2.2.3 Farmakodinamik
Efek asetosal untuk menurunkan suhu tubuh jelas terlihat pada penderita yang demam.Pada orang sehat efek ini tidak jelas.Pada keadaan demam, diduga
termostat dihipotalamus terganggu sehingga suhu badan lebih tinggi.Obat-obat golongan salisilat diduga bekerja dengan mengembalikan fungsi termostat ke
normal.Pembentukan panas tidak dihambat, tetapi hilangnya panas dipermudah dengan bertambahnya aliran darah ke ferifer dan pembentukan keringat.Walaupun
pembentukan keringat merupakan efek yang menonjol setelah pemberian asetosal hal tersebut bukan merupakan mekanisme yang esensial.Salisilat tetap
menurunkan demam bila pembentukan keringat dihalangi dengan pemberian atropine.Efek penurunan suhu demam diduga terjadi dengan penghambatan
pembentukan prostaglandin seperti efek analgesiknya.Prostaglandin E1 adalah pirogen kuat yang bila disuntikan pada hipotalamus arterior atau kedalam
ventrikel otak, efeknya tidak dapat dicegah oleh obat antipiretik. Pirogen menyebabkan pembentukan prostaglandin E1 dan pembentukan zat ini dihambat
oleh salisilat Tanu, 1972.
2.2.4 Efek Samping
Pada penggunaan kronis dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis diatas 6 g mengakibatkan gangguan hati yang tidak
reversibel.Hepatotoksisitas ini disebabkan oleh metabolit-metabolitnya, yang pada dosis normal dapat ditangkal oleh glutathione suatu tripeptida dengan –SH.Pada
dosis diatas 10 g, persediaan peptida tersebut habis dan metabilit-metabolit mengikat pada protein dengan –SH di sel-sel hati, dan terjadilah kerusakan
irreversibel. Dosis dari 20 g dapat berakibat fatal.
Overdosis biasa menimbulkan antara lain mual, muntah dan anorexia. Penanggulangannya dengan cuci lambung, juga perlu diberikan zat-zat penawar
asam amino N-asetilsintein atau metionin sedini mungkin, sebaiknya dalam 8-10 jam setelah intoksikasi Tjay dan Kirana, 2002.
2.2.5 Indikasi
Penggunaan fenasetin dan asetaminofen sebagai analgetik dan antipiretik adalah sama dengan salisilat. Analgesik, fenasetin dan asetaminofen dapat
diberikan tiap 3-4 jam untuk keadaan-keadaan seperti sakit kepala, migren, nyeri haid, artralgia, mialgia, dan lain-lain.Tetapi sebaiknya terapi jangan diberikan
terlalu lama.Jika dosis terapi yang biasa diberikan tidak memberikan manfaat, dosis yang lebih besar biasanya juga tidak menolong Tanu, 1972.
Antipiretik, penggunaan fenasetin dan asetaminofen untuk meredakan demam telah terdesak oleh penggunaannya untuk menimbulkan analgesia.Untuk
dewasa dosis 325 mg- 1000 mg, diberikan secara oral tiap 3 atau 4 jam. Untuk anak 20 mg per kg BB, diberikan tiap 4-6 jam, dosis total perhari jangan
melebihi 3,6 g Tanu, 1972.
2.2.6 Dosis
Untuk nyeri dan demam dapat diberikan secara oral 2-3 dd 0,5-1 g, maksimum 4 ghari, pada penggunaan kronis maksimum 2,5 g per hari. Anak-
anak: 4-6 dd 10 mg per kg, yakni rata-rata usia 3-12 bulan 60 mg, 1-4 tahun 120- 180 mg, 4-6 tahun 180 mg, 7-12 tahun 240-360 mg, 4-6 x sehari Tjay dan
Kirana, 2002.
2.3 Disolusi