BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Sentosa Sembiring, dalam bukunya, “Hukum Dagang”, dapat diketahui bahwa unsur-unsur perusahaan adalah melakukan kegiatan yang
dengan cara: 1.
Terus-menerus; 2.
Terang-terangan; 3.
Dalam kualitas tertentu; 4.
Mencari untung; dan 5.
Adanya perhitungan rugi atau laba.
1
Selain itu, salah satu doktrin yang paling dijadikan acuan dalam mengkaji pengertian perusahaan adalah pendapat sarjana Molengraaf.
Menurut Molengraaf, perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus, bertindak ke luar untuk mendapatkan
penghasilan, dengan cara menperniagakan barang-barang atau mengadakan perjanjian perdagangan.
2
Polak berpendapat sama dengan Molengraaf, dengan menambahkan keharusan pembuatan pembukuan. Sementara itu, pemerintah Belanda
berpendapat bahwa perusahaan adalah apabila yang berkepentingan bertindak
1
Sentosa Sembiring, Hukum Dagang, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2008, hal. 14
2
Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang, Yogyakarta: FH UII, 2006, hal. 8
Universitas Sumatera Utara
secara tidak terputus-putus dan terang-terangan serta kedudukan tertentu untuk memperoleh lagi bagi dirinya sendiri.
3
Jawaban terhadap pertanyaan ini kemungkinan ada yang berpendapat ya. Pendapat tersebut memang ada benarnya jika dilihat dari
Dari pengertian yang dikemukakan Molengraaf, maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan berperan sebagai subjek yang melaksanakan
kegiatan jual-beli perusahaan. Namun sebelum membahas apa yang dimaksud dengan jual-beli perusahaan, perlu diketahui dulu apa yang dimaksud dengan
jual-beli. Dalam Pasal 1457 KUH Perdata disebutkan: “Jual beli adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikat dirinya untuk
menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah diperjanjikan.”
Selanjutnya, dalam Pasal 1458 KUH Perdata disebutkan: “Jual-beli itu dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika setelah orang-orang
ini mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan harganya meskipun kebendaan itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar.”
Jika demikian halnya, apakah dalam jual-beli perusahaan ketentuan tersebut di atas juga berlaku? Jika dilihat secara sepintas, tampaknya dalam
transaksi bisnis bussiness transaction atau jual-beli perusahaan hubungan antara pembeli dan penjual kelihatannya cukup sederhana, yakni pembeli
membayar terhadap harga barang yang diinginkan dan penjual menerima pembayaran terhadap barang yang ditawarkannya. Tetapi apakah transaksi
dagang sesederhana itu?
3
Dra. Farida Hasyim, M.Hum., Hukum Dagang, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hal. 91
Universitas Sumatera Utara
sudut pandang yang sederhana pula, artinya hubungan antara penjual dan pembeli masih dalam satu tempat dan objek yang diperdagangkan belum
begitu besar, sehingga para pihak dapat memeriksa satu per satu terhadap barang yang menjadi objek jual beli tersebut.
4
Tetapi sebaliknya, bagaimana kalau objek jual-beli tersebut dalam jumlah yang besar dan penyerahannya di kemudian hari? Sementara itu, para
pihak belum saling kenal karena berbeda tempat, bahkan melintasi antar- negara, tentunya masalahnya akan lain. Perdagangan yang melintasi antar-
negara tersebut dikenal dengan transaksi perdagangan internasional International Bussiness Transaction. Dalam hal ini, para ahli berpendapat
perlu dibedakan antara perdagangan lokal atau dalam negeri dan perdagangan luar negeri. Seperti yang dikemukakan oleh Ralph H. Folsom cs, yaitu
sebagai berikut: “Unlike most domestic sales transactions, in sale of goods across national borders the exporter-seller and importer-buyer may not
Cara terjadinya jual-beli perusahaan atau perniagaan pada prinsipnya sama dengan perjanjian jual-beli pada umumnya sebagaimana diatur dalam
Pasal 1458 KUH Perdata yaitu merupakan perjanjian konsensual, artinya jual- beli dapat terjadi dengan adanya kata sepakat. Kesepakatan tersebut pada
umumnya selalu diikuti dengan pembuatan akta, bahkan akta itu sudah berbentuk formulir yang disediakan untuk kepentingan itu. Bahkan, sejak saat
penawaran diri calon penjual kepada calon pembeli, sudah dilakukan pembuatan surat atau akta penawaran.
4
Sentosa Sembiring, op.cit., hal. 131
Universitas Sumatera Utara
previously dealt with one another; or may know nothing about the other. Or the other’s national legal system.”
5
5
Kutipan pendapat Ralph Folosom, International Bussiness Transactions. St.Paul, Minn, West Publishing, 1884, hal. 44, dalam buku Sentosa Sembiring, op.cit., hal. 132
Bila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, maka pendapat Folsom diartikan sebagai berikut: “Tidak seperti transaksi jual-beli domestik
pada umumnya, dalam jual-beli barang yang melintasi batas-batas negara, penjual-eksportir dan pembeli-importir bisa saja tidak saling berurusan secara
langsung; atau tidak saling mengenal satu sama lain. Atau tidak mengetahui sistem hukum nasionalnya.”
Apa yang dikemukakan oleh ahli hukum perdagangan Amerika Serikat tersebut membuat semakin jelas bahwa transaksi perdagangan
khususnya melintasi antar negara tidaklah sederhana, tetapi cukup kompleks. Kegiatan perdagangan antar negara ini selanjutnya dikenal dengan istilah
ekspor-impor. Kegiatan ekspor-impor didasari oleh kondisi dimana tidak ada satu
negara pun yang benar-benar mandiri karena satu sama lain saling membutuhkan dan saling mengisi. Dengan semakin majunya perekonomian
suatu negara maka semakin banyak pula kebutuhan yang diperlukan untuk kebutuhan hidup masyarakatnya. Kebutuhan itu belum tentu dapat disediakan
oleh negara itu sendiri dan harus dibeli dari negara lain. Negara-negara maju menghasilkan barang-barang teknologi dan negara-negara berkembang
menghasilkan bahan baku, sehingga masing-masing pihak saling membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
Kenyataan akan adanya interpendensi kebutuhan antar negara ini lebih meyakinkan kita akan bertambah pentingnya peranan perdagangan
internasional dalam masa mendatang demi kepentingan ekonomi nasional kita sendiri.
Dalam rangka menciptakan kelancaran dalam arus ekspor-impor, maka diperlukan sarana dan prasarana serta fasilitas berupa tempat
bernaungnya barang-barang yang akan diekspor ke luar negeri, maupun barang-barang yang baru saja diimpor dari luar negeri. Maka dari itu,
pemerintah melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mengesahkan suatu Kawasan Berikat sebagai tempat penimbunan barang impor untuk diolah,
dipamerkan, danatau disediakan untuk dijual. Seiring dengan perkembangan transaksi ekspor-impor di Indonesia
yang semakin menunjukkan progres positif, maka kawasan juga semakin mempunyai peranan penting dalam membantu berjalannya proses ekspor-
impor sebagai penopang perekonomian negara. Adapun peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum
dari penelitian ini Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2009 tentang Tempat Penimbunan Berikat. Menurut pasal 1 ayat 3 undang-undang ini,
yang dimaksud dengan Kawasan Berikat adalah: “Tempat penimbunan berikat untuk menimbun barang impor danatau barang yang berasal dari
tempat lain dalam daerah pabean guna diolah atau digabungkan, yang hasil utamanya untuk diekspor.”
Selain itu, peraturan perundang-undangan lainnya yang mendasari penelitian ini adalah Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1982 tentang
Universitas Sumatera Utara
Ekspor Impor dan Lalu Lintas Devisa, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147PMK.042011 tentang Kawasan Berikat, serta peraturan perundang-
undangan lainnya yang berkaitan dengan Kawasan Berikat dan ekspor-impor. Penulis beranggapan bahwa sangat menarik untuk mengetahui dan
mempelajari secara mendalam tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses ekspor dengan menggunakan fasilitas Kawasan Berikat ini. Oleh
karena itu penulis termotivasi untuk mengangkat judul “Tinjauan Hukum Peranan Kawasan Berikat dalam Proses Ekspor Gliserin”, untuk memperoleh
gambaran yang jelas mengenai Kawasan Berikat yang tidak banyak diangkat sebagai topik penelitian dalam karya ilmiah sebelumnya.
Adapun permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini adalah berkaitan dengan tata cara pelaksanaan ekspor gliserin peranan
Kawasan Berikat dalam proses ekspor gliserin, dan kendala dan hambatan serta keuntungan dan manfaat yang didapatkan dalam proses ekspor gliserin
dengan menggunakan fasilitas kawasan berikat di PT. Musim Mas. Penulis berharap dengan disusunnya penelitian ini, akan
mendatangkan manfaat bagi para pembaca.
B. Permasalahan
Adapun poin-poin permasalahan yang akan menjadi pembahasan di dalam skripsi ini antara lain :
1. Bagaimanakah tata cara pelaksanaan ekspor gliserin di PT. Musim Mas
2. Bagaimanakah peranan kawasan berikat dalam proses ekspor gliserin di
PT. Musim Mas?
Universitas Sumatera Utara
3. Apa sajakah yang menjadi kendala dan hambatan yang terjadi serta
keuntungan yang didapatkan dalam proses ekspor gliserin dengan menggunakan fasilitas kawasan berikat di PT. Musim Mas?
C. Tujuan Penulisan.
Sebagai sebuah karya ilmiah, penulisan skripsi ini mempunyai poin- poin tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tata cara pelaksanaan ekspor secara umum.
2. Untuk mengetahui peranan kawasan berikat dalam proses ekspor barang.
3. Untuk mengetahui kendala dan hambatan yang terjadi, serta keuntungan
yang didapatkan dalam dalam pelaksanaan ekspor barang menggunakan fasilitas kawasan berikat.
D. Manfaat Penulisan
1. Secara akademis-teoritis, penulisan skripsi ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai masukan bagi ilmu pengetahuan, khususnya mengenai proses ekspor barang dengan memanfaatkan fasilitas Kawasan Berikat dikaitkan
dengan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. 2.
Secara sosial-praktis, penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para mahasiswa pada umumnya dan para
pelaku ekspor pada khususnya, agar dapat mengetahui lebih terperinci tentang peraturan hukum yang berlaku dalam proses ekspor menggunakan
Universitas Sumatera Utara
Kawasan Berikat, serta dampak positif dan negatif yang didapatkan dengan pemanfaatan Kawasan Berikat dalam proses ekspor.
E. Metode Penulisan
Dalam melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan pembahasan lebih terarah dan bobot penulisan dapat dipertanggungjawabkan, maka metode
penelitian yang penulis pergunakan adalah sebagai berikut : 1.
Library Research Penelitian Kepustakaan Dilakukan melalui studi kepustakaan dengan cara membaca dan
mempelajari sumber bahan bacaan baik berupa buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan, karya ilmiah, serta catatan-catatan kuliah
yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi untuk memperoleh data- data yang diperlukan.
2. Field Research Penelitian Lapangan
Dilakukan langsung di tempat penelitian, yaitu PT. Musim Mas Medan, dengan mengambil data primer dan melakukan wawancara
dengan Bapak Juanda Tan, Asissten Manager General Affair pada PT. Musim Mas, guna melengkapi keterangan yang telah diperoleh dalam
penelitian tersebut.
F. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi berjudul “Tinjauan Hukum terhadap Peranan Kawasan Berikat dalam Proses Pelaksanaan Ekspor Gliserin di PT. Musim
Universitas Sumatera Utara
Mas Studi pada PT. Musim Mas” yang diajukan ini adalah dalam rangka memenuhi tugas dan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum.
Pembahasan mengenai ekspor-impor, setelah dilakukan pemeriksaan dan penelusuran di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, khususnya
Perpustakaan Fakultas Hukum, diketahui bahwa sebelumnya memang sudah pernah diangkat menjadi skripsi. Namun, judul skripsi “Tinjauan Hukum
terhadap Kawasan Berikat dalam Proses Pelaksanaan Ekspor Gliserin Studi pada PT. Musim Mas” belum pernah diangkat dan dibahas dalam skripsi.
Maka, apabila skripsi ini memiliki persamaan dengan milik orang lain, hal tersebut bukanlah sesuatu yang disengaja. Dan adalah suatu kepastian bahwa
skripsi yang memiliki kemiripan tersebut memiliki isi, pembahasan, dan permasalahan yang berbeda dengan skripsi ini.
Dengan demikian penulisan skripsi ini tidaklah sama dengan penulisan skripsi yang pernah ada, karena skripsi ini masih asli dan dapat
dipertanggungjawabkan secara moral dan akademik.
G. Sistematika Penulisan
Dalam hal penyusunan penulisan skripsi yang sistematis, penulis membagi skripsi ini ke dalam 4 empat bab, yaitu sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang penulisan skripsi,
permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan, serta sistematika penulisan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II. TINJAUAN UMUM TERHADAP PROSES PELAKSANAAN EKSPOR IMPOR
Pada bab ini akan diuraikan penjelasan-penjelasan yang berkaitan dengan tinjauan umum tentang ekspor-impor, peraturan hukum yang
mengatur tentang ekspor-impor, pihak-pihak dalam ekspor-impor, serta tata cara pelaksanaan ekspor-impor.
BAB III. GAMBARAN UMUM KAWASAN BERIKAT DAN ASPEK HUKUMNYA
Pada bab ini akan diuraikan penjelasan-penjelasan tentang pengertian Kawasan Berikat, dasar hukum Kawasan Berikat, syarat-syarat pendirian
Kawasan Berikat, pihak-pihak yang terlibat dalam Kawasan Berikat, proses masuk dan keluarnya barang gliserin dari dan ke Kawasan Berikat PT. Musim
Mas, dan fasilitas kepabeanan terhadap Kawasan Berikat. BAB IV. PERANAN KAWASAN BERIKAT DALAM PROSES EKSPOR
GLISERIN DI PT. MUSIM MAS Pada bab ini akan diuraikan penjelasan-penjelasan tentang tata cara
pelaksanaan ekspor gliserin di PT. Musim Mas, peranan Kawasan Berikat dalam pelaksanaan ekspor gliserin di PT. Musim Mas, hambatan dan kendala
pemanfaatan Kawasan Berikat dalam pelaksanaan ekspor gliserin di PT. Musim Mas, dan Keuntungan dan Manfaat yang diterima PT. Musim Mas
dengan penggunaan fasilitas Kawasan Berikat dalam proses ekspor gliserin.
Universitas Sumatera Utara
BAB V. PENUTUP Berisi kesimpulan dari semua uraian yang telah dibahas pada bab-bab
sebelumnya dan pada akhirnya mengemukakan saran-saran yang mungkin berguna bagi fakultas, masyarakat maupun pemerintah untuk perkembangan
ekspor-impor.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PROSES PELAKSANAAN