BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh beberapa hasil yang merupakan jawaban dari tujuan penelitan ini. Hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan sebagai berikut: 1.
Ternyata besar kelonggaran clearance antara pons dan cetakan, a.
Tidak sesuai dengan ketentuan bahwa kelonggaran clearance antara pons dan cetakan yang lebih kecil cenderung koin yang dibuat mempunyai
ukurandiameter yang lebih besar. Dari hasil penelitian ini ukuran koin aluminium yang mendekati ukuran cetakan adalah pada tingkat kelonggaran
8 kemudian disusul dengan kelonggaran 6 , 10 , 2 dan 4 . b.
Mempengaruhi kedalaman penetrasi pons terhadap pelat. Pada beban yang sama untuk kelonggaran yang kecil, penetrasi pons terhadap pelat lebih
kecil, demikian sebaiknya. c.
Mempengaruhi kemampuan pemotongan pons dan cetakan. Semakin kecil kelonggaran antara pons dengan cetakan, dibutuhkan massa beban benda
jatuh bebas yang lebih besar untuk melakukan pemotongan dan demikian juga sebaliknya.
d. Menentukan tingkat keberhasilan mencapai ukuran yang terbaik bila memilih
kelonggaran clearance antara pons dan cetakan antara 2 s.d 10 dari
Abdul Basir : Analisis Hasil Pembuatan Koin Aluminium Dengan Proses Blanking Menggunakan Beban Impak Benda Jatuh Bebas. USU e-Repository © 2008.
ketebalan pelat 2 mm. Dari hasil penelitian data pengukuran koin yang telah dibuat diameter koin terkecil adalah 22,020 mm dan diameter terbesar
22,036 mm. Menurut Lange K., [3] toleransi ukuran koin untuk diameter 22 mm adalah sebesar 0,06 mm, maka diameter terbesar yang diijinkan adalah
22,06 mm. Maka hasil produk pembuatan koin disimpulkan semua dapat dapat diterima.
2. Ternyata untuk pembuatan koin aluminium, pengaruh massa dan tinggi beban benda jatuh bebas,
a. Cenderung tidak mempengaruhi ukurandiameter hasil pembuatan koin
terhadap kelonggaran pons dengan cetakan. Hal ini telah dilihat untuk massa benda jatuh bebas 2,0 kg; 2,3 kg; 3,0 kg; 4,5 kg; dan 8,7 kg, untuk pons yang
mempunyai kelonggaran 8 , hasil diameterukuran koin mendekati ukuran nominal cetakan.
b. Menghasilkan daerah pemotongan burnish atau smooth-sheared pada sisi
koin lebih luas, nampak lebih halus dan mengkilap, sedang pada daerah patahan fractured zone sisi koin lebih kecil atau rata-rata sekitar 0,18
bagian dari ketebalan bahan koin atau 18 . Hal ini disebabkan oleh pembuatan koin dengan beban benda jatuh bebas, kecepatan pemotongannya
lebih besar, sehingga pengaruh kecepatan yang lebih besar akan mempengaruhi hasil pemotongan pada sisi koin. Sedang pada beban dengan
kecepatan rendah untuk material lunak seperti bahan aluminium,
Abdul Basir : Analisis Hasil Pembuatan Koin Aluminium Dengan Proses Blanking Menggunakan Beban Impak Benda Jatuh Bebas. USU e-Repository © 2008.
menghasilkan setengah bagian dari ketebalan mengalami pemotongan dan sisanya mengalami patahan.
c.
Pembentukan burr height pada koin aluminium yang paling besar adalah 193,519
m, atau sekitar 0,193 mm. Sedangkan penguluran keretakan sebesar 18 , menurut Schey J.A., [9] maka pembuatan koin aluminium tergolong
pada daerah safe atau hasilnya dapat diterima. 3. Hasil pengukuran dengan load cell, besarnya gaya impak akibat variasi massa dan
ketinggian benda jatuh bebas. a. Mengetahui besarnya gaya impak secara teoritis dengan menggunakan
suatu perangkat software 1
Besarnya gaya impak teoritis berbanding lurus terhadap besar massa atau beban benda jatuh. Massa beban 8,7 kg menghasilkan gaya impak yang
lebih besar bila dibandingkan dengan massa beban 2,0 kg. Dengan kata lain semakin besar massa beban jatuh pada ketinggian tertentu, makin
besar pula gaya impak yang ditimbulkannya. 2
Semakin tinggi benda jatuh bebas, semakin besar pula kecepatan jatuhnya dan makin besar pula gaya impak yang ditimbulkannya.
b. Pengukuran gaya impak langsung menggunakan load cell
Hasil pengukuran gaya impak langsung dengan menggunakan perangkat load cell adalah,
Abdul Basir : Analisis Hasil Pembuatan Koin Aluminium Dengan Proses Blanking Menggunakan Beban Impak Benda Jatuh Bebas. USU e-Repository © 2008.
1 Pengukuran gaya impak dengan massa beban 8,7 kg tidak dapat
dilakukan untuk seluruh ketinggian jatuh, kecuali pada ketinggian 0,5 m.
2 Pengukuran gaya impak 4,5 kg, hanya untuk dua tingkat ketinggian saja
yaitu pada ketinggian 0,5 m dan 1,0 m. 3
Pengukuran gaya impak 3,0 kg, hanya untuk empat tingkat ketinggian kecuali pada ketinggian 2,5 m. Hal ini disebabkan keterbatasan pada
perangkat load cell yang hanya mampu melakuan pengukuran maksimum pada batas 30 kN.
4 Pengukuran gaya impak 2,3 kg dan 2,0 kg semua dapat dilakukan.
c. Perbandingan gaya impak teoritis dan pengukuran dengan menggunakan load
cell, hasilnya dapat disimpulkan sebagai berikut: 1
Gaya impak dipengaruhi oleh besar massa dan ketinggian jatuh beban. 2
Gaya impak yang terukur lebih kecil sebesar 3,8 s.d 5,78 dibanding dengan gaya impak teoritis.
5.2 SARAN