Perbedaan Profil Lateral Wajah Berdasarkan Jenis Kelamin pada Mahasiswa USU Ras Deutro-Melayu

(1)

PERBEDAAN PROFIL LATERAL WAJAH BERDASARKAN

JENIS KELAMIN PADA MAHASISWA USU

RAS DEUTRO-MELAYU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

FRANSISCA WIHARY

NIM : 070600125

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Depertemen Ortodonti Tahun 2012

Fransisca Wihary

Perbedaan Profil Lateral Wajah Berdasarkan Jenis Kelamin pada Mahasiswa USU Ras Deutro-Melayu.

x+35 halaman

Penentuan profil lateral wajah merupakan salah satu pemeriksaan ortodonti untuk keperluan diagnosis dan rencana perawatan. Hasil perawatan ortodonti yang bertujuan untuk memperoleh susunan gigi geligi yang rapi akan mempengaruhi penampilan wajah dari samping. Perbaikan profil jaringan lunak wajah juga menjadi salah satu ukuran keberhasilan perawatan. Tipe profil lateral wajah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia, jenis kelamin dan ras. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat profil lateral wajah pada ras Deutro-Melayu usia 18-25 tahun dan melihat perbedaan profil lateral wajah antara laki-laki dan perempuan.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan foto profil lateral mahasiswa USU ras Deutro-Melayu sebanyak 46 foto yang terdiri dari 23 foto subjek laki-laki dan 23 foto subjek perempuan. Pada sampel dilakukan pengukuran menggunakan analisis dari Rakosi (1982) yang menggunakan 3 titik anatomis yaitu glabella, labialis superior, dan pogonion.

Hasil penelitian diperoleh rerata profil lateral wajah lurus (straight), cembung (convex), dan cekung (concave) pada mahasiswa USU ras Deutro-Melayu usia 18-25 tahun secara berturut-turut adalah 0%; 100%; 0%. Distribusi profil lateral wajah


(3)

pada subjek laki-laki dan perempuan adalah sama yaitu lurus (0%), cembung (100%), dan cekung (0%).

Kesimpulannya adalah profil lateral wajah subjek laki-laki dan perempuan pada masa gigi permanen dewasa muda usia 18-25 tahun pada ras Deutro-Melayu adalah cembung (convex). Dari hasil analisis uji Crosstabs pengukuran profil lateral wajah terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara profil lateral wajah laki-laki dan perempuan.


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 25 April 2012

Pembimbing : Tanda tangan

Ervina Sofyanti, drg., Sp.Ort ... NIP : 19800113 200812 2 003


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 25 April 2012

TIM PENGUJI

KETUA : Ervina Sofyanti, drg., Sp.Ort

ANGGOTA : 1. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K) 2. Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya sehingga proposal penelitian skripsi dengan judul “Profil Lateral Wajah Berdasarkan Jenis Kelamin pada Mahasiswa USU Ras Deutro-Melayu” dapat terselesaikan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda (Hariki) dan Ibunda (Lie Siu Cheng) yang telah senantiasa mendidik, mendukung, memberikan kasih sayang dan doa sehingga penelitian skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis juga tidak lupa berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah turut membantu dalam pembuatan proposal penelitian skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1.Prof. Nazruddin, drg., PhD., C.Ort., Sp.Ort., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2.Erna Sulistyawati, Sp.Ort (K)., selaku Ketua Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan dosen penguji yang telah meluangkan waktu dan masukan untuk penulis.

3.Ervina Sofyanti, drg., Sp.Ort., selaku pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu dalam membimbing, mengarahkan, dan memberi saran kepada penulis sehingga skripsi dapat diselesaikan dengan baik.


(7)

4.Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort (K)., selaku koordinator skripsi Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

5.Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort., selaku dosen penguji skripsi yang telah menyediakan waktu dan masukan untuk penulis.

6.Eddy Dahar, drg., M.kes, selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama perkuliahan.

7.Teman-teman penulis, Henny Kartika, Desi Watri, Peiter Gozali, Jefry Chandra, dan Chihargo yang memberi masukan dan selalu membantu saya dalam segala hal. Serta seluruh teman-teman stambuk 2007 yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi khususnya Departemen Ortodonti.

Medan, 25 April 2012 Penulis,

( Fransisca Wihary ) NIM. 070600125


(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Hipotesis Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fotografi Ortodonti ... 5

2.1.1 Macam- Macam Foto dan Manfaatnya di Bidang Ortodonti .... 5

2.1.2 Teknik Pengambilan Foto Ekstra Oral ... 8

2.1.3 Foto Ekstra Oral dalam Menentukan Profil Wajah ... 12

2.2 Natural Head Position (NHP) ... 16

2.3 Ras Deutromelayu ... 18

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 19

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 19


(9)

3.4.1 Kriteria Inklusi ... 20

3.4.2 Kriteria Eksklusi ... 20

3.5 Besar Sampel ... 20

3.6 Variabel ... 21

3.6.1 Variabel Bebas ... 21

3.6.2 Variabel Terkendali ... 22

3.6.3 Variabel Tergantung ... 22

3.7 Defenisi Operasional ... 22

3.8 Alat dan Bahan Penelitian ... 23

3.9 Cara Pengumpulan Data ... 25

3.9.1 Pengambilan dan Pencetakan Foto ... 25

3.9.2 Pengukuran Foto ... 26

3.10 Cara Pengolahan Data ... 27

3.10.1 Pengolahan Data ... 27

3.10.2 Analisis Data ... 27

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 28

BAB 5 PEMBAHASAN ... 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 35

6.2 Saran ... 35 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1

. Distribusi frekuensi Profil Lateral Wajah pada Foto Subjek Masa Gigi Per-

manen Dewasa Muda Usia 18-25 tahun di Universitas Sumatera Utara ... 28 2. Distribusi frekuensi Profil Wajah pada Foto Subjek Masa Gigi Permanen De- wasa Muda Usia 18-25 tahun di Universitas Sumatera Utara Berdasarkan

Jenis Kelamin ... 29 3. Rerata Profil Lateral Wajah dengan uji Crosstabs pada Foto Mahasiswa Uni- versitas Sumatera Utara berdasarkan Jenis Kelamin ... 29


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Foto Intra Oral (a) Foto pandangan anterior dengan gigi dalam keadaan oklusi (b) Foto pandangan bukal gigi geligi sebelah kanan (c) Foto pandangan bukal gigi geligi sebelah kiri (d) Foto oklusal rahang atas (e) Foto oklusal rahang ba-

wah ... 6

2. Foto ekstra oral. (a). Foto frontal (bibir istirahat), (b). foto frontal (bibir senyum), (c).Foto lateral, (d). Foto oblik (bibir senyum) ... 6

3. Foto Frontal (bibir istirahat) ... 10

4. Foto Frontal (bibir senyum) ... 10

5. Foto Lateral ... 11

6. Foto Oblik ... 12

7. Profil Lurus (menurut Rakosi) ... 13

8. Profil Cembung (menurut Rakosi) ... 13 9. Profil Cekung (menurut Rakosi) ... 14

10. Profil Lateral Wajah (menurut Schwarz) ... 15

11. Profil Lateral Wajah (menurut Singh) ... 16

12. Variasi –Variasi bidang Frankfurt Horizontal ... 17

13. Alat- alat yang digunakan pada penelitian ... 24


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kerangka Teori Skripsi 2. Kerangka Konsep Skripsi 3. Kuesioner Penelitian

4. Hasil Pengukuran Profil Lateral Wajah Pada Foto Subjek Masa Gigi Permanen Dewasa

Muda di Universitas Sumatera Utara.

5. Rerata Hasil Pengukuran Profil Lateral Wajah Pada Foto Subjek Masa Gigi Permanen De-

wasa Muda di Universitas Sumatera Utara.

6. Hasil Perhitungan Statistik Pengukuran Profil Lateral Wajah Pada Foto Subjek Masa Gigi

Permanen Dewasa Muda di Universitas Sumatera Utara. 7. Surat Persetujuan Komisi Etik


(13)

Fakultas Kedokteran Gigi Depertemen Ortodonti Tahun 2012

Fransisca Wihary

Perbedaan Profil Lateral Wajah Berdasarkan Jenis Kelamin pada Mahasiswa USU Ras Deutro-Melayu.

x+35 halaman

Penentuan profil lateral wajah merupakan salah satu pemeriksaan ortodonti untuk keperluan diagnosis dan rencana perawatan. Hasil perawatan ortodonti yang bertujuan untuk memperoleh susunan gigi geligi yang rapi akan mempengaruhi penampilan wajah dari samping. Perbaikan profil jaringan lunak wajah juga menjadi salah satu ukuran keberhasilan perawatan. Tipe profil lateral wajah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia, jenis kelamin dan ras. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat profil lateral wajah pada ras Deutro-Melayu usia 18-25 tahun dan melihat perbedaan profil lateral wajah antara laki-laki dan perempuan.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan foto profil lateral mahasiswa USU ras Deutro-Melayu sebanyak 46 foto yang terdiri dari 23 foto subjek laki-laki dan 23 foto subjek perempuan. Pada sampel dilakukan pengukuran menggunakan analisis dari Rakosi (1982) yang menggunakan 3 titik anatomis yaitu glabella, labialis superior, dan pogonion.

Hasil penelitian diperoleh rerata profil lateral wajah lurus (straight), cembung (convex), dan cekung (concave) pada mahasiswa USU ras Deutro-Melayu usia 18-25 tahun secara berturut-turut adalah 0%; 100%; 0%. Distribusi profil lateral wajah


(14)

pada subjek laki-laki dan perempuan adalah sama yaitu lurus (0%), cembung (100%), dan cekung (0%).

Kesimpulannya adalah profil lateral wajah subjek laki-laki dan perempuan pada masa gigi permanen dewasa muda usia 18-25 tahun pada ras Deutro-Melayu adalah cembung (convex). Dari hasil analisis uji Crosstabs pengukuran profil lateral wajah terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara profil lateral wajah laki-laki dan perempuan.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penentuan profil lateral wajah merupakan salah satu pemeriksaan ortodonti untuk keperluan diagnosis dan rencana perawatan.1-4 Profil wajah merupakan satu variasi bentuk wajah yang nilainya tidak selalu sama pada semua orang. Walaupun tidak memberi keterangan secara lengkap, penentuan profil wajah dapat melihat hubungan malrelasi dengan cepat.1,2 Perawatan ortodonti juga bertujuan mengatur gigi-gigi sehingga dicapai keseimbangan wajah yang selaras dan serasi selain memperbaiki hubungan oklusi. Keseimbangan antara keserasian gigi dengan profil jaringan lunak wajah juga menjadi tujuan agar hasil perawatan ortodonti stabil. Artinya, perbaikan profil jaringan lunak wajah juga menjadi salah satu ukuran keberhasilan perawatan.

Perbaikan estetika wajah dan gigi menjadi salah satu alasan utama masyarakat mencari perawatan ortodonti. Angle (1907) menyatakan bahwa aspek terbesar dalam dalam perawatan ortodonti adalah perbaikan profil wajah.

5

6 Nanda and Gosh (1995) menyebutkan bahwa kebanyakan pasien yang datang untuk perawatan ortodonti memiliki keinginan untuk memperbaiki estetika wajah.7 Park (1986) menyatakan bahwa motivasi pasien dalam mendapat perawatan ortodonti adalah untuk meningkatkan keharmonisan gigi geligi dan jaringan lunak wajah.8


(16)

Sarver dan Aekerman (2000) menyatakan bahwa para dokter telah berusaha selama berabad-abad untuk menentukan proporsi ideal wajah. Penelitian masih berlangsung hingga kini dan menjadi menarik bagi para ortodontis karena pedoman yang mutlak sempurna untuk penilaian estetika belum dapat tercapai.

Analisis konveksitas jaringan lunak wajah dipertimbangkan sebagai komponen penting yang perlu diperhatikan dalam perawatan ortodonti. Hal ini disebabkan dalam menilai penampilan seseorang hal pertama yang diperhatikan adalah jaringan lunak wajah yang melindungi tulang kepala. Penilaian hasil perawatan ortodonti semata-mata tidak hanya dinilai dari nilai individual, tetapi juga nilai normal. Oleh sebab itu, seorang ahli medis yang melakukan perawatan berkaitan dengan daerah maksilofasial harus mengetahui nilai normal wajah sebagai panduan dalam merawat pasien.

9

Menurut Graber (1972) dikenal tiga profil lateral wajah yang dapat dilihat secara lateral yaitu : cekung (concave),lurus (straight) dan cembung (convex).

1,2,10,11

12 Profil lateral wajah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia, jenis kelamin dan ras.3,11,12 Faktor umur dimana puncak pertumbuhan pada laki-laki adalah 12-14 tahun dan puncak pertumbuhan pada perempuan adalah 10-12 tahun. Pada masa tersebut pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial mengalami percepatan mencapai 80% dan pada usia 18 tahun pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial sudah sudah berhenti dan stabil.13 Faktor jenis kelamin, Linden (1986) menyatakan bahwa wajah laki-laki umumnya menunjukkan profil yang lebih lurus dibandingkan dengan perempuan dewasa dan faktor ras dimana kelompok etnik yang berbeda umumnya


(17)

Profil jaringan lunak wajah dapat diukur dengan menggunakan foto ekstra oral ortodonti yang diambil dari arah lateral. Foto lateral yang dijadikan sampel penelitian adalah foto mahasiswa dan mahasiswi USU ras Deutro-Melayu usia dewasa muda usia 18-25 tahun karena pertumbuhan wajah telah telah berhenti pada usia tersebut baik pada laki-laki maupun perempuan. Penelitian profil jaringan lunak wajah yang sebelumnya banyak berdasarkan analisis foto sefalometri. Contohnya adalah penelitian studi morfologi pertumbuhan kranio-fasial orang Indonesia kelompok etnik Deutro-Melayu oleh Kusnoto (1988), korelasi biometrik jaringan keras dan lunak profil muka orang Indonesia keturunan Deutro-Melayu oleh Soehardono (1983) dan analisa profil jaringan lunak menurut metode holdaway pada mahasiswa FKG USU suku deutro melayu oleh Tjut Rostina (2007). Oleh karena itu peneliti bermaksud untuk mencoba melakukan pengambilan sampel dengan menggunakan foto ekstra oral pasien karena ingin melihat bagaimana profil jaringan lunak dari hasil foto ekstra oral.

1.2 Rumusan Permasalahan

1. Bagaimanakah profil lateral wajah mahasiswa USU ras Deutro-Melayu berdasarkan jenis kelamin?

2. Apakah terdapat perbedaan profil lateral wajah antara mahasiswa USU ras Deutro-Melayu berdasarkan jenis kelamin?


(18)

1.3 Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui profil lateral wajah mahasiswa USU ras Deutro-Melayu berdasarkan jenis kelamin.

2. Untuk melihat apakah terdapat perbedaan pada profil lateral wajah mahasiswa USU ras Deutro-Melayu berdasarkan jenis kelamin.

1.4 Hipotesis Penelitian

Terdapat perbedaan pada profil lateral wajah antara mahasiswa USU ras Deutro-Melayu berdasarkan jenis kelamin.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Membantu dalam memberikan informasi kepada pasien. 2. Sebagai bahan dasar untuk penelitian lebih lanjut.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fotografi Ortodonti

Penggunaan fotografi di bidang ortodonti telah ada sejak sekolah kedokteran gigi dibuka pada tahun 1839.4 Dalam bidang ortodonti, foto merupakan salah satu dokumen penting yang dapat digunakan untuk diagnosis, rencana perawatan dan dokumentasi.2-4,16 Manfaat fotografi di bidang ortodonti yaitu sebagai media untuk memonitor perkembangan perawatan. Selama perawatan, foto dapat membantu mengingat keadaan pasien sebelum dilakukan perawatan dan untuk melihat kemajuan perawatan.1-4,11

2.1.1 Macam-Macam Foto dan Manfaatnya di Bidang Ortodonti

Pada bidang ortodonti dikenal dua macam foto, yaitu foto intra oral dan foto ekstraoral. 1-4,17 Foto intra oral merupakan foto yang mencakup rongga mulut pasien, sedangkan foto ekstra oral merupakan foto yang mencakup kepala dan rahang pasien.

Foto intra oral terdiri dari lima macam, yaitu foto pandangan anterior dengan gigi dalam keadaan oklusi (Gambar 1a), foto pandangan bukal gigi geligi sebelah kanan (Gambar 1b), foto pandangan bukal gigi geligi sebelah kiri (Gambar 1c), foto oklusal rahang atas (Gambar 1d), dan foto oklusal rahang bawah (Gambar 1e).

3,4,17

3,4,17

Foto ekstra oral terdiri atas empat macam, yaitu foto frontal dengan bibir dalam keadaan istirahat (Gambar 2a), foto frontal dengan bibir dalam keadaan


(20)

senyum (Gambar 2b), foto lateral dalam keadaan bibir istirahat atau sering disebut juga dengan foto profil (Gambar 2c) dan foto oblik dengan posisi pasien miring 45º (Gambar 2d).3,4,10,11,17

Gambar 1. Foto Intra Oral (a) Foto pandangan anterior dengan gigi dalam keadaan oklusi (b) Foto pandangan bukal gigi geligi sebelah kanan (c) Foto pandangan bukal

gigi geligi sebelah kiri (d) Foto oklusal rahang atas (e) Foto oklusal rahang bawah 3

Gambar 2. Foto ekstra oral (a) foto lateral, (b) foto frontal, (c) foto

Gambar 2. Foto ekstra oral. (a) Foto frontal (bibir istirahat), (b) foto frontal (bibir senyum), (c) Foto lateral, (d) Foto oblik (bibir senyum) 9


(21)

Pada bidang ortodonti, foto frontal digunakan untuk :

a. Penentuan morfologi tipe wajah. Pada foto frontal, pengukuran tipe wajah dapat dilakukan dengan rumus facial index, upper facial index, lower facial index dan chin index.

3,11,14,17

b. Pemeriksaan proporsional wajah. Wajah yang proporsional dinilai dari keharmonisan tinggi wajah bagian bawah (lower facial) dengan jarak glabela ke subnasal. Jika sepertiga wajah bawah lebih pendek, maka kemungkinan pasien mengalami deep bite. Jika sepertiga wajah bawah lebih tinggi, maka kemungkinan pasien mengalami open bite.

c. Pemeriksaan kesimetrisan wajah. Pemeriksaan kesimetrisan wajah dilakukan dengan membagi wajah menjadi dua bagian secara vertikal sama besar. Maloklusi gigi dapat menyebabkan wajah menjadi asimetri. Asimetri wajah yang nyata dapat disebabkan oleh trauma ataupun penyakit, misalnya hemifasial hipertrofi/ atrofi, cacat kongenital, kondilus hyperplasia unilateral, ankilosis unilateral, dan lain-lain.

d. Pemeriksaan keadaan bibir pasien. Bibir diklasifikasikan menjadi tiga, yakni bibir kompeten, bibir inkompeten, dan bibir kompeten potensial. Bibir kompeten merupakan bibir yang menutup sempurna saat otot-otot dalam keadaan istirahat. Bibir inkompeten merupakan bibir yang tidak tertutup sempurna saat otot-otot dalam keadaan istirahat namun bisa menutup sempurna bila otot-otot diberi kontraksi. Bibir inkompeten terjadi karena bentuk bibir yang pendek. Bibir kompeten potensial merupakan bibir yang tidak bisa menutup sempurna karena terhalang oleh gigi insisivus maksila yang protrusi.


(22)

Dalam bidang ortodonti, foto lateral digunakan untuk

a. Penentuan morfologi tipe wajah. Pada foto lateral pengukuran tipe wajah dapat dilakukan dengan rumus chin-face height index dan mandibular anterior/posterior height index. Ada tiga macam yaitu : europrosopic, mesoprosopic,dan leptoprosopic.

: 3,11,17,18

b. Penentuan profil wajah. Ada tiga macam yaitu : profil lurus (straight), profil cembung (convex), dan profil cekung (concave).

c. Media untuk memonitor perkembangan perawatan.

Foto frontal dalam keadaan senyum bertujuan untuk memperlihatkan keadaan proporsi jaringan lunak wajah selama tersenyum dan foto oblik bertujuan untuk melihat garis senyum pasien sebelum dan sesudah perawatan.3

2.1.2 Teknik Pengambilan Foto Ekstra Oral

American Board of Orthodontics telah menetapkan beberapa panduan dalam pengambilan fotografi ekstra oral, yaitu :

a. Fotografi wajah yang berkualitas bisa dicetak dalam bentuk hitam putih maupun berwarna.

4

b. Kepala pasien diarahkan secara tepat pada bidang Frankfurt Horizontal. c. Pandangan lateral, pasien menampilkan wajah sebelah kanan, ekspresi otot wajah dalam keadaan istirahat, bibir tertutup ringan (posisi istirahat) untuk memperlihatkan kondisi otot-otot yang tidak seimbang dan tidak harmonis.


(23)

e. Pandangan frontal bisa juga diambil dengan bibir tersenyum. f. Latar belakang bebas dari gangguan.

g. Kualitas pencahayaan dapat menunjukkan kontur wajah serta tidak ada bayangan di latar belakang subjek yang difoto.

h. Telinga terlihat untuk manfaat orientasi.

i. Mata terbuka dan melihat lurus kedepan serta kacamata dilepas. Adapun keempat macam teknik pengambilan foto ekstra oral, yakni : 3,4 a. Foto frontal wajah dengan bibir dalam keadaan istirahat

Foto frontal merupakan foto yang paling pertama sekali diambil dan mungkin paling sederhana dalam teknik pengambilannya. Namun, teknik pengambilannya tetap harus memperhatikan beberapa panduan penting.3,4 Pertama, pastikan kamera berada dalam posisi tegak serta memiliki tinggi yang sama dengan kepala pasien. Pengaturan jarak lensa kamera ke pasien adalah 1,5 m. Warna latar belakang yang baik adalah warna putih atau warna gelap seperti kain biru tua. Kedua, ukuran kain latar belakang adalah dengan lebar 0,95 m dan tinggi 1,10 m. Jarak antara pasien dengan latar belakang kurang lebih 0,75 m untuk mencegah terbentuknya bayangan.

Pasien duduk di kursi dengan posisi kepala yang wajar, dan mata menatap lurus ke lensa kamera. Pasien diinstruksikan untuk memberikan ekspresi serius dan bibir dikatupkan ringan (posisi istirahat). Hal terpenting pastikan garis inter-pupil berada dalam garis yang lurus. Bagian yang harus diambil adalah bagian wajah dan leher pasien dengan tepi sekitarnya yang dapat disesuaikan.

3,20-22


(24)

Gambar 3. foto frontal (bibir istirahat)

b. Foto Frontal dengan bibir dalam keadaan senyum. 11

Panduan pengambilan foto frontal dalam keadaan senyum juga hampir sama dengan teknik foto frontal wajah dan bibir dalam keadaan istirahat, selanjutnya pasien diinstruksikan untuk tersenyum secara alami dan gigi terlihat.3,4,17 (Gambar 4)

Gambar 4. Foto frontal (bibir senyum) 9

c. Foto lateral wajah dengan bibir dalam keadaan istirahat


(25)

profil wajah dapat dihasilkan informasi yang hampir sama dengan sefalometri lateral dan dapat menunjukkan disproporsi rahang. Setelah melakukan pengambilan foto frontal, pasien diinstruksikan untuk memutar badannya ke sebelah kiri sehingga profil wajah sebelah kanan pasien dapat menghadap ke operator. Di hadapan pasien diletakkan sebuah cermin dengan jarak 1,10 m. Kepala diarahkan dalam posisi yang wajar, serta pasien melihat pupil matanya sendiri di cermin dalam satu garis lurus. Posisi kepala yang salah dapat memberikan informasi yang salah mengenai pola skeletal pasien.3,4,20,21 (Gambar 5)

Gambar 5. Foto lateral 11

d. Foto oblik dengan posisi pasien miring 45º bibir senyum

Foto oblik merupakan foto ekstra oral yang paling terakhir diambil. Foto ini dapat memberikan informasi yang bernilai tinggi mengenai perubahan senyum yang terjadi antara sebelum dan sesudah perawatan. Dari posisi pengambilan foto profil, pasien diinstruksikan untuk mengarahkan kepalanya agak ke kanan (kurang lebih ¾ putaran dari posisi awal). Kemudian pasien diinstruksikan untuk tersenyum hingga giginya terlihat. Hal ini penting untuk menunjukkan informasi yang jelas ketika


(26)

tersenyum.Dalam bidang ortodonti, foto oblik digunakan untuk melihat garis senyum pasien.3,4,17 (Gambar 6)

Gambar 6. Foto oblik posisi miring 45º (bibir senyum) 11

2.1.3 Foto Ekstra Oral dalam Menentukan Profil Wajah

Pemeriksaan profil wajah memiliki arti yang penting karena pemeriksaan profil secara teliti akan memberikan kesan hampir sama seperti pemeriksaan sefalogram lateral, meskipun tidak terperinci. Pemeriksaan profil dapat membedakan keadaan klinis pasien yang memiliki profil wajah yang kurang baik, baik, dan cukup baik.

Penentuan profil wajah profil wajah menurut Rakosi (1982) menggunakan 3 titik anatomis yaitu :

3,4,11,17,22

1. Glabella (Gl) : titik terendah dari dahi terletak pada tengah-tengah diantara alis mata kanan dan kiri.

12,19

2. Labialis superior (Ls/Lca/ lip kontur atas) : titik terdepan bibir atas. 3. Pogonion (pog) : titik terdepan dari dagu didaerah symphisis mandibula.


(27)

Profil wajah ditentukan dengan menarik garis dari titik Gl ke titik Ls dan lalu tarik garis dari Ls ke titik Pog. Pemeriksaan ini menghasilkan 3 tipe profil wajah yaitu :

a. Lurus (straight) : kedua garis tersebut membentuk suatu garis lurus. (Gambar 7)

12,19

b. Cembung (convex) garis pertama lurus dan garis kedua membentuk sudut karena dagu terletak lebih posterior. (Gambar 8)

Gambar 8. Cembung (convex) 19 Gl

Ls Pog


(28)

c. Cekung (concave) garis pertama lurus dan garis kedua membentuk sudut karena letak dagu lebih ke anterior. (Gambar 9)

Menurut Schwarz (1987), profil wajah bervariasi masing - masing menjadi :

a. Lurus (average face) bila titik Subnasale (Sn) berada tepat segaris dengan Nasion (Na). (Gambar 10a)

12,17,19

b. Cembung (anteface) bila titik Subnasale (Sn) berada di depan titik Nasion (Na). Gambar (10b)

c. Cekung (retroface) bila titik Subnasale (Sn) berada di belakang titik Nasion (Na). (Gambar 10c)


(29)

Gambar 10. (a) Average (lurus), (b) Anteface (cembung), (c) Retroface (cekung) 19

Penentuan profil wajah menurut Singh (2007) ditentukan dengan menggabungkan dua buah garis yang ditarik dari pangkal hidung ke dasar bibir atas dan dari dasar bibir atas ke dagu. Pemeriksaan ini akan menghasilkan 3 tipe profil wajah yaitu :

a. Lurus (straight / Orthognatic profile): kedua garis tersebut membentuk garis lurus. (Gambar 11a)

11,12

b. Cembung (convex profile): kedua garis tersebut membentuk sudut yang akut dengan kecekungan menghadap ke jaringan lunak. Tipe pofil wajah ini biasanya terlihat pada pasien Klas II divisi I karena adanya protusi maksila dan retrusi mandibula. (Gambar 11b)

c. Cekung (concave profile) : kedua garis tersebut membentuk sudut tumpul dengan kecembungan menghadap ke jaringan lunak. Tipe profil wajah ini biasanya terlihat pada pasien Klas III karena adanya protusi mandibula dan retrusi maksila. (Gambar 11c)

Na Sn


(30)

Gambar 11. (a) Lurus (straight/orthognathic profile) (b) Cembung (Convex profile) (c) Cekung (concave profile)

2.2 Natural Head Position (NHP)

11

Natural Head Position (NHP) adalah suatu orientasi standar yang dapat dicapai ketika seseorang melihat pada satu titik yang jauh di depannya pada satu garis lurus yang sejajar dengan matanya. Sebagian besar pengambilan foto-foto dan pemeriksaan klinis memakai NHP karena mudah dilakukan dan menghasilkan posisi yang baik. Cara paling mudah untuk mendapatkan NHP adalah dengan menginstruksikan pasien untuk duduk tegak dan menatap pada satu titik yang jauh sejajar matanya pada dinding ataupun kaca didepannya.kemudian menginstruksikan pasien untuk menggerakan kepala ke atas ataupun ke bawah dan kemudian kembali ke menatap lurus ke depan pada satu titik di tingkat mata.

Meneghini (1997) melaporkan bahwa orientasi akhir ini sangat mirip dengan dengan orientasi awal yang terbentuk.

22

22 NHP memiliki nilai yang sangat penting dalam analisis wajah hal ini dikarenakan posisi tersebut merupakan posisi alamiah dari pasien, sehingga pasien tidak mengalami distorsi pada saat pengambilan foto.22


(31)

NHP berbeda dengan bidang Frankfurt Horizontal yang sulit ditetapkan sebagai patokan dalam orientasi kepala. Hal ini disebabkan karena bidang frankfurt tidak selamanya berada dalam keadaan horizontal tetapi terkadang dapat miring ke atas maupun ke bawah dan menghasilkan posisi yang sangat tidak natural dan sangat sulit untuk dipertahankan posisinya.22,23 Variasi-variasi bidang frankfurt horizontal dapat dilihat pada gambar 12. Variasi-variasi ini dapat menghasilkan profil wajah yang salah jika dijadikan orientasi kepala pada teknik pengambilan foto.23,21

Gambar 12. Variasi-variasi bidang Frankfurt Horizontal. (a) Miring ke Atas (profil wajah terlihat cekung), (b) Lurus (profil wajah terlihat

lurus), (c) Miring ke bawah (menghasilkan profil wajah terlihat cembung).23

2.3 Ras Deutromelayu

Ras adalah kelompok manusia yang dapat dibedakan dari kelompok lain karena memiliki ciri-ciri jasmaniah tertentu, yang diperoleh karena keturunan sesuai dengan hukum genetika.24,25


(32)

Berdasarkan metode historis yang ditelaah berdasarkan sejarah migrasi, populasi masyarakat Indonesia didominasi oleh ras Paleomongoloid yang disebut ras Melayu. Ras Paleomongoloid ini terdiri atas Protomelayu (Melayu tua) dan Deutro-Melayu (Deutro-Melayu muda). Golongan Deutro-Melayu adalah orang-orang Aceh, Minangkabau, Sumatera Pesisir, Rejang Lbong, Lampung, Jawa, Madura, Bali, Bugis, Manado pesisir, Sunda kecil timur dan Malayu.Golongan Protomelayu adalah Batak, Gayo, Saksak, dan Toraja, sedangkan orang Jakarta (Betawi), Borneo Melayu, Banjar dan penduduk pesisir Sulawesi adalah campuran Deutromelayu dan Protomelayu. Penduduk kepulauan Sunda Kecil sebelah Timur Afrika (sekarang NTT) dan Irian (Papua) berasal dari ras Melanosoid, Australoid dan Negrito.24,25


(33)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini memakai rancangan penelitian cross-sectional yang bersifat deskriptif, yaitu melihat perbedaan profil wajah antara mahasiswa laki-laki dan perempuan USU ras Deutro-Melayu.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Depertemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara di Jl. Alumni No.2 Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 – Maret 2012.

3.3 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa laki-laki dan perempuan di FKG dan FISIP USU ras Deutromelayu pada usia 18-25 tahun yang masih aktif mengikuti pendidikan.


(34)

3.4 Sampel Penelitian

Pada penelitian ini sampel dipilih dengan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penyeleksian sampel adalah sebagai berikut :

3.4.1 Kriteria Inklusi

a. Mahasiswa FKG dan FISIP USU usia 18-25 tahun b. Belum mendapat perawatan ortodonti

c. Tidak memakai gigi tiruan

d. Gigi permanen lengkap (kecuali Molar tiga) e. Crowded dan diastema ringan (0-2 mm)

f. Relasi Molar klas I Angle dengan overjet dan overbite normal (2-4 mm) g. Bibir kompeten

h. Ras Deutro-Melayu asli (2 keturunan)

3.4.2 Kriteria Eksklusi

a. Asimetris wajah

b. Sampel menolak berpastisipasi

3.5 Besar Sampel

Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan rumus: n1 = n2≥ 2σ2 (Z(1-α/2) + Z(1-β))2


(35)

keterangan: n1 n

= besar sampel laki-laki 2

Z

= besar sampel perempuan

(1-α/2) = derajat batas atas; untuk α = 0,05 → Z(1-α/2) Z

= 1,96 (1-β) = derajat batas bawah; untuk β = 0,01 → Z(1-β) σ = simpangan baku perkiraan perbedaan = 0,5

= 1,282

μ1

μ

= perkiraan harga mean populasi dari hasil penelitian pendahuluan pada sampel pertama = 81.63905

2

sehingga:

= perkiraan harga mean populasi dari hasil penelitian pendahuluan pada sampel kedua = 82.16147

n1 = n2 ≥ 2 (0,5)2 (1,96 + 1,282) (81,63905 - 82,16147)

2 2 n1 = n2

≥ 0,273 5,255 n1 = n2

Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan untuk jenis kelamin wanita adalah 20 orang dan untuk jenis kelamin pria adalah 20 orang. Jadi, jumlah keseluruhan sampel minimal adalah 40 orang.

≥ 19,25 ≈ 20 orang

3.6 Variabel Penelitian

Variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah :

3.6.1 Variabel bebas


(36)

- Glabella (Gl)

- Labrale Superius / Lip kontur atas - Pogonion (Pog)

3.6.2 Variabel Terkendali

1. Jenis kelamin 2. Usia.

3. Ras Deutromelayu asli (2 keturunan).

4. Merk kamera yang digunakan adalah SLR SONY tipe DHC H-50.

3.6.3 Variabel Tergantung

Profil wajah terdiri atas : a. Lurus (straight) b. Cembung (convex) c. Cekung (concave)

3.7 Defenisi Operasional

a. Glabella (Gl) : titik terendah dari dahi terletak ditengah antara alis mata kanan dan kiri.

b. Labrale superius (Ls/Lip kontur atas /Lca) : titik terdepan bibir atas. c. Pogonion (Pog) : titik terdepan dari dagu didaerah symphisis mandibula.


(37)

d. Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki mahasiswa FKG dan FISIP USU yang tercatat pada kuestioner penelitian. Jenis kelamin dikategorikan atas laki-laki dan perempuan.

e. Usia merupakan satuan umur seseorang yang dihitung dari pasien lahir sampai sekarang dan tercatat pada kuestioner penelitian. Batas usia yang dipakai pada penelitian ini adalah 18-25 tahun karena pada usia tersebut perkembangan pada wajah sudah berhenti baik pada laki-laki maupun perempuan.

f. Ras Deutromelayu adalah orang keturunan Aceh, Minangkabau, Sumatera Pesisir, Rejang Lebong, Lampung, Jawa Madura, Bali, Bugis, Manado pesisir, Sunda kecil timur dan Melayu.

g. Kamera adalah alat yang digunakan untuk mengambil foto subjek.

h. Profil wajah adalah bentuk wajah yang dihasilkan berdasarkan pengukuran. i. Lurus (straight) : keadaan dimana garis pertama (Gl-Ls) dan garis kedua (Ls-Pog) membentuk suatu garis lurus.

j. Cembung (convex) : keadaan dimana garis pertama (Gl-Ls) lurus dan garis kedua (Ls-Pog) membentuk sudut karena dagu terletak lebih posterior.

k. Cekung (concave) : garis pertama (Gl-Ls) lurus dan garis kedua (Ls-Pog) membentuk sudut karena letak dagu lebih ke anterior.

3.8 Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan antara lain :

a. Tiga serangkai (sonde, pinset, dan kaca mulut) b. Kamera DSLR Merk SONY Tipe DSC H-50


(38)

c. Tripod

d. Kain putih ukuran 0,95 m x 1,10 m sebagai latar belakang e. Kursi

f. Meteran

g. Alat tulis berupa pensil mekanik merk Kenko (mata pensil = 0,5 mm), pulpen, penghapus, dan penggaris besi merk Mikro (15 cm).

Gambar 13. (a). Tiga serangkai, (b). Kamera, (c). Tripod, (d). Kain, (e). Kursi, (f). Meteran, (g). Alat tulis (pensil, pulpen, penghapus, penggaris.

a b c d


(39)

3.9 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam dua tahap yaitu pengambilan dan pencetakan foto serta pengukuran pada masing-masing foto.

3.9.1 Pengambilan dan Pencetakan Foto

Pemilihan subjek penelitian berdasarkan kuesioner dan pemeriksaan langsung pada mahasiswa di FKG dan FISIP USU sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Setelah didapatkan data subjek penelitian yang sesuai, maka para subjek diminta untuk mengatur jadwal pengambilan foto di klinik Ortodonti FKG USU.

Adapun langkah-langkah dalam proses pengambilan dan pencetakan foto, antara lain :

a. Pengaturan tata letak studio mini yang dibuat di klinik Ortodonti FKG USU yakni dengan menempelkan kain latar belakang pada dinding yang telah ditentukan, kemudian pada jarak 0,75 m diletakkan sebuah kursi sebagai tempat duduk subjek penelitian, lalu pada jarak 1,5m di depan kursi diletakkan tripod sebagai penyangga kamera.

b. Subjek diminta untuk melepaskan kacamata, syal, ataupun benda-benda lain yang dapat menghalangi wajah dan sekitarnya.

c. Subjek penelitian diminta untuk duduk dikursi yang telah disediakan dengan posisi tubuh tegak, kepala menghadap ke sebelah kiri sehingga wajah sebelah kanan pasien menghadap ke kamera.


(40)

d. Posisi kepala dalam keadaan NHP (subjek diminta untuk menatap pada satu titik yang jauh sejajar matanya).

e. Tinggi kamera disesuaikan dengan tinggi kepala pasien yakni dengan mangatur lengan tripod tersebut.

f. Semua subjek penelitian mendapatkan perlakuan yang sama. g. Pencetakan foto di MARI FOTO.

3.9.2 Pengukuran Foto

Pengukuran foto menggunakan teknik Rakosi, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Titik patokan pada foto lateral adalah titik Glabella, labialis superior, dan Pogonion.

b. Titik patokan ditarik garis dengan pensil untuk memperoleh garis profil.

Gambar 14. Foto profil lateral wajah mahasiswa USU ras Deutro-Melayu (a) Mahasiswa laki-laki (b) Mahasiswa perempuan.


(41)

c. Untuk mendapatkan data yang valid maka dilakukan pengukuran sebanyak tiga kali pada seluruh sampel.

3.10 Cara Pengolahan Data

3.10.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 15.0.

3.10.2 Analisis Data

a. Dilakukan penarikan garis profil lateral wajah dengan menggunakan teknik Rakosi pada seluruh sampel.

b. Ditentukan profil lateral wajah pada seluruh sampel.

c. Ditentukan profil lateral wajah berdasarkan jenis kelamin kemudian dilakukan uji chi-square test bila hasil pengukuran bervariasi dan apabila hasil pengukuran tidak bervariasi maka dilakukan uji crosstabs.


(42)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Sampel penelitian berjumlah 46 foto yang terdiri dari 23 foto laki-laki dan 23 foto perempuan. Sampel diambil dari mahasiswa Universitas Sumatera Utara berusia 18-25 tahun yang masih aktif mengikuti pendidikan, yaitu berupa foto lateral subjek masa gigi permanen dewasa muda yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Profil lateral wajah subjek laki-laki ras Deutro-Melayu pada masa gigi permanen dewasa muda di Universitas Sumatera Utara adalah cembung/convex adalah 100%. (Tabel 1) Sedangkan distribusi frekuensi profil wajah berdasarkan jenis kelamin adalah adalah lurus/straight (0%), cembung/convex (100%), dan cekung/concave (0%). Sedangkan pada subjek perempuan ras Deutro-Melayu adalah lurus/straight (0%), cembung/convex (100%), dan cekung/concave (0%).

TABEL 1. DISTRIBUSI FREKUENSI PROFIL LATERAL WAJAH PADA FOTO SUBJEK MASA GIGI PERMANEN DEWASA MUDA USIA 18-25 TAHUN DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

No. Profil Wajah Frekuensi %

1. 2. 3.

Lurus / straight Cembung / convex Cekung / concave

0 46

0

0,0 100,0

0,0


(43)

TABEL 2. DISTRIBUSI FREKUENSI PROFIL WAJAH PADA FOTO SUBJEK MASA GIGI PERMANEN DEWASA MUDA USIA 18-25 TAHUN DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN.

Profil Wajah Laki-laki (n=23) Perempuan (n=23) Jumlah (n=46) Persentase (%)

Lurus / straight Cembung /convex Cekung / concave

0 23 0 0 23 0 0 46 0 0,0 100,0 0

Penentuan profil lateral wajah dilakukan dengan mengambil hasil yang dominan dari pengukuran tersebut. Hasil pengukuran profil lateral wajah antara laki-laki dan perempuan bila menunjukkan hasil yang bervariasi akan dilakukan pengujian data dengan uji Chi-square test tetapi karena hasil pengukuran tidak menunjukkan adanya perbedaan maka dilakukan pengujian dengan uji Crosstabs. Nilai dari analisis uji Crosstabs dapat dilihat pada Tabel 3.

TABEL 3. RERATA PROFIL LATERAL WAJAH DENGAN UJI CROSSTABS PADA FOTO MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN.

23 23 50,0% 50,0% 23 23 50,0% 50,0% 46 46 100,0% 100,0% Count % of Total Count % of Total Count % of Total Laki-laki Perempuan Jenis Kelamin Total Cembung Profil Wajah Total


(44)

BAB 5

PEMBAHASAN

Penentuan profil lateral wajah merupakan bagian dari diagnosis ortodonti yang memiliki peranan cukup penting. Menurut Holdaway (1983) analisis jaringan lunak secara langsung adalah lebih baik bila dibandingkan dengan analisis sefalometri yang menggunakan sudut fasial skeletal. Hal ini disebabkan karena adanya variasi ketebalan jaringan lunak yang diperkuat dengan adanya pengamatan pada sefalometri 2 individu yang sama-sama memiliki oklusi klas I namun memiliki ketebalan dagu yang berbeda yaitu 12 mm dan 23 mm. Jika dilihat dari pengukuran jaringan keras menghasilkan nilai yang kurang lebih sama namun jika dilihat dari profilnya secara langsung memiliki nilai yang sangat berbeda.

Pada penelitian ini penentuan profil lateral wajah ditentukan berdasarkan dengan foto ekstra oral yang diambil dari arah lateral dan menggunakan keadaan natural head position (NHP) dibandingkan bidang Frankfurt Horizontal sebagai patokan dalam orientasi kepala. Hal ini dikarenakan keadaan NHP merupakan posisi alamiah dari kepala pasien dan menghasilkan posisi yang mudah dipertahankan. Sedangkan bidang Frankfurt Horizontal menghasilkan posisi kepala dalam keadaan tidak alamiah dan sulit untuk dipertahankan posisinya.

26

22,23

Pengukuran foto ekstra oral dari arah lateral dilakukan dengan menggunakan analisis dari Rakosi (1982) yang menggunakan titik anatomis gabella, labialis superior/lip contour atas, dan pogonion.


(45)

melihat hasil yang dominan dari pengukuran yang dilakukan sebanyak tiga kali. Dari semua hasil pengukuran yang dilakukan terlihat profil lateral wajah subjek penelitian adalah cembung/convex (Tabel 1). Hal ini sesuai dengan penelitian Soehardono (1980) yang menyatakan bahwa profil wajah cenderung cembung pada orang jawa disebabkan hidung yang tidak terlalu mancung dan dagu tidak terlalu menonjol.27 TjutRostina (2007) dalam penelitiannya terhadap sefalometri 196 orang mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu usia 20-25 tahun memperoleh rerata sudut-H sebesar 16,55º yang berarti subjek tersebut memiliki profil wajah cembung.

Setiap ras memiliki variasi wajah yang berbeda sehingga menghasilkan profil wajah yang berbeda. Bentuk dan ukuran wajah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia, jenis kelamin, dan ras.

28

Pada penentuan usia, subjek penelitian diseleksi berdasarkan usia subjek pada periode yang sama yaitu pada periode usia 18-25 tahun. Pada usia ini pertumbuhan dan perkembangan tubuh secara keseluruhan termasuk kraniofasial sudah berhenti pada laki-laki maupun perempuan.

1,2,10,11,18

Usia 18-25 tahun tergolong fase oklusi dewasa muda dimana gigi belum mengalami atrisi sebagai akibat pengunyahan dalam waktu lama sehingga pada usia ini belum terjadi perubahan-perubahan pada sendi temporomandibularis yang dapat menyebabkan perubahan pada oklusi. Oleh karena itu peneliti memakai subjek usia 18-25 tahun.

Aynur dan Ümit (2001) dalam penelitiannya menemukan bahwa pada hasil analisis sefalometri ras Kaukasoid subjek yang berusia 9-12 pada laki-laki memiliki nilai konveksitas skeletal yang lebih besar jika dibandingkan dengan perempuan dan akan berubah menjadi semakin datar seiring dengan bertambahnya usia.

13,29,30


(46)

(1988) dalam penelitiannya terhadap anak-anak usia 6-18 tahun menyatakan norma ukuran sefalometri suatu kelompok etnik dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin tetapi dalam penelitiannya tidak ditemukan adanya perbedaan yang bermakna antara hasil yang diperoleh antar jenis kelamin sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak semua parameter sefalometri dipengaruhi oleh jenis kelamin.32 Mammandras (1988) dalam penelitiannya yang memakai parameter sefalometri menemukan bahwa perkembangan bibir atas pada wanita akan mencapai ketebalan maksimumnya pada usia 14 tahun dan akan bertahan sampai usia 30 tahun yang kemudian akan berkurang sejalan dengan bertambahnya usia. Sedangkan pada laki-laki ketebalan bibir maksimumnya akan dicapai pada usia 16 tahun dan bertahan sampai 33 tahun dan kemudian akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia.33

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 46 sampel foto subjek pada masa gigi permanen dewasa muda usia 18-25 tahun pada ras Deutro-Melayu di USU secara keseluruhan memiliki profil wajah cembung /convex. Dengan demikian subjek pada masa gigi permanen dewasa muda usia 18-25 tahun pada ras Deutro-Melayu, baik laki-laki maupun perempuan memiliki profil lateral wajah yang sama yaitu cembung/convex. Hal ini sejalan dengan penelitian Heryumani (2006) yang menyatakan bahwa profil wajah laki-laki dan perempuan Jawa dewasa usia 22-27 tahun berdasarkan proporsi hidung bibir dan dagu tidak menunjukkan adanya perbedaan yaitu cembung.

Oleh karena itu dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah usia 18-25 tahun untuk memperoleh gambaran yang lebih stabil.


(47)

Faktor ras berhubungan dengan genetik, kebiasaan dan tingkah laku sehingga dapat mempengaruhi karakteristik suatu kelompok. Hal inilah yang memberikan perbedaan yang dapat dijumpai antara satu kelompok dengan kelompok pada masyarakat Indonesia karena masyarakat Indonesia bersifat multietnik.24,25,27 Sarver (2011) menyatakan bahwa pertumbuhan wajah merupakan gabungan yang kompleks yang tersusun berdasarkan keadaan skeletal, dental, dan jaringan lunak. Faktor genetik dan lingkungan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan wajah.34 Umumnya dalam menentukan keserasian dan keseimbangan wajah pada perawatan ortodonti masih menggunakan standar ras Kaukasoid yang merupakan hasil penelitian dari Zylinski (1992) dimana penelitiannya menggunakan sampel orang Prancis berjenis kelamin laki-laki yang ditinjau berdasarkan proporsi wajah orang Prancis.35 Hal tersebut kurang tepat jika ditetapkan pada ras Deutro-Melayu karena kelompok etnik yang berbeda cenderung memiliki pola bentuk tengkorak dan rahang yang berbeda. Kosoemahardja (1989) menyatakan bahwa profil jaringan lunak kelompok Deutro-Melayu yang tergolong ras Mongoloid lebih protusif daripada ras Kaukasoid.25

Penelitian

Oleh karena itu peneliti mengambil foto sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang ada, sehingga ras yang dipakai adalah ras Deutro-Melayu asli (2 keturunan).

pada Mauchamp dan Sassouni (1973) menyatakan bahwa profil wajah pada usia 20-25 tahun ras Kaukasoid perempuan lebih datar dibandingkan laki-laki.31 Penelitian Heryumani (2006) terhadap profil wajah orang Jawa dewasa berpatokan pada analisis sefalometri proporsi hidung, bibir dan dagu menyimpulkan bahwa profil wajah perempuan lebih cembung dibandingkan dengan laki-laki jika


(48)

dilihat dari rerata proporsinya. Hal ini disebabkan rerata dimensi kepala perempuan lebih kecil daripada laki-laki. Keadaan tersebut terjadi akibat adanya pertumbuhan wajah perempuan yang lebih ke anteroposterior yang hampir selesai pada usia pubertas sedangkan pada laki-laki terus bertumbuh pada usia dewasa.27 Heryumani (2007) yang meneliti proporsi sagital wajah laki-laki dan perempuan dewasa suku Jawa menemukan bahwa ukuran kedalaman hidung, jarak bibir keujung nasal sagital dan jarak dagu keujung nasal sagital kelompok laki-laki dan perempuan suku Jawa terlihat cembung.5

Para ahli antropologi juga menyatakan bahwa tiap ras memiliki ciri-ciri yang berbeda.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian peneliti yang menggunakan foto ekstra oral subjek ras Deutro-Melayu.

24,25 Perbedaan tersebut terutama terdapat pada bagian kepala dan wajah. Konsep cantik itu sendiri bersifat subjektif sehingga penilaian individu pada satu ras tidak dapat diterapkan pada ras lain.5,27 Perbedaan ciri-ciri ragawi ras Deutro-Melayu dengan ras kaukasoid antara lain dimana ras Deutro-Melayu umumnya memiliki hidung konkaf, bibir dan dagu yang lebih tebal. Selain itu perbedaan terlihat pada warna mata coklat tua, lipatan mata kadang jelas dan rambut berwarna hitam lurus atau berombak dan warna kulit sawo matang sampai coklat. Berbeda dengan ras Kaukasoid yang umumnya memiliki warna kulit dari putih sampai hitam, hidungnya mancung, matanya besar, rambutnya dari lurus sampai berombak dengan warna pirang, cokelat kemerahmerahan sampai hitam, mata kelabu, biru, atau cokelat tua, bibir tipis dan dagu menonjol.24,25


(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Rerata profil lateral wajah subjek pada masa gigi permanen dewasa muda usia 18-25 tahun pada ras Deutro-Melayu di USU secara keseluruhan adalah cembung (convex).

2. Rerata profil lateral wajah subjek pada masa gigi permanen dewasa muda usia 18-25 tahun pada ras Deutro-Melayu di USU antara laki-laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan yang signifikan.

3. Distribusi profil lateral wajah subjek pada masa gigi permanen dewasa muda usia 18-25 tahun pada ras Deutro-Melayu di USU secara keseluruhan adalah lurus/straight (0%), cembung/convex (100%), dan cekung/concave (0%).

4. Distribusi profil lateral wajah pada subjek masa gigi permanen dewasa muda usia 18-25 tahun pada ras Deutro-Melayu di USU berdasarkan jenis kelamin pada subjek laki-laki dan perempuan adalah sama yaitu: lurus/straight (0%), cembung/convex (100%), dan cekung/concave (0%).

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sampel yang lebih besar agar mendapatkan validitas hasil penelitian yang lebih tinggi.


(50)

2. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya dilakukan dengan membandingkan foto Sefalometri dengan foto ekstra oral subjek penelitian.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

1. Moyers RE. Handbook of orthodontic. 4th

2. Bishara SE. Textbook of orthodontic. Philaddelphia: W.B. Saunders Company 2001: 44-52

ed. London: Year Book Medical Publisher, INC 1988: 171-3.

3. Samawi S. A Short guide to clinical digital photography in ortodontics. Jordan: Sdoc, 2008 : 12-6.

4. Galante DL. History and current use of clinical photography in ortodontic. CDA J. 2009 : 173-4(37)

5. Heryumani JCP. Proporsi sagital wajah laki-laki dan perempuan dewasa etnik jawa (studi pada mahasiswa UGM). Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi 2007; 22: 22-27.

6. Angle E.H. Treatment of malocclusion of the teeth and fractures of the maxilla Angle's system. 6th ed. Philadelphia

1900: 18-19

7. Nanda, R.S. and Ghosh, J. 1995. Facial soft tissue harmony and growth in

orthodontic treatment

8. Park Y.C. Soft-tissue profile-fallacies of hard-tissue standards in treatment planning. AM J Orthod Dentofac. 1986, July: 52-62


(52)

9. Sarver DM; Aeckerman JL. Orthodontics About Face : The Re-emergence Of The Esthetic Paradigm. AM J Orthod Dentofac. 2000, May : 575-576.

10.Bishara SE, Hession TJ, Peterson LC: Longitudinal soft tissue profil changes: A study of three analyses, AMJ Orthod, 1985; 80:209-223.

11.Singh G. Textbook of orthodontics. Jaypee. India, 2007 : 68-9.

12.Ardhana W. Materi kuliah ortodonsia I: Prosedur pemeriksaan ortodontik. Yogyakarta: Bagian Ortodonsia FKG UGM. 2009 : 11-3.

13.Sidlauskas A., Laura Zilinskaite, Vilma Svalkauskiene. Mandibular pubertal growth spurt prediction. part one: method based on the hand-wrist radiographs. Baltic Dental and Maxillofacial Journal 2005; 7:16-20.

14.Enlow, Hans. Essentials of facial growth. W.B. Saunders Company. Philadelphia, 1996 : 129-45, 166-70, 193-9.

15.William RP, Henry WF, David MS. Contemporary orthodontics. 4th

16.Mizhari E. Orthodontics Pearls : A selection of practical tips and clinical expertise. London : Taylor & Francis, 2004 : 116-9.

ed. Missouri: Mosby, 2007 : 176-82.

17.Thomas MG,Robert LV, Katherine WL. Orthodontics: Current principles & techniques. Missouri : Elsevier Mosby, 2005 : 3-5.

18.Rahardjo P. Diagnosis ortodontik. Surabaya : Airlangga University Press 2008: 5, 27-34.

19.Thomas R, Irmtrud J, Thomas MG. Orthodontic diagnosis. New York : Thieme Medical Publisher Inc, 1992 : 173-6


(53)

20.Haraguchi S, Iguchi Y, Takada K. Asymmetry of the face in orthodontic patients. Angle Orthodontist. 2008; 421-6 (78).

21.H.F Mckeown, P.J Sandler, A.M Murray. How to avoid common errors in clinical photography. Journal of Orthodontics. 2005 ; 45-54 (32).

22.Meneghini F. Clinical facial analysis: Elemen Principles Techniques. Berlin Heidelberg: Springer 2004: 16-21

23.Jacobson A. Radiographic cephalometry from basics to videoimaging. alabama : Quintessence Publishing Co, 1995 : 281-7.

24.Daldjoeni N. Ras-ras umat manusia. Bandung : Citra Aditya Bakti 1991: 189-91.

25.Koesoemahardja HD, Nasution FH, Trenggono BS. Antropologi untuk mahasiswa kedokteran gigi. Jakarta: Universitas Trisakti 2005: 41-9.

26.Holdaway R.A. A soft-tissue analysis and it’s use in orthodontic treatment planning part I. AM J Orthod 1983; 84(1): 1-28.

27.Heryumani JCP. Profil wajah orang jawa dewasa berdasarkan proporsi hidung, bibir, dan dagu. Indonesia Journal of Dentistry 2006; 13(3): 146-9. 28.Rostina T. analisa profil jaringan lunak menurut metode holdaway pada

mahasiswa FKG USU suku deutro melayu. Tesis. Medan: PPDGS Ortodonsia FKG USU, 2007.

29.Foster, TD. Buku ajar Ortodonti. Ahli Bahasa : Lilian Yuwono. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1997.


(54)

30.Mundiyah, M. Dasar-dasar otodonti, pertumbuhan dan perkembangan kraniodentofasial. Cetakan kedua. Medan : Penerbit Bina Insani Pustaka, 2002.

31.Sahin AM, Umit G. Analysis of Holdaway soft-tissue measurements in childern between 9-12 years of age. European Journal of Orthodontics 2001; 23: 287-94.

32.Kusnoto H. Studi Morfologik Pertumbuhan Kranio-fasial Orang Indonesia Kelompok Etnik Deutro Melayu, umur 6-15 tahun di Jakarta, dengan Metode Sefalometri Radiografi. Disertasi. Jakarta: Unversitas Trisakti, 1988.

33.Mamandras AH. Linear changes of the maxillary and mandibular lips. Am J Orthod Dentofacial Orthod. 1988; 94(5): 405-10.

34.Sarver DM. Profile changes through growth maturation and aging: A dental team collaboration to enhance facial and dental esthetics for a lifetime. October 2011.

35.Zylinski, C.G., Nanda, R.S., Kapila,S. Analysis of Soft Tissue Facial Profile


(55)

Lampiran 1

Kerangka Teori Skripsi

PERBANDINGAN PROFIL LATERAL WAJAH BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA MAHASISWA USU RAS DEUTROMELAYU.

36.

FOTOGRAFI ORTODONTI

FOTO INTRA ORAL FOTO EKSTRA

ORAL

Foto Lateral

Foto Oblik Foto frontal (bibir istirahat)

Foto frontal (bibir ) Profil Analisis Analisis Schwarz Analisis Singh Lurus Cembung Cekung

Jenis Kelamin Ras

Lk Pr Proto Melayu Deutro Melayu Usia 18-25 t h Posisi kepala Bidang Frankfurt Horizontal Natural Head Position (NHP)


(56)

Lampiran 2

Kerangka Konsep Skripsi

PERBANDINGAN PROFIL WAJAH MAHASISWA USIA GIGI PERMANEN DEWASA MUDA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA RAS

DEUTRO-MELAYU DI FKG DAN FISIP USU

Variabel Bebas : Penarikan garis profil wajah (titik patokan Gl-Lca-Pog)

Variabel Terkendali : - Jenis kelamin

- Usia - Ras

- Jarak pengambilan foto

Variabel Tergantung Profil wajah :

- Lurus (straight) - Cembung (convex) - Cekung (concave)


(57)

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN DEPARTEMEN ORTODONTI

FKG USU

Nama :

NIM :

Jenis Kelamin :

Umur :

Suku : 1. Ayah : Kakek :

Nenek :

2. Ibu : Kakek :

Nenek : Perawatan Ortodonti : Sudah Sedang Belum Memakai Gigi Tiruan : Ya Tidak

Crowded : Ringan Sedang Berat

Pemeriksaan intra oral dan ekstra oral (diisi oleh operator)

Kondisi Bibir : Kompeten Inkompeten Kompeten Potensial

Kesimetrisan Wajah : Simetris Asimetris


(58)

HASIL PENGUKURAN PROFIL LATERAL WAJAH PADA FOTO SUBJEK MASA GIGI PERMANEN DEWASA MUDA DI UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA

Hasil pengukuran pertama pada foto pasien anak laki-laki masa gigi permanen dewasa muda

Jenis Kelamin (Lk)

Profil Wajah

( Lurus , Cembung, Cekung )

1 Cembung

2 Cembung

3 Cembung

4 Cembung

5 Cembung

6 Cembung

7 Cembung

8 Cembung

9 Cembung

10 Cembung

11 Cembung

12 Cembung

13 Cembung

14 Cembung

15 Cembung

16 Cembung

17 Cembung

18 Cembung

19 Cembung

20 Cembung

21 Cembung

22 Cembung


(59)

Hasil pengukuran pertama pada foto pasien anak perempuan masa gigi permanen dewasa muda

Jenis Kelamin (Pr)

Profil Wajah

( Lurus, Cembung , Cekung)

1 Cembung

2 Cembung

3 Cembung

4 Cembung

5 Cembung

6 Cembung

7 Cembung

8 Cembung

9 Cembung

10 Cembung

11 Cembung

12 Cembung

13 Cembung

14 Cembung

15 Cembung

16 Cembung

17 Cembung

18 Cembung

19 Cembung

20 Cembung

21 Cembung

22 Cembung


(60)

Hasil pengukuran kedua pada foto pasien anak laki-laki masa gigi permanen dewasa muda.

Jenis Kelamin (Lk)

Profil Wajah

( Lurus, Cembung , Cekung)

1 Cembung

2 Cembung

3 Cembung

4 Cembung

5 Cembung

6 Cembung

7 Cembung

8 Cembung

9 Cembung

10 Cembung

11 Cembung

12 Cembung

13 Cembung

14 Cembung

15 Cembung

16 Cembung

17 Cembung

18 Cembung

19 Cembung

20 Cembung

21 Cembung

22 Cembung


(61)

Hasil pengukuran kedua pada foto pasien anak perempuan masa gigi permanen dewasa muda.

Jenis Kelamin (Pr)

Profil Wajah

( Lurus, Cembung , Cekung)

1 Cembung

2 Cembung

3 Cembung

4 Cembung

5 Cembung

6 Cembung

7 Cembung

8 Cembung

9 Cembung

10 Cembung

11 Cembung

12 Cembung

13 Cembung

14 Cembung

15 Cembung

16 Cembung

17 Cembung

18 Cembung

19 Cembung

20 Cembung

21 Cembung

22 Cembung


(62)

Hasil pengukuran ketiga pada subjek laki-laki masa gigi permanen dewasa muda

Jenis Kelamin (Lk)

Profil Wajah

( Lurus, Cembung , Cekung)

1 Cembung

2 Cembung

3 Cembung

4 Cembung

5 Cembung

6 Cembung

7 Cembung

8 Cembung

9 Cembung

10 Cembung

11 Cembung

12 Cembung

13 Cembung

14 Cembung

15 Cembung

16 Cembung

17 Cembung

18 Cembung

19 Cembung

20 Cembung

21 Cembung

22 Cembung


(63)

Hasil pengukuran ketiga pada subjek perempuan masa gigi permanen dewasa muda

Jenis Kelamin (Pr)

Profil Wajah

( Lurus, Cembung , Cekung)

1 Cembung

2 Cembung

3 Cembung

4 Cembung

5 Cembung

6 Cembung

7 Cembung

8 Cembung

9 Cembung

10 Cembung

11 Cembung

12 Cembung

13 Cembung

14 Cembung

15 Cembung

16 Cembung

17 Cembung

18 Cembung

19 Cembung

20 Cembung

21 Cembung

22 Cembung


(64)

Lampiran 5

RERATA HASIL PENGUKURAN PROFIL LATERAL WAJAH

SUBJEK FOTO MASA GIGI PERMANEN DEWASA MUDA DI

USU RAS DEUTROMELAYU

Laki –laki

Jenis Kelamin (Lk)

Profil Wajah

( Lurus , Cembung, Cekung )

1 Cembung

2 Cembung

3 Cembung

4 Cembung

5 Cembung

6 Cembung

7 Cembung

8 Cembung

9 Cembung

10 Cembung

11 Cembung

12 Cembung

13 Cembung

14 Cembung

15 Cembung

16 Cembung

17 Cembung

18 Cembung

19 Cembung

20 Cembung

21 Cembung

22 Cembung


(65)

Perempuan Jenis Kelamin

(pr)

Profil Wajah

( Lurus , Cembung, Cekung )

1 Cembung

2 Cembung

3 Cembung

4 Cembung

5 Cembung

6 Cembung

7 Cembung

8 Cembung

9 Cembung

10 Cembung

11 Cembung

12 Cembung

13 Cembung

14 Cembung

15 Cembung

16 Cembung

17 Cembung

18 Cembung

19 Cembung

20 Cembung

21 Cembung

22 Cembung


(66)

LAMPIRAN 6

HASIL PERHITUNGAN STATISTIK PENGUKURAN PROFIL LATERAL WAJAH FOTO SUBJEK MASA GIGI PERMANEN DEWASA MUDA DI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Frequencies Statistics 46 46 0 0 Valid Mis sing N Jenis

Kelamin Profil Wajah

Frequency Table

Jenis Kelamin

23 50,0 50,0 50,0

23 50,0 50,0 100,0

46 100,0 100,0

Laki-laki Perempuan Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Profil Wajah

46 100,0 100,0 100,0

Cembung Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(67)

Case Processing Summary

46 100,0% 0 ,0% 46 100,0%

Jenis Kelamin * Profil Wajah

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Jenis Kelamin * Profil Wajah Crosstabulation

23 23

50,0% 50,0%

23 23

50,0% 50,0%

46 46

100,0% 100,0%

Count % of Total Count % of Total Count % of Total Laki-laki

Perempuan Jenis Kelamin

Total

Cembung Profil Wajah


(68)

(1)

Hasil pengukuran ketiga pada subjek perempuan masa gigi permanen dewasa muda

Jenis Kelamin (Pr)

Profil Wajah

( Lurus, Cembung , Cekung)

1 Cembung

2 Cembung

3 Cembung

4 Cembung

5 Cembung

6 Cembung

7 Cembung

8 Cembung

9 Cembung

10 Cembung

11 Cembung

12 Cembung

13 Cembung

14 Cembung

15 Cembung

16 Cembung

17 Cembung

18 Cembung

19 Cembung

20 Cembung

21 Cembung

22 Cembung


(2)

Lampiran 5

RERATA HASIL PENGUKURAN PROFIL LATERAL WAJAH

SUBJEK FOTO MASA GIGI PERMANEN DEWASA MUDA DI

USU RAS DEUTROMELAYU

Laki –laki

Jenis Kelamin (Lk)

Profil Wajah

( Lurus , Cembung, Cekung )

1 Cembung

2 Cembung

3 Cembung

4 Cembung

5 Cembung

6 Cembung

7 Cembung

8 Cembung

9 Cembung

10 Cembung

11 Cembung

12 Cembung

13 Cembung

14 Cembung

15 Cembung

16 Cembung

17 Cembung

18 Cembung


(3)

Perempuan Jenis Kelamin

(pr)

Profil Wajah

( Lurus , Cembung, Cekung )

1 Cembung

2 Cembung

3 Cembung

4 Cembung

5 Cembung

6 Cembung

7 Cembung

8 Cembung

9 Cembung

10 Cembung

11 Cembung

12 Cembung

13 Cembung

14 Cembung

15 Cembung

16 Cembung

17 Cembung

18 Cembung

19 Cembung

20 Cembung

21 Cembung

22 Cembung


(4)

LAMPIRAN 6

HASIL PERHITUNGAN STATISTIK PENGUKURAN PROFIL LATERAL WAJAH FOTO SUBJEK MASA GIGI PERMANEN DEWASA MUDA DI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Frequencies

Statistics

46 46

0 0

Valid Mis sing N

Jenis

Kelamin Profil Wajah

Frequency Table

Jenis Kelamin

23 50,0 50,0 50,0

23 50,0 50,0 100,0

46 100,0 100,0

Laki-laki Perempuan Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Profil Wajah

46 100,0 100,0 100,0

Cembung Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(5)

Case Processing Summary

46 100,0% 0 ,0% 46 100,0%

Jenis Kelamin * Profil Wajah

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Jenis Kelamin * Profil Wajah Crosstabulation

23 23

50,0% 50,0%

23 23

50,0% 50,0%

46 46

100,0% 100,0% Count

% of Total Count % of Total Count % of Total Laki-laki

Perempuan Jenis Kelamin

Total

Cembung Profil Wajah


(6)