instansi pemerintah, praktisi hukum dan pihak-pihak instansi lainnya yang sedang dan atau akan menghadapi perlindungan Hak Milik Intelektual
khususnya perlindungan desain industri. 5. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian mengenai masalah Persepsi Pengusaha Furniture di Kota Medan terhadap
Pentingnya Perlindungan Desain Industri belum pernah dilakukan dalam topik
dan permasalahan yang sama. Jadi penelitian ini dapat disebut “asli” sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional, dan objektif serta terbuka. Semua
ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.
Guna menghindari terjadinya duplikasi penelitian terhadap masalah yang sama, maka peneliti melakukan pengumpulan data tentang Persepsi Pengusaha
Furniture di Kota Medan terhadap Pentingnya Perlindungan Desain Industri, juga pemeriksaan terhadap hasil-hasil penelitian yang ada mengenai hal-hal di atas,
ternyata penelitian ini belum pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan yang sama oleh peneliti lainnya baik di lingkungan Universitas Sumatera Utara
maupun Perguruan Tinggi lainnya.
6. Kerangka Teori dan Konsepsi
Dalam penulisan tesis yang berjudul Persepsi Pengusaha Furniture di Kota Medan terhadap Pentingnya perlindungan Desain Industri mempergunakan
kerangka teori yang pada dasarnya adalah merupakan landasarn teori.
10
Sri Hadiningrum: Persepsi Pengusaha Furniture Di Kota Medan Terhadap Pentingnya perlindungan Desain Industri, 2007. USU e-Repository © 2008
Roscoe Pound, berpendapat bahwa Hukum merupakan sarana alat pembaharuan membentuk, membangun, merubah atau Law as tool of social
Enginering. Hukum sebagai alat pembaharuan masyarakat telah menjadi tujuan yang filosofis, yang berarti bahwa hukum sebagai alat pembaharuan telah berlaku
atau diterima, oleh negara yang sedang berkembang ataupun oleh negara yang telah maju modern dan bagi negara yang sedang berkembang hukum itu sangat
penting karena hukum bukan hanya untuk memelihara ketertiban, melainkan hukum itu sebagai alat pembaharuan sikap mental masyarakat yang tradisional
kearah sikap mental masyarakat modern. Dalam pengertian sebagai sarana rekayasa sosial, maka hukum tidak pasif dimana hukum mampu dipakai untuk
mengubah suatu keadaan dan kondisi tertentu ke arah yang dituju sesuai dengan keamanan masyarakat.
7
Sebagaiman pendapat Montesquieu tentang tujuan hukum adalah : “have suggested that law and legal evolution are part of the idiosyncratic
historical development of a country. And that they are determined by multiple factors, including culture, geography, climate, and religion,
Although law is by no means static, legal evolution in each country is distinct and will produce vastly differen out comes. Far from converging
over time, legal instiotution remain different. The idea that law is culturally distinct applies as much to the law governing private
transactions les lois civiles as to “les lois politiques” – constitutional law, administrative law, and judicial procedural law - the legal processes
that define the relation between the state and citizens. The same idea is also reflected in writing of the German Scholar Friedrich Carl von
Savigni 1814, who argued that the soul of the people, the “Volksgeist,” shapes political and legal institution. yang terjemahannya kira-kira telah
menyarankan bahwa hukum dan evolusi undang-undang adalah bahagian dari perkembangan sejarah idiosincratik dari suatu negara dan mereka
ditentukan oleh faktor-faktor yang beragam termasuk budaya, geografi, iklim dan agama, ide ini adalah suatu hukum budaya yang menyediakan
7
Roscoe Pound, dikutip oleh Cita Citrawinda Priapantja, Budaya Hukum Indonesia Menghadapi Globalisasi: Studi Kasus Perlindungan Rahasia Dagang di Bidang Farmasi,
Ringkasan Disertasi Doktoral, Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999, hal.10.
11
Sri Hadiningrum: Persepsi Pengusaha Furniture Di Kota Medan Terhadap Pentingnya perlindungan Desain Industri, 2007. USU e-Repository © 2008
sebanyak hukum transaksi kepemerintahan, seperti Hukum Konstitusional, Hukum Administrasi dan Hukum Acara di Pengadilan yang diproses
secara Undang-undang yang mana mengartikan hubungan antara Negara dan Bangsa. Ini juga sama seperti yang dikatakan oleh penulis Germany
Scholar 1814 yang mengargumentasikan bahwa jiwa setiap orang “Volksgeist” adala ruang praktik dan institusi undang-undang
8
. Menurut teori kegunaan, Hukum dipandang sebagai suatu alat yang
digunakan untuk mempromosikan hubungan ekonomi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Jeremy Bentham pada tulisannya pada abad 19,
“ law has been increasingly viewed not as the result of socioeconomic development, but as a tool for governments to initiate and shape
economic development. The most famous propents of this scholl of thought is John Stuart Mill, Who Coined the term “ Utilitarianism Stei, 1980.
“According to this theory, laws can and should be designed to enhance efficiensy and to reduce transaction costs, ultimately promoting growth.
This theory assumes that legal change has a direct impact on the behavior of economic agents and therefore on economic development”
9
Yang terjemahannya kira-kira : Hukum telah di pandang secara maju bukan
sebagai hasil dari perkembangan sosioekonomi, tetapi suatu alat untuk pemerintah menginisiasikan perkembangan ekonomi.Menurut John Stuart
Mill dalam teori hukum dapat dan seharusnya di desain mempertinggi efisiensi dan menolak biaya transaksi. Dan pada akhirnya pada
pertumbuhan promosi.Teori ini mengasumsikan bahwa perubahan undang- undang Hukum mempunyai suatu pengaruh yang langsung pada sifat dari
wakil ekonomi dan bagaimanapun juga dalam perkembangan ekonomi.
Demikian juga Jeremy Bentham melihat hukum dari tujuannya yang menguraikan sebagai berikut :
-“The greatest happiness for the greates number” Yang terjemahannya Hukum bertujuan memberikan kebahagiaan yang sebesar-besarnya
kepada jumlah orang yang sebanyak-banyaknya. - Di bagian lain tujuan hukum ialah untuk menyempurnakan kehidupan,
mengendalikan kelebihan, memajukan persamaan dan menjaga kepastian”
10
8
Katharina Pistor and Philip A. Wllons, The Role Of Law And Legal Institutions In Asia Economic Development 1960 – 1995. Printed in Hong Kong Piblished by Oxford University Press
China 1999, Ltd 18 th Floor Warwik House East Taikoo Place, 979 Kong’s Road, Quarry Bay Hong Kong. hal 35
9
Ibid hal 35
10
Mustafa Siregar, Sari Kuliah Filsafat Hukum, Pascasarjana USU Medan, tanggal 25 Februari 2002
12
Sri Hadiningrum: Persepsi Pengusaha Furniture Di Kota Medan Terhadap Pentingnya perlindungan Desain Industri, 2007. USU e-Repository © 2008
Prinsip utama dari pada Hak atas Desain Industri yang merupakan bagian dari kemampuan kreativitas cipta, rasa dan karsa yang dimiliki oleh manusia yang
merupakan hasil produk intelektual manusia, maka si pendesain yang menghasilkan karyanya mendapatkan kepemilikan yang berupa hak alami
natural dan perlu dilindungi oleh hukum agar bagi orang-orang yang inovatis dan kreatif terhadap karya intelektuanya bergairah dan mempunyai kepastian
hukum. Sebagaimana juga sistem hukum yang berlaku di Roma mengatur cara perolehan alami natural acquistion berbentuk spesifikasi yaitu melalui
penciptaan. Pandangan demikian terus didukung dan dianut banyak sarjana mulai dari Locke sampai kepada kaum sosialis. Sarjana-sarjana hukum Romawi
menamakan apa yang diperoleh di bawah sistem masyarakat ekonomi dan hukum yang berlaku sebagai perolehan sipil dipahamkan bahwa azas Suum cuique
tribuere menjamin bahwa benda yang diperoleh secara demikian adalah kepunyaan seseorang itu.
11
Pengaturan desain industri dengan undang-undang juga dimaksudkan untuk memberikan landasan yang jelas bagi perlindungan hukum guna mencegah
terjadinya berbagai bentuk pelanggaran yang berupa pembajakan, penjiplakan atau peniruan atas desain produk-produk yang sudah terkenal. Prinsip
pengaturannya adalah pengakuan kepemilikan atas suatu pola sebagai karya
11
Roscoe Pound, Dikutip oleh Muhammad Djumhana dan R. Djubaedilah, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori dan Praktiknya di Indonesia, Bandung: Penerbit PT.Citra Aditya
Bakti, 1993, hal.19
13
Sri Hadiningrum: Persepsi Pengusaha Furniture Di Kota Medan Terhadap Pentingnya perlindungan Desain Industri, 2007. USU e-Repository © 2008
intelektual yang mengandung nilai estetik, dan dapat diproduksi secara berulang- ulang serta menghasilkan barang dalam dua atau tiga dimensi.
12
Perlindungan desain industri atas suatu ciptaan inovatif dan kratif seseorang di Indonesia baru diakui setelah desain industrinya tersebut didaftarkan
dan memperoleh hak desain industri dari Dirjen HaKI. Hak desain Industri ini adalah hak khusus executive right yang diberikan oleh Negara Republik
Indonesia kepada pendesain atas hasil kreasinya, untuk selama waktu tertentu melaksanakan kreasi tersebut, atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain
untuk melaksanakannya.
13
Hak desain industri diberikan hanya untuk desain industri yang baru, dan desain itu dianggap baru apabila pada tanggal
penerimaan, desain industri tersebut tidak sama dengan pengungkapan yang telah ada sebelumnya baik melalui media cetak atau media elektronil, termasuk juga
keikutsertaan dalam suatu pameran. Pengungkapan sebelumnya adalah pengungkapan desain industri yang sebelum tanggal penerimaan atau sebelum
tanggal prioritas apabila pemohon diajukan dengan hak prioritas, telah diumumkan atau digunakan di Indonesia atau di luar Indonesia.
14
Adapun desain hasil karya dari pendesain yang dimaksud dalam UUDI adalah hasil karya seseorang atau beberapa orang yang menghasilkan desain
industri
15
termasuk juga yang dihasilkan oleh badan hukum. Dan tidak semua permohonan dapat diberi hak desain industri apabila hak desain industrinya
12
Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 2001 hal.226.
13
Pasal 1 angka 5 UUUDI
14
Pasal 2 UUDI
15
Pasal 1 angka 2 UUDI
14
Sri Hadiningrum: Persepsi Pengusaha Furniture Di Kota Medan Terhadap Pentingnya perlindungan Desain Industri, 2007. USU e-Repository © 2008
tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum atau kesusilaan.
16
Dengan Hak desain yang dimiliki seseorang maka dia berhak untuk melaksanakan hak desain industrinya dan melarang orang lain yang tanpa
persetujuannya membuat, menjual, atau mengimpor produk yang diberikan oleh Hak Desain Industri.
17
Apabila ada dalam hubungan dinas di lingkungan pekerjaan maka yang berhak atas desain tersebut adalah orang yang mengerjakan
desain itu. Akan tetapi bila diperjanjikan lain maka yang berhak sebagai pendesain adalah orang yang memberikan pekerjaan, tanpa mengurangi hak
pendesain yang sebenarnya apabila penggunaan desain industri itu diperluas keluar hubungan dinas.
18
Apabila suatu desain industri dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan, maka pihak yang membuat desain industri itu dianggap
sebagai pendesain dan pemegang hak desain industri, akan tetapi jika diperjanjikan lain atara kedua pihak, maka yang berhak sebagai pemegang hak
desain industri adalah pihak pemberi kerja.
19
Hubungan kerja yang dimaksud dalam ketentuan Undang-undang ini adalah hubungan kerja baik di lingkungan Instansi pemerintah maupun
perusahaan swasta dengan pihak lain, atau dasar pesanan individu dengan individu. Demikian juga dalam peraturan ini, walaupun si pendesain yang
sebenarnya tidak berhak atas desain industri, akan tetapi mengingat adanya
16
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit.hal 268
17
Pasal 9 ayat 1 UUDI, Bandingkan dengan ketentuan dalam Articel 26 Persetujuan TRIPs.
18
Pasal 7 ayat 1 UUDI
19
Pasal 7 ayat 3 UUDI
15
Sri Hadiningrum: Persepsi Pengusaha Furniture Di Kota Medan Terhadap Pentingnya perlindungan Desain Industri, 2007. USU e-Repository © 2008
manfaat ekonomi yang diperoleh dari desain industri yang dibuat tersebut, sebagaimana menurut Abdulkadir Muhammad :
20
“adalah wajar bila si pendesain yang sebenarnya memperoleh hak untuk menikmati manfaat dari hasil desainnya tersebut dalam bentuk imbalan
sebagai konpensasi, dan juga tidak menghapus hak pendesain untuk tetap dicantumkan namanya dalam Daftar Umum Desain Industri dan Berita
Resmi Desain Industri”. Dari uraian tersebut di atas maka pemberian hak desain industri menurut
UUDI adalah suatu desain industri yang telah mendapat persetujuan atas permohonan pendaftarannya melalui Direktorat Jenderal HaKI, yang artinya
seseorang yang mendesain suatu produk, akan tetapi tidak mendaftarkan hasil desainnya ke Dirjen HaKI, maka dia tidak akan mendapat perlindungan. Bahkan
menurut Undang-undang pemberian hak desain industri hanya diberikan kepada pendaftar pertama first to file, hal ini sebagaimana pendapat dari Suyud
Margono dan Amir Angkasa yang menyatakan : “orang yang pertama mengajukan permohonan hak atas desain industri bukan berdasarkan orang yang pertama
mendesain akan tetapi orang yang pertama mendaftarkan hasil desain industrinya”
21
a. Pengertian HaKI
Karya-karya intelektualitas dari seseorang atau manusia tidak sekedar memiliki arti sebagai arti akhir, tetapi juga sekaligus merupakan kebutuhan yang
bersifat lahiriah dan batiniah baik bagi pencipta atau penemunya maupun orang lain yang memerlukan karya-karya intelektualitas tersebut. Dari karya-karya
intelektualitas itu pula dapat diketahui dan diperoleh gambaran mengenai
20
Abdulkadir Muhammad, Op-Cit, hal 269
21
Suyud Margono dan Amir Angkasa, Komersial Aset Intelektual Aspek Hukum Bisnis, Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002, hal.36.
16
Sri Hadiningrum: Persepsi Pengusaha Furniture Di Kota Medan Terhadap Pentingnya perlindungan Desain Industri, 2007. USU e-Repository © 2008
pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan, seni, sastra bahkan teknologi yang sangat besar artinya bagi peningkatan taraf kehidupan, peradaban, dan
martabat manusia. Demikian pula karya-karya intelektualitas itu juga dapat dimanfaatkan bagi kemaslahatan masyarakat.
22
Intellectual Property Rights Hak Kekayaan Intelektual merupakan hak yang melekat pada suatu produkbarang hasil karya manusia yang harus
dilindungi oleh hukum. Perlindungan ini sangat penting mengingat di samping biaya dan tenaga yang telah dikeluarkan oleh penemu tidak sedikit, juga untuk
mendorong gairah inovasi orang-orang yang kreatif.
23
Bouwman-Noor Mout mengatakan bahwa HaKI merupakan hasil kegiatan berdaya cipta pikiran manusia yang diungkapkan ke dunia luar dalam suatu
bentuk baik materil maupun immateril. Bukan bentuk jelmaannya yang dilindungi akan tetapi daya cipta itu sendiri. Daya cipta itu dapat berwujud dalam bidang
seni, industri dan ilmu pengetahuan atau ketiga-tiganya.
24
Mieke Komar Kantaatmadja, mengatakan bahwa HaKI merupakan suatu hak yang timbul akibat adanya tindakan kreatif manusia yang menghasilkan
karya-karya inovatif yang dapat diterapkan dalam kehidupan manusia.
25
HaKI dapat diartikan sebagai hak atas kepemilikan karya-karya yang timbul atau lahir karena adanya kemampuan intelektualitas manusia dalam bidang
22
Rachmadi Usman, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di Indonesia Bandung : Penerbit Alumni, 2003, hal. 3.
23
Taryana Soenandar, Perlindungan Hak Milik Intelektual di Negara-Negara ASEAN Jakarta: Penerbit Sinar Grafika, 1996, hal. 1.
24
OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual Intelektual Property Right, Cet. I, Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, 1995, hal. 9.
25
Mieke Komar Kantaatmadja, Penelitian Hukum Mengenai Perlindungan atas Kekayaan Intelektual di bidang Penginderaan Jauh di Indonesia BPHN, Departemen Kehakiman,
1994-1995, hal. 41.
17
Sri Hadiningrum: Persepsi Pengusaha Furniture Di Kota Medan Terhadap Pentingnya perlindungan Desain Industri, 2007. USU e-Repository © 2008
ilmu pengetahuan dan teknologi. Karya-karya tersebut merupakan kebendaan tidak berwujud yang merupakan hasil kemampuan intelektualitas seseorang atau
manusia dalam ilmu pengetahuan dan teknologi melalui daya cipta, rasa, karsa dan karyanya, yang memiliki nilai-nilai moral, praktis dan ekonomis. Pada
dasarnya yang termasuk dalam lingkup HaKI adalah segala karya dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkan melalui akal atau daya pikir seseorang
atau manusia tadi. Hal inilah yang membedakan HaKI dengan hak milik lainnya yang diperoleh dari alam.
Esensi yang terpenting dari setiap bagian HaKI ini adalah adanya suatu ciptaan tertentu creation di bidang kesenian art, dalam bidang industri, ilmu
pengetahuan, maupun kombinasi dari ketiga bidang tersebut yang masing-masing mempunyai istilah tertentu.
Seiring dengan pembentukan WIPO, istilah Intellectual Property diartikan dalam pengertian yang luas dan meliputi :
1. Karya-karya kesusastraan, kesenian dan ilmu pengetahuan literary,
artistic and scientific works 2.
Pertunjukan oleh para artis, kaset dan penyiaran audio visual performances of performing artist, phonograms, and broadcasts
3. Penemuan teknologi dalam semua bidang usaha manusia invention in
all fields of human endeavor 4.
Penemuan ilmiah scientific discoveries 5.
Desain industri industrial designs 6.
Merek Dagang, nama usaha dan penentuan kemersial trade marks, service marks, and commercial names and design nations
7. Perlindungan terhadap persaingan tidak sehak protection against
unfair competition 8.
Segala hak yang timbul dari kemampuan intelektualitas manusia di bidang industri, ilmu pengetahuan, kesusastraan atau kesenian all
18
Sri Hadiningrum: Persepsi Pengusaha Furniture Di Kota Medan Terhadap Pentingnya perlindungan Desain Industri, 2007. USU e-Repository © 2008
other resulting from intellectual activity in the industrial, scientific, literary or artistic fields.
26
Dari perkembangan yang ada, pengaturan HaKI kini menempatkan undang- undang tidak semata-semata bersifat tambahan melainkan pembuat undang-
undang telah bermaksud untuk memberikan suatu ketentuan yang bersifat memaksa, namun perubahan tersebut masih bertumpuh pada sifat asli yang ada
pada HaKI tersebut, yaitu : 1
Mempunyai jangka waktu yang terbatas. Jangka waktu perlindungan HaKI ditentukan secara jelas dan pasti dalam
undang-undang tetapi tidak sama bagi semua jenis, misalnya di Indonesia paten dilindungi selama 20 tahun terhitung sejak tanggal penerimaan
permintaan paten, sedang desain industri selama 10 tahun. 2
HaKI bersifat eksklusif dan mutlak. Maksudnya adalah bahwa hak tersebut dapat dipertahankan terhadap
siapapun yang mempunyai hak tersebut dapat menuntut terhadap pelanggaran yang dilakukan terhadap siapapun. Si pemilikpemegang
HaKI mempunyai suatu hak monopoli bahwa ia dapat mempergunakan haknya dengan melarang siapapun tanpa persetujuannya membuat
ciptaanpenemuannya ataupun menggunakannya. 3
HaKI bersifat hak mutlak yang bukan kebendaan dalam lingkup hak-hak perdata.
Hal ini diakui dalam TRIP’s Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights sebagaimana tercantum dalam konsiderans
26
Rachmadi Usman, Op.Cit, hal. 5.
19
Sri Hadiningrum: Persepsi Pengusaha Furniture Di Kota Medan Terhadap Pentingnya perlindungan Desain Industri, 2007. USU e-Repository © 2008
TRIP’s yang menyatakan, Members, Recognizing that Intellectual Property Rights are private rights.
Sifat-sifat HaKI ini berlaku secara umum dan diakui oleh negara-negara di dunia, akan tetapi setiap negara penekanannya selalu berbeda. Perbedaan ini
disebabkan oleh perbedaan sistem hukum, sistem politik dan landasan filosofi suatu negara, maupun sejarah dan kondisi ekonomi negara tersebut.
Perlindungan terhadap HKI akan memberikan kepastian hukum dan juga dapat memberikan manfaat secara ekonomo makro dan mikro sebagai berikut :
27
1 Perlindungan HKI yang kuat dapat memberikan dorongan untuk
meningkatkan landasan teknologi nasional guna memungkinkan pengembangan teknologi yang lebih cepat lagi.
2 Pemberian perlindungan hukum terhadap HKI pada dasarnya dimaksudkan
sebagai upaya untuk mewujudkan iklim yang lebih baik bagi tumbuh dan berkembangnya gairah pencipta atau penemuan sesuatu di bidang ilmu
pengetahuan, seni dan sastra.
3 Pemberian perlindungan hukum terhadap HKI bukan saja merupakan
pengakuan negara terhadap hasil karya dan karsa manusia, melainkan secara ekonomi merupakan penciptaan suasana yang sehat untuk menarik
penanam modal asing serta memperlancar perdagangan internasional. Untuk memajukan sektor industri di Indonesia melalui pemberdayaan
HKI, khususnya desain industri, diperlukan pengaturan desain industri dengan memperhatikan keadilan justice seperti yang diajarkan Adam Smith. Adam
Smith merupakan Bapak Ekonomi Modern yang mengatakan bahwa tujuan keadilan adalah untuk melindungi dari kerugian the end of justice is to scure from
injure. Ajaran Adam Smith ini menjadi dasar hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara hukum dan ekonomi. Ia juga mengatakan bahwa antara
ekonomi dan politik mempunyai hubungan yang erat, yang pada gilirannya
27
Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori, dan Prakteknya di Indonesia, Cetakan Kedua Bandung: Penerbit Citra Baktu,1997.
20
Sri Hadiningrum: Persepsi Pengusaha Furniture Di Kota Medan Terhadap Pentingnya perlindungan Desain Industri, 2007. USU e-Repository © 2008
dikenal dengan istilah ekonomi politik political economic. Salah satu tujuannya adalah menyediakan sejumlah daya bagi negara atau pemerintah agar mampu
menjalankan berbagai tugas dan fungsinya dengan baik dimana ekonomi politik berusaha untuk merumuskan bagaimana memakmurkan rakyat dan pemerintah
sekaligus.
28
Sedangkan menurut Bismar Nasution, dalam pembangunan ekonomi, hukum ekonomi harus berlandaskan hukum yang rasional. Karena dengan hukum
modern atau rasional tersebut akan dapat dilakukan pengorganisasian pembangunan ekonomi. Adapun yang menjadi ciri dari hukum modern ini adalah
penggunaan hukum secara aktif dan sadar untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dengan cara pendekatan ini, diharapkan akan tercipta penerapan keadilan dan
kewajaran, serta secara proporsional dapat memberikan manfaat pada masyarakat. Aturan hukum tidak hanya untuk kepentingan jangka pendek saja, akan tetapi
harus berdasarkan kepentingan jangka panjang.
29
7. Metode Penelitian