Modul Bahan Ajar UB Distance Learning

Jurusan Budidaya Pertanian,Fakultas Pertanian

Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang

PENDAHULUAN

1. TUJUAN PEMBELAJARAN

1.1. Mempelajari Teknologi

upaya mendapatkan produktifitas tanaman yang maksimal dengan cara yang berdayaguna dan berlanjut.

1.2. Memahami dan mampu menerapkan dengan tepat, benar dan trampil Teknologi Produksi Tanaman.

1.3. Mampu menerapkan sikap dan tata nilai akademis dalam melakukan Teknologi Produksi Tanaman

2. PERKULIAHAN

2.1 Bobot dan Penanggung Jawab Perkuliahan

Mata Kuliah Teknologi Produksi Tanaman adalah mata kuliah wajib bagi mahasiswa PS Agroekoteknologi dan Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP-UB) pada semester III.

Bobot mata kuliah ini 6 SKS terdiri dari Kuliah Tatap Muka 2 SKS, Tutorial 2 SKS dan Praktikum 2 SKS. Satu SKS perkuliahan dan tutorial bermakna 50 menit tatap muka di kelas ditambah 1 –2 jam tugas terstruktur dan 1 – 2 jam tugas mandiri setiap minggu. Satu SKS praktikum bermakna 2 – 4 jam praktikum di lapang ditambah 1 – 2 jam tugas terstruktur dan 1 – 2 jam tugas mandiri setiap minggu.

Penanggung Jawab kuliah ini adalah Laboratorium Sumberdaya Lingkungan (SDL), Jurusan Budidaya Pertanian FP-UB dan didukung dengan keilmuan dari Jurusan Ilmu Tanah dan Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman.

2.2. Dosen Pengampu Kuliah dan Praktikum Teknologi Produksi Tanaman

Perkuliahan pada setiap kelas diampu oleh 3 orang dosen yang berasal dari Jurusan Budidaya Pertanian, Jurusan Ilmu Tanah dan Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman.

Dosen pengampu dari Jurusan Budidaya Pertanian bertugas pada paruh semester awal yakni sejak awal perkuliahan hingga sebelum UTS, sedangkan dosen pengampu dari Jurusan Ilmu Tanah dan Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman bertugas pada paruh semester akhir yakni perkuliahan setelah UTS hingga UAS.

Dosen pengampu TA 2014/2015 dari Laboratorium Sumberdaya Alam (SDL) Jurusan Budidaya Pertanian sebagai berikut:

1. Dr. Ir .Agus Suryanto, MS *)

2. Prof. Dr. Ir. Bambang Guritno

3. Prof. Dr. Ir. Husni Tamrin, MS

4. Prof. Dr. Ir. Sudiarso, MS

5. Prof. Dr. Ir. Eko Widaryanto, MS

6. Dr. Ir. Muji Santosa, MS

7. Dr. Ir. Didik Hariyono, MS

8. Dr. Ir. Agung Nugroho, MS

9. Dr. Ir. Nurul Aini, MS

10. Dr. Ir. Sitawati, MSi

11. Dr. Ir. Setyono Yudo Tyasmoro, MS

12. Dr. Ir. Titin Sumarni, MS

13. Karuniawan Puji Wicaksono, SP, MP, Ph.D

14. Ir. Y.B.Suwasono Hedy, MS

15. Ir. Ninuk Herlina, MS

16. Medha Baskara, SP, MT

17. Nur Azizah, SP, MP

18. Wiwin Sumiya Dwi Yamika, SP, MP

19. Sisca Fajriani, SP, MP

20. Adi Setiawan, Sp., MP

Dosen pengampu TA 2014/2015 dari Jurusan Ilmu Tanah sebagai berikut:

1. Prof.Dr.Ir. Zaenal Kusuma, SU.

2. Ir. Didik Suprayogo, M.Sc., Ph.D.

3. Cahyo Prayogo, S.P.,M.P.,Ph.D.

4. Dr.Ir. Budi Prasetya, MP.

5. Dr.Ir. Sugeng Prijono,MS.

6. Ir. Endang Listyarini, MS.

7. Ir. Bambang Siswanto, MS.

8. Kurniawan Sigit Wicaksono, SP., M.Sc.

9. Iva Dewi Lestariningsih, SP., M.Agr.Sc. 10.Aditya Nugraha Putra, SP. 11.Istika Nita, SP. 12.Iva Dewi Lestariningsih, SP., M.Agr.Sc.

13.Antok Wahyu Sektiono, SP., MP. 14.Danny Dwi Saputra, SP., M.Si. 15.Sativandi Riza, SP., M.Sc.

Dosen pengampu TA 2014/2015 dari Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman sebagai berikut:

1. Prof.Dr.Ir. Siti Rasminah Chailani S.

2. Prof.Dr.Ir. Tutung Hadi Astono, MS.

3. Prof.Ir. Liliek Sulistyowati, Ph.D.

4. Dr.Ir. Syamsuddin Djauhari, MS.

5. Dr.Ir. Mintarto Martosudiro, MS.

6. Dr.Ir. Aminudin Afandhi, MS.

7. Dr.Ir. Retno Dyah Puspitarini, MS.

8. Dr.Ir. Ludji Pantja Astuti, MS.

9. Dr.Ir. Toto Himawan, SU. 10.Dr. Anton Muhibuddin, SP.,MP. 11.Dr.Ir. Sri Karindah,MS. 12.Restu Rizkyta Kusuma, SP. 13.Silvi Ikawati, SP.MP.Msc. 14.Rina Rachmawati, SP., MP., M.Eng 15.Tita Widjayanti, SP., MSi. 16.Mohammad Akhid Syibli, SP., MP. 17.Moch. Syamsul Hadi, SP.

Adapun dosen pengampu praktikum dari Jurusan Budidaya Pertanian:

1. Dr. Ir .Agus Suryanto, MS *)

2. Nur Azizah, SP, MP

3. Sisca Fajriani, SP, MP

(* = Koordinator kuliah dan praktikum)

2.2 Topik perkuliahan

Topik perkuliahan terdiri dari 9 pokok bahasan, yaitu:

1. Pendahuluan

2. Teknologi Produksi Tanaman Serealia

3. Teknologi Produksi Tanaman Ubi-ubian

4. Teknologi Produksi Tanaman Kacang - kacangan

5. Teknologi Produksi Tanaman Buah-buahan

6. Teknologi Produksi Tanaman Sayuran

7. Teknologi Produksi Tanaman Hias

8. Teknologi Produksi Tanaman Industri Semusim

9. Teknologi Produksi Tanaman Industri Tahunan

2.3. Kuliah, Tutorial dan Praktikum

Tutorial dilaksanakan sebelum jam kuliah. Pada saat tutorial mahasiswa mempresentasikan tugas yang telah ditetapkan. Presentasi tugas dilakukan secara kelompok dengan topik bahasan materi perkuliahan hari itu.

Kuliah tatap muka dilakukan setelah jam tutorial. Dalam perkuliahan, dosen melengkapi dan menjelaskan lebih rinci tentang topik bahasan yang telah terlebih dahulu dipresentasikan oleh kelompok tugas mahasiswa. Dosen lebih bertindak sebagai fasilitator.

Praktikum dilaksanakan di lapang, yakni di Kebun Praktikum FP di Kepuhharjo, dibimbing oleh dosen pengampu praktikum dan asisten (mahasiswa semester akhir). Praktikum dilaksanakan minimal 10 kali kunjungan di lapang dengan berbagai topik sesuai dengan modul praktikum.

2.3 Tugas, Kuis, UTS,UAS dan Presensi

Penilaian presentasi tugas dilakukan oleh kelompok lain yang tidak sedang presentasi dan dosen. Penilaian presentasi meliputi : 1. Kelengkapan anggota, 2. Materi, 3. Cara penyampaian, 4. Handout, 5. Pre/post test, 6. Diskusi dan 7. Waktu.

Kuis diberikan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Kuis diberikan oleh dosen pada jam perkuliahan. UTS dan UAS dilaksanakan secara terstruktur pada minggu ke 8 dan 16. Mahasiswa diperbolehkan mengikuti ujian semester bila memenuhi presensi minimal 80%. Apabila berhalangan mengikuti ujian sesuai jadual yang telah ditentukan dengan alasan yang jelas dan disertai surat ijin, mahasiswa diperkenankan mengikuti ujian susulan setelah mendapatkan surat ijin dari Pembantu Dekan I. Apabila mahasiswa tidak mengikuti salah satu atau lebih kegiatan UTS, UAS atau praktikum tanpa keterangan mahasiswa mendapatkan nilai E.

2.4 Sistem Penilaian

Pencapaian kompetensi MK Teknologi Produksi Tanaman diindikasikan dengan nilai akhir dalam bentuk huruf. Komponen penilaian terdiri dari : UTS 30 %, UAS 30%, Praktikum

30% dan Tugas/Kuis 10%.

2.5. Pustaka Acuan

Bahan bacaan dan pustaka acuan dapat dilihat pada Daftar Pustaka Modul Kuliah. Modul kuliah dan Power Point perkuliahan serta modul praktikum dapat diunduh di www.wartabepe.staf.ub.ac.id.

3. RINGKASAN MATERI DAN LANDASAN TEORI

3.1. Pendahuluan

Menjelaskan tentang Rencana Kuliah, Praktikum, Tugas Presentasi dan Quiz. Penjelasan sks & bobot penilaian. Pengenalan dan pembagian dosen pengampu kuliah dan praktikum Teknologi Produksi Tanaman

3.2. Teknologi Produksi Tanaman Serealia

Menjelaskan tentang potensi tanaman, berbagai masalah produksi dan teknologi produksi untuk mencapai potensi maksimal produksi tanaman serealia atau tanaman biji-bijian penghasil karbohidrat yang meliputi tanaman padi, jagung dan gandum.

3.2. Teknologi Produksi Tanaman Ubi-ubian

Menjelaskan tentang potensi tanaman, berbagai masalah produksi dan teknologi produksi untuk mencapai potensi produksi yang maksimal dari tanaman ubi-ubian sebagai sumber karbohidrat alternatif, yang meliputi tanaman ubi kayu dan ubi jalar serta potensi tanam ubi-ubian yang lain.

3.3. Teknologi Produksi Tanaman Kacang – kacangan

Menjelaskan tentang potensi tanaman, berbagai masalah produksi dan teknologi produksi untuk mencapai potensi maksimal produksi tanaman kacang – kacangan (leguminose) yang meliputi kacang tanah, kedelai dan kacang hijau serta potensi tanaman biji-bijian legume yang lain.

3.4. Teknologi Produksi Tanaman Buah-buahan

Menjelaskan tentang potensi tanaman, berbagai masalah produksi dan teknologi produksi untuk mencapai potensi maksimal produksi tanaman buah-buahan yang terdiri dari tanaman buah-buahan annual dan perennial, baik yang berasal dari daerah tropis maupun sub tropis.

3.5. Teknologi Produksi Tanaman Sayuran

Menjelaskan tentang potensi tanaman, berbagai masalah produksi dan teknologi produksi untuk mencapai potensi maksimal produksi tanaman sayuran yang terdiri dari sayuran daun, sayuran buah, sayuran umbi, sayuran batang dan sayuran bunga.

3.6. Teknologi Produksi Tanaman Hias

Menjelaskan tentang potensi tanaman, berbagai masalah produksi dan teknologi produksi untuk mencapai potensi maksimal produksi

tanaman hias yang meliputi bedding plants, cut flower (bunga

potong, potted flowering plants (tanaman pot) dan foliage plant (tanaman hias daun).

3.7. Teknologi Produksi Tanaman Industri Semusim

Menjelaskan tentang potensi tanaman, berbagai masalah produksi dan teknologi produksi untuk mencapai potensi maksimal produksi tanaman kacang tanah, kedelai dan kacang hijau.

3.8. Teknologi Produksi Tanaman Industri Tahunan (Perenial)

Menjelaskan tentang potensi tanaman, berbagai masalah produksi dan teknologi produksi untuk mencapai potensi maksimal produksi tanaman kacang tanah, kedelai dan kacang hijau.

3.9. Teknologi Pengolahan Lahan

Menjelaskan tentang teknologi pengolahan lahan berkaitan dengan kondisi lahan dan budidaya tanaman.

3.10. Teknologi Pupuk dan Pemupukan

Menjelaskan tentang teknologi pemupukan dalam budidaya tanaman, yang meliputi macam dan jenis pupuk serta cara pemupukan yang berdayaguna.

3.11. Teknologi Pengairan

Menjelaskan tentang teknologi pengairan dalam budidaya tanaman, meliputi sistem dan sumberdaya pengairan

3.12. Teknologi Ketahanan Tanaman

Menjelaskan tentang strategi ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit tanaman

3.13. Musuh Alami

Menjelaskan tentang potensi berbagai musuh alami dan teknologi penggunaan musuh alami dalam upaya pengelolaan produksi tanaman yang berlanjut.

3.14. Bioteknologi Pengendalian

Menjelaskan tentang Bioteknologi dalam Pengendalian Hama dan Penyakit tanaman

3.15. Teknologi Pestisida dan Teknik Aplikasi

Menjelaskan tentang berbagai macam pestisida dan teknologi aplikasi pestisida dalam pengendalian Hama dan Penyakit tanaman

4. TUGAS

4.1. Pada setiap perkuliahan akan didahului dengan presentasi kelompok tentang topik bahasan pada saat itu. Untuk keilmuan Budidaya Pertanian, dalam setiap kelas ditetapkan

7 kelompok yang akan presentasi sesuai topik bahasan dalam 6 minggu perkuliahan hingga UTS. Topik presentasi tentang penggunaan teknologi produksi tanaman untuk mendapatkan produktifitas maksimal dalam setiap budidaya tanaman.

5. DAFTAR PUSTAKA

Acquaah, George. 2005. Horticulture. Principles and Practices

BPS (Statistic Centre Bureau). 2013. Harvest Area, Production and Yield of Rice, Corn, Potatoes and Palm Oil in Indonesia, 2007 - 2012. www.bps.go.id

Reddy, K.R. and H.F. Hodges. 2000. Climate Change and Global Crop Productivity

Shouchi Yoshida . 1981 Fundamentals of Rice Crop Science Los Banos. Philippines.

Kevin J. Young and Steve P. 2000. Crop Ecosystem Responses to Climatic Change : Maize and Sorghum. Climate Change and Global Crop Productivity

TANAMAN

Jurusan Budidaya Pertanian,Fakultas Pertanian

Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN SEREALIA

1. TUJUAN PEMBELAJARAN

1.1. Mempelajari potensi dan berbagai permasalahan produksi tanaman biji – bijian (Serealia) yang meliputi tanaman Padi, Jagung dan Gandum

1. 2. Mengetahui teknologi produksi tanaman Serealia yang berdayaguna dan berlanjut dalam upaya mencapai potensi

produksi yang maksimal.

1.3. Memahami dan mampu menerapkan dengan tepat, benar dan trampil teknologi produksi tanaman Serealia

1.4. Mampu menerapkan sikap dan tata nilai akademis dalam teknologi produksi tanaman Serealia

2. RINGKASAN MATERI

Beberapa tanaman serealia penting di dunia antara lain : Gandum (Triticum aesticum L.), Padi (Oryza sativa L.), Jagung (Zea mays L.), Sorghum (Sorghum bicolor L.) dan Barley (Hordeum vulgare L.). Di Indonesia, tanaman serealia yang banyak dibudidayakan adalah tanaman padi dan jagung.

2.1. Padi Budidaya tanaman padi di Indonesia dapat dibedakan sesuai tempat

tumbuh tanaman, yakni padi sawah, padi lahan kering (padi gogo) dan padi rawa. Berdasar kegunaan, secara prinsip terbagi atas tanaman padi (Oryza sativa L.) untuk bahan pangan dan tanaman padi ketan (Oryza sativa L. var. Glutinosa) penghasil beras ketan yang digunakan untuk berbagai bentuk penganan. Tanaman padi untuk bahan pangan yang banyak dikenal menghasilkan beras putih, namun terdapat pula tanaman padi penghasil beras merah dan beras hitam.

Produksi padi pada tahun 2013 mencapai 71,29 juta ton GKG (BPS, 2013) setara 40 juta ton beras dan konsumsi beras nasional sekitar 34 juta ton. Angka ini cukup aman namun terdapat kelandaian produksi yang sangat mengkawatirkan terutama di pulau Jawa yakni produktifitas rata-rata 5 ton GKG/ha. Disisi lain konsumsi beras di Indonesia per kapita sangat tinggi, yakni sekitar 130 kg/kap/th, sangat tinggi bila dibandingkan dengan Thailand yang hanya 80 kg/kap/th, Malaysia 90 kg/kap/th dan Jepang 60 kg/kap/tahun (Kementan, 2012 dan BPS, 2012). Hingga tahun 2009, beras merupakan 61,8 % sumber energi bagi orang Indonesia.

Ekstensifikasi dilakukan dengan perluasan lahan budidaya padi sawah di luar pulau Jawa. Peningkatan produksi dengan intensifikasi dapat dilakukan antara lain dengan, pemilihan varietas unggul, pengaturan jarak tanam, penggunaan tanam benih langsung (Tabela), Sistem of Rice Intensification (SRI), penyiangan gulma, penggunaan pupuk dan pestisida.

2.2. Jagung

Secara umum terdapat 7 kelompok kultivar tanaman jagung yang dibedakan menurut struktur biji (endosperm), yaitu : tanaman jagung primitif/jagung liar (Zea mays tunicate Sturt), jagung gigi kuda (Zea mays indentata Sturt), jagung mutiara (Zea mays indurata Sturt), pop corn (Zea mays everata Sturt), jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) dan jagung ketan/Waxy maize (Zea mays ceritina Kulesh). Pertumbuhan tanaman jagung terdiri dari tiga tahap yaitu fase perkecambahan, fase pertumbuhan vegetatif dan fase generatif (reproduktif).

Tanaman jagung adalah tanaman C4 yang sangat efisien dalam pengubahan energi matahari menjadi energi kimia. Pada umur tanaman yang relatif singkat, yakni 90 – 120 hari, tanaman jagung mampu menghasilkan produksi sekitar 10 ton biji kering per ha.

Mengingat masa pertumbuhan yang sangat cepat, yakni 60 hari untuk jagung manis dan sekitar 90 hari untuk jagung gigi kuda (dent maize) dan jagung mutiara (flint maize), maka diperlukan kombinasi dua faktor utama produksi yakni faktor genetik dan lingkungan yang tepat dalam budidaya tanaman jagung agar diperoleh produksi maksimal. Pada saat ini cukup banyak varietas jagung inbrida dan hibrida namun perlu disesuaikan dengan lingkungan tumbuh tanaman agar mampu mencapai potensi produksi secara maksimal.

2.3. Gandum

Pada tahun 2010, produksi gandum dunia sekitar 651 juta ton, ketiga setelah jagung (844 juta ton) dan padi (672 juta ton). Bagian tanaman yang dikonsumsi adalah biji, terdiri dari tiga bagian yaitu kulit (pericarp), endosperm dan embrio. Untuk dapat digunakan sebagai bahan pangan, terlebih dahulu biji gandum harus digiling (ditumbuk) menjadi tepung.

Berdasar kegunaan tanaman gandum dibedakan atas subvarietas Triticum aesticum dikenal sebagai hard wheats yang menghasilkan

tepung untuk pembuat roti dan Triticum durum dikenal sebagai soft wheats

membuat mie, spageti,vermicelli, macaroni dan pasta. Berdasar proses pembuatan tepung, terdapat 2 jenis yaitu : tepung gandum dan tepung gandum putih.

Tanaman gandum berasal dari daerah subtropis yang mempunyai suhu udara antara 0 - 22 C, oleh karena itu budidaya gandum di Indonesia hanya bisa dilakukan di dataran tinggi ≥ 1.000 m.dpl yang mempunyai suhu udara dibawah 18 C . Uji coba budidaya gandum di

Kebun Percobaan Cangar, FPUB dengan tinggi tempat 1.650 m dpl dan suhu rata-rata 18 C pada tahun 2000 menghasilkan produksi rata-rata 5t/ha, namun penurunan ketinggian hingga 600 m dpl diikuti pula dengan penurunan produksi hingga hanya sekitar 2 t/ha. Saat ini Badan Litbang Pertanian telah melepas beberapa varietas gandum antara lain : Dewata berasal dari DWR 162 (India), Selayar berasal dari Cimmyt Meksiko dan Nias berasal dari Thailand yang sesuai untuk dataran tinggi (>800 m dpl). Pada tahun 2013 Balai Penelitian Tanaman Sesrealia, Maros melepas varietas gandum GURI-1 dan GURI-2 (Gandum untuk Rakyat Indonesia). Impor gandum Indonesia tahun 2010 mencapai 7,1 juta ton.

3. LANDASAN TEORI

Tanaman serealia adalah tanaman biji-bijian penghasil karbohidrat untuk bahan pangan. Beberapa tanaman serealia penting di dunia antara lain : Gandum (Triticum aesticum L.), Padi (Oryza sativa L.), Jagung (Zea mays L.), Sorghum (Sorghum bicolor L.) dan Barley (Hordeum vulgare L.). Di Indonesia, tanaman serealia yang banyak dibudidayakan adalah tanaman padi dan jagung dan gandum lebih banyak dikenal lewat berbagai macam produk bahan pangan seperti roti, mi dan berbagai bentuk penganan lain namun budidaya tanaman gandum masih terbatas, sedang sorghum hanya dibudayakan di beberapa tempat saja.

3.1. Padi (Oryza sativa L.)

3.1.1. Latar Belakang

Tanaman padi (Oryza sativa L.) mempunyai 3 subspesies yakni Javanica, Japonica dan Indica. Subspesies Javanica banyak dibudidayakan di Indonesia yang beriklim tropis. Subspecies yang lain yakni Japonica banyak dibudidayakan di Jepang, Korea Selatan dan Cina Utara serta juga di New South Wales Australia, beberapa Negara di Eropa selatan, California serta beberapa Negara Amerika Selatan yang dibawah lintang 30 , sedangkan subspecies Indica banyak dibudidayakan di lintang 0  - 25 terutama di Philipina dan negara lain di Asia Tenggara (Pursegove, 1981).

Budidaya tanaman padi di Indonesia dapat dibedakan sesuai tempat tumbuh tanaman, yakni padi sawah, padi lahan kering (padi gogo) dan padi rawa (Gambar 2.1). Pada masing-masing tempat tumbuh tersebut terdapat varietas yang khas sesuai dengan lingkungan tubuh tanaman. Berdasar kegunaan, secara prinsip terbagi atas tanaman padi (Oryza sativa L.) untuk bahan pangan dan tanaman padi ketan (Oryza sativa L. var. Glutinosa) penghasil beras ketan yang digunakan untuk berbagai bentuk penganan. Tanaman padi untuk bahan pangan yang banyak dikenal menghasilkan beras putih, namun terdapat pula tanaman padi penghasil beras merah dan beras hitam. Di dalam 100 g biji padi (beras) terkandung 360 kkalori, protein 6,8 g dan lemak 0,7 g. Saat ini IRRI (International Rice

Research Institute) telah merilis golden rice, yakni beras berwarna kuning yang kaya betacarotine.

A. B. C.

Gambar 2.1. A. Padi sawah, B. Padi gogo, C.Padi rawa

3.1.2. Permasalahan

Tanaman Padi menghasilkan biji padi (gabah) dan setelah digiling kulit biji akan terlepas dan menghasilkan beras yang digunakan sebagai makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Permintaan beras terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang ada tahun 2011 mencapai 241 juta jiwa.

Luas areal tanaman padi pada 2011 sekitar 7,79 juta hektar dengan total produksi sekitar 65 juta ton (BALITBANGTAN, 2013). Luas lahan pertanian lahan basah di Indonesia 7.748.848 ha yang terdiri dari lahan sawah irigasi, tadah hujan, rawa lebak dan pasang surut. Dari luas tersebut sebagian besar menyandarkan pada sistem budidaya lahan sawah yang berasal dari pulau Jawa (Departemen Pertanian, 2004). Hampir sekitar 48 % lahan produksi padi atau sekitar 5,71 juta ha berada di pulau Jawa. Bila ditinjau dari komposisi lahan pertanian lahan sawah di Indonesia, maka sekitar 3,32 juta ha atau sekitar 42,84 % berada di pulau Jawa yang hanya mempunyai luas 6,6 % dari luas wilayah nusantara (Suryanto, 2005). Luas lahan yang terbatas ini semakin menyusut mengingat laju konversi lahan pertanian yang tinggi di Pulau Jawa, yakni sekitar 150 ha/tahun, menyebabkan luas areal lahan pertanian termasuk lahan sawah menjadi semakin menyusut.

Produksi padi pada tahun 2013 mencapai 71,29 juta ton GKG (BPS, 2013) setara dengan 40 juta ton beras dan konsumsi beras nasional sektar 34 juta ton. Angka ini cukup aman namun terdapat kelandaian produksi yang sangat mengkawatirkan terutama di pulau Jawa yakni produktifitas rata-rata 5 ton GKG/ha. Disisi lain konsumsi beras di Indonesia per kapita sangat tinggi, yakni sekitar 130 kg/kap/th, sangat tinggi bila dibandingkan dengan Thailand yang hanya 80 kg/kap/th, Malaysia 90 kg/kap/th dan Jepang 60 kg/kap/tahun. kg/kap/th (Kementan, 2012 dan BPS, 2012). Hingga tahun 2009, beras merupakan 61,8 % sumber energi bagi orang Indonesia.

Sejalan dengan kesadaran mayarakat akan konservasi sumberdaya alam dan lingkungan, peningkatan produksi padi Sejalan dengan kesadaran mayarakat akan konservasi sumberdaya alam dan lingkungan, peningkatan produksi padi

3.1.3. Teknologi Produksi

Secara umum upaya mencapai kecukupan kebutuhan beras nasional

dilakukan dengan ekstensifikasi dan intensifikasi. Ekstensifikasi dilakukan dengan perluasan lahan budidaya padi sawah di luar pulau Jawa, antara lain pencetakan lahan sawah di pemukiman transmigrasi di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Halmahera dan rice estate di Merauke, Papua, perluasan lahan rawa pasang surut di Kalimantan dan perluasan area padi lahan kering (padi gogo) di lahan kering di Jawa maupun luar Jawa.

Pada padi sawah, peningkatan produksi dengan intensifikasi dapat dilakukan antara lain : pemilihan varietas unggul, pengaturan jarak tanam, penggunaan Tanam Benih Langsung (Tabela), Sistem of Rice Intensification (SRI), pengendalian gulma (penyiangan), pemberian pupuk dan pestisida yang tepat waktu dan sasaran. Pemeliharaan tanaman yang meliputi penyiangan, pemupukan dan pengairan harus dilakukan sesuai pola pertumbuhan tanaman, yakni pada fase vegetatif (Gambar 2.2). Penyiangan dan pemupukan urea lazim dilakukan pada 21 dan 42 hst saat tanaman aktif membentuk anakan. Pupuk an organik yang diberikan yaitu Urea (N) 200- 300 kg/ha, SP-36 (P2O5) 100 – 200 kg/ha dan KCl (K2O) 50 – 100 kg/ha. Pupuk SP-36 dan KCl diberikan bersamaan saat tanam.

0 hst 20 hst 55 hst 85 hst 100 -110 hst

pembentukan anakan

pemasakan

tanam (umur bibit < 20 hr) reproduksi panen _________________________ ________________________

Fase Vegetatif

Fase Generatif

Gambar 2.2. Pola pertumbuhan tanaman padi (Vergara, 1990).

a. Penggunaan Varietas Unggul

Secara prinsip varietas padi yang dikembangkan dapat dikelompokkan menjadi 3 , yaitu : varietas padi inbrida unggul spesifik, varietas unggul hibrida dan varietas unggul inbrida padi tipe baru. Sejak tahun 1996 – 2000 Balai Besar Padi Sukamandi (BBPS) telah menghasilkan 66 varietas unggul padi, yang terdiri atas 54 varietas unggul inbrida, antara lain :Ciherang, Cigeulis, Cibogo, Mekonga, Sarinah, Cisadane, Way Apo Buru, Inpari 1, Inpari 2, Inpari 3 dan sebagainya; 8 varietas unggul hibrida yaitu : Maro, Rokan, Hipa 3, Hipa 4, Hipa 5 Ceva, Hipa 6 Jete, Hipa 7 dan Hipa 8 Pioneer; dan 4 varietas unggul tipe baru (padi inbrida dengan modifikasi arsitektur tanaman) yaitu Cimelati, Gilirang, Ciapus dan Fatmawati (BB Padi, 2009).

Pada tahun 2000 hingga saat ini BBPS menghasilkan beberapa Varietas Unggul Baru (VUB) adaptif dengan perubahan pemberian nama menjadi INPARI (inbrida irigasi), INPAGO (inbrida gogo), INPARA (inbrida rawa) dan HIPA (hibrida padi). Beberapa varietas yang telah dilepas antara lain INPARI 1 hingga 30; INPAGO 4,5,6,7 dan 8; INPARA 1,2,3,4,5 dan 6; HIPA 7,8,9,11 dan 14 (BALITBANGTAN, 2013). Varietas Hibrida mengandung makna benih yang digunakan adalah benih generasi pertama (F1) yang berasal dari persilangan antara tetua yang berbeda yang dipilih melalui seleksi (Satoto, Sutaryo dan Suprihatno, 2008). Varietas hibrida mempunyai kemampuan produksi tinggi 10 – 12 ton/ha atau hampir 100 % dibanding varietas inbrida.

Dalam memilih benih padi harus dipilih benih yang bersertifikat, yakni benih yang mempunyai jaminan keaslian varietas, mempunyai kemampuan pertumbuhan yang baik dan produksi yang optimal. Benih bersertifikat dapat diperoleh di koperasi unit desa, toko atau kios pertanian. Benih yang disediakan untuk ditanam adalah Benih Sebar (Extention Seed) atau dikenal dengan sebutan benih ES yang mempunyai label sertifikasi berwarna biru. Kadangkala tersedia pula benih dengan kelas yang lebih tinggi, yakni Benih Pokok (Stock Seed) atau SS dengan label sertifikasi berwarna ungu.

b. Pengaturan Jarak Tanam

Pengaturan tata letak tanaman dengan jarak tanam sangat diperlukan dalam budidaya tanaman padi agar setiap tanaman mendapatkan lingkungan pertumbuhan yang ideal. Menanam tanaman dengan jarak tanam juga akan memudahkan pemeliharaan tanaman pada saat penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit. Lain daripada itu penggunaan jarak tanam akan memudahkan menghitung populasi tanaman dan prediksi hasil panen.

Tanaman padi di lahan sawah dapat ditanam dengan jarak tanam yang sama seperti bujur sangkar atau tegel 20 x 20 cm atau 25 x 25 cm dan dengan jarak tanam persegi panjang 40 x

20 x 12,5 cm yang dikenal dengan jajar legowo (Gambar 2.3).

A. B.

Gambar 2.3. A. Penanaman padi dengan pola bujur sangkar jarak

tanam 20 x 20 cm dan B. Pola jajar legowo jarak tanam 40 x 20 x 12,5 cm

Sistem tanam jajar legowo merupakan salah satu cara untuk meningkatkan populasi tanaman dan cukup efektif untuk mengurangi serangan hama tikus, keong mas dan keracunan besi. Jajar legowo adalah pengosongan satu baris tanaman setiap dua atau lebih baris dan merapatkan dalam barisan tanaman, sehingga dikenal legowo 2 : 1 (dua baris tanaman padi diseling satu baris kosong) atau 4 : 1 (empat baris tanaman diseling satu baris kosong). Keuntungan sistem tanam ini adalah : semua barisan tanaman terletak dipinggir sehingga mendapat penyinaran maksimal, penggunaan pupuk lebih mudah dan efisien, pengendalian hama dan penyakit lebih mudah, terdapat ruang kosong untuk pengaturan air atau untuk mina padi. Penanaman bibit padi untuk sistem ini disarankan 2 – 3 bibit per lubang tanam. Penanaman dilakukan dengan bantuan Alat Tanam Jajar Legowo (Atajale) yang ditarik kesatu arah saja. Sistem tanam Jajar Legowo mampu meningkatkan produksi hingga 100 % daripada sistem tegel.

c. Penanaman Bibit Umur Muda

Budidaya padi di Indonesia lazim menggunakan bibit. Bibit adalah tanaman muda yang diperoleh dari persemaian, yaitu tempat khusus yang dibuat untuk menyemaikan benih padi. Bibit dipindahtanam dari persemaian ke lahan sawah ketika berumur

14 hari (2 minggu). Semakin tua bibit dipindahtanam ke lapang semakin berkurang kemampuan tanaman untuk membentuk anakan

tanaman menghasilkan malai.

d. Penanaman Benih

Penanaman dengan benih dikenal dengan Tanam Benih Langsung (Tabela) merupakan inovasi baru dalam budidaya Penanaman dengan benih dikenal dengan Tanam Benih Langsung (Tabela) merupakan inovasi baru dalam budidaya

e. System of Rice Intensification (SRI)

System of Rice Intensification (SRI) adalah sistem budidaya padi yang mendayagunakan kemampuan fisiologis tanaman padi. Tanaman padi ditanam dengan menggunakan jarak tanam yang lebar, yakni 25 x 25 cm atau 30 x 30 cm bahkan 40 x 40 cm agar tanaman mampu mendapatkan lingkungan pertumbuhan seperti cahaya, udara dan nutrisi secara maksimal.

Pada SRI, tanaman ditanam menggunakan bibit yang berumur sangat muda, yakni 7 hari dan dengan jumlah bibit 1 tanaman per lubang tanam. Hal ini agar bibit tanaman padi segera beradaptasi di lahan dan tidak perlu mengalami masa recovery yang berlebihan. Penggunaan 1 bibit per lubang tanam akan mengurangi kompetisi didalam rumpun tanaman. Dengan demikian tanaman akan mampu mengembangkan anakan secara optimal sejak awal pertumbuhan dan akan menghasilkan malai produktif yang optimal pula.

Pada SRI pengairan diatur secara intermitten atau tidak digenangi secara terus menerus namun diseling dengan pengeringan. Dengan cara ini volume perakaran tanaman akan bertambah dan kemampuan tanaman menyerap nutrisi akan meningkat. Pada sisi lain, pengeringan lahan akan mengurangi emisi NH4. SRI juga dikenal dengan aktifitas pendayagunaan mikroorganisme

tanah.

Kegiatan

ini dilakukan dengan

membiakkan mikroorganisme yang bermanfaat seperti mikroba penambat nitrogen dari udara, mikroba pelarut P seperti Psedomonas spp, Bacillus spp dan Aspergillus spp dan kemudian diberikan ke lahan budidaya. Penggunaan sistem tanam SRI ini mampu meningkatkan produksi hingga 100 % daripada sistem bujur sangkar.

Agar pemenuhan kebutuhan beras nasional tercukupi, maka tidak cukup dengan ekstensifikasi dan intensifikasi saja namun juga harus dilakukan pengurangan kebutuhan beras yaitu dengan diversifikasi pangan atau memperkenalkan bahan pangan lain selain beras, misal jagung dan ubi- ubian.

3.2. Jagung (Zea Mays L.)

3.2.1. Latar Belakang

Tanaman jagung (Zea Mays L.) adalah tanaman pangan ketiga di dunia setelah gandum dan padi karena mampu menyediakan energy dan protein yang cukup tinggi. Didalam 100 g tepung jagung mengandung kurang lebih : 77 % pati, 2 % gula, 9 % protein dan 5% lemak dengan nilai kalori sekitar 355 kalori.

Secara umum terdapat 7 kelompok kultivar tanaman jagung yang dibedakan menurut struktur biji (endosperm), yaitu :

a. Pod corn (Zea mays tunicate Sturt), dikenal sebagai tanaman

jagung primitif/jagung liar yang ditanam oleh suku Indian di Amerika

b. Dent maize (Zea mays indentata Sturt), dikenal sebagai jagung gigi kuda, banyak dibudidayakan untuk bahan pangan, industri maupun pakan ternak. Dicirikan dengan cekukan pada bagian atas biji, warna biji kebanyakan kuning, jingga dan putih.

c. Flint maize (Zea mays indurata Sturt), jagung mutiara mempunyai

biji yang lebih kecil daripada jagung gigi kuda. Karena bentuk biji yang kecil maka banyak digunakan sebagai pakan ternak.

d. Pop corn (Zea mays everata Sturt), dikenal sebagai bahan baku jagung berondong.

e. Sweet Corn (Zea mays saccharata Sturt), jagung manis mempunyai

biji dengan endosperm yang manis, dipanen dan dikonsumsi ketika tongkol buah masih muda

f. Waxy maize (Zea mays ceritina Kulesh), jagung ketan mempunyai biji dengan kandungan amylopectin tinggi, kebanyakan biji berwarna putih.

Secara prinsip pertumbuhan tanaman jagung terdiri dari fase pertumbuhan vegetatif dan fase generatif (reproduktif). Fase vegetatif dimulai pada saat daun pertama terbuka sempurna sampai tasseling (pembentukan tongkol) dan sebelum bunga betina muncul (silking) dan fase generatif yaitu fase pembungaan (flowering) - silking – pengisian biji (grain filling) sampai biji masak fisiologis (Gambar 2.4).

Tanaman jagung adalah tanaman C4 yang sangat efisien dalam pengubahan energi matahari menjadi energi kimia. Pada umur tanaman yang relatif singkat, yakni 90 – 120 hari, tanaman jagung mampu menghasilkan produksi sekitar 10 ton biji kering per ha (Purseglove, 1981). Biji jagung mempunyai kandungan karbohidrat dan protein yang cukup tinggi, digunakan sebagai bahan pangan, pada beberapa negara untuk bahan baku minyak goreng dan sebagai pakan ternak. Di Indonesia, biji jagung sebagian besar digunakan untuk pakan ternak dan sebagian lain untuk bahan pangan, industri tepung dan makanan kecil (snack). Pada tahun 2013 Indonesia mengimpor sekitar 3 juta ton biji jagung dari Brazil, Argentina dan Thailand untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pakan ternak yang membutuhkan biji jagung sekitar 7 juta ton.

0 hst 30 hst 60 hst 90 - 100 hst Perkecambahan - Fase lambat Pembungaan Pengisian biji

Fase Fegetatif

Fase generatif

Gambar 2.4. Fase pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman jagung (Beckingham, 2007)

3.2.2. Permasalahan

Budidaya tanaman jagung di Indonesia kebanyakan dari jenis dent maize dan flint maize, dengan tujuan sebagai bahan baku pakan ternak dan sebagian dikonsumsi sebagai bahan pangan. Belakangan mulai banyak dibudidayakan jagung manis dan jagung ketan untuk konsumsi sayuran.

Mengingat masa pertumbuhan yang sangat cepat, yakni 60 hari untuk jagung manis dan sekitar 90 hari untuk dent maize dan flint maize, maka diperlukan kombinasi dua faktor utama produksi yakni faktor genetik dan lingkungan yang tepat agar diperoleh produksi maksimal. Pada saat ini cukup banyak varietas jagung inbrida dan hibrida namun perlu disesuaikan dengan lingkungan tumbuh tanaman agar mampu mencapai potensi produksi secara maksimal.

Pengelolaan faktor lingkungan terutama dapat didekati dengan pengaturan jarak tanaman yang tepat agar diperoleh populasi optimal dengan hasil produksi yang maksimal. Faktor lingkungan yang lain ialah eliminir kompetisi gulma dengan penyiangan yang tepat waktu, penyediaan air melalui pengairan yang cukup dan pemberian pupuk ubtuk kelengkapan hara tanaman.

3.2.3. Teknologi Produksi

a. Varietas

Pemilihan varietas sangat menentukan produksi tanaman jagung karena setiap varietas mempunyai adaptasi dengan lingkungan tumbuh tanaman. Varietas tanaman jagung digolongkan menjadi dua, yaitu :

1. Varietas bersari bebas (Open Pollinated Variety/OPV), antara lain : Arjuna, Bromo, Parikesit, Abimayu, Nakula, Sadewa, Wiyasa, Kalingga, Rama, Bayu, Antasena, Wisanggeni, Bisma, Kresna, Srikandi, Palaka, Sukmaraga dan Anoman-1 produksi Balitsereal, Maros.

2. Varietas hibrida, antara lain : Bima 2 Bantimurung, Bima 3 – 11 produksi Balitsereal, Maros; BISI 1 – 18 produksi PT. BISI, P4, P7, P11, P12, P13, P21, P23 dan P25 produksi Pioneer. NK (NKRI) 22, NK 33, NK 55, NK 66, NK 88, NK 99 produksi P.T. Syngenta Indonesia. Untuk jagung manis antara lain : Bisi Sweet dan Sweet Boy produksi PT BISI, Talenta dan Jambore produksi PT Agri Makmur Pertiwi,

Pemilihan varietas tanaman jagung perlu melihat juga tinggi tempat tanaman dibudidayakan, karena akan mempengaruhi umur dan produktifitas tanaman. Berdasarkan ketinggian tempat penanaman, jagung dibedakan menjadi dua kelompok varietas sebagai berikut :

1. Varietas untuk dataran rendah (<700 m dpl.) antara lain hampir semua varietas bersari bebas dan hibrida yang telah disebut diatas.

2. Varietas untuk dataran tinggi (>700 mdpl) antara lain :Pandu,

Kania Putih, dan Baster Kuning, Bisi 9 – 11 dan Hibrida P 29,

b. Jarak Tanam dan Jumlah Biji per Lubang Tanam

Pengaturan jarak tanam dan jumlah biji per lubang tanaman sangat diperlukan agar diperoleh lingkungan tumbuh yang baik bagi tanaman disamping itu juga untuk mengatur populasi tanaman agar diperoleh produksi yang optimal. Pengaturan jarak tanam ini dapat dikombinasikan dengan jumlah biji (jumlah tanaman) per lubang tanam untuk mendapatkan produksi per tanaman dan per satuan luas yang optimal dan menguntungkan.

Secara prinsip tata letak tanaman jagung dapat diatur dengan jarak tanam persegi panjang dalam sistem baris tunggal dan dalam sistem jajar legowo. Jarak tanam sistem baris tunggal yang umum digunakan adalah 70 x 30 cm atau 75 x 20cm, sedangkan sistem baris ganda atau jajar legowo dapat diatur dengan jarak tanam 90 x 40 x 20 cm (Gambar 2.5.). Kedua sistem tata letak tanaman dapat ditanami dengan 1, 2 atau 3 tanaman per lubang tanam.

c. Penyiangan, pemupukan dan pengguludan

Penyiangan ialah pekerjaan mengambil/menghilangkan gulma dari areal pertanaman yang dilakukan dengan mencabut gulma dengan peralatan manual seperti cangkul dan bajak singkal atau dengan cara kimiawi yakni dengan herbisida. Penyiangan dengan bajak singkal dilakukan dengan daya penggerak hewan atau daya mesin (traktor). Saat ini juga tersedia alat penyiang mesin dengan rotary.

A.

B.

Gambar 2.5. Pengaturan tata letak tanaman jagung; A. Sistem tanam baris tunggal jarak tanam 75 x 20 cm B. Sistem tanam baris ganda (jajar legowo) jarak tanam 90 x 40 x 20 cm

Pada tanaman jagung yang mempunyai pertumbuhan cepat, penyiangan dilakukan pada 14 –21 hst., dan 35–42 hst. Penyiangan dilakukan dengan cangkul, bajak singkal atau rotary sekaligus pengguludan tanaman, yaitu menimbun pangkal tanaman agar tidak mudah roboh serta membuat alur/parit untuk mempermudah pengairan dan tanaman tidak tergenang air saat musim hujan (Gambar 2.6).

Gambar 2.6. Penyiangan tanaman dengan cangkul pada 14 hst (A) dan

28 hst (B) sekaligus dilakukan pengguludan.

Setelah penyiangan dilakukan pemupukan susulan dan kemudian pengguludan tanaman. Pada penyiangan pertama 14 – 21 hst diberikan pupuk susulan 1 yaitu pupuk urea (N) dengan dosis 50 -100 N/ha dan pada penyiangan kedua 35 – 42 hst diberikan pupuk susulan 2 (terakhir) dengan dosis 100 – 150 N/ha. Pupuk pertama (awal) biasa diberikan bersamaan tanam yang terdiri dari 50 kg N, 100 kg P2O5 dan 100 kg K2O per ha. Dosis pupuk bervariasi tergantung varietas dan tanah tempat budidaya tanaman.

3.3. Gandum (Triticum spp.)

3.2.1. Latar Belakang

Tanaman serealia penting selain padi dan jagung adalah gandum (Triticum spp.). Pada tahun 2010, produksi gandum dunia sekitar 651 juta ton, ketiga setelah jagung (844 juta ton) dan padi (672 juta ton).

Morfologi tanaman gandum hampir seperti tanaman padi, tinggi batang 30 – 80 cm, mempunyai 5 – 7 buku, berakar serabut, pelepah daun membungkus batang dengan daun yang sempit dengan panjang sekitar 20 – 37 cm dan lebar 1 – 2 cm. Setiap tanaman mempunyai malai dengan panjang 5 – 10 cm yang berisi ± 20 biji. Biji berbentuk oval panjang 6 –8 mm dan diameter 2–3 mm (Gambar 2.7. ). Tanaman gandum berumur 110 – 130 hari tergantung varietas, lingkungan tanam dan iklim (GRDC, 2005).

Bagian tanaman yang dikonsumsi adalah biji, terdiri dari tiga bagian yaitu kulit (pericarp), endosperm dan embrio. Untuk dapat digunakan sebagai bahan pangan, terlebih dahulu biji gandum harus digiling (ditumbuk) menjadi tepung. Tepung gandum mempunyai keunggulan sifat gluten dibanding serealia lain.

A. B.

Gambar 2.7. A. Pertanaman Gandum var. Dewata. B. Malai dan biji gandum

Berdasar kegunaan tanaman gandum dibedakan atas subvarietas Triticum aesticum dikenal sebagai hard wheats yang menghasilkan Berdasar kegunaan tanaman gandum dibedakan atas subvarietas Triticum aesticum dikenal sebagai hard wheats yang menghasilkan

membuat mie, spageti,vermicelli, macaroni dan pasta. Berdasar proses pembuatan tepung, terdapat 2 jenis yaitu : tepung gandum yang dibuat dengan menghilangkan kulit biji saat proses penggilingan dan tepung (putih) yang membuang kulit (pericarp) dan embrio dalam proses penggilingan. Kulit dan embrio yang tidak digunakan ini digunakan sebagai pakan ternak. Didalam 100 g tepung gandum mengandung ± 76 % karbohidrat, 10 % protein, 0 – 1 % lemak dan 3 % serat dengan nilai kalori sekitar 364 kalori.

Konsumsi pangan berbasis tepung terigu semakin berkembang, seperti mie, roti, kue dan lain sebagainya. Dampak dari perubahan pola konsumsi dari masyarakat ini adalah peningkatan ketersediaan gandum. Pada saat ini Indonesia tercatat sebagai negara pengimpor gandum terbesar kedua di dunia. Berdasarkan laporan United State Department of Agriculture (USDA) 2012, impor gandum Indonesia tahun 2010 mencapai 7,1 juta ton, meningkat bila dibanding dengan tahun 2009 yang hanya 6,7 juta ton.

3.2.2. Permasalahan

Tanaman gandum berasal dari daerah subtropis yang mempunyai suhu udara antara 0 - 22 C, oleh karena itu budidaya gandum di Indonesia hanya bisa dilakukan di dataran tinggi ≥ 1.000 m.dpl yang mempunyai suhu udara dibawah 18 C . Cukup banyak dataran tinggi yang sesuai untuk budidaya gandum Indonesia, Dirjen Tanaman Pangan, (2010) melaporkan terdapat lahan seluas 73.455 hektar yang tersebar di

15 provinsi. Hanya saja saat ini dataran tinggi di Indonesia banyak dibudidayakan tanaman hortikultura (buah dan sayuran) yang bernilai ekonomis tinggi seperti tanaman apel, kentang,wortel, kubis dan lain- lain yang menjadi pembatas bagi budidaya tanaman gandum di dataran tinggi. Di Indonesia, potensi hasil gandum di daerah dataran tinggi 1000 m dpl lebih tinggi dibanding dengan negara Asia lainnya, yakni sekitar 5 t/ha.

Upaya mengembangkan tanaman gandum di Indonesia telah dilakukan Badan Litbang Pertanian dengan mengintroduksikan galur atau varietas gandum dari negara lain. Pengembangan gandum subtropis di Indonesia terkonsentrasi di dataran tinggi yang mempunyai luasan terbatas. Oleh karena itu, program pemuliaan gandum di Indonesia diarahkan pada perakitan varietas unggul tropis yang mampu beradaptasi di dataran medium dengan tinggi tempat 400 – 700 m dpl.

3.2.3. Teknologi Produksi

Budidaya tanaman gandum di Indonesia telah banyak dicoba di dataran medium 400 -700 m dpl dan dataran tinggi diatas 700 m dpl. Beberapa penelitian menunjukkan produksi optimal dapat dicapai di dataran tinggi. Uji coba budidaya gandum di Kebun Percobaan Cangar, FPUB dengan tinggi tempat 1.650 m dpl dan suhu rata-rata 18 C pada tahun 2000 menghasilkan produksi rata-rata 5t/ha, namun penurunan Budidaya tanaman gandum di Indonesia telah banyak dicoba di dataran medium 400 -700 m dpl dan dataran tinggi diatas 700 m dpl. Beberapa penelitian menunjukkan produksi optimal dapat dicapai di dataran tinggi. Uji coba budidaya gandum di Kebun Percobaan Cangar, FPUB dengan tinggi tempat 1.650 m dpl dan suhu rata-rata 18 C pada tahun 2000 menghasilkan produksi rata-rata 5t/ha, namun penurunan

Budidaya tanaman gandum diawali dengan pengolahan tanah untuk mendapatkan media tumbuh tanaman yang baik, kemudian benih ditanam dalam lajur (larikan). Jarak antar lajur 20 atau 25 cm dan jarak tanam dalam lajur 10 cm. Pemeliharaan tanaman yang meliputi penyiangan gulma, pemupukan N,P dan K dan pengairan dilakukan sesuai skala Zadoks (Zadoks Growth Stages/ZGS), yakni ketika tanaman berada pada saat fase vegetatif mulai fase ZGS 10 pertumbuhan bibit (seedling growth), anakan (tillering) , perpanjangan batang (stem elongation) hingga ZGS 49 booting (Gambar 2.8).

Gambar 2.8. Fase pertumbuhan tanaman gandum sesuai skala Zadoks (Zadoks Growth Stages)(GRDC, 2005).

Peningkatkan produktivitas gandum memerlukan varietas/galur yang secara genetik berdaya hasil tinggi dan mampu beradaptasi di lingkungan dengan suhu tinggi di dataran medium dan dataran rendah. Untuk itu program pemuliaan gandum di Indonesia diarahkan pada perakitan varietas unggul tropis yang mampu beradaptasi di dataran rendah.

4. EVALUASI

4.1 Evaluasi pembelajaran Teknologi Tanaman Serealia dilakukan dengan presentasi kelompok yang dinilai kelompok lain yang

sedang tidak presentasi.

4.2 Evaluasi Dasar Teknologi Tanaman Serealia bagi kelompok atau mahasiswa yang sedang tidak presentasi dilakukan dengan memberikan Quiz dalam bentuk pre test atau post test atau tugas tambahan lain oleh kelompok presentasi.

4.3. Evaluasi meliputi teknologi produksi yang harus dilakukan agar produktifitas tanaman padi dan jagung mampu mencapai potensi produksi dan teknologi produksi yang perlu dilakukan agar impor jagung dan gandum bisa diperkecil.

5. TUGAS

5.1 Setiap kelompok/mahasiswa mencermati dasar teori pada komoditas padi dan jagung untuk diterapkan pada praktikum

5.2 Kelompok presentasi Teknologi Produksi Tanaman Leguminose mempersiapkan presentasi dalam bentuk Power Point untuk presentasi minggu depan. Presentasi harus sesuai dengan RKPS. Pada saat presentasi bisa membawa alat peraga atau contoh tanaman.

6. DAFTAR PUSTAKA

Balitbangtan. 2013. Perubahan Kalender Tanam (Katam) Dukungan

Litbang Pertanian Dalam Mengantisipasi Perubahan Iklim Dan Mencapai Sukses. Kementerian Pertanian-RI. Dies Natalis Fp-Ub. Malang

Balitsereal. 2013.

Balibangtan. www.litbang.deptan.go.id

Beckingham, Clarrie. 2007. Commodity growing guides - Sweet corn. NSW Department of Primary Industries

BPS (Biro Pusat Satistik). 2013. Harvest Area, Production and Yield of Rice in Indonesia 2012 - 2013 www.bps.go.id .

Departemen Pertanian. 2004. Ketahanan Pangan Ditunjang Penelitian Padi. www.deptan.go.id .

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2013. Program Strategis

Pencapaian Swasembada Dan Swasembada Berkelanjutan Kementerian

Antisipasi Perubahan Iklim. Kementerian Pertanian-RI. Dies Natalis FP-UB. Malang

Pertanian Dan

FAO. 2012. Crop Water Information: Maize. www.fao.org . Akses april 2013

GRDC, 2005. Cereal Growth Stages. Grain Research Development Corporation (GRDC). New Zealand.

Pursegove, J.W. 1981. Tropical Crops. Monocotyledons I. Longman Group Lmt. London.

Satoto, B. Sutaryo dan B. Suprihatin. 2008. Prospek Pengembangan

Padi Hibrida. Padi. Inovasi Teknologi Produksi. Balai Besar Penelitian padi. Balitbangtan. Sukamandi.

Suryanto, Agus. 2005. Perspektif Pangan Beras Indonesia Kedepan

Ditinjau Dari Sumberdaya Lahan. Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Agronomi Indonesia, Universitas Brawijaya, Malang

27 – 28 September 2005 Vergara, B.S. Bercocok Tanam Padi. BAPENAS. Jakarta

Jurusan Budidaya Pertanian,Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN UBI – UBIAN

1. TUJUAN PEMBELAJARAN

1.1. Mempelajari potensi dan berbagai permasalahan produksi tanaman Ubi – ubian yang meliputi tanaman Ubi Kayu, Ubi Jalar dan berbagai tanaman ubi-ubian yang lain

1. 2. Mengetahui teknologi produksi tanaman Ubi – ubian yang berdayaguna dan berlanjut dalam upaya mencapai potensi

produksi yang maksimal.

1.3. Memahami dan mampu menerapkan dengan tepat, benar dan trampil teknologi produksi tanaman Ubi – ubian.

1. 4. Mampu menerapkan sikap dan tata nilai akademis dalam menerapkan teknologi produksi tanaman Ubi – ubian.

2. RINGKASAN MATERI

Tanaman ubi – ubian merupakan tanaman yang memberikan kontribusi penting di Indonesia. Di Indonesia beberapa tanaman ubi – ubian banyak dibudidayan antara lain : ubi kayu (Manihot esculenta), ubi jalar (Ipomea batatas) dan kentang (Solanum tuberosum L.).

2.1 Ubi Kayu (Manihot esculenta)

Ubi – ubian merupakan tanaman tradisional yang sudah dikenal masyarakat sejak lama sebagai sumber pangan (karbohidrat) yang dapat diandalkan sebagai komplemen dan suplemen pangan beras. Kecukupan energi bahan pangan pada ubi-ubian sama dengan energi pangan pada beras. Beberapa ubi-ubian memiliki umur panen yang sama dengan padi, dengan umur panen sekitar 3 – 6 bulan, seperti kentang dan ubi jalar (Widodo, 1995). Beberapa ubi - ubian berumur panjang, seperti ubi kayu dan Talas sangat potensial sebagai cadangan pangan pada musim kemarau panjang,