Kopi (Coffea sp.)

3.1 Kopi (Coffea sp.)

3.1.1 Latar Belakang

Produksi kopi Indonesia pada tahun 2011 mencapai 709.000 ton dari areal seluas 1,3 juta hektar. Sebanyak 68% dari total produksi tersebut diekspor keluar negeri, sehingga kopi merupakan salah satu komoditi andalan perkebunan yang mempunyai peran sebagai penghasil devisa negara. Dari luasan tersebut, 96% perkebunan kopi di Indonesia merupakan perkebunan rakyat yang umumnya belum menerapkan teknik budidaya dengan benar.

Tanaman kopi terbagi atas 3 jenis, yaitu Kopi Arabika (Coffea arabica), Kopi Canephora (Robusta) (Coffea canephora) dan Kopi Liberika (Excelsa) (Coffea liberica). Kopi Arabika ditandai dengan morfologi daun yang kecil berukuran 12 – 15 x 6 cm, halus dan mengkilap, biasa dibudidayakan di dataran tinggi > 700 m dpl. Kopi Canephora atau Robusta dicirikan dengan daun yang besar berukuran

20 x 10 cm dan bergelombang, biasa dibudidayakan di dataran rendah 100 – 700 m dpl. Kopi Liberika atau Exelsa, mempunyai morfologi yang lebih tinggi dan besar daripada kopi Robusta.

Tanaman kopi berbunga umur 2-3 tahun, bunga menjadi buah sekitar 1 bulan stl setelah anthesis. Buah kopi masak 9 bulan setelah anthesis ditandai dengan perubahan warna hijau menjadi merah. Pengolahan kopi dapat dilakukan dengan cara basah dan cara kering. Secara garis besar pengolahan cara basah dilakukan dengan perendaman, pelepasan kulit buah, pemeraman dan pengeringan, sedangkan pengolahan cara kering dilakukan dengan dijemur di terik matahari.

3.1.2 Permasalahan

Kebanyakan kopi di Indonesia adalah kopi Robusta yakni seluas 1,01 juta hektar (77,69%) dan 290.000 hektar (22,31%) merupakan pertanaman kopi Arabika. Fenomena konsumsi kopi dunia 70% jenis arabika dan 30% kopi jenis robusta. Kopi arabika mempunyai harga jual yang lebih tinggi daripada kopi robusta.

Produktifitas tanaman yang rendah akibat tanaman telah berumur tua, varietas berdaya hasil rendah, pemeliharaan tanaman yang kurang baik, antara lain pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pada tanaman yang baru ditanam mempunyai masa TBM yang cukup lama yakni 1 – 3 tahun

3.1.3 Teknologi Produksi

1. Penggunaan Varietas Unggul

Terdapat berbagai varietas unggul kopi arabika maupun robusta yang berdaya hasil tinggi, antara lain : Arabika USDA 762, Andungsari 1 dengan keunggulan produksi 2 – 2,5 ton/ha dan tahan terhadap karat daun serta Robusta BP 409 dengan produksi 2,5 ton/ha. Lain daripada itu terdapat pula persilangan buatan (hibrida), antara lain : Arabika x Liberika : Kawisari B dan D, yang mempunyai hasil tinggi namun rendemen rendah; Liberika x Robusta (QP Hibrida) hasil Robusta dengan Abeocuta; Arabika x Robusta : Conuga (Congensis x Uganda), berdaya hasil tinggi namun kurang tahan karat daun, bubuk buah dan bubuk dahan.

2. Penyediaan bibit vegetatif cepat berproduksi

Penyediaan bibit vegetatif cepat berproduksi, dengan cara :

a. Sambung hipokotil, yaitu sambung (grafting) dini yang dilakukan pada bibit umur 1,5 -2 bulan. Setelah 7 bulan tinggi bibit mencapai sekitar 25 cm dengan 4 pasang daun dan siap pindah ke lapangan.

b. Sambung bibit, yaitu sambung dewasa yang dilakukan pada bibit berumur 7 bulan. Setelah tanaman berumur 6 bulan dan mempunyai 6 pasang dau, bibit siap dipindah ke lapangan.

c. Stek tunas, yaitu penanaman stek batang pucuk yang disertai 2 daun.

3. Konversi Tanaman Kopi Robusta menjadi Kopi Arabia

Konversi tanaman kopi robusta menjadi kopi arabika dilakukan dengan teknik sambung, tanaman kopi robusta berlaku sebagai batang dan kopi arabika unggul sebagai batang atas. Pelaksanaan teknik sambungan di lapangan dilakukan dengan menggunakan metode siwingan, yaitu dengan memangkas separuh bagian tajuk kopi robusta diatas sambungan. Metode ini selain dapat mendorong pertumbuhan sambungan lebih sehat, juga masih dapat diperoleh hasil panen dari kopi robusta hingga 55%. Dengan metode konversi ini juga mudah dilakukan penggantian jenis klon batang atas bila didapatkan klon baru yang lebih unggul pada masa yang akan datang.

4. Pemangkasan

Pemangkasan dilakukan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Terdapat 3 macam pemangkasan, yaitu :

a. Pangkasan bentuk Dilakukan untuk membentuk kanopi yang baik atau agar tanaman mempunyai cabang produktif (lateral). Pemangkasan ini dilakukan pada ketinggian 30 – 50 cm kemudian tunas yang tumbuh dipilih untuk dipelihara.

b. Pangkasan pemeliharaan Meliputi wiwilan atau membuang tunas yang baru tumbuh, pemangkasan

(Beaumont – Fukunaga), pemangkasan cabang yang terkena hama dan penyakit

c. Pemangkasan peremajaan. Dilakukan pada tanaman tua dengan memotong batang tanaman sekitar 30 cm dari permukaan tanah dan menyambung tunas yang tumbuh dengan varietas unggul.

5. Tanaman Pelindung

Tanaman kopi memerlukan tanaman pelindungatau penaung agar diperoleh tingkat intensitas radiasi matahari yang produktif bagi tanaman. Tanaman pelindung ditanam minimal 1 tahun sebelum tanaman kopi. Tanaman penaung sementara antara lain, Moghania macrophylla (Flemingia congesta)pada ketinggian 700 m dpl dan Tephrosia atau Crotalaria pada 1000 m dpl. Untuk penaung tetap dapat digunakan Lamtoro, sengon, dadap, Gliricidia dan cemara.