Eli Ermawati. Studi Kontrastif As-Saj‘U Dalam Bahasa Arab Dengan Sajak Dalam Bahasa Indonesia.
2007 USU e-Repository©2009
1. Bagaimana macam-macam
as-saj‘u dalam bahasa Arab dan sajak dalam bahasa Indonesia ?
2. Apakah persamaan dan perbedaan
as-saj‘u dalam bahasa Arab dan sajak dalam bahasa Indonesia ?
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui macam-macam
as-saj‘u dalam bahasa Arab dan sajak dalam bahasa Indonesia.
2. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan
as-saj‘u dalam bahasa Arab dan sajak dalam bahasa Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Untuk menambah wawasan penulis tentang ilmu
Bal gah pada studi kontrastif
as-saj‘u dalam bahasa Arab dengan sajak dalam bahasa Indonesia.
2. Untuk memperdalam pengetahuan penulis dan pembaca tentang
as- saj‘u.
3. Sebagai tambahan kontribusi atau penambahan karya ilmiah bagi Fakultas
Sastra USU khususnya bagi mahasiswa Program Studi Bahasa Arab
1.5 Metode Penelitian
Eli Ermawati. Studi Kontrastif As-Saj‘U Dalam Bahasa Arab Dengan Sajak Dalam Bahasa Indonesia.
2007 USU e-Repository©2009
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kontrastif yaitu metode penganalisaan yang berusaha mendeskripsikan, membuktikan dan
menguraikan antara perbedaan dan persamaan aspek-aspek kebahasaan dari dua bahasa atau lebih yang dibandingkan dan dilakukan melalui riset kepustakaan library
reseach. Dalam memindahkan tulisan Arab ke dalam tulisan Latin, penulis
menggunakan pedoman Transliterasi Arab-Latin berdasarkan SKB Mentri Agama dan Mentri P RI No. 1581987 dan No. 0534bU1987 tanggal 22 Januari 1988.
Adapun tahapan pengolahan data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Mengumpulkan bahan rujukan yang berkaitan dengan objek pembahasan
2. Mengumpulkan data-data yang relevan dari objek yang diteliti.
3. Mengklasifikasikan data-data yang telah diperoleh serta menganalisisnya
4. Setelah dianalisis maka hasil penelitian disusun menjadi satu laporan yang
berbentuk skripsi.
Eli Ermawati. Studi Kontrastif As-Saj‘U Dalam Bahasa Arab Dengan Sajak Dalam Bahasa Indonesia.
2007 USU e-Repository©2009
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam penelitian ini penulis mengambil acuan teori Ahmad Al-Hasyimi yang ada kaitanya dengan
as-saj’u. Penulis menggunakan landasan teori Ahmad Al-Hasyimi karena teori tersebut lebih lengkap dan lebih rinci, dan ditambah dengan
beberapa pendapat ahli lainnya seperti: Ali-Jarim dan Usman, Atiq Abdul Aziz, Ali Jarim Mustafa Amin, Kayo Bandoro, F.X. Surana.
Penelitian tentang as-saj‘u pernah diteliti oleh Rahmi Surjana
960704025 dengan judul Analisis as-saj‘u pada do’a
Istiq la min un bihi au tadarra‘a f talabi al ‘afwi ‘uy bihi menolak ampun dari dosa dan noda , dan Rosi
Mulyani 96070406 dengan judul Analisis saja‘ dalam syair dubait ‘dua
bait’ pada kitab Diwan Ibn Al-Faridh, peneliti sebelumnya hanya meneliti tentang as-saj‘u pada do’a dan syair, sedangkan pada penelitian ini penulis meneliti
tentang as-saj‘u dalam bahasa Arab dikontrastifkan dengan sajak dalam
bahasa Indonesia. Atiq 1985 : 20 mengungkapkan kesusastraan Arab terbagi dua yaitu:
an-nasru prosa dan asy-syi‘ru syair.
as-saj‘u merupakan bagian dari prosa.
an-nasru terbagi menjadi 7 tujuh bagian yaitu : •
1. Al-
khit batu ‘Pidato’. •
2. Al-ma
q latu ‘Rencana, Karangan’. •
3. Al-qissatu ‘Hikayat’.
• 4.
Al-masrahiyyatu ‘Drama’.
Eli Ermawati. Studi Kontrastif As-Saj‘U Dalam Bahasa Arab Dengan Sajak Dalam Bahasa Indonesia.
2007 USU e-Repository©2009
• 5.
Al-saj‘u ‘Sajak’. •
6. Al-masalu ‘Perumpamaan’.
• 7.
Al-hikamu ‘Hikmah’. •
Menurut Yunus 1973: 163 secara etimologi as-saj‘u
berasal dari kata
– –
saja’a-yasja’u-saj’an yang artinya bersajak .
Menurut Al-Khudori 1987: 235 as-saj‘u secara terminologi adalah
:
As- saj‘u huwa taw fuqu al-f silataini min an-nasri ‘ala harfin w hidin ‘Sajak
adalah kesamaan huruf akhir dari dua fasilah’ Contoh :
Al- ins nu biad bihi l biziyyihi wasiy bihi ‘Manusia itu mulia karena akhlaknya,
bukan karena pakaian dan bajunya’. Dari contoh di atas, didapatkan dua bagian fasilah, yang pertama
biad bihi dan fasilah yang kedua siy bihi, dan keduanya mempunyai huruf
akhir yang sama yaitu h `.
Menurut Dayyab 1997: 514, as-saj‘u adalah :
As-saj‘ u huwa taw fuqu al-f silataini nasran fi al-harfi al-akh ri ‘ Kesamaan huruf
akhir dari dua fasilah dua akhir kalimat prosa’.
Eli Ermawati. Studi Kontrastif As-Saj‘U Dalam Bahasa Arab Dengan Sajak Dalam Bahasa Indonesia.
2007 USU e-Repository©2009
Menurut Ali Jarim 2004:391 kata yang terakhir dari setiap bagian kalimat itu disebut fasilah, fasilah itu selamanya dimatikan huruf akhirnya dalam kalam nasar
prosa. Dari pengertian yang dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
as-saj‘u adalah samanya huruf akhir yang ada pada akhir kalimat, dan fasilah ialah kata yang terakhir dari setiap bagian kalimat.
Jadi yang dimaksud dengan fasilah yaitu kata yang terakhir yang terdapat larik atau baris pada bait.
Contoh :
F sidrin makhd din wa talhin mand din ‘Berada diantara pohon bidara yang tidak berduri , dan pohon pisang yang tersusun-susun buahnya’ Al-waqi’ah: 28-29.
Dari contoh di atas maka didapatkan dua bagian fasilah, fasilah yang pertama makhd din dan fasilah
mand din dan keduanya mempunyai huruf akhir yang sama yaitu
d l. Menurut Al-Hasyimi 1994:278
as-saj‘u terbagi menjadi: 1.
Al-mutarrafu ‘diujung’. 2.
Al-murassa‘u ‘terangkai’. 3.
Al-mutaw z ‘sejajar’.
1.1. Al-mutarrafu ‘diujung’.
Eli Ermawati. Studi Kontrastif As-Saj‘U Dalam Bahasa Arab Dengan Sajak Dalam Bahasa Indonesia.
2007 USU e-Repository©2009
Wa huwa m ikhtalafat f silat hu fi al-wazni wattafaqat fi al-harfi al-akh ri ‘Dua akhir kata pada sajak itu berbeda dalam pola wazan dan sama huruf akhirnya’.
Contoh:
M lakum l tarj na lill hi waq ran waqad khalaqakum atw ran ‘Mengapa engkau tidak percaya kebesaram Allah ? Padahal sesungguhnya Ia telah menciptakan kamu
dalam beberapa tingkat kejadian’ Nuh :13-14. Dari contoh di atas, dapat dilihat bahwa kata
waq r n dan atw r n mempunyai huruf akhir yang sama yaitu huruf r tetapi berbeda dalam
pola wazan yaitu kata waq r n berpola
fa‘ lan sedangkan kata atw r n berpola
‘af ‘ lan .
2.1. Al-murassa‘u ‘terangkai’.
M k na f hi al-fazu ihda li al-faqrataini kulluh au aksaruh misla m yaqbiluh min al-faqrati al-
ukhr waznun wataqfiyyatun. ‘Yaitu sajak yang di dalamnya terdapat lafaz-lafaz dari salah satu rangkaian kalimatnya, seluruh atau sebagian
besarnya sebanding dengan rangkaian yang lain baik pola wazan maupun huruf akhirnya’.
Contoh :
Eli Ermawati. Studi Kontrastif As-Saj‘U Dalam Bahasa Arab Dengan Sajak Dalam Bahasa Indonesia.
2007 USU e-Repository©2009
Huwa yatba‘u al- asj ‘a bijaw hiri lafzihi wayaqra‘u al-asm ‘a bijaw jiri wa‘zihi
‘Dia mencetak sajak-sajak dengan mutiara-mutiara katanya, dan mengetuk pendengaran-pendengaran dengan larangan-larangan bimbangnya’.
Dari contoh-contoh di atas, dapat dilihat bahwa kata lafzihi dan
wa‘zihi mempunyai huruf akhir yang sama yaitu h ` dan polawazan yang sama
yaitu fa’lun, begitu juga dengan kata
al- asj ‘u dan kata
al- asm ‘u masing-masing sama-
sama memiliki huruf akhir yang sama yaitu ’ain dan polawazan yang sama
yaitu ’af’ lun.
3.1. Al-mutaw z ‘sejajar’.
Wahuwa m k na al-ittif qu f hi fi al-kalimataini al-akh rataini faqat‘ Yaitu sajak
yang persamaannya terletak pada dua kata huruf yang akhir saja’. Contoh :
Walmursa l tu ‘arfan fa al-‘ sif tu’asfan ‘Demi malaikat-malaikat yang diutus
untuk membawa kebaikan dan malaikat yang terbang dengan kencangnya’. Pada contoh di atas kata
mursal tu dan al-
‘ sif tu berbeda dalam segi pola wazan yaitu kata
mursal tu berpola
Eli Ermawati. Studi Kontrastif As-Saj‘U Dalam Bahasa Arab Dengan Sajak Dalam Bahasa Indonesia.
2007 USU e-Repository©2009
muf ’al tu, sedangkan kata
al- ‘ sif tu berpola
f ‘il tu tetapi memiliki huruf akhir yang sama yaitu
ta. Di dalam kesusasteraan Indonesia sajak adalah gubahan puisi, atau bentuk
karangan yang berbait-bait Surana, 1986: 19. Macam-Macam sajak yaitu:
A. Sajak berdasarkan bunyi yaitu: 1.
Sajak sempurna Seluruh suku kata yang terakhir sama bunyinya, misalnya:
Saji lawan
Puji kawan
2. Sajak tak sempurna
Hanya sebagian suku akhir yang sama, misalnya: Sari dengan Budi
3. Sajak mutlak
Seluruh kata bersajak, misalnya: Cicir sama rugi
Dapat sama laba Bukit sama didaki
Lurah sama dituruni 4.
Sajak aliterasi Yang bersajak bunyi-bunyi awal pada tiap-tiap kata yang sebaris, misalnya:
Eli Ermawati. Studi Kontrastif As-Saj‘U Dalam Bahasa Arab Dengan Sajak Dalam Bahasa Indonesia.
2007 USU e-Repository©2009
Kuda kami kian kemari 5. Sajak asonansi
Yang bersajak adalah vokal-vokal yang menjadi rangka kata-kata misalnya: Kurang
Bula 6. Sajak disonansi
Vokal-vokal yang menjadi rangka kata –kata seperti pada asonansi tadi memberikan kesan bunyi-bunyi yang bertentangan atau berlawanan,
misalnya: Tindak Tanduk B.
Sajak berdasarkan kata-kata dalam baris-baris. 1.
Sajak awal. Kata-kata yang bersajak terdapat pada awal baris, misalnya:
Kapal berlayar di asahan, Ambil parang dari kemudi,
Mati ikan karena umpan, Mati orang karena budi,
2. Sajak tengah.
Kata-kata yang bersajak terletak pada tengah baris-baris kalimat, misalnya: Kemumu di dalam semak,
Jatuh melayang selaranya, Meski ilmu setinggi tegak,
Tidak sembahyang apa gunanya,
Eli Ermawati. Studi Kontrastif As-Saj‘U Dalam Bahasa Arab Dengan Sajak Dalam Bahasa Indonesia.
2007 USU e-Repository©2009
3. Sajak akhir.
Kata-kata yang bersajak terletak pada akhir baris-baris kalimat, misalnya: Kurang pikir kurang siasat
Tentu dirimu akan sesat 4.
Sajak tegak. Kata-kata yang bersajak terdapat pada baris-baris yang berlainan, misalnya:
Kejahatan diri sembunyikan Kebajikan diri diamkan
5. Sajak datar.
Kata-kata yang bersajak terdapat pada baris yang sama, misalnya: Air mengalir mengilir sungai
6. Sajak sejajar.
Sepatah kata-kata dipakai berulang-ulang dalam kalimat yang beruntun, misalnya:
Berat sama dipikul, Ringan sama dijinjing.
C. Sajak berdasarkan letaknya dalam bait
1. Sajak berpeluk
Baris pertama bersajak dengan baris ke empat, baris kedua bersajak dengan baris ke tiga.
Contoh:
Eli Ermawati. Studi Kontrastif As-Saj‘U Dalam Bahasa Arab Dengan Sajak Dalam Bahasa Indonesia.
2007 USU e-Repository©2009
Bersambung kilat di ujung langit, Gemuruh guruh berjawab-jawaban
Bertangkai hujan dicurah awan Mengabut sabut sebagai dibangkit.
2. Sajak bersilang-silang
Letak kata-kata berselang-seling, misalnya: Kalau ada sumur di ladang
Boleh kita menumpang mandi Kalau ada umurku panjang,
Boleh kita berjumpa lagi 3.
Sajak rangkai atau sajak sama Kata-kata yang bersajak terletak pada kalimat yang beruntun, misalnya:
Ada seekor burung pelatuk, Mencari makan di tempat gapuk,
Tuan umpama ayam pungguk, Segan mencakar rajin mematuk,
4. Sajak pasangan atau kembar
Kalimat yang beruntun dua-dua bersajak sama, misalnya: Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi serasa berangan Bertambah lama lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Eli Ermawati. Studi Kontrastif As-Saj‘U Dalam Bahasa Arab Dengan Sajak Dalam Bahasa Indonesia.
2007 USU e-Repository©2009
5. Sajak patah atau sajak pecah
salah satu sajak dalam puisi tidak mengikuti sajak baris lainnya,misalnya: seperti wajah merah membara
dalam bakaran api nyala biar jiwaku habis terlebur
dalam kobaran nyala raya
Eli Ermawati. Studi Kontrastif As-Saj‘U Dalam Bahasa Arab Dengan Sajak Dalam Bahasa Indonesia.
2007 USU e-Repository©2009
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Sekilas Tentang as-saj‘u Dalam Bahasa Arab
Pertumbuhan prosa Arab pada masa sebelum Islam dalam bentuk tradisi lisan, karya sastra tersebut diturunkan oleh pengarangnya dan diwarisi atau
disampaikan dari satu generasi ke generasi yang lain. Pada masa sebelum Islam, para ahli kesusastraan Arab membagi prosa ini beberapa jenis seperti : prosa kahin yang
merupakan kesusastraan yang tertua dalam kebudayaan Arab. Tugas kahin ini sama dengan seorang pawang dalam kebudayaan Melayu. Selain dari pada itu, juga ada
bentuk cerita, pidato, dan risalah. Namun setelah masuknya Islam prosa Arab tersebut berkembang dengan pesat, salah satunya yaitu pidato dan surat bingkisan serta cerita
lisan. Cerita lisan merupakan kegemaran orang Arab untuk dijadikan sebagai hiburan bagi mereka diwaktu malam hari dan diwaktu senggang, maka sajak bagi bangsa
Arab bermula dari sajak kuhhan. Kuhhan ataupun kahin adalah seorang yang melakukan atau memutuskan sesuatu hal dengan kekuatan-kekuatan gaib.
Pada zaman jahilliyah sekelompok orang dinamakan dengan kuhhan yaitu nereka mempunyaim kekuasaan yang luas. Mereka mempunyai derajat yang tinggi
sampai ketingkat yang suci. Satu orang dari sekumpulan orang-orang kuhhan disebut dengan kahin, dan seseorang yang menjadi pengikutnya disebut Arra’i. Pada
umumnya mereka tinggal di rumah ibadah mereka, dan mereka juga menguasai sekelompok kabilah dengan pekerjaannya, dan dari sekelompok kabilah itu
menganggap dirinya sebagai nabi dan mengetahui apa yang belum diketahui dan mengetahui apa yang belum terjadi esok hari. Mereka menjadi juru bicara dari Tuhan
Eli Ermawati. Studi Kontrastif As-Saj‘U Dalam Bahasa Arab Dengan Sajak Dalam Bahasa Indonesia.
2007 USU e-Repository©2009
mereka karena mereka mempunyai kekuatan yang luar biasa untuk memerintahkan jin untuk mendengarkan, menurut Al-Ustad Ahli Zundi bahwa tidak diragukan lagi
bahasa kuhhan itu muncul dari perasaan mereka menganggap diri mereka mulia dibandingkan orang-orang yang meminta pertolongan kepada mereka. Bahasa
menurut kahin dan orang yang meminta pertolongan, bahasa yang mereka pergunakan adalah bahasa yang terpilih.
Contoh:
Ayyuhann su afs as-sal ma wa at‘im at‘ ma wasil al-irhama wasil billaili wann si niy mun tadkhul al-jannata bissal min‘Sebarkanlah salam bersedekahlah
sambungkanlah silaturahmi sholatlah kamu di malam hari ketika manusia sedang tidur maka kamu akan masuk surga dengan selamat’.
inna ilain iyy bahum wainna ‘alaina his bahum‘Sesungguhnya kepada kamilah tempat kembali dan sesungguhnya kami akan menghisap mereka’.
Banyak dari buku-buku sastra dan buku-buku sejarah dipenuhi dengan kejadian-kejadian dan cerita-cerita para kahin tersebut menggunakan saja’,walaupun
banyak saja’ yang daragukan,mendorong para musrik quraisyin mengatakan bahwa apa yang di baca rasullah dari ayat-ayat Al-qur’an termasuk apa yang dikatakan para
kahin. Menurut pendapat Ad-damardasyi Hamzah:
Sebagian ulama berpendapat bahwa Al-qur’an tidak mengandung saja’ tetapi fasilah,disebabkan karena saja’ merupakan hal yang makruh, yang diciptakan oleh
para kahin sejak dahulu kala, dan arti saja’ yaitu mengikuti lafal, yaitu merupakan hiasan yang di luar balaqah, sedangkan fawasil atau fasilah mengikut i arti.
Eli Ermawati. Studi Kontrastif As-Saj‘U Dalam Bahasa Arab Dengan Sajak Dalam Bahasa Indonesia.
2007 USU e-Repository©2009
3.2 Sekilas Tentang Sajak Dalam Bahasa Indonesia