Eli Ermawati. Studi Kontrastif As-Saj‘U Dalam Bahasa Arab Dengan Sajak Dalam Bahasa Indonesia.
2007 USU e-Repository©2009
3.2 Sekilas Tentang Sajak Dalam Bahasa Indonesia
Sebelum tahun 1500 sastra Melayu berupa cerita lisan. Masyarakat takut kepada ruh yang menurut anggapan mereka bersarang dimana–mana. Untuk
memelihara hubungan dengan ruh, mereka menggunakan mantera, doa, sumpah – sumpah dalam kata–kata pilihan dalam bentuk tetap berupa ucapan – ucapan lisan.
Termasuk sastra lisan ialah peribahasa, kata adat yang sudah berbentuk padat. Semua itu menggunakan tabiat watak orang Melayu. Demikian juga pantun, dongeng
anak-anak legenda, Cerita jenaka, pelipur lara, termasuk sastra lisan. Indonesia adalah negara agraria sudah tentu penduduknya hidup dari bertani
dan hasil pertanian mereka yang sangat diharapkan kadang-kadang mengalami kerusakan yang diakibatkan bencana alam, tikus, walang sangit dll. Bahaya yang
dianggap oleh kepercayaan nenek moyang kita berasal dari kekuatan-kekuatan gaib, oleh karena itu para pawang memerlukan mantera sebagai suatu hal yang sangat
urgen dalam kehidupan mereka sebagai petani. Pawang adalah orang keramat yang mempunyai kedudukan terhormat, dan pandai bercerita dan membaca mantra, karena
mantera mempunyai daya magis untuk melawan segala kekuatan tersebut. Adapun mantera itu berasal dari kepercayaan nenek moyang kita yang tujuannya untuk
meminta sesuatu kepada kekuatan-kekuatan gaib, dewa-dewa atau roh-roh halus. Kemudian dengan kedatangan bangsa HinduIndia dipengaruhi anasir Hindu,
mereka tidak lagi meminta kepada ruh-ruh halus saja tetapi juga kepada dewa-dewa sesuai dengan kepercayaan hindu, oleh karena mantera yang diucapkan oleh pawang
berhiaskan sajak dan irama, maka sajak merupakan perkataan pawang. Pawang pandai bercerita serta membacakan mantera, bidal, pantun, talibun, gurindam, dan
syair semua ini merupakan bentuk-bentuk dari puisi. Mantra berhubungan dengan sikap religius manusia Untuk memohon sesuatu
dari Tuhan diperlukan kata-kata tulisan yang berkekuatan gaib, dan oleh penciptanya
Eli Ermawati. Studi Kontrastif As-Saj‘U Dalam Bahasa Arab Dengan Sajak Dalam Bahasa Indonesia.
2007 USU e-Repository©2009
dipandang mempermudah hubungan dengan Tuhan. Dengan sifat sakralnya mantera seringkali tidak boleh diucapkan oleh sembarang orang. Hanya pawang yang berhak
dan dianggap pantas disertai dengan upacara ritual misalnya: Asap dupa, duduk bersila, gerak tangan ekspresi wajah dan sebagainya. Ada beberapa ciri-ciri mantera
yaitu: a.
Pemilihan kata-kata yang seksama b.
Bunyi kata c.
Banyak kata-kata yang kurang umum yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan maksud memperkuat daya sugesti kata.
d. Jika dibaca secara keras mantra menimbulkan efek bunyi yang bersifat efek
magis. Bunyi tersebut diperkuat oleh irama dan mantra yang biasanya hanya difahami secara sempurna oleh pawang.
Bidal adalah Steno bahasa, karena dari beberapa buah perkataan dapat melahirkan beberapa buah pemikiran yang panjang.
Contoh : Tua-tua keladi Makin tua makin menjadi
Dari contoh di atas terlihat sajak terdapat di dalam bidal Pantun dan syair pada dasarnya mempunyai struktur dan prinsip yang sama.
Adapun Struktur kebiasaan pantun dan syair adalah : •
Jumlah suku kata setiap baris •
Jumlah baris setiap bait •
Jumlah bait setiap puisi •
Aturan dalam hal sajak dan Irama Namun struktur makna antara pantun dan syair mempunyai perbedaan adapun pantun
terdiri dari dua bagian yaitu sampiran dan isi. Adapun syair tidak mempunyai sampiran dan semua baris syair mengandung isi makna yang hendak disampaikan.
Talibun yaitu suatu gubahan yang berbentuk pantun tetapi jumlah barisnya lebih dari 4 dalam tiap – tiap bait dan jumlah baris itu harus pula genap.
Eli Ermawati. Studi Kontrastif As-Saj‘U Dalam Bahasa Arab Dengan Sajak Dalam Bahasa Indonesia.
2007 USU e-Repository©2009
Adapun struktur talibun adalah : •
Jumlah suku kata dalam suatu baris sama dengan pantun yaitu 10 atau 12 suku kata.
• Sajaknya a b c
• Lebih dari 4 baris atau larik
Gurindam merupakan sastra lama yang mendapat pengaruh dari Tamil ke Indonesia sejak tahun 1000.
Adapun struktur dari Gurindam •
Terdiri dari dua baris atau larik •
Bersajak a – a •
Isi merupakan nasehet atau patuh •
Kalimat pertama merupakan sebab, dan kalimat kedua merupakan akibat. Pada dasarnya sajak telah ada sejak masa nenek moyang kita yaitu melalui pawang
yang pandai bercerita serta dengan menggunakan sajak dan Irama yang menandai mereka adalah orang yang mempunyai kedudukan terhormat.
3.3 Macam-Macam as-saj‘u Dalam Bahasa Arab Dengan Sajak