19 besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset Dendawijaya,2005:119. ROA dikatakan sehat apabila diatas 5 dan
dikatakan tidak sehat apabila dibawah 5.
2.1.4 Capital Adequacy Ratio CAR
Capital Adequacy Ratio CAR merupakan rasio permodalan yang
menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh
kegiatan operasi bank. Menurut Dendawijaya 2005:121 “Capital Adequacy
Ratio merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank
yang mengandung risiko kredit penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain untuk dibiayai dari dana modal bank sendiri, disamping memperoleh dana-
dana dari sumber-sumber di luar, seperti dana masyarakat, pinjaman utang dan lain-
lain”. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 1015PBI2008 menjelaskan
“Bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8 dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
623DPNP tanggal 31 Mei 2004 CAR dirumuskan sebagai berikut: CAR
= �
CAR adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR. Modal terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. ATMR adalah nilai
total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot
Universitas Sumatera Utara
20 risiko aktiva tersebut. Semakin tinggi CAR, maka semakin baik kemampuan bank
tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kreditaktiva produktif yang beresiko. Secara singkat dapat dikatakan besarnya nilai CAR akan meningkatkan
kepercayaan diri perbankan dalam menyalurkan kredit. Dengan CAR diatas 20, perbankan bisa memacu pertumbuhan kredit hingga 20-25 setahun. CAR
dikatakan sehat apabila diatas 8 dan dikatakan tidak sehat apabila dibawah 8.
2.1.5 Non Performing Loan NPL
Non Performing Loan NPL merupakan rasio yang dipergunakan untuk
mengukur kemampuan dalam meng-cover risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. Jadi, rasio ini menggambarkan kemampuan manajemen bank dalam
mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Risiko kredit yaitu risiko yang timbul apabila peminjaman tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjam
dan bunga yang harus dibayar.
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.330DPNP tanggal 14 Desember 2001, NPL diukur dari rasio perbandingan antara kredit bermasalah
terhadap total kredit yang diberikan, NPL yang tinggi memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. Semakin tinggi rasio ini, maka
semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit yang bermasalah semakin besar. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPL
semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Bank Indonesia menetapkan nilai NPL maksimum adalah sebesar 5, apabila bank memperoleh
nilai NPL melebihi batas yang diberikan, maka bank tersebut dikatakan tidak
Universitas Sumatera Utara
21 sehat. Dampak dari keberadaan NPL dalam jumlah besar tidak hanya berdampak
pada bank yang bersangkutan, tetapi juga meluas dalam cakupan nasional yaitu memperlambat laju pertumbuhan perekonomian nasional bila tidak dapat
ditangani dengan tepat. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 623DPNP tanggal 31 Mei
2004, NPL dirumuskan sebagai berikut: NPL =
ℎ �
�
�
Kredit bermasalah
adalah kredit
dengan kualitas
kurang lancar,diragukan,dan macet. Kredit yang diberikan bank yang sudah ditarik atau
dicairkan bank. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain.
2.1.6 Net Interest Margin NIM