1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Lingkungan bisnis telah menjadi global dan kompetitif menuntut perusahaan untuk menghasilkan value terbaik bagi customer. Kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan value bagi customer ini merupakan faktor penentu keberhasilan perusahaan untuk bertahan hidup dan bertumbuh dalam
lingkungan bisnis yang global dan kompetitif ini. Customer value cepat sekali mengalami perubahan dalam lingkungan bisnis sekarang ini, baik karena
tuntutan kebutuhan customer yang meningkat maupun karena pesaing secara inovatif berusaha menawarkan manfaat lebih banyak.
Hal ini diperkuat oleh penelitian yang telah dilakukan Hariadi 2012:150 yang mengungkapkan bahwa lingkungan organisasi mengalami perubahan
luar biasa dari waktu ke waktu. Perubahan eksternal tersebut memaksa manajemen organisasi untuk terus menerus melakukan berbagai upaya demi
menyesuaikan dengan lingkungan bisnis yang dihadapi agar tetap survive dan berkembang sesuai tuntutan pasar. Tekanan kompetisi dan globalisasi
ekonomi sebagai akibat dari perkembangan komunikasi, teknologi dan transportasi telah memicu munculnya tehnik-tehnik produksi dan manajemen
baru. Top manajemen melakukan perubahan strategi, tujuan, Struktur
organisasi, pola komitmen dan pengendalian agar perusahaan tetap terus
2 tumbuh sesuai rencana. Dalam menghadapi arus perubahan ini, manajemen
membutuhkan informasi akuntansi yang up to date dan sesuai dengan perkembangan terkini agar dapat menjalankan fungsi pengendalian dan dapat
mengambil keputusan yang tepat. Hariadi, 2012:150 Dewasa ini perubahan teknologi yang sangat pesat mendorong perusahaan
untuk ikut mengembangkan kemampuan produksinya, baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
membawa banyak perubahan yang berdampak pada ketatnya persaingan dunia usaha. Hal ini disebabkan karena banyaknya perusahaan yang mengandalkan
otomatisasi teknologi, terutama di perkembangan industri manufaktur. Perkembangan teknologi informasi membawa perubahan yang signifikan
dalam dunia bisnis tanpa dibatasi dengan ruang dan waktu. Teknologi industri perlu didefinisikan lebih detail untuk mendapatkan informasi yang lebih
spesifik khususnya untuk kegiatan jasa yaitu seperti kegiatan produksi manufaktur dan mendukung kegiatan manufaktur secara keseluruhan untuk
mempermudah dalam proses penggunaan jasa terhadap teknologi industri tersebut. Apriyanto, 2012:1
Banyaknya industri yang menggunakan kemajuan teknologi untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kinerja produksinya, sangat dirasakan
terutama oleh industri manufaktur otomotif yang memanfaatkan teknologi dalam membuat autobody manufaktur otomotif untuk memperoleh hasil yang
sama bahkan cenderung lebih baik.
3 Bagi perusahaan yang menggunakan beberapa teknologi sebagai
penunjang proses produksinya dalam melakukan diversifikasi produk, maka pembebanan biaya overhead pabrik harus dilakukan dengan akurat agar tidak
menyebabkan distorsi dan tidak tercapainya cost effective yang pada akhirnya akan membahayakan posisi perusahaan sendiri. Dengan tuntutan itu maka
manajer memerlukan informasi mengenai biaya produksi yang digunakan dalam rangka memproduksi produk yang akan dilempar ke pasaran. Dengan
mempelajari biaya produksi maka harapan manajer adalah mereka akan dapat melakukan penghematan dan pengendalian biaya produksi dalam rangka
untuk dapat menciptakan harga jual yang kompetitif Siswanto, 2004:77 Sejalan dengan meningkatnya persaingan, menjadikan informasi biaya
yang akurat semakin penting. Manajer-manajer menginginkan biaya-biaya dihubungkan pada aktivitas-aktivitas dengan suatu dasar yang sederhana. Agar
kebijaksanaan penetapan harga jual ini sesuai dengan tujuan atau sasaran perusahaan, manajemen memerlukan informasi yang akurat tentang biaya
produksi yang menjadi dasar dalam penetapan harga. Untuk meningkatkan profitabilitas suatu perusahaan, maka perusahaan harus mampu menentukan
harga jual produk yang tepat. Dengan demikian biaya yang dibebankan pada produk tidak over costed dibebani biaya lebih dari yang seharusnya dan juga
tidak under costed dibebani biaya kurang dari yang seharusnya sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual produk yang bersaing atau bahkan
lebih murah dibandingkan pesaing dengan kualitas yang sama atau bahkan lebih baik dibandingkan pesaing Tandiontong, 2011:2.
4 Perhitungan biaya produksi yang selama ini menggunakan metode
akuntansi biaya konvensional dapat menimbulkan distorsi biaya produksi, yang dikarenakan metode tersebut hanya mempergunakan satu macam basis
pembebanan biaya untuk pemakaian sumber daya yang berbeda dapat saja dikonsumsi berdasarkan basis yang berbeda pula. Untuk mengatasi
keterbatasan pada metode akuntansi biaya konvensional maka dikembangkan sistem biaya yang didasarkan pada aktivitas yang disebut Sistem activity based
costing selanjutnya disebut ABC, yang didasari oleh asumsi bahwa aktivitas
mengkonsumsi biaya dan produk mengkonsumsi aktivitas. Hasil penelitian yang dilakukan Nina Yuliastanti 2010 menunjukkan
bahwa sistem ABC memperbaiki keakuratan perhitungan biaya produk dengan mengakui bahwa banyak dari biaya overhead tetap ternyata bervariasi secara
proporsional dengan perubahan selain volume produksi. Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya tersebut meningkat atau menurun, biaya
tersebut dapat ditelusuri ke masing-masing produk. Hubungan sebab akibat ini memungkinkan manajer untuk memperbaiki ketepatan perhitungan biaya
produk yang secara signifikan memperbaiki pengambilan keputusan. Mulyadi 2007:235 mengatakan bahwa ABC sebagai sistem informasi biaya berbasis
aktivitas yang didesain untuk memotivasi personel dalam melakukan pengurangan biaya dalam jangka panjang melalui pengolahan aktivitas.
Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi contoh numerikal yang sederhana untuk mengartikulasi fundamental dari sistem ABC pada perusahaan
yang akan menjadi objek penelitian pada makalah ini. Objek studi kasus ini
5 merupakan perusahaan manufaktur kelas menengah ke atas dalam industri
karoseri , yaitu CV Delima Mandiri.
CV Delima Mandiri adalah perusahaan yang bergerak di bidang perakitan kendaraan atau yang biasa disebut karoseri. CV Delima mandiri didirikan oleh
Widarta sejak 4 Januari 1996 dengan akta pendirian No. 198 tanggal 14 Februari 1996 dari Notaris Dwi Swandiani, SH. CV Delima mandiri. Dimana
pelanggannya sebagian besar adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang transportasi. Selain itu CV Delima Mandiri juga menjalin kerjasama
dengan instansi pemerintahan, seperti Kementrian Sosial, Kementerian Kesehatan, Kementrian Ketahanan, Kementrian Pendidikan, dan Kementrian
Dalam Negeri. Dalam perkembangannya, CV Delima Mandiri juga membuka bisnis servis dan reparasi kendaraan roda empat atau lebih. Selain itu, Delima
Mandiri juga bergerak di bidang perdagangan. Salah satunya adalah perdagangan barang-barang Hidrolik. Selain itu, Delima Mandiri juga
memperluas bidang usahanya ke konstruksi bangunan dan keamanan, termasuk CCTV dan road blocker.
Seperti kebanyakan usaha kecil menengah usaha tersebut masih menggunakan metode biaya tradisional, sistem biaya ini menggunakan unit
volume related cost driver seperti jam kerja langsung, jam alat atau mesin, dan biaya material sesuai dengan volume produksi. Penggunaan dasar tunggal ini
mengakibatkan terjadinya distorsi dalam perhitungan biaya pokok produksi, karena tidak semua sumber daya dalam proses produksi digunakan secara
proporsional Sumarsid, 2011:2.
6 Usaha tersebut menemui beberapa kendala dalam menentukan harga
pokok produksi. Beberapa kendala yang dihadapi CV Delima Mandiri antara lain pencatatan beban biaya produksi perusahaan hanya meliputi biaya yang
terlihat saja, seperti biaya bahan baku langsung, dan biaya tenaga kerja langsung. Sedangkan faktor biaya produksi sebenarnya mencakup tiga biaya
utama yaitu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik. Bentuk nyata kendala yang terajadi pada perusahaan ini yaitu ketika tahun 2008 CV Delima Mandiri mengalami penurunan laba akibat
perusahaan tidak mencatat biaya yang terjadi di luar biaya proses produksi pada harga pokok produksi disetiap produk yang mereka milik, misalnya biaya
listrik perusahaan secara keseluruhan, biaya perawatan mesin, tenaga kerja tidak langsung, bahan baku tidak langsung, dan beban lainnya yang tidak
termasuk dalam proses produksi. Sampai saat ini, manajemen merasa bahwa mereka telah membebankan
biaya pada seluruh produk tanpa memperhatikan sistem biaya yang digunakan, perusahaan telah memperoleh keuntungan, sebagai akibat harga jual uang
cukup tinggi dibandingkan dengan biaya-biaya yang ditimbulkan oleh organisasi dalam membuat produk-produknya. Oleh karena itu, CV Delima
Mandiri sangat memerlukan perhitungan biaya produksi dan penetapan harga pokok yang akurat.
Pada kasus ini, peneliti akan menerapkan metode activity based costing pada CV Delima Mandiri yang diprediksikan dapat menjadi metode yang tepat
untuk membantu mengatasi masalah dalam pemaksimalan laba dan pengakuan
7 biaya yang sedang dialami oleh CV Delima Mandiri. Dalam penggunaan
metode activity based costing ditekankan untuk mencari pemicu biaya produksi pada tahap perencanaan dan desain produk. Melalui activity based
costing dapat diketahui harga pokok produksi yang sesuai dengan biaya yang
dikeluarkan perusahaan untuk satu produk, sehingga pemaksimalan laba dapat dicapai.
Metode apapun yang digunakan, biaya selalu memegang peranan yang penting untuk memperhitungkan laba yang ingin dicapai dan memiliki
pengaruh yang besar terhadap penjualan suatu produk. Dalam kesempatan ini, akan dipaparkan beberapa penjelasan mengenai gambaran sistem biaya
berdasarkan aktivitas yang dapat menghasilkan biaya produksi yang lebih akurat serta bagaimana sistem ABC dapat diterapkan secara baik pada sebuah
industri manufaktur dan dituangkan dalam bentuk penulisan karya akhir dengan judul:
“Design Penerapan Activity Based Costing System untuk Menentukan Harga Pokok Produksi
Studi Kasus pada Perusahaan Autobody Manufaktur dan Komponen Otomotif CV Delima Mandiri.
”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, maka penulis membuat perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan
sistem tradisional pada CV Delima Mandiri? 2.
Bagaimana perhitungan harga pokok produksi dengan activity based costing system
pada CV Delima Mandiri? 3.
Bagaimana perbandingan harga pokok produksi pada CV Delima Mandiri
8 antara menggunakan sistem tradisional dengan menggunakan activity
based costing ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi dengan
menggunakan sistem tradisional pada CV Delima Mandiri. 2.
Untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan activity based costing pada CV Delima Mandiri.
3. Untuk mengetahui perbedaan antara keduanya.pada CV Delima Mandiri.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Manfaat teoritis a.
Penerapan teori activity based costing dalam perancangan produk agar menghasilkan biaya yang efisien.
b. Memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi perusahaan dalam
mengurangi biaya produksi selama proses produksinya serta bermanfaat juga dalam memaksimalkan laba perusahaan.
c. Memberikan kesempatan bagi penulis untuk menerapkan teori-teori
yang telah dipelajari selama ini sehingga dapat memperdalam pengetahuan tentang penelitian dan menambah wawasan serta
pemahaman yang lebih baik terhadap activity based costing. 2.
Manfaat praktis a.
Sebagai bahan masukan atau sumbangan informasi terhadap pihak perusahaan mengenai konsep produksi yang efisien.
9 b.
Sebagai bahan informasi kepada akademisi dan masyarakat mengenai konsep produksi yang tepat guna.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA