Pembahasan 1. Karakteristik Responden HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan pengalaman dan tingkat gangguan tidur pada penderita hipertensi berdasarkan pengalaman N=35 Faktor Gangguan Tidur Pengalaman Tingkat Gangguan Tidur Ya n Tidak n Tdk ada ggn n Ggn ringan n Ggn sedang n Ggn berat n Faktor-faktor fisik Pusing Rasa tidak nyaman Sulit bernafas Sukar tidur Mudah lelah Faktor lingkungan Suara bising dari keluarga Sorot lampu ruangan yang terlalu terang Suhu ruangan terlalu panas 30 86 29 83 13 37 21 60 28 80 20 57 15 43 27 77 5 14 6 17 22 63 14 40 7 20 15 43 20 57 8 23 4 13 1 3 3 23 3 14 7 25 6 30 7 47 4 15 11 37 15 52 5 38 9 43 8 29 7 35 4 27 7 26 11 37 8 28 4 31 6 29 9 32 3 15 2 13 9 33 4 13 5 17 1 8 3 14 4 14 4 20 2 13 7 26 2. Pembahasan 2.1. Karakteristik Responden Data hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mayoritas berusia 41-54 tahun 66. Secara teori, usia merupakan faktor resiko hipertensi dimana semakin bertambahnya usia semakin besar resiko terkena hipertensi, terutam sistolik Dalimartha dkk, 2008 dan responden mayoritas berjenis kelamin wanita 77, hal ini berbeda dengan yang diungkapkan Dalimartha dkk 2008 bahwa hipertensi lebih mudah menyerang kaum lelaki daripada perempuan. Hal ini mungkin dikarenakan hanya sedikit lelaki yang menyadari bahwa ia menderita hipertensi seperti yang telah dilaporkan oleh August 1999. Universitas Sumatera Utara Terdapat 60 responden mempunyai penghasilan dibawah Rp 600.000, hal ini berkaitan dengan pekerjaan responden yang umumnya sebagai ibu rumah tangga 54 dan 20 sebagai buruh dimana umumnya penadapatan . Mayoritas responden memiliki status perkawinan menikah, dimana hal ini berkaitan dengan jumlah teman sekamar responden dimana ada 63 responden yang memiliki teman sekamar 1-2 orang dan ada 31 responden yang memiliki teman sekamar 3-4 orang. Dalam hal ini, ada responden yang menyatakan bahwa mereka memiliki balita yang juga tidur dengan responden dan menjadi salah satu faktor responden terbangun ketika balita menangis saat tidur di malam hari. 2.2.Kualitas Tidur Tidur merupakan proses yang sangat diperlukan untuk penghematan energi, tak ada satu pun mahluk hidup yang dapat bertahan dalam keadaan stres terus menerus, dan tidur merupakan periode tanpa aktivitas sehingga tubuh terhindar dari tuntutan sehari-hari. Selain periode istirahat, selanjutnya tidur pun merupakan periode pemulihan Bastaman, 1988. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lamanya waktu tidur mayoritas responden pada malam hari adalah 5-6 jam 37. Hal ini menyatakan bahwa respoden tidak mendapatkan tidur yang cukup sebagaimana yang tertera dalam referensi terdahulu tentang kebutuhan tidur orang dewasa adalah 7-8 jam dalam sehari Patlak, 2005. Waktu yang dibutuhkan mayoritas responden untuk dapat tertidur adalah 31-60 menit 37. Hasil penelitian ini berbeda dengan kondisi yang normal yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mulai tertidur adalah 20 menit Schachter, 2008. Universitas Sumatera Utara Hal ini sesuai dengan pernyataan Mansoor 2002 bahwa penderita hipertensi memiliki waktu yang lebih lama untuk mulai tertidur. Mayoritas responden terbangun 1-2 kali 60 sedangkan 40-nya terbangun 3-4 kali. Hal ini dimungkinkan terjadi karena berbagai faktor seperti yang telah dinyatakan oleh Potter Perry 2005 bahwa seseorang dapat terbangun karena adanya berbagai faktor, baik itu faktor fisik, lingkungan maupun psikologi. Hasil penelitian ini menunjukkan ada 37 reponden yang mengalami pusing, selain itu ada juga yang terganggu diakibatkan rasa tidak nyaman 52, suhu yang panas 33, dll. Sebagian besar responden menyatakan merasa sedikit lemah lelah saat beraktivitas di pagi hari 46, hal ini dapat disebabkan karena total waktu kebutuhan tidur yang tidak tercukupi. Bastaman 1988 menyatakan bahwa seseorang yang tidak mendapatkan tidur yang cukup akan merasa kelelahan saat beraktivitas keesokannya. 2.3.Faktor-faktor Gangguan Tidur 2.3.1. Faktor-faktor Fisik Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa ada 30 orang 86 responden yang mengalami pusing karena tekanan darahnya meningkat dan dari 30 orang tersebut terdapat 37 responden yang mengalami gangguan tidur ringan dan 37 responden yang mengalami gangguan tidur sedang yang diakibatkan oleh pusing saat tekanan darah meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Albertie 2006 yang menyatakan bahwa pusing akan menyebabkan gangguan tidur dan apabila pusing tidak diatasi dan mengakibatkan pusing semakin parah maka akan semakin Universitas Sumatera Utara meningkat juga tingkat gangguan tidurnya. Selain itu Rains 2006 juga menambahkan bahwa pusing dapat menyebabkan seseorang terbangun dari tidurnya sehingga total jam tidur menjadi berkurang. Responden mayoritas pernah mengalami rasa tidak nyaman ketika tekanan darah meningkat 83 dan 52 di antaranya menyatakan mengalami gangguan tidur ringan. Berdasarkan penelitian Lee et al 2008, rasa tidak nyaman merupakan salah satu faktor terjadinya gangguan tidur dimana seseorang akan merasa gelisah dan sulit untuk mendapatkan tidur yang nyenyak. Potter Perry 2005 juga menyatakan hal yang serupa yaitu ketidaknyamanan fisik merupakan penyebab utama kesulitan untuk tidur atau sering terbangun pada malam hari. Kesulitan bernafas hanya pernah dialami oleh 13 orang responden 37 dan 38 di antaranya menyatakan mengalami gangguan tidur ringan. Menurut Boynton 2003, kesulitan bernafas dapat menyebabkan seseorang sering terbangun dari tidurnya di malam hari. Japardi 2002 menambahkan, kadang- kadang ada kesulitan untuk jatuh tertidur lagi ketika sudah terbangun akibat kesulitan bernafas dan ini dapat menyebabkan nyeri kepala dan perasaan tidak enak ketika bangun di pagi hari. Sebanyak 60 responden pernah mengalami kesukaran tidur saat tekanan darahnya meningkat dan 43 di antaranya menyatakan mengalami gangguan tidur rigan. Martin 2000 menyatakan bahwa kesulitan tidur dapat menyebabkan berbagai gangguan tidur dan ia juga menambahkan bahwa orang yang kesulitan tidur biasanya tidak mendapatkan tidur yang cukup sehingga akan mempengaruhi aktivitasnya di pagi hari. Universitas Sumatera Utara Selain itu, terdapat 80 responden menyatakan pernah mengalami mudah lelah ketika tekanan darah meningkat dan 32 menyatakan mengalami gangguan tidur sedang karena faktor mudah lelah. Hal ini sesuai dengan Shapiro et al 1993 yang menyatakan bahwa kelelahan dapat menyebabkan gangguan tidur, dimana biasanya seseorang yang kelelahan akan merasa seolah-olah mereka bangun ketika tidur dan biasanya tidak mendapatkan tidur yang dalam. 2.3.2. Faktor-faktor Lingkungan Gangguan tidur juga dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, di antaranya adalah suara bising dari keluarga, sorot lampu ruangan yang terlalu terang dan suhu ruangan yang terlalu panas Potter Perry, 2005. Pada penelitian ini didapati ada 57 responden yang pernah berada pada lingkungan yang terkadang menimbulkan suara bising dan 35 di antaranya mengalami gangguan tidur ringan. Menurut Hanning 2009, kebisingan dapat menyebabkan tertundanya tidur dan juga dapat membangunkan seseorang dari tidur. WHO 2004 juga menyatakan hal yang sama namun WHO menambahkan bahwa sebagian besar responden tidak mengeluhkan kurang tidur tetapi memiliki tidur yang non-restoratif, mengalami kelelahan dan atau sakit kepalapada saat bangun pagi dan kantuk yang berlebihan di siang hari. Sorot lampu ruangan yang terlalu terang pernah dirasakan oleh 15 orang responden 43 dan mayoritas di antaranya 47 tidak mengalami gangguan tidur. Hasil ini tidak sesuai dengan Lee 1997 yang menyatakan bahwa sorot lampu yang terlalu terang dapat menyebabkan gangguan tidur dan dapat menghambat sekresi melatonin pada tubuh. Hal ini mungkin dikarenakan Universitas Sumatera Utara responden tidak menyadari bahwa sebenarnya telah terjadi pergeseran sirkadian, dimana jadwal tidur maju secara bertahap Sack et al, 2007. Mayoritas responden 77 pernah tidur dengan suhu ruangan yang terlalu panas dan 33 di antaranya menyatakan mengalami gangguan tidur sedang. Hasil ini sesuai dengan Potter Perry 2005 ruangan yang terlalu panas terlalu dingin seringkali menyebabkan seseorang gelisah. Keadaan ini akan mengganggu tidur seseorang. Lee 1997 juga menyatakan hal serupa, bahwa seseorang akan mengalami gangguan tidur apabila tidur di ruangan yang terlalu panas ataupun terlalu dingin. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap 35 orang responden penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Medan Johor diperoleh bahwa mayoritas responden adalah wanita 77 dan mayoritas tergolong pada usia dewasa madya 66 dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga 54 dengan pengahasilan Rp 600.000,00. Mayoritas responden tamatan SMA 43 dengan status perkawinan menikah 80, berlokasi tempat tinggal di pemukiman rumah penduduk yang padat 80 dan mayoritas memiliki teman sekamar 1-2 orang 63. Secara keseluruhan, mayoritas responden tidak dapat tidur dengan baik yang dapat dilihat dari total waktu tidur pada malam hari 5-6 jam 37, lama waktu yang dibutuhkan untuk tertidur 31-60 menit 37 dan frekuensi terbangun 1-2 kali 60. Faktor-faktor gangguan tidur pada penderita hipertensi dapat terjadi karena faktor fisik di antaranya adalah pusing 367 pada tingkat gangguan ringan dan 37 pada tingkat gangguan sedang, rasa tidak nyaman 52 pada tingkat gangguan ringan, sulit bernafas 38 pada tingkat gangguan ringan, sukar tidur 43 pada tingkat gangguan ringan dan mudah lelah 32 pada tingkat gangguan sedang. Selain itu ada juga faktor lingkungan yang dapat mengganggu tidur di antaranya adalah suara bising dari keluarga 35 dengan tingkat gangguan ringan dan suhu ruangan yang terlalu panas 33 dengan tingkat gangguan sedang. Universitas Sumatera Utara