Kriteria dengan preferensi linier Kriteria Level Level Criterion

Gambar 2.3 Kriteria Quasi Jika pembuat keputusan menggunakan kriteria quasi, dia harus menentukan nilai q, dimana nilai ini dapat menjelaskan pengaruh yang signifikan dari suatu kriteria. Dalam hal ini, preferensi yang lebih baik diperoleh apabila terjadi selisih antara dua alternatif diatas q. Misalnya, seseorang akan dianggap mutlak lebih kaya apabila selisih nilai kekayaannya lebih besar dari Rp. 10 juta, dan apabila selisih kekayaannya kurang dari Rp. 10 juta dipandang sama kaya.

c. Kriteria dengan preferensi linier

Hd = ........................................ 3 Keterangan: 1. Hd : fungsi selisih kriteria antaralternatif 2. d : selisih nilai kriteria {d = fa – fb} 3. p : nilai kecenderungan atas Kriteria preferensi linier dapat menjelaskan bahwa selama nilai selisih memiliki nilai yang lebih rendah dari p, preferensi dari pembuat keputusan meningkat secara linier dengan nilai d. Jika nilai d lebih besar dibandingkan dengan nilai p, maka terjadi preferensi mutlak Brans, 1998 . Fungsi kriteria ini disajikan pada Gambar 2.4. Pada saat pembuat keputusan mengidentifikasi beberapa kriteria untuk tipe ini, dia harus menetukan nilai dari kecenderungan atas nilai p. Dalam hal ini nilai d diatas p telah dipertimbangkan akan memberikan preferensi mutlak dari suatu alternatif. Misalnya, akan terjadi preferensi dalam hubungan linier kriteria kecerdasan seseorang dengan orang lain apabila nilai ujian seseorang berselisih di bawah 30, Universitas Sumatera Utara apabila di atas 30 poin maka mutlak orang itu lebih cerdas dibandingkan dengan orang lain. Gambar 2.4 Kriteria dengan preferensi linier

d. Kriteria Level Level Criterion

Hd = .…………………………………4 Keterangan : 1. Hd : fungsi selisih kriteria antaralternatif 2. p : nilai kecenderungan atas 3. parameter q : harus merupakan nilai yang tetap Dalam kasus ini, kecenderungan tidak berbeda q dan kecenderungan preferensi p adalah ditentukan secara simultan. Jika d berada di antara nilai q dan p, hal ini berarti situasi preferensi yang lemah Hd=0.5 Brans, 1998 . Fungsi ini disajikan pada Gambar 2.5. dan pembuat keputusan telah menentukan kedua kecenderungan untuk kriteria ini. -p p 1 d Hd 12 1 p q -q -p d Universitas Sumatera Utara Gambar 2.5 Kriteria Level Bentuk kriteria level ini dapat dijelaskan misalnya dalam penetapan nilai jarak preferensi jarak tempuh antar kota. Misalnya jarak antara Bandung-Cianjur sebesar 60 km, Cianjur-Bogor sebesar 68 km, Bogor-Jakarta sebesar 45 km, Cianjur-Bogor sebesar 68 km, Bogor-Jakarta sebesar 45 km, Cianjur-Jakarta 133 km. Dan telah ditetapkan bahwa selisih di bawah 10 km maka dianggap jarak antar kota tersebut adalah tidak berbeda, selisih jarak sebesar 10-30 km relatif berbeda dengan preferensi yang lemah, sedangkan selisih di atas 30 km diidentifikasikan memiliki preferensi mutlak berbeda. Dalam kasus ini, selisih jarak antara Bandung-Cianjur dan Cianjur-Bogor dianggap tidak berbeda Hd=0 karena selisih jaraknya di bawah 10 km, yaitu 68- 60 km = 8 km, sedangkan preferensi jarak antara Cianjur-Bogor dan Jakarta-Bogor dianggap berbeda dengan preferensi yang lemah Hd=0.5 karena memiliki selisih yang berada pada interval 10-30 km, yaitu sebesar 68-45 km = 23 km. Dan terjadi preferensi mutlak Hd=1 antara jarak Cianjur-Jakarta dan Bogor-Jakarta karena memiliki selisih jarak lebih dari 30 km.

e. Kriteria dengan preferensi linier dan area yang tidak berbeda

Dokumen yang terkait

Perbandingan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Metode Preference Ranking Organization Method For Enrichment Evaluation (PROMETHEE) untuk Pemilihan Hardisk Eksternal

19 131 147

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Siswa Terbaik Untuk Kelas Unggulan di SMP Negri 6 Semarang Menggunakan Metode PROMETHEE (Preference Ranking Organization Method for Enrichment of Evaluations).

1 5 13

Penentuan Supplier Bahan Baku dengan Menggunakan Metode Analytical Network Process (ANP) dan Preference Ranking Organization for Enrichment Evaluation (PROMETHEE)

1 12 214

PENDAHULUAN Pembangunan Sistem Pendukung Keputusan untuk Penilaian Kinerja Karyawan Harian dengan Menggunakan Metode Preference Ranking Organization Method for Enrichment Evaluation.

0 2 6

TINJAUAN PUSTAKA Pembangunan Sistem Pendukung Keputusan untuk Penilaian Kinerja Karyawan Harian dengan Menggunakan Metode Preference Ranking Organization Method for Enrichment Evaluation.

0 7 8

LANDASAN TEORI Pembangunan Sistem Pendukung Keputusan untuk Penilaian Kinerja Karyawan Harian dengan Menggunakan Metode Preference Ranking Organization Method for Enrichment Evaluation.

0 4 8

KESIMPULAN DAN SARAN Pembangunan Sistem Pendukung Keputusan untuk Penilaian Kinerja Karyawan Harian dengan Menggunakan Metode Preference Ranking Organization Method for Enrichment Evaluation.

0 26 70

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Penerima Bantuan Keluarga Miskin Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process – Preference Ranking Organization for Enrichment Evaluation II (AHP-PROMETHEE II)

0 0 6

EVALUASI KINERJA DOSEN UNIV.SARI MUTIARA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PREFERENCE RANKING ORGANIZATION METHOD FOR ENRICHMENT EVALUATION (PROMETHEE)

0 0 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pendukung Keputusan - Perbandingan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Metode Preference Ranking Organization Method For Enrichment Evaluation (PROMETHEE) untuk Pemilihan Hardisk Eksternal

0 0 17