PERANAN KAWASAN BERIKAT DALAM PROSES EKSPOR GLISERIN

BAB IV PERANAN KAWASAN BERIKAT DALAM PROSES EKSPOR GLISERIN

DI PT. MUSIM MAS A. Pelaksanaan Ekspor Gliserin di PT. Musim Mas Kegiatan ekspor barang gliserin sebagaimana ekspor pada umumnya adalah pada dasarnya perjanjian jual-beli. Salah satu aspek perjanjian adalah bahwa para pihak mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban masing- masing pihak. Dalam hal ini PT. Musim Mas berperan sebagai eksportir. Maka dari itu, dalam proses ekspor gliserin PT. Musim Mas mempunyai kewajiban sebagai berikut: 1. Menyerahkan levering barang yang dijual serta melakukan penanggungan terhadapnya. 58 a. penyerahan barang secara nyata feitelijke levering, dan Penyerahan barang ini dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu: b. penyerahan menurut hukum juridische levering. 2. Menjamin penguasaan benda yang dijual secara aman dan tenteram, dan memberikan jaminan terhadap adanya cacat-cacat barang tersebut yang tersembunyi, atau yang sedemikian rupa sehingga menerbitkan alasan untuk pembatalan pembeliannya. 59 ” 58 Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: Pradnya Paramita, 2006, hal. 369 59 Ibid., hal. 371 Universitas Sumatera Utara PT. Musim Mas berperan sebagai Penyelenggara sekaligus Pengusaha Kawasan Berikat. Maka sebagai Pengusaha di Kawasan Berikat merangkap Penyelenggara Kawasan Berikat, PT. Musim Mas melakukan kegiatan pengusahaan Kawasan Berikat yang berada di dalam Kawasan Berikat milik PT. Musim Mas sendiri, namun status badan hukum yang dimiliki PT. Musim Mas sebagai Penyelenggara Kawasan Berikat dan Pengusaha Kawasan Berikat berbeda. Dalam melaksanakan proses ekspor gliserin, sebagaimana dalam melaksanakan segala kegiatannya, Kawasan Berikat PT. Musim Mas tunduk pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147PMK.042011 tentang Kawasan Berikat serta Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. PER- 57 BC 2011 tentang Kawasan Berikat sebagaimana diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. PER-17 BC 2012 tentang Kawasan Berikat. Kawasan berikat PT. Musim Mas berada di Kawasan Industri Medan II. Sesuai dengan Pasal 4 Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. Per 57 tahun 2011: “Kawasan berikat harus berlokasi di kawasan industri.” Seperti yang sudah diuraikan secara terperinci dalam Bab III, proses ekspor gliserin berawal dari masuknya bahan baku berupa Crude Palm Oil CPO ke kawasan berikat menggunakan dokumen BC 4.0. Secara kimiawi, CPO ini dapat diolah menjadi banyak sekali bahan- bahan kimia, yang menjadi bahan baku berbagai macam industri. Hasil olahan CPO secara kimia biasa disebut oleochemical atau oleokimia, atau bahan kimia nabati. Universitas Sumatera Utara Pada dasarnya, CPO dapat diolah menjadi tiga macam bahan kimia, yaitu methyl ester, fatty acid asam lemak, dan glycerine gliserin. Methyl ester adalah bahan baku untuk minyak biodiesel, sejenis bahan bakar solar. Gliserin adalah bahan oleokimia yang paling banyak manfaatnya. Gliserin adalah bahan baku untuk untuk berbagai industri seperti industri makanan. Produksi gliserin dapat dimanfaatkan untuk beragam bidang industri, antara lain: 1. Industri makanan, misalnya produk pemanis buatan, margarin, pengemulsi, dan sebagainya; 2. industri kosmetik dan bodycare, misalnya krim wajah, body lotion, lipstik, dan industri plastik; 3. industri alkohol; 4. industri sabun, misalnya produk sabun mandi, shampoo, deterjen, pembersih lantai dan sebagainya. 5. industri bahan peledak, misalnya dinamit dan nitroglycerine; 6. industri farmasi, misalnya sirup obat demam, ekspektoran dan sebagainya. 7. industri busa untuk kasur dan pakaian. Setelah CPO masuk dan melewati tahapan demi tahapan, yaitu proses penimbangan, pembongkaran, dan masuk ke tangki timbunan, sampai pada selesainya proses produksi, maka barang keluar dari kawasan berikat dengan dokumen PEB 3.0. Setelah barang keluar dari Kawasan Berikat, maka barang hasil produksi diangkut ke pelabuhan. Di pelabuhan, barang dipindahkan dari Universitas Sumatera Utara kendaraan pengangkut ke tangki penimbunan yang ada di dalam kapal melalui pipa loading. Adapun negara yang menjadi tujuan ekspor utama produk gliserin dari PT. Musim Mas adalah negara-negara di kawasan Asia, seperti perusahaan Unilever, KAO, dan sebagainya. 60 B. Peranan Kawasan Berikat dalam Pelaksanaan Ekspor Gliserin di PT. Musim Mas Secara umum seperti yang telah dijelaskan pada Bab sebelumnya, kegiatan yang menjadi peranan Kawasan Berikat terhadap barang yang masuk ke dalamnya secara umum terdiri dari 2 dua jenis kegiatan, yaitu pengolahan dan penggudangan atau penimbunan Kegiatan pengolahan industri manufaktur bukan hanya perakitan yaitu kegiatan memproses bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, danatau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya. Atau dengan kata lain, dengan tempat penimbunan berikat dilakukan kegiatan menyimpan, menimbun, melakukan pengetesan quality control, memperbaikimerekondisi, menggabungkan kitting, memamerkan, menjual, mengemas, mengemas kembali, mengolah, merakit assembling, mengurai disassembling, danatau membudidayakan flora dan fauna yang berasal dari luar daerah pabean tanpa lebih dahulu dipungut bea masuk. 61 60 Hasil wawancara dengan Bapak Juanda Tan, Ass. Manager General Affair pada PT. Musim Mas, tanggal 13 Juli 2013 61 Eddhi Sutarto, Rekonstruksi Sistem Hukum Pabean Indonesia, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010, hal. 61. Universitas Sumatera Utara Kegiatan pengolahan yang dilakukan terhadap barang dan bahan ini dilaksanakan dengan atau tanpa bahan penolong menjadi barang dengan nilai tambah yang lebih tinggi, termasuk perubahan sifat dan fungsinya; danatau budidaya flora dan fauna. Pengusaha dalam Kawasan Berikat, atau disingkat dengan PDKB, dalam melakukan pengolahan sebagaimana dimaksud di atas dapat memberikan atau menerima subkontrak kepada atau dari PDKB lain dari perusahaan industri di Daerah Pabean Indonesia Lainnya DPIL. Di dalam kawasan berikat juga dilakukan kegiatan usaha pergudangan atau penimbunan barang. Syaratnya barang yang ditimbun tidak sama dengan barang yang dihasilkan atau diproduksi oleh kawasan berikat yang bersangkutan. Di samping itu, barang yang ditimbun akan berfungsi untuk mendukung kegiatan industri kawasan berikat itu sendiri atau perusahaan industri lainnya supporting industries, misalnya untuk menimbun bahan baku. Di dalam kegiatan pergudangan dan penimbunan ini terjadi pula proses penggabungan. Yang dimaksudkan dengan penggabungan di sini yaitu menggabungkan barang hasil produksi kawasan berikat yang bersangkutan sebagai produk utama dengan barang jadi yang berasal dari impor, dari kawasan berikat lain, danatau dari Tempat Lain dalam Daerah Pabean TLDDP. 62 62 Universitas Pendidikan Indonesia, “Kawasan Berikat” on-line, diakses tanggal 15 April 2013 http:file.upi.eduDirektoriFPIPSJUR._PEND.GEOGRAFI197210242001121BAGJA_WALUY AGEOGRAFI_EKONOMIKawasan_Berikat.pdf Universitas Sumatera Utara Di dalam proses pelaksanaan ekspor gliserin di PT.Musim Mas, Kawasan Berikat juga mempunyai peranan yang sama, yaitu sebagai tempat penimbunan barang mentah yang berupa Crude Palm Oil CPO dan bahan baku lainnya sebelum diproses menjadi gliserin, dan sebagai tempat pengolahan CPO sampai menghasilkan barang jadi berupa gliserin. Untuk memproses bahan mentah menjadi gliserin, dilakukan semacam proses kimiawi di dalam kawasan berikat yang dinamakan proses Refenery. Bahan kimia yang tebentuk dari proses ini secara bertahap terdiri dari: 1. Crude Palm Oil CPO, 2. RBD Olein 3. RBD Sterin 4. Gliserin. Buah sawit Elais Gueenensis Jacq. banyak dibudidayakan di perkebunan-perkebunan, diantaranya adalah jenis Dura, Psifera, dan Tenera. Tenera merupakan hasil persilangan dari tipe Dura dan Psifera, memiliki kandungan minyak tinggi 22 - 23 dan tidak terlalu tinggi tetapi berbuah lebih awal. Bagian buahnya terdiri dari eksokarp kulit paling luar, mesokarp serabut, mirip serabut kelapa, endocarp tempurung dan kernel inti sawit. Pengolahan bagian serabutnya endokarp dengan cara ekstraksi dapat menghasilkan Crude Palm Oil CPO, sedangkan pengolahan bagian kernel inti dapat menghasilkan Palm Kernel Oil PKO. CPO dengan teknologi pengolahan lebih lanjut yaitu fraksinasi dapat terpisah paling tidak menjadi dua fraksi utama yaitu stearin pada suhu kamar berbentuk padat dan olein Universitas Sumatera Utara pada suhu kamar berbentuk cair. Pengolahan stearin lebih lanjut oleh insdustri pengolahan hilir dapat menghasilkan produk-produk seperti margarin, sabun, lilin, cocoa butter substituen CBS semacam pengganti lemak kakao, vegetables ghee vanaspati, shoertening dan sebagainya. Sedangkan pengolahan olein umumnya menghasilkan bahan baku untuk keperluan minyak goreng, meskipun terdapat juga produk-produk lain seperti margarin, shoertening, vegetables ghee vanaspati, asam lemak, dan gliserol atau gliserin. 63 1 menjadi sumber –pendapatan bagi jutaan keluarga petani; Kelapa sawit merupakan sumber lemak nabati yang populer karena produksi atau pengolahan minyak sawit yang tinggi di negara-negara Asia Tenggara, bahkan minyak kelapa sawit menjadi komoditas pertanian utama dan unggulan di Indonesia, disamping minyak kelapa. Hal itu disebabkan karena beberapa faktor, antara lain: 2 sumber devisa Negara; 3 mulai dari perkebunan, industri pengolahan, sampai dengan pemasaran produknya menjadi primadona penyedia lapangan kerja; 4 perkebunan dan industri pengolahan kelapa sawit tersebut mampu memacu pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru; 5 mendorong tumbuh dan berkembangnya industri pengolahan hilir berbasis pengolahan CPO di Indonesia misal : mentega, kuebiskuit, gliserin, sabun, dan detergen. 63 Hasil wawancara dengan Bapak Juanda Tan, Ass. Manager General Affair pada PT. Musim Mas, tanggal 13 Juli 2013 Universitas Sumatera Utara C. Hambatan dan Kendala Pemanfaatan Kawasan Berikat dalam Pelaksanaan Ekspor Gliserin di PT. Musim Mas Pemanfaatan fasilitas Kawasan Berikat dapat kita lihat memberikan banyak sisi positif bagi PT. Musim Mas. Namun di samping segala manfaat dan keuntungan yang didapatkan PT. Musim Mas dengan pemanfaatan fasilitas kawasan berikat dalam ekspor gliserin, tetap saja ada sisi negatif dari kawasan berikat yang dalam prakteknya menyebabkan beberapa hambatan dan kendala di lapangan. Adapun hambatan yang dapat dialami dalam proses ekspor gliserin adalah dalam hal waktu pemuatan barang yang akan diekspor. Pemuatan barang ekspor harus sudah dilakukan paling lama tujuh hari setelah perusahaan mengajukan Pemberitahuan Ekspor Barang PEB ke Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dengan sistem elektronik. Dalam hal ini, PT Musim Mas selalu melaksanakan ketentuan ini dengan disiplin dan mengikuti regulasi yang ada. Artinya, barang ekspor sudah sampai ke Tempat Penimbunan Sementara di pelabuhan sesuai dengan waktu kesepakatan dengan pihak pengangkut dan pihak Tempat Penimbunan Sementara. Namun dalam hal praktek di lapangan, pihak yang berperan tidak hanya pihak perusahaan saja. Ada pula peran dari pihak-pihak lain seperti: 1. Pengangkut Maskapai Pelayaran 2. Pelabuhan Setelah barang tiba di Tempat Penimbunan Sementara, maka proses pemuatan barang beralih tanggung jawab dari PT. Musim Mas, menjadi tanggung jawab pihak pengangkut. Maka, apabila pihak lain seperti Universitas Sumatera Utara pengangkut ataupun pelabuhan belum siap melaksanakan proses pengangkutan dalam waktu tujuh hari setelah PEB diajukan, maka pihak PT. Musim Mas juga dikenai sanksi oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Pemberitahuan Ekspor Barang dianggap batal dan barang ekspor secara otomatis tidak diperbolehkan masuk ke kapal. Hambatan seperti di atas dapat menyebabkan kendala-kendala yang terpaksa harus ditanggulangi oleh PT. Musim Mas. Apabila terjadi keterlambatan seperti di atas, maka terhadap Bea Keluar dapat diminta Restitusi permohonan pengembalian bea keluar. Restitusi ini hanya berlaku bagi barang-barang eskpor yang dipungut bea keluarnya. Sementara itu, bagi barang ekspor yang termasuk pada kategori barang yang tidak dipungut bea keluarnya Non Bea Keluar, PEB Pemberitahuan Ekspor Barang tidak bisa dipakai sebagai dokumen permohonan restitusi. Satu-satunya jalan untuk dapat tetap mengekspor barang yang tidak dipungut bea keluarnya adalah dengan harus mendaftarkan kembali barang ekspor ke bea dan cukai. Proses pendaftaran kembali barang yang sudah terlambat untuk dieskpor ini sering disebut dengan istilah re-apply. Tentu saja dengan mendaftarkan kembali barang yang terlambat diekspor sudah menimbulkan kerugian bagi PT. Musim Mas, baik dari segi waktu dan materi. Selain itu kendala yang kedua berkaitan dengan penimbangan berat barang ekspor. Hal ini juga sering kali menimbulkan masalah. Masalah yang dimaksudkan adalah ketidaksesuaian berat barang ekspor yang telah di timbang di timbangan milik pihak PT.Musim Mas dengan dengan berat timbangan pada pihak pengangkut. Sering kali berat barang yang ditimbang Universitas Sumatera Utara pada pihak pengangkut mengalami kenaikan, sehingga menimbulkan kerugian bagi PT. Musim Mas. Kendala ini tidak dapat dihindari, karena berat barang yang akan digunakan sebagai keterangan resmi barang yang akan diangkut sebagai barang eskpor adalah berat barang yang ditimbang oleh pihak pengangkut di pelabuhan, bukan timbangan milik PT. Musim Mas. Selain itu, kaliberasi yang dipergunakan pada tangki penampungan gliserin sebelum dimuat ke ka mpal, dengan kaliberasi yang digunakan di dalam kapal juga berbeda. Sebelum dimuat ke dalam kapal, ukuran menggunakan kaliberasi lisensi metrologi, sedangkan setelah dimuat ke dalam kapal, ukuran menggunakan kaliberasi lisensi industri. Dalam praktek, timbangan barang ekspor yang menggunakan kaliberasi dengan lisensi metrologi menunjukkan massa barang yang lebih tinggi dibandingkan dengan timbangan barang ekspor yang menggunakan kaliberasi dengan lisensi industri. Hal ini tentu saja menimbulkan kerugian materil bagi PT. Musim Mas, karena PT. Musim Mas harus membayar lebih untuk selisih berat barang ekspor yang ditimbang oleh pihak pengangkut. 64 D. Keuntungan dan Manfaat yang diterima PT. Musim Mas dengan Penggunaan Fasilitas Kawasan Berikat dalam Proses Ekspor Gliserin 1. Keuntungan Keuntungan yang paling dirasakan bagi Pengusaha Kawasan Berikat adalah pemberian fasilitas perpajakan untuk barang-barang yang masuk dan keluar dari kawasan berikat. 64 Hasil wawancara dengan Bapak Juanda Tan, Ass. Manager General Affair pada PT. Musim Mas, tanggal 27 Juli 2013 Universitas Sumatera Utara Pajak adalah peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor swasta ke sektor publik berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat imbalan tegenprestatie yang secara langsung dapat ditunjukkan, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan yang digunakan sebagai alat pendorong, penghambat atau pencegah untuk mencapat tujuan yang ada di luar bidang keuangan negara Rochmat Soemitro, 1992: 12 65 a. Orang perorangan atau pribadi person; Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Dalam undang-undang ini, yang pertama perlu diketahui bahwa yang dimaksudkan dengan wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu Dengan demikian, ada dua jenis wajib pajak, yaitu: b. Badan. Pengertian badan adalah sekumpulan orang lain danatau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, 65 Kutipan pernyataan Rochmat Soemitro di dalam buku Zaeni Azyhadie, Hukum Bisnis: Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, hal. 191 Universitas Sumatera Utara kongsi, koperasi, dana pensiun persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya Pasal 1 huruf 2 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000. Di samping yang diterangkan di atas, yang perlu juga diketahui dalam ketentuan umum Undang-Undang Perpajakan ini adalah sebagai berikut: a. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean. b. Pengusaha kena pajak adalah pengusaha sebagaimana dimaksud di atas yang melakukan penyerahan barang kena pajak dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai Nomor 8 Tahun 1984 dan perubahannya, tidak termasuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak. 66 66 Ibid., hal. 200 Universitas Sumatera Utara Adapun fasilitas perpajakan yang diterima dalam proses ekspor giserin yaitu pengangguhan Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penghasilan, dan Bea Masuk. Kita ketahui bahwa Pajak Pertambahan Nilai termasuk dalam golongan pajak yang dikenakan atas konsumsi suatu barang ataupun jasa tertentu di daerah pabean Indonesia. Dengan demikian apabila suatu barang diproduksi di daerah pabean Indonesia tetapi tidak dikonsumsi di Indonesia atau dilakukan ekspor, maka atas ekspor barang tersebut terkena tarif sebesar 0 nol persen. Sedangkan Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh oleh seseorang atau suatu badan. Dengan demikian pengertian penghasilan dipandang dari segi mengalirnya tambahan kemampuan ekonomi kepada wajib pajak, dapat diklasifikasikan menjadi 4 empat macam, yaitu: a. Pengasilan dari pekerjaan; b. Pengasilan dari kegiatan usaha; c. Penghasilan dari modal; d. Penghasilan lain-lain. Penghasilan dari kegiatan usaha, yakni kegiatan melalui sarana perusahaan. Penghasilan ini dapat berupa laba atau sisa hasil usaha. Penghasilan dari usaha bisa karena usaha perseorangan, perseroan, koperasi, dan lain-lain. Ketika bahan baku dari produksi masuk dari luar negeri melalui proses impor, maka Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penghasilan dan Bea Universitas Sumatera Utara Masuk ditangguhkan. Namun PT. Musim Mas masih memiliki tanggung jawab untuk memproses barang menjadi barang jadi. Maka ketika proses produksi gliserin selesai dan diekspor, Pajak Pertambahan Nilai dibebaskan. Namun, apabila bahan baku didapatkan bukan dari proses impor, melainkan dari Kawasan Berikat lain, maka Pajak Pertambahan Nilai ditangguhkan. Sementara itu, apabila bahan baku didapatkan dari dalam negeri, maka Pajak Pertambahan Nilai dipungut. Sementara itu, untuk impor mesin yang menjadi barang modal untuk proses produksi CPO menjadi gliserin, Bea Masuk dibebaskan. Mesin-mesin yang dipergunakan dalam proses produksi gliserin antara lain gliserin plant, pressure, boiler, cooling tower, dan lain-lain. Barang- barang ini keseluruhannya dibebaskan bea masuknya. Di sini harus dapat dibedakan antara terminologi “penangguhan” dan “pembebasan”. Penangguhan di sini dimaksudkan pembebasan kewajiban pembayaan pajak untuk sementara, sampai wajib pajak melakukan kewajiban yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini, pajak-pajak yang terkait yaitu Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penghasilan dan Bea Masuk dibebaskan sementara, sampai PT. Musim Mas sebagai wajib pajak memenuhi kewajiban untuk mengekspor kembali barang jadi berupa gliserin setelah proses produksi selesai. Sementara itu, pembebasan pajak di sini berarti pajak dibebaskan secara penuh. Dalam hal ini, PT. Musim Mas tidak perlu membayar Bea Universitas Sumatera Utara Masuk untuk mesin-mesin yang diperlukan untuk proses produksi di kawasan berikat. 67 Pada prinsipnya tujuan pengadaan Tempat Penimbunan Berikat adalah untuk memberikan insentif berupa penangguhan pembayaran Bea Masuk, atas kegiatan menyimpan, menimbun, memamerkan, menjual, mengemas dan mengolah barang yang berasal dari impor di dalam Tempat Penimbunan Berikat. Pelaksanaanya, TPB dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu Kawasan Berikat, Gudang Berikat, Enterport Tujuan Pamera, Toko Bebas Bea, Tempat Pelelangan Berikat dan Tempat Daur Ulang Berikat. Bentuk insentif yang diterima oleh pihak yang menyelenggarakan Tempat Penimbunan Berikat dalam hal ini PT. Musim Mas berupa penangguhan Bea Masuk dan tidak dipungut pajak-pajak dalam rangka impor maupun pajak-pajak dalam negeri. Fasilitas Tempat Penimbunan Berikat merupakan bentuk fasilitas yang bersifat institusional terhadap subjek pajak. Pengertiannya bahwa perlakuan insentif perpajakan melekat terhadap institusi atau subjek pajak tertentu PT. Musim Mas dan bukan terhadap objek pajaknya gliserin. Secara prinsip barang- barang impor yang ditimbun di dalam TPB masih terutang Bea Masuk dan PDRI. 68 67 Hasil wawancara dengan Bapak Juanda Tan, Ass. Manager General Affair pada PT. Musim Mas, tanggal 27 Juli 2013 68 Surono, “Fasilitas Kepabeanan” on-line, diakses tanggal 20 September 2013 http:www.depkeu.go.idindothersbakohumasBakohumasDJBCFASILITAS20KEPABEAN AN.pdf Universitas Sumatera Utara Fasilitas perpajakan dan kepabeanan memungkinkan PDKB dapat menciptakan harga yang kompetitif di pasar global serta dapat melakukan penghematan biaya perpajakan. Pajak yang tinggi akan berpengaruh terhadap mahalnya harga jual barang, sebaliknya penangguhan pajak seperti yang diberikan kepada barang-barang hasil produksi kawasan berikat membantu pengusaha untuk menetapkan harga barang yang lebih murah dan dapat bersaing dengan barang-barang asal negara lain. 2. Manfaat Fasilitas kawasan berikat merupakan fasilitas yang “mewah” bagi perusahaan industri manufaktur yang berorientasi ekspor karena mendapatkan fasilitas kepabeanan dan perpajakan seperti dijelaskan di bab sebelumnya. Di samping itu perusahaan yang mendapatkan fasilitas kawasan berikat masih bisa memperoleh kemudahan seperti: a. Barang modal berupa mesin asal impor apabila telah melampaui jangka waktu 2 dua tahun sejak pengimporannya atau sejak menjadi aset perusahaan dapat dipindahtangankan dengan tanpa kewajiban membayar bea masuk yang terutang. b. PDKB yang termasuk daftar putih yang mempertaruhkan jaminan berupa surat sanggup bayar SSB kepada KPBC yang bersangkutan atas pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari PDKB yang dipersyaratkan untuk mempertaruhkan jaminan. Universitas Sumatera Utara Kewajiban Lartas Larangan dan Pembatasan Ekspor tidak perlu dipenuhi oleh eksportir. Kewajiban larangan dan pembatasan ekspor ini adalah bentuk regulasi yang ditentukan oleh instansi terkait. Penyelenggara atau Pengusaha Kawasan Berikat dilarang memasukkan barang yang dilarang impornya atau mengekspor barang yang dilarang ekspornya. Hal ini diatur secara terperinci di dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan. Dalam Pasal 53 ayat 1 Undang-Undang Kepabeanan disebutkan: “Untuk kepentingan pengawasan terhadap pelaksanaan ketentuan larangan dan pembatasan, instansi teknis yang menetapkan peraturan larangan danatau pembatasan atas impor atau ekspor wajib memberitahukan kepada menteri.” Instansi teknis yang memberikan ketentuan larangan dan pembatasan dalam ekspor gliserin adalah dinas pemerintahan yang bertugas mengkoordinasikan kegiatan industri dan perdagangan luar negeri, yaitu Kementerian Perindustrian dan Perdagangan. Selain itu, instansi lain yang berperan dalam hal ini adalah Kementerian Kesehatan. Instansi-instansi tersebut mengeluarkan keputusan untuk menetapkan larangan dan pembatasan atas ekspor, setelah pihak eksportir mengajukan pemberitahuan untuk mengekspor barang tertentu. Apabila setelah instansi melakukan penelitian terhadap barang ekspor tersebut, terdapat indikasi bahwa barang tersebut merupakan barang yang Universitas Sumatera Utara terlarang berdasarkan undang-undang ataupun kesehatan, barulah instansi terkait menetapkan larangan dan pembatasan atas ekspor barang. Kemudian dalam Pasal 53 ayat 2 diatur lebih lanjut mengenai tindak lanjut dari barang-barang ekspor yang tidak memenuhi kewajiban lartas tersebut. Isi dari Pasal 53 ayat 2,yaitu: “Semua barang yang dilarang atau dibatasi yang tidak memenuhi syarat untuk diimpor atau diekspor, jika telah diberitahukan dengan pemberitahuan pabean, atas permintaan impotir atau eksportir: a. Dibatalkan ekspornya; b. Diekspor kembali; c. Dimusnahkan di bawah pengawasan pejabat bea dan cukai kecuali terhadap barang dimaksud ditetapkan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.” Sementara itu, untuk barang yang tidak diberitahukan dengan pemberitahuan pabean, Pasal 53 ayat 4 mengatur sebagai berikut: “Barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor atau diekspor yang tidak diberitahukan atau diberitahukan secara tidak benar dinyatakan sebagai barang yang dikuasai negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68, kecuali terhadap barang yang dimaksud ditetapkan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.” Selain itu, manfaat lainnya yang diterima oleh PT. Musim Mas dengan penggunaan kawasan berikat dalam proses ekspor gliserin adalah pemberian “jalur hijau” pada proses pemeriksaan barang ekspor di pelabuhan. Barang ekspor yang telah keluar dari Kawasan Berikat, Universitas Sumatera Utara sebelum diekspor harus ditimbun terlebih dahulu di Tempat Penimbunan Sementara TPS di pelabuhan. Di Tempat Penimbunan Sementara ini dilakukan pemeriksaan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebelum barang diangkut ke kapal, yaitu: a. Pemeriksaan fisik. Dalam pemeriksan fisik, barang ekspor diperiksa fisiknya secara terperinci dan menyeluruh terhadap dokumen maupun keseluruhan fisik barang. Jenis pemeriksaan ini dilakukan terhadap barang- barang yang dicurigai sebagai barang yang dilarang untuk diekspor. Sering juga disebut dengan “jalur merah”. b. Spot check atau pemeriksaan sebagian dari jumlah barang yang diimpor. Dalam pemeriksaan ini, hanya dokumen barang, atau sampel dari keseluruhan barang ekspor yang diperiksa oleh petugas Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Pemeriksaan ini sering disebut dengan “jalur kuning”. Bagi barang-barang yang keluar dari kawasan berikat terdapat pengecualian. Kedua jenis pemeriksaan ini dibebaskan terhadap barang- barang ekspor yang berasal dari proses produksi dari kawasan berikat. Pengecualian dalam proses pemeriksaan ini sering disebut dengan pemberian “jalur hijau”. Dengan begitu, maka pengusaha kawasan Universitas Sumatera Utara berikat mendapatkan keuntungan berupa efisiensi waktu pengiriman barang gliserin. 69 a. Cash inflow Dengan adanya keringanan dalam proses kepabeanan, maka cash flow perusahaan serta production schedule lebih terjamin. Arus kas cash flow adalah suatu laporan keuangan yang berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan transaksi pembiayaanpendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu perusahaan selama satu periode. Laporan arus kas cash flow mengandung dua macam aliranarus kas, yaitu: Cash inflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang melahirkan keuntungan kas penerimaan kas. Arus kas masuk cash inflow terdiri dari: 1 Hasil penjualan produkjasa perusahaan. 2 Penagihan piutang dari penjualan kredit. 3 Penjualan aktiva tetap yang ada. 4 Penerimaan investasi dari pemilik atau saham bila perseroan terbatas 5 Pinjamanhutang dari pihak lain. 69 Hasil wawancara dengan Bapak Juanda Tan, Ass. Manager General Affair pada PT. Musim Mas, tanggal 27 Juli 2013 Universitas Sumatera Utara b. Cash out flow Cash out flow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang mengakibatkan beban pengeluaran kas. Arus kas keluar cash out flow terdiri dari: 1 Pengeluaran biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya pabrik lain-lain. 2 Pengeluaran biaya administrasi umum dan administrasi penjualan. 3 Pembelian aktiva tetap. 4 Pembayaran hutang-hutang perusahaan. 5 Pembayaran kembalai investasi dari pemilik perusahaan. 6 Pembayaran sewa, pajak, deviden, bungan dan pengeluaran lain- lain. 70 Di samping itu, kawasan berikat juga berperan dalam membantu usaha pemerintah dalam rangka mengembangkan program keterkaitan antara perusahaan besar, menengah, dan kecil melaui pola kegiatan sub kontrak. Adapun jenis pekerjaan yang dapat disubkontrakkan oleh Pengusaha Kawasan Berikat adalah sebagian kegiatan pengolahan yang bukan kegiatan utama dari kawasan berikat. Pekerjaan pemeriksaan awal, penyortiran, pemeriksaan akhir dan pengepakan tidak dapat disubkontrakkan dan harus dilakukan di dalam kawasan berikat sendiri. Nantinya barang 70 Pusat Ilmu Ekonomi, 2013 , “ Pengertian Arus Kas Cash Flow” on-line, diakses tanggal 20 September 2013, http:www.ilmu-ekonomi.com201204pengertian-arus-kas-cash- flow.html Universitas Sumatera Utara hasil subkontrak harus dimasukkan kembali ke kawasan berikat termasuk barang bahan sisa, danatau potongan. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN