Kriteria dengan preferensi linier dan area yang tidak berbeda Kriteria Gaussian Gaussian Criterion

Gambar 2.5 Kriteria Level Bentuk kriteria level ini dapat dijelaskan misalnya dalam penetapan nilai jarak preferensi jarak tempuh antar kota. Misalnya jarak antara Bandung-Cianjur sebesar 60 km, Cianjur-Bogor sebesar 68 km, Bogor-Jakarta sebesar 45 km, Cianjur-Bogor sebesar 68 km, Bogor-Jakarta sebesar 45 km, Cianjur-Jakarta 133 km. Dan telah ditetapkan bahwa selisih di bawah 10 km maka dianggap jarak antar kota tersebut adalah tidak berbeda, selisih jarak sebesar 10-30 km relatif berbeda dengan preferensi yang lemah, sedangkan selisih di atas 30 km diidentifikasikan memiliki preferensi mutlak berbeda. Dalam kasus ini, selisih jarak antara Bandung-Cianjur dan Cianjur-Bogor dianggap tidak berbeda Hd=0 karena selisih jaraknya di bawah 10 km, yaitu 68- 60 km = 8 km, sedangkan preferensi jarak antara Cianjur-Bogor dan Jakarta-Bogor dianggap berbeda dengan preferensi yang lemah Hd=0.5 karena memiliki selisih yang berada pada interval 10-30 km, yaitu sebesar 68-45 km = 23 km. Dan terjadi preferensi mutlak Hd=1 antara jarak Cianjur-Jakarta dan Bogor-Jakarta karena memiliki selisih jarak lebih dari 30 km.

e. Kriteria dengan preferensi linier dan area yang tidak berbeda

Hd = ……..……………………5 Keterangan: 1. Hd : fungsi selisih kritaria antara alternatif 2. d : selisih nilai kriteria {d = fa – fb} 3. parameter p : nilai kecenderungan atas 4. parameter q : harus merupakan nilai yang tetap Universitas Sumatera Utara Pada kasus ini, pengambil keputusan mempertimbangkan peningkatan peningkatan preferensi secara linier dari tidak berbeda hingga preferensi mutlak dalam area antara dua kecenderungan q dan p [1]. Dua parameter tersebut telah ditentukan. Fungsi H selanjutnya disajikan pada Gambar 2.6. Gambar 2.6 Kriteria dengan preferensi linier dan area yang tidak berbeda

f. Kriteria Gaussian Gaussian Criterion

Hd = ...........…………………. 6 Fungsi ini disajikan dalam Gambar 2.7 Fungsi ini bersyarat apabila telah ditentukan nilai σ , dimana dapat dibuat berdasarkan distribusi normal dalam statistik Brans, 1998. Gambar 2.7 Kriteria Gaussian 1 p q -q -p d Hd Hd Universitas Sumatera Utara

2.3.1.3 Indeks preferensi multikretria

Tujuan pembuat keputusan adalah menetapkan fungsi preferensi P i , dan π i untuk semua kriteria f i i = 1, ..., k dari masalah optimasi kriteria majemuk. Bobot weight π i merupakan ukuran relatif dari kepentingan kriteria f i ; jika semua kriteria memiliki nilai kepentingan yang sama dalam pengambilan keputusan maka semua nilai bobot adalah sama. Indeks preferensi multikriteria ditentukan berdasarkan rata-rata bobot dari fungsi preferensi P i ..............................7 δ a, b merupakan intensitas preferensi pembuat keputusan yang menyatakan bahwa alternatif a lebih baik dari alternatif b dengan pertimbangan secara simultan dari seluruh kriteria. Hal ini dapat disajikan dengan nilai antara 0 dan 1, dengan ketentuan sebagai berikut : - δ a, b = 0, menunjukkan preferensi yang lemah untuk alternatif a lebih dari alternatif b berdasarkan semua kriteria. - δ a, b = 1, menunjukkan preferensi yang kuat untuk alternatif a lebih dari alternatif b berdasarkan semua kriteria. Indeks preferensi ditentukan berdasarkan nilai hubungan outranking pada sejumlah kriteria dari masing-masing alternatif. Hubungan ini dapat disajikan sebagai grafik nilai outranking, node-nodenya merupakan alternatif berdasarkan penilaian kriteria tertentu. Diantara dua node alternatif a dan b, merupakan garis lengkung yang mempunyai nilai δ b, a, dan δ a, b tidak ada hubungan khusus antara δ b, a, dan δ a, b. Hal ini dapat dilihat pada gambar dibawah Gambar 2.8 Hubungan Antara Node δ b,a δ a,b a b Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Promethee Ranking

2.3.2.1 Arah dalam grafik nilai outranking

Untuk setiap node a dalam grafik nilai outranking ditentukan berdasarkan leaving flow , dengan persamaan : Φ + a = ....................................8 Dimana δ a, x menunjukkan preferensi bahwa alternatif a lebih baik dari alternatif x. Leaving flow adalah jumlah dari nilai garis lengkung yang memiliki arah menjauh dari node a dan hal ini merupakan karakter pengukuran outranking gambar dibawah . Gambar 2.9 Leaving Flow Secara simetris dapat ditentukan entering flow dengan persamaan : Φ - a = .......................... 9 Entering flow diukur berdasarkan karakter outranked dari a Gambar dibawah δ a,b a b Universitas Sumatera Utara Gambar 2.10 Entering Flow Sehingga pertimbangan dalam penentuan net flow diperoleh dengan persamaan : Φ a = Φ + a – Φ - a .......................................................... 10 Penjelasan dari hubungan outranking dibangun atas pertimbangan untuk masing-masing alternatif pada grafik nilai outranking, berupa urutan parsial Promethee I atau urutan lengkap Promethee II pada sejumlah alternatif yang mungkin , yang dapat diusulkan kepada pembuat keputusan untuk memperkaya penyelesaian masalah.

1. Promethee I

Nilai terbesar pada leaving flow dan nilai yang kecil dari entering flow merupakan alternatif yang terbaik. Leaving flow dan entering flow menyebabkan: aP + b jika Φ + a Φ + b aI + b jika Φ + a = Φ + b aP - b jika Φ - a Φ - b aI - b jika Φ - a = Φ - b Promethee I menampilkan partial preorder P I , I I , R I dengan mempertimbangkan interaksi dari dua preorder: δ a,b a b Universitas Sumatera Utara Partial preorder diajukan kepada pembuat keputusan, untuk membantu pengambilan keputusan masalah yang dihadapinya. Dengan menggunakan metode Promethee I masih menyisakan bentuk incomparable, atau dengan kata lain hanya memberikan solusi partial preorder sebagian.

2. Promethee II

Dalam kasus complete preorder dalam K adalah penghindaran dari bentuk incomparable, Promethee II complete preorder P II , I II disajikan dalam bentuk net flow disajikan berdasarkan pertimbangan persamaan : aP II b jika a Φ b aP II b jika a = Φ b Melalui complete preorder , informasi bagi pembuat keputusan lebih realistik. Terdapat beberapa kelebihan dari metode Promethee yaitu : 1. Lebih jelas dan lebih sederhana mudah dipahami oleh para praktisi. 2. Memperhitungkan data kualitatif sebaik data kuantitatif. 3. Menyediakan enam tipe preferensi terhadap kriteria. 4. Memperhitungkan kriteria berbeda pada saat yang sama, yang tidak mungkin dengan keputusan berbasis proses yang didasarkan hanya pada satu kriteria. 5. Dapat menggunakan kriteria yang berbeda untuk setiap dimensi. 6. Perangkingan alternatif dapat dilakukan secara parsial maupun lengkap. Disamping kelebihan diatas terdapat juga beberapa kekurangan dari metode Promethee yaitu : 1. Membutuhkan informasi tambahan berupa fungsi preferensi tertentu yang harus didefenisikan dijelaskan. Universitas Sumatera Utara 2. Tidak mampu menangani masalah optimasi terhadap kendala yang sangat mungkin ada dalam permasalahan pemilihan alternatif optimal.

2.4 Kredit

Dokumen yang terkait

Perbandingan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Metode Preference Ranking Organization Method For Enrichment Evaluation (PROMETHEE) untuk Pemilihan Hardisk Eksternal

19 131 147

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Siswa Terbaik Untuk Kelas Unggulan di SMP Negri 6 Semarang Menggunakan Metode PROMETHEE (Preference Ranking Organization Method for Enrichment of Evaluations).

1 5 13

Penentuan Supplier Bahan Baku dengan Menggunakan Metode Analytical Network Process (ANP) dan Preference Ranking Organization for Enrichment Evaluation (PROMETHEE)

1 12 214

PENDAHULUAN Pembangunan Sistem Pendukung Keputusan untuk Penilaian Kinerja Karyawan Harian dengan Menggunakan Metode Preference Ranking Organization Method for Enrichment Evaluation.

0 2 6

TINJAUAN PUSTAKA Pembangunan Sistem Pendukung Keputusan untuk Penilaian Kinerja Karyawan Harian dengan Menggunakan Metode Preference Ranking Organization Method for Enrichment Evaluation.

0 7 8

LANDASAN TEORI Pembangunan Sistem Pendukung Keputusan untuk Penilaian Kinerja Karyawan Harian dengan Menggunakan Metode Preference Ranking Organization Method for Enrichment Evaluation.

0 4 8

KESIMPULAN DAN SARAN Pembangunan Sistem Pendukung Keputusan untuk Penilaian Kinerja Karyawan Harian dengan Menggunakan Metode Preference Ranking Organization Method for Enrichment Evaluation.

0 26 70

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Penerima Bantuan Keluarga Miskin Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process – Preference Ranking Organization for Enrichment Evaluation II (AHP-PROMETHEE II)

0 0 6

EVALUASI KINERJA DOSEN UNIV.SARI MUTIARA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PREFERENCE RANKING ORGANIZATION METHOD FOR ENRICHMENT EVALUATION (PROMETHEE)

0 0 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pendukung Keputusan - Perbandingan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Metode Preference Ranking Organization Method For Enrichment Evaluation (PROMETHEE) untuk Pemilihan Hardisk Eksternal

0 0 17