14 diabetes.Pada dasarnya ada dua terapi dalam DM,yang pertama terapi tanpa obat
dan yang kedua terapi dengan obat.
2.1.7.1 Terapi Non Farmakologi
Dalam penatalaksanaan DM, langkah pertama yang harus dilakukan adalah terapi tanpa obat berupa pengaturan diet dan olahraga
.
a. Pengaturan Diet
Diet merupakan salah satu penanganan pada penderita DM. Diet yang dianjurkan adalah makan dengan komposisi yang seimbang antara karbohidrat,
protein dan lemak. Proporsi diet yang seimbang dan baikterdiri dari karbohidrat 60-70, protein 10-15 dan lemak 20-25
Bina Farmasi dan Alkes, 2005
. b.
Olah Raga Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula
darah agar tetap normal. Prinsipnya tidak perlu berolah raga berat, namun ringan dan dilakukan secara teratur. Olahraga yang disarankan bersifat CRIPE
Continuous,Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training. Olahraga aerobik ini paling tidak dilakukan selama 30-40 menit per hari Ditjen Bina
Farmasi dan Alkes, 2005.
2.1.7.2 Terapi Farmakologi
Apabila dengan langkah pertama tujuan belumtercapai, maka dapat dikombinasikan dengan langkah farmakologis berupa terapi insulin atau terapi
obat hipoglikemik oral, atau kombinasi keduanya. a.
Insulin
15 Terapi insulin merupakan keharusan bagi penderita DM tipe 1, karena sel-
sel β pada pulau langerhans kelenjar pankreas tidak dapat memproduksi insulin. Sebagai penggantinya, maka penderita DM tipe 1 harus mendapat insulin eksogen
untuk membantu agar metabolisme karbohidrat di dalam tubuhnya dapat berlangsung normal Soegondo, 1995.Berdasarkan mula dan lama kerjanya
insulin dapat dibedakan menjadi: 1.
Insulin Kerja Cepatrapid acting Insulin biasanya mempunyai kecenderungan membentuk agregat dalam
bentukdimer dan heksamer yang akan memperlambat absorpsi dan lama kerjanya. Insulin lispro, aspart, dan glulisine tidak membentuk agregatdimer maupun
heksamer, sehingga dapat digunakan sebagai insulinkerja cepat. Insulin monomer ini berupa larutan yang jernih, mempunyaimula kerja yang cepat 5-15 menit,
puncak kerja 30-90 menit danlama kerja berkisar 3-5 jam.Contoh: Actrapid, Aprida, Novorapid.
2. Insulin Kerja Pendek short acting
Insulin jenis ini tersedia dalam bentuk larutan jernih, dikenal sebagai insulin reguler. Biasanya digunakan untuk mengatasi keadaan akut seperti
ketoasidosis, penderita baru, dan tindakan bedah. Digunakan juga sebagai pengobatan bolus 15-20 menit sebelum makan, atau kombinasi dengan insulin
kerja menengah pada regimen 2 kali sehari. Contoh: Humulin R. 3.
Insulin Kerja Menengah intermediate acting Insulin jenis ini tersedia dalam bentuk suspensi sehingga terlihat
keruh.Insulin ini dikenal dengan neutral protamine hagedorn Insulin NPH. Mengingat lama kerjanya 12 – 24 jam, maka lebih sesuai bila digunakan dalam
16 regimen dua kali sehari dan sebelum tidur pada regimen basal-bolus.
Contoh:Humulin N.
4. Insulin Kerja Panjang long acting
Insulin kerja panjang ultralente, glargine dan detemir mempunyai masa kerja lebih dari 24 jam, sehingga dapat digunakan dalam regimen basalbolus.
Insulin jenis ini mempunyai profi l kerja yang lebih terduga dengan variasi harian yang lebih stabil dibandingkan insulin NPH. Sediaan insulin ini bekerja dengan
cara mengurangi daya larutnya di dalam jaringan dan menghambat reabsorpsinya ke dalam darah pada saat diinjeksikan. Contohnya: Lantus, Levemir dan
Monotard Soegondo, 1995 5.
Insulin Kerja Campuran Sediaan insulin campuran terdiri dari kombinasi insulin kerja cepat dan
menengah, atau kerja pendek dan menengan. Sediaan kombinasi 3070 artinyaterdiri dari 30 insulin kerja cepat atau pendek, dan 70 insulin kerja
menengah.Sediaan insulin ini lama kerjanya dapat divariasikan dengan mencampurkan beberapa macam insulin. Contohnya: Novomix, Mixtard 30
HMTjay dan Rahardja, 2002.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini
17
Gambar 2.1 Kurva Onset dan Lama Kerja Insulin
b. Hipoglikemik Oral
Obat hipoglikemikoral OHO umumnya digunakan untuk menangani pasien DM tipe 2.Berdasarkan mekanisme kerjanya, OHO dapatdibagi menjadi:
1. Golongan Sulfonilurea
Obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea merupakan obat pilihan drug of choice untuk penderita DMtipe 2 dengan syarat penderita tidak
mengalami ketoasidosis, oleh karena itu sebaiknya tidak diberikan pada penderita dengan gangguan hati, ginjal dan tiroid. Obat golongan sulfonilurea bekerja
dengan merangsang sekresi insulin di kelenjar pankreas, oleh sebab itu hanya efektif apabila sel-
sel β pada pulau langerhans masih dapat berproduksi. Penurunan KGD yang terjadi setelah pemberian senyawa-senyawa sulfonilurea
disebabkan oleh perangsangan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005.
2. Golongan Meglitinida dan Turunan Fenilalanin
Obat hipoglikemik oral golongan meglitinida dan fenilalaninmerupakan OHO generasi baru yang cara kerjanya sama seperti golongan sulfonilurea. Kedua
18 golongan senyawa OHO ini bekerja meningkatkan sintesis dan sekresi insulin
oleh kelenjar pankreas. Umumnya senyawa OHO golongan meglitinida dan turunan fenilalanin ini dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat
antidiabetes oral lainnya Soegondo, 1995. 3.
Golongan Biguanida Obat hipoglikemik oral golongan biguanida bekerja langsung pada
hatidengan cara menurunkan produksi glukosa hati. Senyawa-senyawa golongan biguanida tidak merangsang sekresi insulin. Senyawa biguanida yang masih
dipakai sebagai OHO adalah metformin. Metformin masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia, karena frekuensi terjadinya asidosis laktat
cukup kecilapabila dosis yang diberikan tidak melebihi 1.700 mghari serta penderita tidak mengalamigangguan fungsi hati dan ginjal Soegondo, 1995.
4. Golongan Tiazolidindion TZD
Senyawa golongan TZD bekerja dengan cara meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARγ peroxisome
proliferator activated receptor-gamma di otot, jaringan lemak dan hati.Hal inilah yang menyebabkan resistensi insulin menurun. Senyawa-senyawa TZD juga
menurunkan kecepatan glikoneogenesis, sehingga glukosa dalam tubuh kadarnya menurun Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005.
5. Golongan α-Glukosidase Inhibitor
Golongan α-glukosidase inhibitorbekerja dengan cara menghambat enzim
alfa glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus. Enzim- enzim α-
glukosidase maltase, isomaltase, glukomaltase dan sukrase berfungsi untuk menghidrolisis oligosakarida. Inhibisi kerja enzim ini secara efektif dapat
19 menurunkan metabolisme karbohidrat kompleks dan absorbsinya, sehingga dapat
mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita diabetes. Senyawa α-glukosidase inhibitor juga menghambat enzim α-amilase pankreas
yang bekerja menghidrolisis polisakarida Soegondo, 1995. Untulk lebih jelasnya mengenai golongan antidiabetes, mekanisme kerja
antidiabtes dan contoh antidiabetes yang umum digunakan pada masing-masing golongan dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Terapi Umum Yang Digunakan Pada DM Tipe 2
2.2 Farmakoekonomi 2.2.1 Defenisi Farmakoekonimi