BAB III PERSEPSI PENDESAINPELAKU USAHA FURNITURE
DI KOTA MEDAN TERHADAP PENTINGNYA PERLINDUNGAN DESAIN INDUSTRI
1. Gambaran Umum Kota Medan
Kota Medan sebagai lokasi penelitian penulis memiliki luas 26.510 Hektar 265,10 Km² atau 3,6 dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara dan
secara geografis kota Medan terletak pada 3˚ 30 Lintang Utara dan 98˚35 -98º- 44 Bujur Timur dan berada pada ketinggian 2,5 – 7,5 meter di atas permukaan
laut. Secara administratif, wilayah Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten
Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utaranya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan
salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Secara geografis Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam seperti Deli Serdang,
Langkat, Asahan, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan Kota Medan
secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah
sekitarnya. Di samping itu sebagai daerah yang pinggiran jalur pelayaran Selat
Malaka, maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang pintu
69
Sri Hadiningrum: Persepsi Pengusaha Furniture Di Kota Medan Terhadap Pentingnya perlindungan Desain Industri, 2007. USU e-Repository © 2008
masuk kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestic maupun luar negeri ekspor-impor.
Jumlah, pertumbuhan dan kepadatan penduduk di Kota Medan tahun 2001-2005, dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 1 Jumlah, Laju Pertumbuhan Dan Kepadatan Penduduk di Kota Medan
Tahun 2001 – 2005 Tahun Jumlah
Penduduk Laju
Pertumbuhan Penduduk
Luas Wilayah
Km² Kepadatan
Penduduk JiwaKm²
[1 [2] [3] [5] [6]
2001 1.926.052 1,17 265,10 7.267
2002 1.963.086 1,94 265,10 7.408
2003 1.993.060 1,51 265,10 7.520
2004 2.006.014 0,6
265,10 7.567 2005 2.06.018
1,50 265,10 7.681 Sumber data : BPS Kota Medan 2005
Berdasarkan data dari tabel di atas diketahui bahwa selama tahun 2001- 2005 jumlah penduduk Kota Medan cenderung mengalami peningkatan yaitu dari
1,92 juta jiwa pada tahun 2001 menjadi 2,03 juta jiwa pada tahun 2005. Demikian juga kepadatan penduduk Kota Medan, meningkat dari 7.267Km² pada tahun
2001 menjadi 7.681 Km² tahun 2005. Faktor lain yang juga sangat berarti mempengaruhi peningkatan laju
pertumbuhan penduduk adalah meningkatnya arus urbanisasi dan commuters serta kaum pencari kerja Kota Medan. Berdasarkan penelitian yang pernah
dilakukan, faktor utama yang menyebabkan komunitas ke Kota Medan adalah adanya pandangan bahwa : 1 bekerja di kota lebih bergengsi 2 di kota lebih
gampang mencari pekerjaan, 3 tidak ada lagi yang dapat diolah dikerjakan di darah asalnya, dan 4 upaya mencari nafkah yang lebih baik.
70
Sri Hadiningrum: Persepsi Pengusaha Furniture Di Kota Medan Terhadap Pentingnya perlindungan Desain Industri, 2007. USU e-Repository © 2008
Ciri lain kependudukan Kota Medan adalah besarnya arus commuters di Kota Medan. Jumlah penduduk Kota Medan pada siang hari diperkirakan
mencapai 2,5 juta jiwa, sedangkan pada malam hari diperkirakan 2,036.180 jiwa. Hal ini berpengaruh terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan pelayanan umum
yang harus disediakan secara keseluruhan. Sebagai pusat perdagangan regional maupun internasional, sejak awal
Kota Medan telah memiliki keragaman suku etnis, dan agama. Oleh karenanya, budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragamnya
nilai-nilai budaya tersebut tentunya sangat menguntungkan, sebab diyakini tidak satupun kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan modernisasi, dan
sangat diyakini pula, hidup dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen, dapat menadi potensi besar dalam mencapai kemajuan. Keragaman suku, tarian
daerah, alat musik, nyanyian, makanan, bangunan fisik dan sebagainya, justru memberikan kontribusi besar bagi upaya pengembangan Kota Medan.
Kota Medan mengemban fungsi regional yang luas, baik sebagai pusat pemerintahan maupun kegiatan ekonomi dan sosial yang mencakup bukan hanya
Propinsi Sumatera Utara tetapi uga wilayah propinsi Sumbagut. Adanya fungsi regional yang luas tersebut, ternyata telah menjadikan Kota Medan dapat
menyelenggarakan aktifitas ekonomi dalam volume yang besar. Kapasitas ekonomi yang besar tersebut ditunjukkan oleh laju pertumbuhan ekonomi yang
dicapai Kota Medan, yang selalu berada di atas pertumbuhan ekonomi daerah- daerah sekitarnya, termasuk dibandingkan dengan dicapai oleh Propinsi Sumatera
Utara maupun Nasional. 71
Sri Hadiningrum: Persepsi Pengusaha Furniture Di Kota Medan Terhadap Pentingnya perlindungan Desain Industri, 2007. USU e-Repository © 2008
Walaupun Kota Medan sempat mengalami pertumbuhan ekonomi negatif tahun 1998 -20 namun selama tahun 2000-2004, ekonomi Kota Medan dapat
tumbuh kembali rata-rata sebesar 5,19 . Ini merupakan indikasi bahwa betapapun beratnya dalamnya krisis ekonomi yang melanda ekonomi Indonesia
dan Kota Medan khususnya, namun secara bertahap pada dasarnya Indonesia dan Kota Medan memiliki kemampuan untuk sembuh dan keluar dari krisis yang
sangat berat tersebut. Kapasitas ekonomi yang relatif besar tersebut juga ditunjukkan olah nilai
uang PDRB Kota Medan yang saat ini telah mencapai Rp.24,5 triliun, dengan pendapatan perkapita Rp.12,5 juta, sehingga terlihat merupakan sektor tertier
66,76 sektor sekunder 29,06 , dan sektor primer 4,18 . Jumlah volume kegiatan ekonomi ini sekaligus memberikan kontribusi lebih kurang sebesar 21
bagi pembentukan PDRB Propinsi Sumatera Utara. Dilihat dari capaian pertumbuhan ekonominya, pertumbuhan ekonomi Kota Medan juga
memperlihatkan elastisitas yang tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara artinya, pertumbuhan ekonomi Kota Medan selalu menunjukkan angka
positif yang lebih besar dari pertumbuhan ekonomi propinsinya. Ini menunjukkan bahwa Kota Medan masih merupakan mesin pembangunan bagi daerah-daerah
lainnya di Sumatera Utara, Indikator utama ekonomi Kota Medan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
72
Sri Hadiningrum: Persepsi Pengusaha Furniture Di Kota Medan Terhadap Pentingnya perlindungan Desain Industri, 2007. USU e-Repository © 2008
Tabel 2 Indikator Utama Ekonomi Kota Medan
No. KETERANGAN
TAHUN 2004
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9. Penduduk
PDRB Pertumbuhan ekonomi
Income perkapita Tingkat inflasi
Jumlah tenaga kerja produktif Tingkat pengangguran
Total of export FOB, 000 US
Total of import CIF, 000 US 2.006.142 Juwa
24,5 trilyun 4,49
Rp.12,500,000 6,64
682.826 jiwa 13,01
2,229,125
679,000,000 Mayor export:
Lemak dan minyak nabatihewani, udang, kerang, kayu lapis, aluminium, barang
kesenian, cokelat, kopi, mineral mentah dll.
Mayor import:
Impor barang modal suku cadangasesoris kenderaan bermotor,
mesin peralatan industri khsus, alat elektronik, dll impor barang konsumsi,
makanan ternak, beras, aluminium, sayur segar, tembakau, dll
Partners: Malaysia, Jerman, Inggris, Singapura,
RRC, Belanda, Taiwan, Hongkong, dll
Sumber :BPS Kota Medan 2005 2. Hasil Penelitian
a. Identitas Responden
Dari kuesioner yang disebarkan kepada 20 responden yang terbesar di Kota Medan, diperoleh data mengenai identitas responden yang dirinci menurut
usia, lama usaha, kapasitas produksi potensial, besarnya investasi dan jumlah tenaga kerja.
Tabel 3 Distribusi Responden Menurut Usia
n = 20
No. Uraian
Jumlah Responden Persentase
1 20-30 tahun
- -
2 31-40 tahun
8 40
3 41-50 tahun
9 45
4 50 tahun
3 5
Jumlah 20 100
Sumber data diolah dari hasil penelitian pada responden Agustus 2006 73
Sri Hadiningrum: Persepsi Pengusaha Furniture Di Kota Medan Terhadap Pentingnya perlindungan Desain Industri, 2007. USU e-Repository © 2008
Berdasarkan data analisis pada tabel 3 tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pengusaha furniture di Kota Medan berusia di antara 31–40 sebanyak 8
responden 40 berusia antara tahun 41 – 50 tahun yaitu sebanyak 9 responden 45, dan yang berusia di atas 50 tahun sebanyak 3 responden 5.
Tabel 4 Distribusi Responden Menurut Lama Usaha
n = 20
No. Uraian
Jumlah Responden Persentase
1 5 tahun 2
10 2
6 - 11 tahun 5
25 3
12 - 17 tahun 9
45 4
17 tahun 4
20 Jumlah
20 100
Sumber data diolah dari hasil penelitian pada responden Agustus 2006 Pada tabel 4 di atas, dapat disimpulkan bahwa pengusaha furniture yang
telah lama berusaha diantara 12–17 tahun yaitu sebanyak 9 responden 45, kemudian 5 responden 25 yang berusaha antara 6–11 tahun, 4 responden
20 yang berusaha 17 tahun dan 2 responden 10 yang telah berusaha selama 5 tahun.
Tabel 5 Distribusi Responden Menurut Kapasitas Produksi Potensial Per Bulan
n = 20
No. Uraian
Jumlah Responden Persentase
1 500 buah 2
10 2
500 – 999 buah 2
10 3
1000 – 1500 buah 9
45 4
1500 buah 7
35 Jumlah
20 100
Sumber data diolah dari hasil penelitian pada responden Agustus 2006 Berdasarkan tabel 5 di atas, dapat disimpulkan bahwa kapasitas produksi
potensial per bulan pengusaha furniture lebih banyak antara 1000–1500 buah yaitu sebanyak 9 responden 45 kemudian 7 responden 35 lebih dari 1500
74
Sri Hadiningrum: Persepsi Pengusaha Furniture Di Kota Medan Terhadap Pentingnya perlindungan Desain Industri, 2007. USU e-Repository © 2008
buah, 2 responden 10 antara 500 – 999 buah serta 500 buah sebanyak 2 responden 10.
Adapun produksi barang yang dihasilkan oleh pengusaha furniture itu adalah dihitung berdasarkan banyaknya jumlah dari hasil produksi seperti tempat
tidur, tempat duduk kursi, meja dan perabot sejenis, perabot alat-alat penyimpanan, perabot kombinasi. Jenis-jenis produksi tersebut diproduksi
merupakan satu kesatuan dari pengusaha furniture baik berdasarkan pesanan konsumen, maupun untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Tabel 6 Distribusi Responden Menurut Besarnya Investasi Rupiah
n = 20
No. Uraian
Jumlah Responden Persentase
1. 25 -
- 2.
26 – 50 juta 7
35 3.
51 – 75 juta 8
40 4.
75 juta 5
25 Jumlah
20 100
Sumber data diolah dari hasil penelitian Kuisioner pada responden Agustus 2006 Analisis data pada tabel 6 di atas, dapat disimpulkan bahwa besarnya
investasi rata-rata pengusaha furniture berkisar antara 51–75 juta yaitu sebanyak 8 responden 40, kemudian 7 responden 35 antara 26-50 juta serta 5
responden 25 sebesar 75 juta.
Tabel 7 Distribusi Responden Menurut Jumlah Tenaga Kerja
n = 20
No. Uraian
Jumlah Responden Persentase
1. 10 orang 1
5 2.
11 – 15 orang 7
35 3.
16 - 20 orang 10
50 4.
20 orang 2
10 Jumlah
20 100
Sumber data diolah dari hasil penelitian Kuisioner pada responden Agustus 2006 75
Sri Hadiningrum: Persepsi Pengusaha Furniture Di Kota Medan Terhadap Pentingnya perlindungan Desain Industri, 2007. USU e-Repository © 2008
Berdasarkan tabel 7 di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah tenaga kerja rata-rata pengusaha furniture berkisar antara 16–20 orang yaitu sebanyak 10
responden 50, kemudian 7 responden 35 antara 11-15 orang, 2 responden 10 berjumlah 20 orang, serta 1 responden 5 10 orang.
b. Persepsi Pelaku Usaha Furniture Tentang Perlindungan Desain
Industri di Kota Medan.
Pemahaman pelaku usaha furniture Kota Medan mengenai perlindungan desain industri dapat diketahui berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan
kepada 20 Pengusaha Furniture di Kota Medan seperti yang diuraikan di bawah ini.
1. Jawaban Responden Terhadap Variabel X Persepsi Pengusaha Furniture