Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Kerangka Pemikiran Skema 1

21 ”Seluruh laba bersih Perum Perhutani setelah dikurangi penyisihan sebesar 45 untuk kepentingan perusahaan disetorkan sebagai Dana Pembangunan Semesta. Dana Pembangunan Semesta yang menjadi hak negara wajib disetorkan ke Bendahara Umum Negara segera setelah Laporan Tahunan disahkan” 3. Peserta lelang kayu, kerugiannya adalah hilangnya kesempatan memperoleh kayu melalui pelelangan yang fair. Dengan demikian pelaku lelang harus bisa mengembangkan dan meningkatkan citra lelang agar dapat bersaing dengan cara penjualan barang lainnya seperti penjualan langsung antara penjual dengan pembeli atau dengan perantaramakelarkomisioner, barter, hibah dan sebagainya, sehingga lelang dapat menjadi sarana transaksi jual beli yang disukai, dipercaya dan menjadi pilihan utama dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat saat melaksanakan penjualan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas , permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah pelaksanaan lelang kayu jati dan rimba pada Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah ? 2. Apakah hambatan-hambatan dalam pelaksanaan lelang kayu jati dan rimba pada Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah ? 22 3. Bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan lelang kayu jati dan rimba pada Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pelaksanaan lelang kayu jati dan rimba pada Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. 2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam pelaksanaan lelang kayu jati dan rimba pada Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. 3. Untuk mengetahui cara mengatasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan lelang kayu jati dan rimba pada Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran berupa perbendaharaan konsep dan pengembangan teori-teori dalam studi hukum, khususnya yang terkait dengan peraturan lelang. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi tentang pelaksanaan lelang kayu jati dan 23 rimba pada Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah dan hambatan- hambatan pada pelaksanaannya serta cara mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

E. Kerangka Pemikiran Skema 1

Kerangka Pemikiran Keberadaan lembaga lelang sebagai salah satu sarana penjualan barang telah ada di Indonesia sejak tahun 1908, ditandai Vendu Reglement , Stb. 1908:189 diubah terakhir dgn Stb. 1940:56 Vendu Instructie , Stb. 1908:190 diubah terakhir dgn Stb. 1930:85 PMK No. 40PMK.072006 ttg Petunjuk Pelaksanaan Lelang KPKNL – PELAKSANA LELANG PMK No. 150PMK.062007 Peraturan DJPLN No. PER02PL2006 ttg Juknis Pelaksanaan Lelang LELANG KAYU PERUM PERHUTANI Hambatan Lelang Peserta Lelang PEMBELI PP No. 302006 ttg Perum Perhutani Perum Perhutani PENJUAL SK Direksi Perum Perhutani Nomor 995KPTSDIR2007 ttg Ped. Penj. DN Hsl Hutan Kayu Bundar Jati dan Rimba R e k o m e n d a s i 24 dengan lahirnya Undang-Undang UU tentang Lelang yaitu Vendu Reglement Staatsblad 1908 Nomor 189 yang telah diubah dengan Staatsblad 1940 Nomor 56 dan Peraturan Pemerintah tentang Lelang yaitu Vendu Instructie , Staatsblad 1908 Nomor 190 yang telah diubah dengan Staatsblad 1930 Nomor 85. Peraturan-peraturan dasar lelang ini masih berlaku hingga saat ini dan menjadi dasar hukum penyelenggaraan lelang di Indonesia. PMK Nomor 40PMK.072006 merupakan peraturan pelaksana dari Vendu Reglement Staatsblad 1908 Nomor 189. PMK ini telah mengalami dua kali perubahan yaitu dengan PMK Nomor 150PM.062007 yang mengatur perubahan pelaksana lelang dari Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara KP2LN yang merupakan instansi vertikal dari Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara DJPLN berubah menjadi Kantor pelayanan Kekayaan Negara dan lelang KPKNL yang merupakan instansi vertikal dari Direktorat Jenderal Kekayaan Negara DJKN. Tahun 2008 terjadi perubahan kedua dengan dikeluarkannya PMK Nomor 61PMK.062008 yang mengatur pengumuman lelang untuk lelang aset PT. Perusahaan Pengelola Aset Persero dan bank dalam likuidasi. Menurut Pasal 1 Angka 1 PMK Nomor 40PMK.072006 yang dimaksud dengan lelang adalah “Penjualan barang yang terbuka untuk 25 umum dengan penawaran harga secara tertulis danatau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi yang didahului dengan pengumuman lelang.” Lelang Perum Perhutani adalah penjualan kayu yang berasal dari hasil-hasil hutan pemerintahnegara yang dikelola Perum Perhutani yang pelaksanaannya merupakan kewenangan KPKNL setempat. Jenis kayu yang dilelang adalah kayu jati, kayu rimba, kayu sisa pencurian dan kayu temuan yang sudah menjadi persediaan Perum Perhutani, kayu bukti yang sudah divonis pengadilan dan telah menjadi persediaan Perum Perhutani dan hasil hutan lain berupa rotan, cengkih, gagang cengkih, bambu, kopi glondong, perlebahanmadu, wisata hutan dan benih tanaman. Lelang kayu Perum Perhutani diatur dalam aturan khusus yaitu Surat Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor 995KPTSDIR2007 tentang Pedoman Penjualan Dalam Negeri Hasil Hutan Kayu Bundar Jati dan Rimba. Aturan khusus ini mengakibatkan lelang kayu Perum Perhutani memiliki karakteristik tersendiri, antara lain tidak adanya pembatasan peserta lelang, tidak adanya keharusan memberikan uang jaminan dan harga limit yang terbuka. Hambatan dalam pelaksanaan lelang kayu Perum Perhutani yang menimbulkan kerugian bagi negara yaitu adanya persekongkolan lelang. bahwa semua peserta lelang merupakan satu sindikat, 26 sehingga peserta lelang bisa mengatur harganya dalam proses lelang yang berakibat tidak tercapainya harga yang optimal. Dalam upaya mengungkap permasalahan tersebut, ada beberapa konsep yang terkait dengan judul tesis ini. Soerjono Soekanto menyatakan bahwa untuk dapat terlaksananya suatu peraturan perundang-undangan secara efektif, itu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut : 1. Faktor hukumnya sendiri. 2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum. 3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegak hukum. 4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. 2 Suteki senada dengan Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi keefektifan berlakunya undang-undang atau peraturan yaitu : 2 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum , Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002, hal. 15. 27 1. bersifat yuridis normatif menyangkut pembuatan peraturan perundang-undangannya; 2. penegakannya para pihak dan peranan pemerintah: 3. faktor yang bersifat yuridis sosiologis menyangkut pertimbangan ekonomis serta kultur hukum pelaku bisnis; 4. konsistensi dan harmonisasi antara politik hukum dalam konstitusi dengan produk hukum di bawahnya. 3 Faktor yang bersifat yuridis normatif adalah menyangkut peraturan perundang-undangannya yaitu PMK Nomor 40PMK.072006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang dan Surat Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor 995KPPSDIR2007 tentang Pedoman Penjualan Dalam Negeri Hasil Hutan Kayu Bundar Jati dan Rimba, faktor penegakannya para pihak dan peranan pemerintah sangat berperan serta dalam pelaksanaan lelang kayu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Para pihak dan Peranan Pemerintah adalah KPKNL sebagai pelaksana lelang, yaitu melakukan proses lelang mulai dari persiapan, pelaksanaan dan purna lelang. Faktor yang bersifat yuridis sosiologis adalah menyangkut pertimbangan ekonomis serta kultur hukum pelaku bisnis yaitu Perum Perhutani selaku penjual dan peserta lelang selaku pembeli. Kerja 3 Suteki, Hak Atas Air Di Tengah Liberalisasi Hukum dan Ekonomi Dalam Kesejahteraan, Semarang : Pustaka Magister Kenotariatan, 2007, hal. 59-60. 28 sama keduanya sangat berpengaruh dalam keberhasilan pelaksanaan lelang yang fair. Faktor-faktor tersebut di atas saling berkaitan erat satu sama lain, sebab merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolok ukur dari efektivitas berlakunya undang-undang atau peraturan. Keempat faktor tersebut dapat dikaji berdasarkan Teori Sistem Hukum dari Lawrence M. Friedman . Teori sistem hukum dari Lawrence M. Friedman menyatakan bahwa sebagai suatu sistem hukum dari sistem kemasyarakatan, maka hukum mencakup tiga komponen yaitu : 1. legal substance substansi hukum; merupakan aturan-aturan, norma-norma dan pola prilaku nyata manusia yang berada dalam sistem itu termasuk produk yang dihasilkan oleh orang yang berada di dalam sistem hukum itu, mencakup keputusan yang dikeluarkan atau aturan baru yang disusun. 2. legal structure struktur hukum; merupakan kerangka, bagian yang tetap bertahan, bagian yang memberikan semacam bentuk dan batasan terhadap keseluruhan instansi-instansi penegak hukum. 3. legal culture budaya hukum; merupakan suasana pikiran sistem dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum itu digunakan, dihindari atau disalahgunakan oleh masyarakat. 4 4 Lawrence M Friedman, The Legal System: A Sosial Science Perspektive, New York : Russel Soge Foundation, 1969, hal. 16. 29 Faktor-faktor tersebut di atas saling berkaitan. Hukum tidak dapat terlepas dari faktor penegakannya dan kultur masyarakat agar suatu peraturan dapat dilaksanakan dengan baik dan tujuan dari dibuatnya peraturan tersebut dapat tercapai.

F. Metode Penelitian