Tokoh Dan Karya Utama

F. Tokoh Dan Karya Utama

1. Al-Qusyairi Al-Qusyairi adalah salah satu tokoh sufi utama dari abad kelima hijriyah.

Nama lengkap al-Qusyairi adalah Abdul Karim bin Hawazin, lahir tahun 376 H. di Istiwa, kawasan Nishafur, salah satu pusat ilmu pengetahuan pada masanya.

Al-Qusyairi wafat tahun 465 H. meninggalkan ajaran-ajaran taswuf dan mengembalikan tasawuf ke landasan Ahlussunnah yang dirangkumnya dalam sebuah kitab Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah.

Dalam karyanya itu ia menulis urutan mengenai maqamat-maqamat dalam tasawuf yang sampai sekarang menjadi standar perjalanan rohani seorang sufi yang menjalani perjalan tasawuf.

2. Al-Ghazali Nama lengkap adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin ta’us Ath -thusi Asy- Syafi’i Al -Ghazali. Ia dipanggil Al- Ghazali karena ia lahir di Ghazalah suatu kota di Kurasan, Iran, tahun 450 H/1058 M, ayahnya seorang pemintal kain wol miskin yang taat, pada saat ayahnya menjelang wafat Al Ghazali dan adiknya yang bernama Ahmad dititipkan kepada seorang sufi.

Al-Ghazali banyak meninggalkan karya tulis menurut Sulaiman Dunya, karangan Al-Ghazali mencapai 300 buah, ia mulai mengarang pada usia 25 tahun, sewaktu masih di Naisabur dan ia mempergunakan waktu 30 tahun untuk mengarang yang meliputi beberapa bidang ilmu pengetahuan antara lain, filsafat, ilmu kalam, fiqh, ushul fiqh, tafsir, tasawuf dan akhlaq.

Karya-karyanya itu membuat Al-Ghazali tidak mungkin diingkari sebagai seorang pemikir kelas jagad yang amat berpengaruh. Kalangan Islam pun banyak yang menilai bahwa dalam hal ajaran, ia adalah orang

kedua yang paling berpengaruh sesudah Rasulullah saw. Mungkin ini berlebihan, tetapi banyak unsur yang mendukung kebenaran penilaian itu. Uniknya lagi, pemikiran keagamaannya tidak hanya berpengaruh dikalangan Islam, tetapi juga dikalangan Agama Yahudi dan Kristen. “Titisan” Al -Ghazali dalam pemikiran Yahudi tampil dalam pribadi filosof Yahudi besar, Musa bin Maymun (Moses the Maimonides). Karya-karyanya yang amat penting dalam sejarah perkembangan filsafat Yahudi itu dapat sepenuhnya dibaca di bawah sorotan pemikiran Al-Ghazali. Dikalangana Kristen abad tengah, pengaruh Al-Ghazali merembes melalui filsafat Bonaventura. Seperti halnya Musa bin Maymun, Bonaventura pun bisa dipandang sebagai “titisan” Kristen dari al -Ghazali. Lebih jauh, pandangan-pandangan tasawuf Al-Ghazali juga memperoleh dalam mistisme Kristen (Katolik) melalui Ordo Fransiscan, sebuah ordo yang karena banyak menyerap ilmu pengetahuan Islam, memiliki orienttasi ilmiah yang lebih kuat disbanding ordo-ordo lainnya, seperti diungkapkan dalam novel best seller-nya Umberto Eco, The Name of The Rose.

Di dalam tasawufnya, Al-Ghazali memilih tasawuf sunni berdasarkan Al-Qur'an dan sunnah Nabi ditambah dengan doktrin Ahlu Al Sunnah wa Al- jama’ah. Dari paham tasawufnya itu, ia menjauhkan semua kecenderungan gnostis yang mempengaruhi para filosof islam, sekte Isma’iliyyah, aliran Syi’ah, Ikhwan as -Shafa, dan lain-lainnya. Ia menjauhkan tasawufnya dari faham ketuhanan Aristoteles, seperti emanasi dan penyatuan, sehingga dapat dikatakan bahwa tasawuf Al-Ghazali benar- benar bercorak Islam. Corak tasawufnya adalah psikomoral yang mengutamakan pendidikan moral yang dapat di lihat dalam karya-karyanya seperti Ihya’ullum, Al -Din, Minhaj Al- ‘Abidin, Mizan Al -Amal, Bidayah Al Hidayah, Mi’raj Al Salikin, Ayyuhal Walad.

3. Al-Harawi Nama lengkapnya adalah Abu Isma`il `Abdullah bin Muhammad al- Ansari. Beliau lahir tahun 396 H. di Heart, kawasan khurasan. Seperti 3. Al-Harawi Nama lengkapnya adalah Abu Isma`il `Abdullah bin Muhammad al- Ansari. Beliau lahir tahun 396 H. di Heart, kawasan khurasan. Seperti

Di antara karya-karya beliau tentang tasawuf adalah Manazil al- Sa`irin ila Rabb al-`Alamin. Dalam dalam karyanya yang ringkas ini, dia menguraikan tingkatan-tingkatan rohaniyah para sufi, di mana tingakatan para sufi tersebut, menurutnya, mempunyai awal dan akhir, seperti katanya; ”kebanyakan ulama kelompok ini sependapat bahwa tingkatan akhir tidak dipaandang benar kecuali dengan benarnya tingkatan awal, seperti halnya bangunan tidak bias tegak kecuali didasarkan pada fondasi. Benarnya tingkatan awal adalah dengan menegakkannya di atas keihklasan serta keikutannya terhadap al- Sunnah”.

4. Ibn Athaillah as Sakandary Nama lengkapnya Ahmad ibn Muhammad Ibn Athaillah as Sakandary (w. 1350M), dikenal seorang Sufi sekaligus muhadits yang menjadi faqih dalam madzhab Maliki serta tokoh ketiga dalam tarikat al Syadzili. Penguasaannya akan hadits dan fiqih membuat ajaran-ajaran tasawufnya memiliki landasan nas dan akar syariat yang kuat.

Karya-karyanya amat menyentuh dan diminati semua kalangan, diantaranya Al Hikam, kitab ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran spiritual di kalangan murid-murid tasawuf. Kitab lainnya, Miftah Falah Wa Wishbah Al Arwah (Kunci Kemenangan dan Cahaya Spiritual), isinya mengenai dzikir, Kitab al Tanwir Fi Ishqat al Tadhbir (Cahaya Pencerahan dan Petunjuk Diri Sendiri), yang disebut terakhir berisi tentang metode madzhab Syadzili dalam menerapkan nilai Sufi, dan ada lagi kitab tentang Karya-karyanya amat menyentuh dan diminati semua kalangan, diantaranya Al Hikam, kitab ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran spiritual di kalangan murid-murid tasawuf. Kitab lainnya, Miftah Falah Wa Wishbah Al Arwah (Kunci Kemenangan dan Cahaya Spiritual), isinya mengenai dzikir, Kitab al Tanwir Fi Ishqat al Tadhbir (Cahaya Pencerahan dan Petunjuk Diri Sendiri), yang disebut terakhir berisi tentang metode madzhab Syadzili dalam menerapkan nilai Sufi, dan ada lagi kitab tentang

5. Al Muhasibi Nama lengkapnya Abu Abdullah Haris Ibn Asad (w. 857). Lahir di Basrah. Nama "Al Muhasibi" mengandung pengertian "Orang yang telah menuangkan karya mengenai kesadarannya". Pada mulanya ia tokoh muktazilah dan membela ajaran rasionalisme muktazilah. Namun belakangan dia meninggalkannya dan beralih kepada dunia sufisme dimana dia memadukan antara filsafat dan teologi. Sebagai guru Al Junaed, Al Muhasibi adalah tokoh intelektual yang merupakan moyang dari Al Syadzili.

Al Muhasibi menulis sebuah karya "Ri'ayah Li Huquq Allah", sebuah karya mengenai praktek kehidupan spiritual. Karya ini merupakan merupakan kitab pegangan bagi murid-murid yang menjalani amalan tariqat saziliyah yang sampai sekarang masih terus hidup dikalangan ummat Islam.

6. Abdul Qadir Al Jilani Abdul Qadir Al Jilani (1077-1166) adalah seorang Sufi yang sangat tekenal dalam agama Islam. Ia adalah pendiri tharikat Qadiriyyah, lahir di Desa

Baghdad Irak. Abdul Qadir mulai menggunakan dakwah Islam setelah berusia 50 tahun. Dia mendirikan sebuah tharikat dengan namanya sendiri.

Jilan, Persia,

Syeikh Abdul Qadir disebut-sebut sebagai Quthb (poros spiritual) pada zamannya, dan bahkan disebut sebagai Ghauts Al Azham (pemberi pertolongan terbesar), sebutan tersebut tidak bisa diragukan karena janjinya untuk memperkenalkan prinsip-prinsip spiritual yang penuh kegaiban. Buku karangannya yang paling populer adalah Futuh Al Ghayb (menyingkap kegaiban).

Melalui Abdul Qadir tumbuh gerakan sufi melalui bimbingan guru tariqat (mursyid). Jadi Qadiriyah adalah tharikat yang paling pertama berdiri.

6. Al Hallaj Nama lengkapnya Husayn Ibn Mansyur Al Hallaj (857-932), seorang Sufi Persia dilahirkan di Thus yang dituduh Musyrik oleh khalifah dan oleh para pakar Abbasiyah di Baghdad oleh karenanya dia dihukum mati.

Al Hallaj terkenal karena ucapan ekstasisnya "Ana Al Haqq" artinya Akulah Yang Maha Mutlak, Akulah Yang Maha Nyata,bisa juga berarti "Akulah Tuhan", mengomentari masalah ini Al Junaid menjelaskan "melalui yang Haq engkau terwujud", ungkapan tersebut mengandung makna sebagai penghapusan antara manusia dengan Tuhan. Menurut Junaid " Al Abd yahqa al Abd al Rabb Yahqa al Rabb" artinya pada ujung perjalanan "manusia tetap sebagai manusia dan Tuhan tetap menjadi Tuhan".

Pada jamannya Al Hallaj dianggap musrik, akan tetapi setelah kematiannya justru ada gerakan penghapusan bahkan Al Hallaj disebut sebagai martir atau syahid. Sampai sekarang Al Hallaj tetap menjadi teka-teki atau misteri karena masih pro dan kontra