Diki Altrika : Legal Standing dalam Pengujian Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Studi Terhadap Putusan-Putusan Mahkamah Konstitusi Tahun 2003 - Januari 2007 Tentang Pengujian
Undang-Undang, 2008. USU Repository © 2009
negara yang dibentuk atas dasar perintah undang-undang dan bahkan atas dasar Keputusan Presiden. Beberapa lembaga negara yang dibentuk melalui undang-
undang misalnya Komisi Penyiaran Indonesia KPI, Komisi Pengawasan Persaingan Usaha KPPU, dan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK.
Lembaga negara yang merupakan auxiliary state institution yang memperoleh kewenangannya dari undang-undang termasuk dalam kategori yang
disebut dalam Pasal 51 ayat 1. Tetapi ada juga pendapat menyatakan bahwa Lembaga negara yang dibentuk dengan satu undang-undang tidak dapat menguji
undang-undang yang menghapuskan Lembaga negara tersebut karena hal tersebut merupakan policy choice dari pembuat undang-undang.
92
“Setiap policy choice yang merupakan pelampauan kewenangan detournement de pouvoir serta penyalahgunaan kekuasaan abus de
pouvoir dalam arti policy yang diambil tidak cukup rasional dan tidak memenuhi unsur kepatutan tetap tunduk pada pengujian. Dalam hal yang
demikian Lembaga Negara yang dibentuk undang-undang itu sendiri mempunyai Legal standing untuk mengujinya jikalau asas atau prinsip yang
termuat dalam UUD dilanggar.” Dalam menanggapi hal
ini Maruarar Siahaan berpendapat bahwa
93
Indonesia telah menentukan sendiri siapakah para pihak yang dapat mengajukan permohonan pengujian undang-undang ke Mahkamah Konstitusi atau
C. Perbandingan Legal Standing di Beberapa Negara dalam Pengujian Undang-Undang
92
Maruarar Siahaan., Op.Cit. hal. 95.
93
Ibid.
Diki Altrika : Legal Standing dalam Pengujian Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Studi Terhadap Putusan-Putusan Mahkamah Konstitusi Tahun 2003 - Januari 2007 Tentang Pengujian
Undang-Undang, 2008. USU Repository © 2009
siapakah pihak yang memiliki legal standing untuk beracara di Mahkamah Konstitusi melalui Pasal 51 ayat 1 UU Mahkamah Konstitusi yaitu :
a. Perorangan warga negara Indonesia;
b.Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang diatur dalam Undang-undang; c.
Badan hukum publik atau privat; atau d.Lembaga Negara.
Sebagaimana diketahui setiap negara memiliki sistem ketetatanegaraannya sendiri, begitu pula dengan sistem pelembagaan mahkamah konstitusinya dalam
berbagai model pelembagaan.
94
Di Italia, pertanyaan mengenai konstitusionalitas suatu produk hukum
hanya dapat diajukan oleh hakim ketika menangani kasus yang menggunakan produk hukum tersebut, ini termasuk semua pejabat yudisial dari hakim di kota-
kota kecil, hingga komisi perpajakan di tingkat propinsi, sampai dengan hakim- hakim Mahkamah Agung, termasuk juga arbitrator resmi yang harus
Sama halnya dengan model pelembagaan Mahkamah Konstitusi yang beragam begitu juga dengan legal standing para pihak yang berbeda di tiap
negara. Setiap negara memiliki pertimbangan serta alasan tersendiri dalam menentukan para pihak yang dapat mengajukan permohonan pengujian undang-
undang ke Mahkamah Konstitusi.
94
Seperti diuraikan pada BAB I bagian Tinjauan Kepustakaan hal.17
Diki Altrika : Legal Standing dalam Pengujian Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Studi Terhadap Putusan-Putusan Mahkamah Konstitusi Tahun 2003 - Januari 2007 Tentang Pengujian
Undang-Undang, 2008. USU Repository © 2009
menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan produk hukum yang diragukan konstitusionalitasnya.
95
Sedangkan di Mahkamah Konstitusi Ukraina, secara umum ada 2 dua
entitas yang dapat mengajukan permohonan dalam beracara di Mahkamah Konstitui yaitu warga negara secara pribadi maupun berkelompok, serta lembaga-
lembaga negara. Dalam perkara-perkara yang diajukan oleh warga negara sebagai pemohon biasanya perkara tersebut berkaitan dengan pelanggaran norma-norma
atau prinsip konstitusi. Pelanggaran tersebut sangat terkait erat dengan dikeluarkannya kebijakan dalam bentuk peraturan perundang-undangan. Entitas
kedua yaitu lembaga negara seperti Presiden, anggota Verkhovna Rada
96
Supreme Council Ukraina, dan Mahkamah Agung.
97
Berbeda dengan Italia dan Ukraina, tampaknya Afrika Selatan dan Mongolia lebih longgar dalam menentukan para pihak yang dapat mengajukan
permohonan ke Mahkamah Konstitusi yang berkaitan dengan pengujian undang- undang. Konstitusi Afrika Selatan mengatur pemohon yang dapat mengajukan
gugatan konstitusional sangatlah longgar, yaitu setiap warga negara dapat mengajukan gugatan sebagai individu, atas nama kelompok atau lembaga privat
95
Ery Satria.,”Mengenal Mahkamah Konstitusi Italia”,Berita Mahkamah Konstitusi No12, September, 2005, hal.32
96
Verkhovna Rada merupakan lembaga perwakilan yang memiliki kewenangan untuk mengesahkan UUD baru, mengubah konstitusi, mengesahkan UU, menyetujui APBN,
dan memberhentikan Presiden. Kewenangan Verkhovna Rada layaknya MPR sebelum amandemen UUD 1945.
97
Bisariyadi.,”Mengenal Mahkamah Konstitusi Ukraina”,Berita Mahkamah Konstitusi No.9, Maret, 2005, hal.39
Diki Altrika : Legal Standing dalam Pengujian Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Studi Terhadap Putusan-Putusan Mahkamah Konstitusi Tahun 2003 - Januari 2007 Tentang Pengujian
Undang-Undang, 2008. USU Repository © 2009
lainnya.
98
Begitu pula dengan Mongolia yang menentukan bahwa semua orang dapat menjadi pemohon dalam pengujian suatu undang-undang bahkan warga
negara asing jika merasa hak konstitusionalnya telah terganggu.
99
Di Rusia, daftar pemohon yang memilki legal standing lebih didominasi
oleh pihak yang berkaitan erat dengan lembaga negara yang dapat menggerakkan yurisdiksi MK Rusia yaitu Presiden Federasi Rusia, Dewan Federasi, Parlemen
Negara Bagian, Seperlima anggota Dewan Federasi atau Deputi Parlemen Negara Bagian, Pemerintah Federal Rusia, Mahkamah Agung Federal Rusia, Pengadilan
Tinggi Arbitrase Federasi Rusia, atau badan-badan kekuasaan legisatif dan eksekutif anggota Federasi Rusia.
100
98
Cakrawala.,”Mahkamah Konstitusi Afrika Selatan”, Berita Mahkamah Kosntitusi No.7, April, 2004, hal.29
99
Fritz Edward Siregar., “Hakim MKRI Hadiri Konferensi Internasional di Mongolia”, Berita Mahkamah Konstitusi No.12, September,2005, hal.25
100
Maruarar Siahaan., Op.Cit.hal.83.
Diki Altrika : Legal Standing dalam Pengujian Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Studi Terhadap Putusan-Putusan Mahkamah Konstitusi Tahun 2003 - Januari 2007 Tentang Pengujian
Undang-Undang, 2008. USU Repository © 2009
BAB IV PERKEMBANGAN LEGAL STANDING DALAM PUTUSAN-PUTUSAN