsi DKI Jakarta.


Dokumen yang terkait

Analisis pengaruh penanaman modal asing (PMA), penanaman modal dalam negeri (PMDN), dan ekspor total terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia

2 10 111

Strategi pelayanan perpustakaan di SMAN 63 Jakarta

0 4 128

Pengembangan aplikasi pelayanan izin mendirikan bangunan (Studi kasus pada badan pelayanan perijinan terpadu Kota Tangerang Selatan )

3 17 269

Pengaruh penanaman modal asing, dan utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia feriode 1985-2009

4 22 141

Hukum dan kepentingan: telaah kritis atas undang-undang nomor 1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing dan undang-undang nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal dalam perspektif UUD 1945 dan hukum Islam

1 10 113

Pemodelan enterprise architecture planning berdasarkan framework Zachman pada pelayanan satu pintu di Direktorat Metrologi Kementrian Perdangangan

1 12 38

Analisis pelayanan publik dalam pembuatan izin mendirikan bangunan IMB di kantor pelayanan perizinan terpadu satu pintu (PPTSP) kota cimahi

3 6 1

Aplikasi microsoft office 2000 pada sistem informasi penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) di Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BPPM) Daerah Tingkat I Jawa Barat

0 2 44

Reformasi administrasi pelayanan publik di KPPM (kantor perizinan dan penanaman modal) kabupaten Boyolali

1 1 139

Pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kinerja pegawai (studi kasus di dinas penanaman modal dan pelayanan perizinan terpadu satu pintu Sei Rampah) - Repository UIN Sumatera Utara

0 2 81