Nutrisi Uji Disolusi .1 Defenisi

Pertumbuhan Acetobacter xylinum dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :

i. Nutrisi

Adapun faktor yang mempengaruhi yang berkaitan dengan nutrisi ialah : - Sumber Karbon. Dipengaruhi oleh sumber karbon dalam hal ini adalah senyawa karbohidrat terutama yang termasuk golongan monosakarida dan disakarida seperti glukosa, sukrosa dan laktosa, dan yang paling banyak digunakan ialah sukrosa. - Sumber Nitrogen. Bisa digunakan dari senyawa organik dan non organik. Namun yang paling banyak digunakan ialah ammonium sulfat dan ammonium pospat atau sumber N lain yang lebih murah seperti urea Rindit, 2002. ii. Derajat Keasaman pH Bakteri Acetobacter xylinum tumbuh baik dalam media yang memiliki Ph 3-4. Jika lebih dari 4 atau kurang dari 3 maka bakteri ini akan mengalami gangguan metabolisme selnya Warisno, 2004. iii. Temperatur Adapun suhu ideal optimal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum adalah 28 o C – 31 o C. Pada suhu dibawah 28 o C, pertumbuhan bakteri akan terhambat. Demikian juga pada suhu diatas 31 o C bibit nata akan mengalami kerusakan dan kematian pada suhu ± 40 o C Rindit, 2002. iv. Udara oksigen Universitas Sumatera Utara Bakteri Acetobacter xylinum merupakan mikroba aerobik. Dalam pertumbuhan, perkembangan, dan aktivitasnya bakteri ini sangat memerlukan oksigen. Bila kekurangan oksigen, bakteri ini akan mengalami gangguan atau hambatan dalam pertumbuhannyadan bahkan akan mengalami kematian. Oleh sebab itu pada proses ferrmentasi Nata de coco tidak boleh ditutup rapat Rindit, 2002. 2.3 Uji Disolusi 2.3.1 Defenisi Disolusi didefenisikan sebagai proses pemindahan molekul obat dari bentuk padat ke dalam larutan pada suatu medium. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa banyak persentase zak aktif dalam obat yang melarut untuk kemudian diabsorbsi dan masuk ke dalam molekul peredaran darah dan memberikan efek terapi Syukri, 2002. Pada uji disolusi dapat diketahui partikel-partikel obat akan melepas bahan obat kedalam larutan dengan kecepatan tertentu. Cepatnya melarut obat akan menentukan berapa kadar bahan berkhasiat yang terlepas kedalam darah, oleh karena itu laju disolusi berhubungan langsung dengan efikasi kemanjuran dari suatu obat Lachman, dkk., 1994.

2.3.2 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Laju Disolusi

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju disolusi diklasifikasikan atas tiga kategori : A. Faktor yang berkaitan dengan sifat fisikokimia obat B. Faktor yang berkaitan dengan formulasi sediaan Universitas Sumatera Utara C. Faktor yang berkaitan dengan uji disolusi dan parameter uji

A. Faktor yang berkaitan dengan sifat fisikokimia obat

- Kelarutan. Kelarutan obat merupakan faktor utama yang menentukan laju disolusinya. - Bentuk kristal atau amorf. Pada umumnya bentuk amorf lebih mudah larut dari pada bentuk kristal. - Ukuran partikel. Pengurangan ukuran partikel akan memperluas permukaan. Luas permukaan partikel bertambah menyebabkan laju disolusi bertambah karena terjadi pertambahan luas permukaan yang bersentuhan dengan medium disolusi.

B. Faktor yang berkaitan dengan formulasi sediaan

- Bahan Pembantu. Penggunaan bahan pembantu seperti bahan pengisi, pengikat, penghancur, dan pelicin dalam formulasi mungkin akan menghambat atau mempercepat laju disolusi tergantung dari bahan pembantu yang dipakai. - Metode granulasi. Proses granulasi basah umumnya memperbesar laju disolusi dari obat-obat kurang larut. - Daya kompresi. Terdapat perbedaan hubungan antara daya kompresi tablet dan laju disolusinya. Peningkatan tekanan dapat meningkatkan atau menurunkan daya disolusi. C. Faktor yang berkaitan dengan alat uji disolusi dan parameter uji - Kecepatan pengadukan. Mempengaruhi penyebaran partikel dan tebal lapisan difusi sehingga memperluas permukaan partikel yang berkontak dengan pelarut. Universitas Sumatera Utara - Suhu medium. Berpengaruh terhadap kelarutan zat aktif. - pH medium. Dapat mempengaruhi laju disolusi apabila kelarutannya tergantung pada pH, maka perubahan pH medium disolusi akan mempengaruhi laju disolusi. Pemilihan pH pada percobaan in vitro penting karena kondisi pH akan berbeda pada lokasi obat disepanjang saluran cerna. - Metoda. Metoda penentuan laju disolusi yang berbeda dapat menghasilkan laju disolusi yang sama atau berbeda tergantung pada metode uji yang digunakan Syukri, 2002.

2.4 Sediaan dengan pelepasan terkontrol