Dukungan Tiongkok Terhadap Pengembangan Nuklir di Iran Pada Masa Pemerintahan Presiden Hu Jintao (2003-2013)

(1)

CHINA SUPPORT TOWARD NUCLEAR DEVELOPMENT IN

IRAN DURING THE REGIME OF HU JINTAO (2003-2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Ujian Sidang Sarjana Strata 1 (S1) pada

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

ANGGIE CHRISTIANI

NIM. 44309009

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

127

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Anggie Christiani

Nama Panggilan : Giie , Tiur

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 01 Agustus 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Katolik

Telepon : 085794844656

Status : Belum menikah

Nama Ayah : Roy Lantu

Pekerjaan : Wiraswasta

Nama Ibu : Deborah A. Roemokoy

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat Orang Tua : Jl. Cukang Kawung Gg. Barokah no.78 Kel. Bojong Kacor Kec. Cimenyan RT 10/01 Kab. Bandung 40191

Moto : “Be Your Self”


(3)

PENDIDIKAN FORMAL

No Tahun Uraian Keterangan

1. 2009-2014

Universitas Komputer Indonesia Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Berijazah

2. 2006-2009 SMK Sandhy Putra

Program Studi Akomodasi Perhotelan

Berijazah dan Bersertifikat

3. 2003-2006 SMP Pandu Bandung Berijazah

4. 1997-2003 SD Santo Yusup Bandung Berijazah

5. 1996-1997 TK Santo Yusup Bandung Berijazah

PENGALAMAN ORGANISASI

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2004-2005 OSIS SMP Pandu Sie. Pendidikan

2. 2005-2006 Paskibra SMP Pandu Anggota

3. 2009-2010 HIMA HI UNIKOM Anggota Divisi Internal

4. 2010-2011 HIMA HI UNIKOM Bendahara

PELATIHAN DAN SEMINAR

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2013 Peserta Pelatihan Membuat Toko Online Bersertifikat 2. 2013 Peserta Seminar ASEAN Community Bersertifikat 3. 2012 Peserta Seminar Kewarganegaraan “Proud To Be

Indonesian: Generasi Kebanggaan Bangsa” Bersertifikat 4. 2012 Tingkat IV Mahasiswa Berprestasi tingkat

Fakulatas TA 2011-2012 Bersertifikat

5. 2012 Peserta Seminar Reaktualisasi Nilai-nilai

Pancasila di Kalangan Generasi Muda Bersertifikat 6. 2012

Observer Simulasi Praktikum Profesi ASEAN Summit 2011 “ASEAN Community Building 2015

Bersertifikat 7. 2011 Peserta Dialog Publik PT Jasa Raharja Bersertifikat 8. 2011 Peserta Table Manner Course Savoy Homann

Hotel Bandung Bersertifikat

9. 2011 Peserta Kuliah Umum Strategi Politik Luar Negeri

Indonesia Bersertifikat

10 2011 Seminar Net-Preneur Meraih Peluang Bisnis

melalui Internet Bersertifikat

11 2010 Peserta LKMM SEMA UNIKOM Bersertifikat

12 2010 Peserta Table Manner Course Golden Flower

Hotel Bandung Bersertifikat

13 2009 Peserta Ceramah Umum Dekan FISIP UNIKOM Bersertifikat 14 2009 Peserta Malam Keakraban HI UNIKOM Bersertifikat 15 2006 Peserta Table Manner Course Inna Garuda Hotel


(4)

PENGALAMAN KERJA

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2007 Re-Hot Burger & Cafe

Ternate-Bandung Waitress , Cashier

2. 2008 AnCasa Resort

Port Dickson-Malaysia

Room Attendant (Trainee) 3. 2008 AnCasa Hotel

Kuala Lumpur-Malaysia

Room Attendant , F&B services (Trainee) 4. 2013 Café Halaman

Taman Sari-Bandung Service (Trainee)

5. 2014 The Cellar Restaurant

Diponegoro-Bandung Service, Cashier, Pantry

KEAHLIAN/BAKAT

No. Uraian

1. Operasionalisasi Microsoft Office 2. Bahasa Inggris Aktif & Pasif 3. Internet

4. Menyanyi 5. Puisi

Bandung, Agustus 2014 Hormat Saya,


(5)

viii

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 14

1.2.1 Rumusan Masalah Mayor... 14

1.2.2 Rumusan Masalah Minor ... 14

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 14

1.3.1 Maksud Penelitian ... 14

1.3.2 Tujuan Penelitian... 15

1.4 Kegunaan Penelitian ... 15

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 15


(6)

ix

2.2.1 Hubungan Internasional ... 24

2.2.2 Politik Luar Negeri ... 26

2.2.3 Kebijakan Luar Negeri ... 30

2.2.4 Kepentingan Nasional ... 34

2.2.5Keamanan Internasional ... 37

2.2.6 Nuklir ... 38

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 46

3.1.1 Tiongkok ... 46

3.1.1.1 Sejarah Berdirinya Negara ... 46

3.1.1.2 Profil Negara ... 50

3.1.1.3 Politik Luar Negeri Tiongkok ... 51

3.1.1.4 Nuklir di Tiongkok ... 52

3.1.2 Iran ... 54

3.1.2.1 Sejarah Berdirinya Negara ... 54

3.1.2.2 Profil Negara ... 55

3.1.2.3 Politik Luar Negeri Iran ... 58

3.1.2.4 Nuklir di Iran ... 61

3.1.3 Hubungan Bilateral Tiongkok dan Iran ... 63


(7)

x

3.2.1 Desain Penelitian ... 75

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 76

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 76

3.2.4 Teknik Analisa Data ... 77

3.2.5 Lokasi Penelitian ... 78

3.2.5.1 Lokasi Penelitian ... 78

3.2.5.2 Waktu Penelitian ... 79

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hubungan Luar Negeri Tiongkok dan Iran pada Masa Pemerintahan Presiden Hu Jintao (2003-2013) ... 80

4.2 Kepentingan Tiongkok Terhadap Pengembangan Nuklir di Iran ... 86

4.3 Dukungan Tiongkok Terhadap Pengembangan Nuklir di Iran ... 89

4.4 Respon Iran terhadap Dukungan Tiongkok pada Pengembangan Nuklir di Iran ... 92

4.4.1 Masa Kepemimpinan Mohammad Khatami ... 93

4.4.2 Masa Kepemimpinan Mahmoud Ahmadinejad ... 95

4.4.3 Masa Kepemimpinan Hassan Rouhani ... 102

4.5 Polemik Nuklir Iran dan Pihak-Pihak Lain yang Terlibat ... 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 107


(8)

xi


(9)

xii

Tabel 2.2 Negara dengan Nuklir ... 39

Tabel 3.1 Fasilitas Nuklir Iran ... 62

Tabel 3.1.3 Perusahaan Tiongkok di Iran ... 68


(10)

xiii

Gambar 4.4.1 Tingkat Produksi-Konsumsi Minyak di Tiongkok... 97


(11)

xiv

Lampiran 2 : Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons


(12)

110

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Ansari, Ali M. 2008. Supremasi Iran. Jakarta: Zahra.

Ar-Rusydi, Mirza Maulana. 2007. Mahmoud Ahmadinejad: Singa Persia Vs Amerika Serikat. Yogyakarta: Garasi.

Breuning, Marijke, 2007. Foreign Policy Analysis: A Comparativ Introduction. New York: Palgrave.

Buzan, Barry. 2008. People, State and Fear. Eropa:ECPR.

Cahyo, Agus N. 2011. Tokoh-Tokoh Dunia yang Paling dimusuhi Amerika dan Sekutunya. Jogjakarta: Diva Press.

_______. 2011. Tokoh-Tokoh Timur Tengah yang Diam-Diam jadi Antek Amerika dan Sekutunya. Jogjakarta: Diva Press.

Carlsnaes, Walter. 2002. Handbook of International Relation. London: Sage. Coplin, William. 1992. Pengantar Politik Internasional Suatu Telaah. Bandung:

Sinar Baru.

Couloumbis, Theodore A. dan James Wolfe. 1999. Pengantar Hubungan Internasional Keadilan dan Power. Jakarta: Putra A. Bardin.

Danziger, James N. 2005. Understanding the Political World. New York: Pearson Longman.

Dugis, V. 2007. Analyzing Foreign Policy. Jakarta: Grasindo.

Frankel, Joseph. 1973. International Politics , Conflict and Harmony.

Harmondsworth.

Gayo, H. M. Iwan. 2008. Buku Pintar Seri Junior. Jakarta: Grasindo.

Glahn, Gerhard Von dan James Larry Taulbee. 2009. Law Among Nations. Inggris: Longman.

Hinnebusch, Raymond. 2003. The International Politics of the Middle East.

Inggris: Manchester University Press.

Holsti, K. J. 1998. Politik Internasional Jilid II.Jakarta:Erlangga.

Jemadu, Aleksius. 2008. Politik Global dalam Teori dan Politik. Yogyakarta:Graha Ilmu.


(13)

Labib, Muchsin dkk. 2006. Ahmadinejad! David di Tengah Angkara Goliath Dunia. Jakarta: Hikmah.

Lenczowsky, George. 2003. Timur Tengah di Tengah Kancah Dunia. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Mas’oed, Mohtar. Perbandingan Sistem Politik. 2000. Yogjakarta: Gadjah Mada

University Press.

Morgenthau, Hans J. 1990. Teori Realisme: Suatu Analisis dan Kritik. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.

Nasution, Dahlan. 1991. Politik Internasional: Konsep dan Teori. Jakarta:Erlangga.

Papp, D. S. 1988. Contemporary International Relation: A Framework for Understanding, Second Editions. New York: MacMillan Publishing Company.

Parillo, Jill Marie. 2006. Iran’s Nuclear Program. Official State of United Nation. Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan Mochamad Yani. 2005. Pengantar Ilmu

Hubungan Internasional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Plano, Jack C. dan Roy Olton. 1999. Kamus Hubungan Internasional. Bandung: Abardin.

Rudy, T. May. 2002. Studi Strategis dalam transformasi sistem Internasional Pasca Perang dingin. Bandung: Refika Aditama.

Starke, J. G. 2010. International Law 10th Edition. Jakarta: Sinar Grafika.

Surahman, M. Anwar & Marye Agung Kusmagi. 2011. 69 Konspirasi Dunia versi Wikileaks. Depok: Raih Asa Sukses.

Syafiie, Inu Kencana dan Andi Azikin. 2007. Perbandingan Pemerintahan. Bandung: PT Refika Aditama.

Tahrir, Hizbut. 2013. Media Politik dan Dakwah al-wa’ie. Jakarta Selatan: Hizbut Tahrir Indonesia.

Taniputera, Ivan .2008. History of China. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Thohir, Ajid. 2009. Studi Kawasan Dunia Islam: Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik. Jakarta: Rajawali Pers.

Wardhana. Wisnu Arya. 2007. Teknologi Nuklir. Bandung: Andi.


(14)

Artikel dalam Situs:

Amerika Menyerang Kesepakatan atas Masalah Nuklir Iran. http://m.hizbut-tahrir.or,id/2013/03/13/amerika-menyerang-kesepakatan-atas-masalah-nu klir-iran/ diakses pada tanggal 20 Mei 2014.

Asia Timur. http://id.wikipedia.org/wiki/Asia_Timur diakses pada tanggal 28 Juni 2014.

As Sanctions Rise, China Step Deeper Into Iran. http://www.globalissues. org/news/2010/07/ 30/6457 diakses pada tanggal 5 Mei 2014.

Ayatollah Khomeini Pemimpin Spiritual Iran. http://publikasi. umy.ac.id/index.php/hi/article/viewFile/957/610 diakses pada tanggal 22 April 2014.

Buku Pintar Nuklir. http://www.batan.go.id/kip/documents/ 12buku_pintar.pdf diakses pada tanggal 20 Mei 2014.

Cina. http://indonesian.cri.cn/Cinaabc/chapter14/chapter140107. htm diakses pada tanggal 15 Mei 2014.

Cina dan Iran. http://nkrinews.com/index.php/internasional/1783-chna-dan-iran diakses pada tanggal 20 Mei 2014.

Cina Harap Hubungan Militer dengan Iran Makin Erat.

(http://www.republika.co.id/berita/ internasional/global/14/05/06/n554zr-cina-harap-hubungan-militer-dengan-iran-makin-erat diakses pada tanggal 20 Mei 2014.

Cina Iran Makin Dekat dalam Bidang Pertahanan. http://www.dw.de/cina-iran-makin-dekat-dalam-bidang-pertahanan/a-17612731 diakses pada tanggal 20 Mei 2014.

Cemaskan Nuklir Israel jika Dimusnahkan Iran. http://m.sindonews. com/read/865424/43/cemaskan-nuklir-israel-ketakutan-jika-dimusnahkan-iran diakses pada tanggal 20 Mei 2014.

China and Iran. http://www.fmprc.gov.cn/mfa_eng/wjb_663304/zzjg_663340/ xybfs_663590/gjlb_663594/2818_663626/ diakses pada tanggal 20 Mei 2014

China Iran Foreign Relations. http://www.irantracker.org/foreign-relations/china-iran-foreign-relations#_ftn45 diakses pada tanggal 20 Mei 2014.

China Iran Foreign Relations. http://www.presstv.ir/detail.aspx?id=95112&sec tionid=3510213 diakses pada tanggal 20 Mei 2014.


(15)

China dan Rusia Desak Iran Rubah Sikap. http://nasional.kompas. com/read/2010/03/24/14001279/China.dan.Rusia.Desak.Iran.Ubah.Sikap diakses pada 5 Mei 2014.

China Foreign Policy. http://www.foreignpolicy.com/China diakses pada tanggal 20 Mei 2014.

Chinese Australian Consortium to develop. http://www.iranenergyproject.org/ 1399/chinese-australian-consortium-to-develop-3 diakses pada tanggal 20 Mei 2014.

Chinese Foreign Policy. http://csis.org/files/media/csis/pubs/080916_cbs_1_ foreignpolicyf.pdf diakses pada tanggal 20 Mei 2014.

China Iran Relation. http://en.wikipedia.org/wiki/China%E2%80%93Iran_ relations diakses pada tanggal 20 Mei 2014.

China’s Oil Import Continued Upward Trend in ’09. www.energytribune.com by

Michael J. Economides and Xina Xie diakses pada tanggal 20 Mei 2014. China Tolak Seruan Sanksi Baru Iran. http://www.pelita. or.id/baca.php?id=38741

diakses pada tanggal 4 Mei 2014.

Constitusion of The Islamic Republic of Iran. http://www.imj.ir/index.php? option=com_content&view=article&id=583:1388-11-17-153946&catid=84: 1388-11-03-08-40-10&Itemid=222 diakses pada tanggal 20 Mei 2014.

Foreign Ministry Spokesperson’s Press Conference on June 3, 2003.

http://www.china-un.org/eng/hyyfy/t28673.htm diakses pada tanggal 1 Juni 2014.

GAO – US Government Accountability Office. http://www.gao.gov/new.items/ d10721t.pdf diakses pada tanggal 20 Mei 2014.

Geography of Iran. http://en.wikipedia.org/wiki/Geography_of_Iran diakses pada tanggal 8 Maret 2014.

Haluan Politik Presiden Terpilih Iran Hassan Rouhani. http://www.dw.de/haluan-politik-presiden-terpilih-iran-hassan-rouhani/a-16894342 diakses pada tanggal 21 April 2014.

Hassan Rouhani. http://en.m.wikipedia.org/wiki/Hassan_Rouhani diakses pada tanggal 21 April 2014.

Hubungan Luar Negeri Iran. http://ms.wikipedia.org/wiki/Hubungan_luar_ negeri_Iran diakses pada tanggal 18 Februari 2014.

Hu Jintao and George W. Bush Clear Some Nuclear Issues. http://english.pravda.ru/news/world/06-12-2007/102399-nuclear_questions-0/#.U5S0eHb_i00 diakses pada tanggal 2 Juni 2014.


(16)

Imminent Iran Nuclear Threat? A Timeline Of Warnings Since 1979. http://www.informationclearinghouse.info/article30177.htm diakses pada tanggal 4 Mei 2014.

International Security. http://en.wikipedia.org/wiki/International_security diakses pada tanggal 20 Mei 2014.

Iran. http://id.wikipedia.org/wiki/Iran diakses pada tanggal 10 Maret 2014.

Iran. http://www.countryreports.org/country/Iran.htm diakses pada tanggal 8 Maret 2014.

Iran dan Tiongkok. http://m.jpnn.com/news.php?id=827088 diakses pada tanggal 20 Mei 2014.

Iranian.http://en.wikipedia.org/wiki/Iranian diakses pada tanggal 10 Maret 2014.

Iran’s Falling Oil Output Means Less Clout.

http://online.wsj.com/article/SB1000142405274870456920457532 8851816763476.html diakses pada tanggal 20 Mei 2014.

Iran’s Nuclear Program. http://www.wiseinternational. org/node/2859 diakses pada tanggal 4 Mei 2014.

Iran Tiongkok Perluas Seluruh Hubungan dan Kerja Sama. http://article. wn.com/view/2014/05/16/IranTiongkok_perluas_seluruh_hubungan_dan_ke rja_sama/ diakses pada tanggal 20 Mei 2014.

Isu Nuklir Iran Dibayangi Pembangkangan Tehran. http://indonesian.cri.cn/ 1/2008/04/16/1@80410.htm diakses pada tanggal 20 Mei 2014.

Mahmoud Ahmadinejad. http://en.m. wikipedia.org/wiki/Mahmoud_Ahmadinejad diakses pada tanggal 20 Mei 2014.

Mahmud Ahmadinejad. http://id.wikipedia.org/wiki/Mahmud_Ahmadinejad diakses pada tanggal 21 April 2014.

Menyerang Iran sama dengan Menyerang Rusia dan Cina.

http://islamtimes.org/vdcaiin6y49nuo1. h8k4.html diakses pada tanggal 20 Mei 2014.

Mongol. http://afe.easia.columbia.edu/ mongols/figures/figures.htm diakses pada tanggal 15 Mei 2014.

Name of Iran. http://en.wikipedia.org/wiki/Name_of_Iran diakses pada tanggal 10 Maret 2014.

Nuclear Facilities in Iran. http://en.wikipedia.org/wiki/Nuclear_facilities_in_Iran #cite_ note-ips2003-14 diakses pada tanggal 20 Mei 2014.


(17)

Nuclear Law. http://en.wikipedia.org/wiki/Nuclear_law diakses pada tanggal 1 Juli 2014.

Nuclear Program of Iran. http://en.wikipedia.org /wiki/Nuclear_program_of_Iran diakses pada tanggal 20 Mei 2014.

Nuclear Weapon. http://www.fas.org/nuke/guide/iran/nuke/ diakses pada tanggal 4 Mei 2014.

Nuklir Iran Antara Pujian dan Kecaman. http://surwandono.staff.umy.ac.id/ 2010/06/29/files/2010/06/nuklir-iran-antara-pujian-dan-kecaman.doc

diakses pada tanggal 20 Mei 2014.

Nuklir Iran : Siapa Yang Menanam Angin, Dialah yang Menuai Badai. http://arifnurcahyo -janisary.blogspot.com/2011/12/nuklir-iran-sia pa-yang-menanam-angin.html diakses pada tanggal 4 Mei 2014.

Pappers, Please! http://www.foreignpolicy.com/articles/2014/04/11/papers_please diakses pada tanggal 22 April 2014.

Pemerintah Komunis Cina. http://www.slide share.net/anazatul/pemerintah-komunis-cina diakses pada tanggal 15 Mei 2014.

Pemufakatan Kerjasama Antara IAEA dengan Iran. http://vovworld.vn/id-id/Berita/Pemufakatan-kerjasama-antara-IAEA-dengan-Iran-pada-permula annya-mencapai-hasil-positif/201682.vov diakses pada tanggal 6 Mei 2014. Pengertian Sejarah dan Sumber Hukum. http://roysanjaya.blogspot.com

/2009/01/pengertian-sejarah-dan-sumber-hukum.html diakses pada tanggal 18 Februari 2014.

Penjelasan Diplomasi Menurut Arthasastra. http://www.seniberpikir.com /diplomasi-penjelasan-menurut-arthasastra/ diakses pada tanggal 20 Februari 2014.

Persekongkolan Iran-AS: Sejak Pahlevi, Khomaeni Hingga Rouhani. http://hizbut-tahrir.or.id/2013/11/06/persekongkolan-iran-as-sejak-pahlevi-khomaeni-hin gga-rouhani/ diakses pada tanggal 21 April 2014.

Perusahaan Minyaknya Disanksi AS Cina Marah. http://m.news.viva.co.id/ news/read/280286-perusahaan-minyaknya-disanksi-as--china-marah diakses pada tanggal 20 Mei 2014.

Politik Luar Negeri Iran: Perspektif Global. http://indonesian.irib.ir/wacana/-/asset_publisher /mkD7/content/politik-luar-negeri-iran-perspektif-global diakses pada tanggal 17 Maret 2014.

Presiden Iran Rouhani Berpidato di Pertemuan Davos. http://www.dw.de/ presiden-iran-rouhani-berpidato-di-pertemuan-davos/a-17382818 diakses pada tanggal 20 Mei 2014.


(18)

Rahasia Pengembangan Nuklir Cina. http://global.indonesianvoices.org/ 2013/10/rahasia-pengembangan-nuklir-Cina.html diakses pada tanggal 20 Mei 2014.

Respon Rusia dan Cina Menyikapi Sanksi PBB atas Nuklir Iran. http://kansha forlife.wordpress.com/2012 /09/18/respon-rusia-dan-cina-menyikapi-sanksi-pbb-atas-nuklir-iran-2006-2008-sebuah-studi-komparasi/ diakses pada tanggal 20 Mei 2014.

Rouhani Says will Present 'True Face of Iran' At U.N. http://www.reuters.com/article/2013/09/23/us-iran-nuclear-idUSBRE98M0I W20130923 diakses pada tanggal 21 April 2014.

Rusia & Cina Gagalkan Akal Bulus AS di Dewan PBB. http://www.islamtimes.org/vdce7x8wejh8vni.rabj.html diakses pada tanggal 20 Mei 2014

Security Council Resolution on Iran. https://www.armscontrol.org/factsheets/ Security-Council-Resolutions-on-Iran diakses pada tanggal 4 Mei 2014. Sejarah Awal Berdiri Negara Cina. http://www.catatansejarah.com/2012/01

/sejarah-awal-berdiri-negara-china.html diakses pada tanggal 20 Mei 2014. Sejarah Tiongkok. http://id.m.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Tiongkok diakses pada

tanggal 15 Mei 2014.

Nuklir Iran : Siapa Yang Menanam Angin, Dialah yang Menuai Badai. http://arifnurcahyo-janisary.blogspot.com/2011/12/nuklir-iran-siapa-yang-menanam-angin.html diakses pada tanggal 4 Mei 2014.

Seberapa Besar Kapasitas Nuklir Cina? http://indonesianvoices.com /index.php?option=com_content&view=article&id=124:seberapa-besar-ka pasitas-nuklir-china &catid=1:latest-news&itemid=50 diakses pada tanggal 20 Juni 2014.

Summary of the Proceedings of Tehran International Conference on Disarmament 21 April 2010. http://iran-un.org/en/2010/04/21/21-april-2010/ diakses pada tanggal 20 Mei 2014.

Sun Yat-Sen. http://asianhistory.about.com/od/modernChina/p/Sun-Yat-Sen.htm diakses pada tanggal 15 Mei 2014.

Teori Konflik. http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_konflik diakses pada tanggal 20 Februari 2014.

Time to Attack Iran. http://www.foreignaffairs.com/articles/136917/matthew-kroenig/time-to-attack-iran diakses pada tanggal 22 April 2014.


(19)

Timur Tengah Nuklir Iran. http://muzainiyeh---fisip09.web.unair.ac.id/ artikel_detail-59288-mbp%20timur%20tengah-nuklir %20iran.html diakses pada tanggal 20 Mei 2014.

Unilateral Acts of States. http://legal.un.org/ilc/summaries/9_9.htm diakses pada tanggal 20 Februari 2014.

U.S. Foreign Policy toward Iran in the Obama Era. http://armscontrolcenter.org/is sues/iran/articles/062309_us_iran_policy_obama_era/ diakses pada tanggal 22 April 2014.

What Iran Really Want. http://www.foreignaffairs.com/articles/141209/moham mad-javad-zarif/ what-iran-really-wants diakses pada tanggal 22 April 2014. World Nuclear.

http://www.world-nuclear.org/info/Country-Profiles/Countries-G-N/Iran/ diakses pada tanggal 20 Mei 2014.

World Nuclear Power Reactor and Uranium Requirements. http://www.world-nuclear.org/info/Facts-and-Figures/World-Nuclear-Power-Reactors-and-Ura nium-Requirements/ diakses pada tanggal 20 Mei 2014.

Karya Ilmiah:

Dubowitz, Mark & Laura Grossman. 2010. Iran’s Chinese Energy Partners.

Washington DC: FDD Press.

Ghazvini, Sayed Ali. 1996. On the Foreign Policy of Islam: A Search Into the Juridical Dimension of Iranian Foreign Policy, dalam The Iranian Journal of International Affairs. Vol viii no. 4 Teheran: Winter.

Hendrasica, Andika. 2007. Perspektif Hukum Internasional Terhadap Pengembangan Teknologi Nuklir (Studi Kasus : Dugaan Pengembangan Senjata Nuklir Iran) (Tesis). Semarang: Universitas Diponegoro.

Harold, Scott and Alireza Nader. China and Iran: Economic, Political and Military Relations. Center for Middle East Public Policy.

Heriyanto, Yayak. 2007. Politik Luar Negeri Iran dalam Upaya Menjaga Kepentingan Nasional (1979-2006) Studi Kasus tentang Pengembangan Teknologi Nuklir dalam Memenuhi Kebutuhan Energi Iran. Jakarta: Universitas Indonesia.

Kartika, Dyah Kusumaningayu Ratna. Alasan Perubahan Sikap Cina Terhadap Masalah Nuklir Iran tahun 2010. Surabaya: Universitas Airlangga.

Kemenade, Willem Van. 2009. Iran’s Relations with China and the West:

Cooperation and Confrontation in Asia. Netherlands Institutes of International Relations.


(20)

Nugroho, Agung. 2012. Dukungan Cina Terhadap Program Nuklir Iran (2006-2009). Jurnal Transnasional Vol. 4 No. 1.

Pratama, Tide Aji. 2008. Kebijakan Nuklir di Iran. Jakarta: Universitas Indonesia.

Salehzadeh, Alan. 2013. Iran’s Domestic and Foreign Policies. National Defence

University Department of Strategic and Defence Studies.

Sitepu, P. Anthonius. 2006. Teori RealismePolitik Hans J. Morgenthau dalam Studi Politik dan Hubungan Internasional. Jurnal Analisis Administrasi dan Kebijakan Vol. 3 No.1, Universitas Sumatera Utara.

Utomo, Tri Cahyo. 2013. Akuntabilitas Program Nuklir Iran. Artikel Forum Iran Vol. 39.


(21)

v

karena dengan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini. Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini banyak menemukan kesulitan dan hambatan karena keterbatasan kemampuan peneliti, namun berkat dukungan dan dorongan berbagai pihak, disertai keinginan yang kuat dan niat yang sungguh-sungguh, maka akhirnya penelitian ini dapat diselesaikan sebagaimana diharapkan.

Untuk kedua orangtua, mama dan papa yang selalu memberi dukungan moral, terimakasih atas dukungannya selama ini karena tidak pernah bosan mengingatkan agar tetap okus menyelesaikan penelitian ini. Terimakasih atas dukungan dan doa kalian yang sangat berguna hingga saat ini.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari pihak-pihak yang telah membantu baik itu dalam melakukan penelitian maupun dalam penyusunan skripsi, peneliti tidak mungkin menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Yth. Ibu Prof. Dr. Hj. Aelina Surya, Dra. Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan arahan dalam melakukan penelitian.

2. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs. M.A. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah


(22)

vi

waktu berkali-kali untuk memperbaiki usulan penelitian hingga akhirnya dapat mengikuti sidang sarjana.

4. Yth. Bapak H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si. yang telah memberikan bimbingan dan arahan, serta saran dan kritik sehingga peneliti dapat melanjutkan penelitian ini.

5. Yth. Ibu Dewi Triwahyuni, S.IP., M.Si. yang memberikan bantuan dan dukungan serta pegesahan judul yang berulang-ulang.

6. Yth. Ibu Sylvia Octa Putri, S.IP. yang telah menjadi dosen wali paling sabar dalam membimbing peneliti selama perkuliahan.

7. Yth. Ibu Dwi Endah Susanti, S.E. yang telah menyediakan waktunya untuk membantu melengkapi semua berkas-berkas perkuliahan hingga sidang sarjana.

8. Yth. Ibu Dra. Ambar Yoganingrum, Apt. Mkes. sebagai Plh. Kepala Bidang Diseminasi Informasi Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah Lembaga Ilmu Pendidikan Indonesia di Jakarta yang mengijinkan peneliti melakukan penelitian di LIPI.

9. Yth. Bapak Suryo Anggoro sebagai Staff Kedutaan Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia yang memberikan pengarahan mengenai penelitian yang peneliti lakukan.

10.Mpie dan Coco adik-adikku yang selalu memberi bantuan semangat, dukungan dan doa.


(23)

vii

Richard, dan Haridi yang sudah lulus tapi tetap memberi semangat dan selau memberi bantuan apapun.

13.Sahabat peneliti sekaligus teman di HI UNIKOM 2009 Leonardo, Ratu Rayanti, Rudiansyah Tubagus Lisma terimakasih buat bantuan kalian. 14.Teman-teman HI angkatan lainnya Raisa Dara, Fitria Afriyanti, Elin

Dewanti, Rizky Ananda Prima yang selalu mau membantu kasih saran. 15.Eko Prastyo yang selalu mendukung sebagai pacar dan sahabat terbaik. 16.Guntur, Ginting, Andri yang selalu mendoakan yang terbaik untuk masa

depan peneliti.

17.Jona Paul yang mengantar kesana kemari untuk penelitian.

18.Semua pihak yang telah membantu sebelum dan selama pelaksanaan penelitian skripsi yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masi diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

Oleh karena itu peneliti berharap dan berterima kasih atas segala saran dan kritik dari pembaca. Serta menerima saran dan kritik tersebut dengan hati terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, Agustus 2014 Peneliti


(24)

1 1.1Latar Belakang Masalah

Asia Timur merupakan sebuah kawasan yang terdiri dari beberapa negara maju dan karena itu juga Asia Timur tidak memiliki sebuah organisasi regional. Republik Rakyat Tiongkok, Hongkong, Jepang, Makau, Mongolia, Korea Utara, Korea Selatan dan Taiwan adalah bagian dari Asia Timur yang mana Asia Timur memiliki kepadatan penduduk mencapai 230 per km2 (http://id.wikipedia.org/wiki/Asia_Timur diakses pada tanggal 28 Juni 2014). Karena persaingan antar negara-negara di kawasan Asia Timur yang mana beberapa negara seperti Tiongkok, Jepang dan Korea yang memiliki nama di dunia internasional, maka sulit terciptanya sebuah persatuan disana. Terkadang konflik juga muncul antar negara-negara tersebut yang membuat dunia internasional ikut menyelesaikannya. Intervensi Amerika Serikat tentunya juga muncul karena Tiongkok adalah salah satu negara yang menjadi saingan utama Amerika dalam perekonomian dunia.

Tiongkok dan Amerika Serikat merupakan dua anggota Dewan Keamanan Tetap PBB yang tentunya memiliki kekuatan di kancah dunia internasional. Peluang usaha demi memenuhi kepentingan nasionalnya pasti akan dicari dan digunakan semaksimal mungkin. Seperti halnya dengan negara-negara Timur Tengah yang mempunyai banyak cadangan minyak yang sangat dibutuhkan oleh negara-negara industri seperti Amerika dan Tiongkok.


(25)

Timur Tengah adalah salah satu kawasan yang rentan akan konflik. Setiap tahun terjadi pergejolakan di negara-negara Timur Tengah. Hal ini sudah menjadi bahasan Ilmu Hubungan Internasional secara turun temurun dan belum pernah ada penyelesaiannya. Kawasan Timur Tengah terdiri dari negara-negara Arab yang setiap negaranya memiliki keinginan untuk berada dalam satu kesatuan, namun pada kenyataannya kepentingan nasional tiap negara menjadikan negara-negara Timur Tengah saling bersitegang (Lenczowsky, 2003:381).

Selain faktor perbedaan yang muncul dalam internal kawasan Timur Tengah sendiri, juga ada pengaruh eksternal. Pengaruh eksternal ini muncul karena melimpahnya kekayaan alam yang dimiliki negara-negara Timur Tengah, terutama minyak bumi. Negara-negara maju berebut untuk mengadakan kerjasama dengan negara-negara penghasil minyak bumi di Timur Tengah sehingga perseteruan antar negara maju tersebut memancing persaingan negara-negara Timur Tengah untuk menjadi yang terbaik.

Iran adalah salah satu negara Timur Tengah yang terletak di Asia Barat Daya. Iran memiliki sumber daya alam yang melimpah sehingga banyak negara yang menginginkan melakukan kerjasama dengan negara ini. Selain itu, Iran juga melakukan pengembangan nuklir yang diperoleh dari Amerika Serikat dengan tujuan riset nuklir dengan kekuatan hanya 5 megawatt yang mulai beroperasi pada tahun 1967 (http://arifnurcahyo-janisary.blogspot.com/ 2011/12/nuklir-iran-siapa-yang-menanam-angin.html diakses pada tanggal 4 Mei 2014).


(26)

Untuk membatasi pengembangan senjata nuklir di dunia, dibentuk perjanjian pelarangan penyebaran senjata nuklir diantara negara-negara pemilik nuklir yang diatur melalui Nuclear Non-Proliferation Treaty (NPT) pada tahun 1968, namun Iran baru menandatangani perjanjian tersebut pada tahun 1970. Selain NPT, Iran juga menandatangani Safeguards Agreement

dengan International Atomic Energy Agency pada tahun 1974 yang bertujuan agar badan dunia dapat mengawasi pengembangan program nuklir Iran (http://www.fas.org/nuke/guide/iran/nuke/ diakses pada tanggal 4 Mei 2014). Iran terus melakukan pengembangan program nuklirnya dibawah pemerintahan Shah Iran dengan melakukan beberapa bentuk kerjasama dengan perusahaan Eropa di Jerman dan Perancis. Pengembangan nuklir terus berjalan hingga terhenti pada tahun 1979 saat terjadi Revolusi Iran yang dipimpin oleh Ayatullah Khomeini.

Selama pemerintahan Khomeini, proyek pembangunan reaktor nuklir dihentikan karena dianggap merupakan bentuk pemenuhan ambisi Shah semata yang mana menghabiskan dana lebih dari 30 milyar dolar, padahal pembangunan beberapa reaktor nuklir sudah hampir selesai. Reaktor Bushehr 1 sudah selesai sekitar 90% dan 60% peralatannya telah dipasang, serta Reaktor Bushehr 2 sudah mencapai 50%. Selain karena dana yang digunakan sangat besar dalam mengembangkan nuklir di Iran, Perdana Menteri Mehdi Bazargan juga menganggap bahwa Iran tidak membutuhkan energi nuklir bersamaan dengan krisis keuangan di Iran dan terjadi ketegangan hubungan Iran dengan barat, maka dari itu pembangunan reaktor nuklir di Iran


(27)

dihentikan (http://www.informationclearinghouse.info/article30177.htm diakses pada tanggal 4 Mei 2014).

Dalam keadaan Iran yang masih rentan karena baru terjadinya revolusi, Irak melakukan penyerangan dengan tujuan untuk menguasai terusan Shat Al-Arab, wilayah Kurdistan, Pulau Abu Musa, Tunbs besar dan kecil serta mencegah berkembangnya Revolusi Islam di kawasan teluk Persi sehingga terjadi perang antara kedua negara dari tahun 1980-1988 yang menyebabkan kerusakan pada kedua reaktor nuklir Iran karena dibom oleh Irak. Pengeboman dilakukan sebanyak enam kali, yaitu Maret 1984, Februari 1985, Maret 1985, Juli 1986 dan November 1987 dua kali. Karena hal tersebut, reaktor Bushehr 1 dan Bushehr 2 mengalami kerusakan berat, namun untungnya peralatan utama reaktor belum sempat dipasang dan masih disimpan di Italia dan Jerman (Danziger, 2005:405-406).

Usaha untuk memperbaiki reaktor nuklir Bushehr 1 dan 2 telah banyak dilakukan. Pertama Iran meminta bantuan pada Krafwerk Union sebuah perusahaan Jerman namun ditolak karena intervensi Amerika Serikat, kedua pemerintah Iran meminta Kraftwerk Union mengirim komponen-komponen reaktor dan dokumen tekhnisnya karena Iran telah membelinya, namun pengiriman juga gagal sehingga Iran meminta kompensasi sebesar $5,4 milyar. Hingga akhir tahun 1980 belum ada satupun usaha yang berhasil untuk memperbaiki kedua reaktor tersebut. Bantuan yang diajukan perusahaan konsorsium Jerman, Spanyol dan Argentina dibatalkan karena tekanan Amerika Serikat, begitupun dengan rencana National Institute of Industry and


(28)

Nuclear Equipment dari Spanyol untuk meyelesaikan reaktor nuklir Iran digagalkan oleh Amerika Serikat. Iran mencoba membeli peralatan dari Italia, Republik Ceko dan Polandia namun tekanan Amerika Serikat berhasil menggagalkan kembali keinginan Iran tersebut (http://www.wiseinternational. org/node/2859 diakses pada tanggal 4 Mei 2014).

Pada tahun 1990, Iran bekerjasama dengan Rusia untuk memperbaiki Reaktor Bushehr 1, namun akhirnya dibatalkan karena masalah keuangan. Bantuan pertama yang didapat Iran adalah pada tahun 1991 dari Tiongkok berupa kiriman pasokan material, uranium hexafluoride, tetra fluoride dan uranium dioxide dalam jumlah yang tidak begitu banyak. Hal ini tidak diketahui oleh IAEA dan merupakan awal mula bentuk dukungan Tiongkok terhadap program nuklir Iran (Parillo,2006:2).

Berdasarkan pertimbangan karena hubungan Iran dan barat memburuk, krisis keuangan di Iran serta kekacauan pasca peperangan dengan Irak, maka pada masa pemerintahan Rafsanjani sekitar tahun 1995, pengembangan program nuklir ini kembali dilanjutkan, begitu juga pada masa kepemimpinan Khatami. Namun pada tahun 2003 masalah mengenai pengembangan program nuklir di Iran mulai muncul karena laporan dari pihak oposisi Iran yang diasingkan bahwa Iran melakukan pengembangan program nuklir rahasia dan tidak aman serta disembunyikan dari para petugas Badan Energi Atom Internasional atau International Atomic Energy Agency (IAEA). Karena hal inilah sehingga terjadi krisis nuklir di Iran (Parillo, 2006:2).


(29)

Tekanan demi tekanan Iran dapatkan karena program nuklirnya. Dewan Keamanan PBB mengeluarkan beberapa resolusi mengenai program nuklir Iran. Resolusi tersebut:

1. Resolusi 1696 pada 31 Juli 2006 yang berisi bahwa Iran harus menuruti langkah-langkah yang disarankan oleh IAEA yang mana dapat meyakinkan bahwa nuklirnya memang untuk tujuan damai dengan melaporkan segala aktifitas dan menghimbau kepada seluruh negara untuk tidak membantu Iran dalam program nuklirnya dengan batas waktu hingga 31 Agustus 2006.

Resolusi ini dikeluarkan karena Iran tidak melaporkan program nuklirnya kepada IAEA secara jelas dan Iran tetap melanjutkan pengayaan uraniumnya. Resolusi ini dibahas di Paris tanggal 12 Juli 2006 oleh anggota Dewan Keamanan Tetap PBB dan Jerman serta Uni Eropa.

2. Resolusi 1737 pada 23 Desember 2006 yang berisi himbauan kepada Iran untuk melaporkan segala kegiatan yang berkaitan dengan pengayaan uranium kepada IAEA dan himbauan kepada seluruh negara agar tidak menyuplai, menjual atau mentransfer apapun yang akan berkontribusi pada pengembangan nuklir Iran, segala barang yang akan diperdagangkan harus sepengetahuan IAEA dan resolusi ini berlaku selama 60 hari.

Iran tetap tidak menggubris resolusi yang dikeluarkan DK PBB yang pertama hingga akhirnya resolusi kedua ini pun dikeluarkan. Sikap Iran yang tidak mengikuti saran-saran IAEA membuat DK PBB terus memberikan tekanan kepada Iran.


(30)

3. Resolusi 1747 pada 24 Maret 2007 yang berisi sanksi terhadap Iran antara lain mengenai larangan melakukan perdagangan senjata, pembekuan asset 28 orang dan organisasi yang berkaitan dengan program nuklir dan permintaan terhadap negara-negara agar memberlakukan larangan bepergian terhadap orang-orang yang dikenai sanksi (travel ban). Resolusi ini juga memberikan sanksi ekonomi kepada Iran yaitu dengan melarang semua negara dan lembaga keuangan internasional untuk tidak memiliki komitmen baru dalam hal bantuan keuangan atau pinjaman untuk Iran. 4. Resolusi 1803 pada 3 Maret 2008 yang berisi penegasan kembali sanksi

yang ada pada resolusi 1747 karena Iran tidak menunjukkan tanda-tanda akan bekerjasama dengan IAEA.

5. Resolusi 1835 pada 27 September 2008 yang berisi penegasan terhadap keempat resolusi sebelumnya karena sikap Iran yang tidak menghentikan pengayaan uraniumnya.

6. Resolusi 1929 pada 9 Juni 2010 yang berisi pemberlakuan embargo senjata ke Iran, larangan Iran dalam kegiatan yang berhubungan dengan misil balistik, pemeriksaan resmi dan memperpanjang pembekuan aset terhadap IRGC (Iranian Revolutionary Guard Corps) dan jalur pelayaran Republik Islam Iran.

7. Resolusi 1984 pada 8 Juni 2011 yang isinya menekankan pentingnya penilaian yang kredibel dan obyektif, analisis dan rekomendasi dalam laporan panel ahli. Itu menentukan bahwa proliferasi senjata pemusnah massal merupakan ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional


(31)

8. Resolusi 2049 pada 7 Juni 2012 merupakan perpanjangan dari resolusi 1984.

9. Resolusi 2105 pada 5 Juni 2013 berupa penekanan bagi resolusi-resolusi sebelumnya. (https://www.armscontrol.org/factsheets/Security-Council-Resolutions-on-Iran diakses pada tanggal 4 Mei 2014)

Kesembilan resolusi ini tentunya didukung oleh Dewan Keamanan Tetap maupun tidak tetap PBB, namun ternyata Tiongkok dan Rusia sebagai anggota Dewan Keamanan tetap PBB yang ikut merumuskan resolusi 1747 atau resolusi ketiga yang dikeluarkan DK PBB memberikan dukungan terhadap program nuklir Iran dan mengharapkan masalah nuklir Iran ini dapat diselesaikan secara damai melalui jalan diplomasi. Tiongkok dan Rusia menganggap bahwa jalur diplomasi adalah cara yang tepat untuk mengatasi sikap Iran yang keras mengenai program nuklirnya (http://www.pelita. or.id/baca.php?id=38741 diakses pada tanggal 4 Mei 2014).

Tiongkok merupakan salah satu negara yang memiliki kerjasama cukup panjang dan stabil dengan Iran. Hal ini terjadi karena Tiongkok adalah negara yang memiliki keterbatasaan sumber daya alam energi sehingga negara ini tergantung pada impor minyak dan gas dari negara lain. Tiongkok akan terus melakukan kerjasama-kerjasama dengan negara-negara penghasil energi, yang mana Iran adalah salah satu rekan terkuat Tiongkok.

Di bidang energi, Tiongkok memiliki investasi mencapai $63 milyar di Iran pada tahun 2009 dan juga Iran menjamin pasokan gas ke Tiongkok selama 25 tahun dihitung sejak tahun 2004. Tiongkok juga mengimpor minyak dari Iran


(32)

mencapai 12% kebutuhan di dalam negerinya sehingga segala bentuk tekanan barat terhadap hubungan Tiongkok dan Iran tidak dapat menghentikan kerjasama kedua negara ini (http://www.globalissues.org/news/2010/07/ 30/6457 diakses pada tanggal 5 Mei 2014).

Tepat di tahun 2003, Hu Jintao terpilih menjadi Presiden Tiongkok. Hal ini bertepatan dengan munculnya masalah nuklir di Iran yang dianggap sebagai upaya membuat senjata. Tiongkok yang juga adalah anggota tetap Dewan Keamanan PBB memiliki sikap yang berbeda dengan anggota lainnya selain Rusia karena Tiongkok memberikan dukungan terhadap pengembangan nuklir di Iran sama seperti Rusia. Beberapa kebijakan luar negeri di awal kepemimpinan Hu Jintao menjelaskan sikap positif Tiongkok terhadap hal tersebut.

Hu Jintao memberikan pernyataan bahwa Tiongkok selalu mendukung pengembangan nuklir Iran yang mana berguna untuk membangun pembangkit listrik di Iran. Hu Jintao berharap masalah nuklir ini dapat diselesaikan melalui cara diplomasi tanpa harus memberikan sanksi kepada Iran. Iran adalah negara yang menandatangani Traktak non-Proliferasi Nuklir, Konvensi Senjata Biologi dan Kovensi Sejata Kimia sehingga wajib untuk tidak mengembangkan senjata nukir. Iran jelas telah membantah melakukan pengembangan ataupun memiliki senjata pemusnah massal sehingga organisasi terkaitlah yang mempunyai wewenang menyelesaikan masalah keraguan ini melalui cara negosiasi, konsultasi dan dialog dengan negara Iran karena seharusnya non-proliferasi tidak menghalangi pengembangan nuklir


(33)

yang bertujuan damai (http://www.china-un.org/eng/hyyfy/t28673.htm diakses pada tanggal 1 Juni 2014).

Di tahun 2007 saat Hu Jintao melakukan diskusi mengenai beberapa isu dengan Bush, Presiden Amerika saat itu, terkait nuklir Iran, Tiongkok akan tetap bersikeras menyelesaikan isu nuklir iran melalui jalur negosiasi diplomatik secara damai. Di tahun 2007 sendiri telah dikeluarkan total 3 resolusi DK PBB mengenai isu nuklir Iran, namun Tiongkok tetap pada sikapnya yang menolak memberikan sanksi pada Iran. Menurut Hu dengan menyelesaikan masalah ini melalui jalur diplomasi tentu akan melindungi perdamaian dan stabilitas regional yang pasti akan memenuhi kepentingan setiap pihak yang terkait (http://english.pravda.ru/news/world/06-12-2007/102399-nuclear_questions-0/#.U5S0eHb_i00 diakses pada tanggal 2 Juni 2014).

Dalam tindakan yang dilakukan oleh DK PBB mengenai masalah nuklir Iran, Tiongkok memiliki tiga prinsip, yaitu:

1. Tindakan yang diambil harus memberikan kontribusi nyata bagi penguatan kesepakatan NPT. Dalam hal ini Iran adalah anggota NPT dan telah bersedia bekerja dengan IAEA sehingga memiliki hak menggunakan energi nuklir damai.

2. Tindakan DK PBB harus menciptakan suasana yang kondusif bagi perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah terutama daerah teluk.


(34)

3. Membantu pemulihan perekonomian dunia dan menghindari dampak pada kehidupan normal rakyat Iran dan ekonominya serta tidak mengganggu hubungan antara Iran dengan negara lain.

Tindakan yang diambil DK PBB harus sesuai dengan kenyataan yang terjadi, memiliki sasaran yang jelas dan harus memperkuat upaya diplomatik dalam menyelesaikan masalah nuklir Iran (Nugroho, 2012:13).

Sejak tahun 2006 hingga 2009, Tiongkok terus memberikan dukungan terhadap perkembangan nuklir Iran secara intensif , mulai dari penolakan terhadap sanksi yang diberikan oleh DK PBB padahal dalam hal ini Tiongkok juga ikut merumuskan isi dari resolusi yang dikeluarkan tersebut, hingga penyediaan reaktor, pelatihan tenaga ahli dan pendampingan dalam pengoperasian reaktor nuklir. Dalam perkembangannya, ternyata di tahun 2010, Tiongkok memberikan perubahan dalam sikapnya menghadapi sanksi PBB terhadap program nuklir Iran. Tiongkok mendukung pemberian sanksi kepada Iran mengenai masalah program nuklirnya. Hal ini dikarenakan Tiongkok menginginkan Iran agar merubah sikapnya yang sangat tidak bersahabat dengan IAEA agar melaporkan semua aktifitas nuklirnya di Iran bilamana memang tidak ada indikasi untuk membuat senjata nuklir (http://nasional.kompas.com/read/2010/03/24/14001279/China.dan.Rusia.Des ak.Iran.Ubah.Sikap diakses pada 5 Mei 2014).

Pasca perubahan sikap Tiongkok, Iran tidak lantas memutuskan kerjasamanya dengan Tiongkok karena secara positif Tiongkok masih mendukung secara penuh program nuklir Iran selama Iran dapat bekerjasama


(35)

dengan IAEA. Tiongkok tetap meminta agar masalah program nuklir Iran ini dapat diselesaikan dengan cara diplomasi tanpa harus terus memberikan sanksi kepada Iran.

Memang tidak ada bantuan secara langsung dari Tiongkok terhadap Iran pasca keputusan Tiongkok mendukung resolusi DK PBB, namun setiap pertemuan yang dilaksanakan dengan tema bahasan program nuklir Iran, Tiongkok terus memberikan pernyataan yang mana Tiongkok memberikan dukungan penuh kepada Iran dalam pelaksanaan program nuklirnya, terutama setelah Iran menghentikan 20% pengayaan uraniumnya diawal tahun 2012, yang mana sanksi untuk Iran pun diperingan, seperti diperbolehkannya negara-negara mengimpor minyak kembali dari Iran (http://en.wikipedia.org/ wiki/Nuclear_program_of_Iran diakses pada tanggal 4 Mei 2014).

Dukungan Tiongkok di tahun 2013 disampaikan sebelum pertemuan antara Iran dan IAEA untuk membahas kembali program nuklir Iran pada tanggal 12 Februari 2013. Sebelumnya Iran telah melakukan negosiasi dengan IAEA pada tanggal 16 hingga 17 Januari 2013 namun belum mendapat kesepakatan apapun, hingga akhirnya dilaksanakan pertemuan putaran kedua yang juga belum menemukan kesepakatan. Setelah dilakukan beberapa pertemuan yang juga masih belum menemukan kesepakatan mengenai sengketa program nuklir Iran, pada tanggal 11 November 2013 Iran dan IAEA menandatangani kesepakatan yang mana IAEA akan mendekati dua instalasi nuklir Teheran dalam waktu tiga bulan. Yang juga perlu dilakukan Iran selama 3 bulan adalah melaporkan informasi mengenai reaktor-reaktor penelitian baru, pabrik-pabrik


(36)

tambahan untuk pengayaan uranium, 16 basis untuk melayani pabrik-pabrik listrik tenaga nuklir dan teknologi mengayakan uranium dengan laser (http://vovworld.vn/id-id/Berita/Pemufakatan-kerjasama-antara-IAEA-dengan -Iran-pada-permulaannya-mencapai-hasil-positif/201682.vov diakses pada tanggal 6 Mei 2014).

Peneliti merasa sikap Tiongkok terhadap Iran cukup menarik untuk dibahas secara lebih dalam dan menjadikan masalah ini sebagai penelitian untuk pembuatan skripsi dengan judul:

“Dukungan Tiongkok terhadap Pengembangan Nuklir di Iran Pada Masa Pemerintahan Presiden Hu Jintao (2003-2013).”

Penelitian ini dibuat berdasarkan beberapa mata kuliah pada program studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia, yaitu:

1. Politik Internasional, membahas mengenai interaksi politik di kancah dunia internasional terutama dengan cara diplomasi dan juga dampaknya yang mana bisa menjadi sebuah kerjasama ataupun konflik.

2. Pemikiran Politik Islam, membahas dunia politik dari pandangan syariat Islam yang digunakan oleh negara-negara Islam seperti negara-negara Timur Tengah.

3. Analisa Politik Luar Negeri, membahas mengenai politik luar negeri secara mendalam sehingga dapat dilakukan analisa menggunakan beberapa fasilitas yang ada.


(37)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas, maka masalah yang akan diteliti dalam usulan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.2.1 Rumusan Masalah Mayor

Bagaimana dukungan Tiongkok terhadap pengembangan nuklir di Iran pada masa pemerintahan Hu Jintao dari tahun 2003 hingga tahun 2013?

1.2.2 Rumusan Masalah Minor

1. Bagaimana hubungan luar negeri antara Iran dan Tiongkok pada masa pemerintahan Hu Jintao (2003-2013)?

2. Apakah kepentingan Tiongkok sehingga mendukung pengembangan nuklir di Iran?

3. Bagaimana respon Iran terhadap dukungan Tiongkok pada pengembangan nuklirnya?

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui secara lebih mendalam bagaimana dukungan Tiongkok terhadap program nuklir Iran dan apa kepentingan Tiongkok terhadap dukungannya tersebut sejak tahun 2003 hingga 2013 saat PBB memberikan sanksi terhadap Iran melalui resolusinya. Tiongkok merupakan negara great power dan juga salah satu anggota tetap Dewan Keamanan PBB, sehingga sikap yang diberikan Tiongkok akan menjadi sebuah dukungan yang dibutuhkan


(38)

Iran. Dengan begitu tentunya penelitian ini akan menjelaskan juga respon Iran terhadap dukungan Tiongkok tersebut.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mendapatkan keterangan yang jelas mengenai hubungan luar negeri antara Tiongkok dan Iran pada masa pemerintahan Hu Jintao (2003-2013).

2. Mengetahui lebih lanjut kepentingan yang dimiliki Tiongkok sehingga mendukung pengembangan nuklir Iran.

3. Untuk mengetahui seperti apa respon Iran terhadap dukungan Tiongkok bagi pengembangan nuklirnya.

1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Bagi Ilmu Hubungan Internasional, penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi sebagai materi yang dapat disampaikan dan juga bisa memberikan tambahan ilmu yang cukup otentik bagi pengembangan studi Ilmu Hubungan Internasional mengenai sikap-sikap Tiongkok berupa dukungan terhadap pengembangan nuklir di Iran pada masa pemerintahan Hu Jintao tahun 2003 hingga 2008 serta periode kedua tahun 2008 hingga tahun 2013, juga bagaimana Iran merespon dukungan Tiongkok tersebut dan juga kerjasama kedua negara sebagai tindak lanjut atas sikap-sikap tersebut sehingga dapat


(39)

menjadi bahasan yang cukup berbobot di lingkup studi Ilmu Hubungan Internasional.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Bagi Peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk lebih memperdalam pengetahuan mengenai program studi Ilmu Hubungan Internasional dari segi kerjasama internasional yang mana kerjasama kedua negara dapat terjadi karena adanya kepentingan antar negara.

Bagi Lembaga Akademik, diharapkan penelitian bisa menjadi referensi dan menjadi sumbangan data mengenai hubungan Tiongkok dan Iran mengenai pengembangan nuklir di Iran.

Bagi Mahasiswa dan Masyarakat, penelitian ini dapat menjadi sebuah referensi untuk lebih memahami bagaimana hubungan Iran dan Tiongkok melalui sikap-sikap dan motif Tiongkok dalam menanggapi pengembangan nuklir Iran, baik dari segi positif maupun negatif serta secara formal maupun informal.


(40)

17 2.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian yang penulis lakukan adalah mengenai dukungan negara Tiongkok terhadap program nuklir Iran pada masa pemerintahan Hu Jintao periode tahun 2003 sampai tahun 2013. Dalam peninjauan peneliti, baru ditemukan beberapa penelitian mengenai dukungan Tiongkok terhadap program nuklir Iran mulai dari tahun 2003 hingga tahun 2013 karena masalah ini baru terjadi dan masih hangat bagi para peneliti Hubungan Internasional. Dari permasalahan berikut ada beberapa penelitian dan jurnal yang membahas mengenai sikap Tiongkok dan terkait program nuklir Iran yang dapat dijadikan tinjauan pustaka bagi penelitian ini.

Yang pertama jurnal transnasional dari Agung Nugroho yang berjudul

“Dukungan Cina terhadap Program Nuklir Iran (2006-2009)”. Penelitian ini memiliki pembahasan yang sama dengan penelitian yang penulis lakukan, namun perbedaannya terletak pada periode tahun penelitian, yang mana Agung mengambil dari tahun 2006 hingga 2009, sedangkan penulis mengambil dari tahun 2003 hingga 2013 namun peneliti lebih menekankan pada sikap Tiongkok baik secara positif maupun negatif. Dari jurnal tersebut dijelaskan bahwa Tiongkok dan Iran memiliki hubungan yang cukup baik. Tiongkok yang memiliki kemajuan perekonomian sangat pesat tentunya membutuhkan suplai energi dari negara-negara penghasil energi karena


(41)

Tiongkok tidak memiliki cadangan minyak dan sumber minyak langsung di negaranya.

Dalam jurnal, Agung menjelaskan bahwa Tiongkok memiliki ketergantungan yang cukup penting dengan negara Iran, begitu juga Iran terhadap Tiongkok. Sikap saling ketergantungan tersebut menjadi salah satu alasan Tiongkok sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang memiliki hak veto dalam mendukung program nuklir Iran dengan menentang resolusi DK PBB yang memberikan sanksi terhadap Iran terkait program nuklirnya. Tiongkok memiliki investasi yang cukup besar di Iran, sebagai contohnya tahun 2009 Tiongkok memberikan investasi sebesar 63juta dollar AS di bidang energi dan sebagai imbalannya Iran menjamin pasokan gas ke Tiongkok selama 25 tahun dimulai sejak tahun 2004. Selain itu, Tiongkok juga mengimpor 12% kebutuhan minyak dalam negerinya dari Iran. Tentunya dengan alasan-alasan tersebut, Tiongkok pasti akan memberikan dukungan penuh terhadap Iran, juga dalam masalah program nuklirnya.

Dukungan yang diberikan Tiongkok terhadap Iran menjadi sebuah kekuatan bagi Iran dalam menghadapi Amerika Serikat karena tentunya Tiongkok memiliki kekuatan yang sama dengan Amerika Serikat dalam PBB. Dalam hal ini Iran memiliki perlindungan yang dibutuhkannya yang didapat dari Tiongkok. Tiongkok yang memiliki kepentingan nasional dalam negaranya tentu akan lebih mementingkan memenuhi kepentingan nasionalnya daripada harus mengikuti Amerika Serikat hingga mengorbankan kemakmuran rakyatnya. Selain karena kepentingan nasional Tiongkok,


(42)

Tiongkok juga memandang bahwa setiap negara yang menandatangani NPT mempunyai hak terhadap program nuklir selama untuk kepentingan damai karena selama ini belum ada bukti yang otentik bahwa Iran mengembangkan program nuklirnya untuk kepentingan militer.

Tinjauan pustaka yang kedua yaitu karya ilmiah berjudul “Akuntabilitas

Program Nuklir Iran” yang ditulis oleh Tri Cahyo Utomo. Program nuklir Iran telah berjalan selama puluhan tahun, namun sempat tertunda saat terjadi revolusi di Iran. Awal mula dilakukan pengembangan terhadap nuklir Iran merupakan dukungan Amerika Serikat terhadap Iran sebagai negara sekutunya sehingga Amerika Serikat memberikan sokongan dana kepada Iran untuk melakukan penelitian. Setelah revolusi terjadi di Iran, hubungan Iran dan Amerika Serikat memburuk dan juga dihentikannya pengembangan program nuklir di Iran. Pada masa pemerintahan Rafsanjani pengembangan nuklir Iran pun dilanjutkan karena terjadinya krisis di Iran yang mana dengan mengembangkan nuklir maka dapat membantu perekonomian di Iran dan ternyata Amerika Serikat menentang pengembangan lanjutan program nuklir yang dilakukan Iran tersebut.

Selama bertahun-tahun Iran terus mengembangkan nuklirnya walaupun mendapatkan penentangan dari negara-negara barat terutama Amerika Serikat. Iran merasa bahwa negaranya memiliki hak yang sama dalam mengembangkan program nuklir dengan negara-negara lain yang menandatangani Nuclear non-Proliferation Treaty selama pengembangannya digunakan untuk tujuan damai. Menurut Tri Cahyo Utomo, Amerika Serikat


(43)

sebenarnya memiliki rasa takut akan kemampuan nuklir Iran yang dapat membuat Amerika Serikat semakin sulit untuk menguasai Iran. Amerika menggunakan kekuatannya sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB untuk memberikan sanksi kepada Iran, namun dalam posisi yang sama dengan Amerika Serikat, Tiongkok dan Rusia memberikan dukungan terhadap program nuklir Iran. Pengembangan program nuklir Iran akhirnya terus berlangsung walaupun barat terus menekan Iran.

Karya ilmiah berjudul “Kebijakan Nuklir Iran dalam Menghadapi Respon Barat pada masa Mahmoud Ahmadinejad” yang ditulis oleh Tide Aji Pratama juga menjelaskan mengenai kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh para pemimpin di Iran terhadap keberlangsungan program nuklir di Iran dan juga bagaimana respon negara lain. Dalam setiap penelitian mengenai nuklir Iran, Amerika Serikat selalu menjadi salah satu negara yang disebutkan. Selain karena awal dimulainya nuklir Iran atas bantuan Amerika Serikat, tetapi juga karena Amerika menentang pengembangan nuklir Iran sejak pecahnya revolusi Iran hingga saat ini. Sanksi demi sanksi terus diberikan namun tidak pernah menghentikan langkah Iran karena sejak awal Iran telah menjelaskan bahwa pengembangan nuklir di Iran bukan untuk kepentingan militer melainkan untuk pemenuhan kepentingan nasional Iran sendiri.

Amerika yang terus bersikeras menyalahkan program nuklir di Iran merasa bahwa Iran telah melanggar perjanjian tahun 1968 yaitu NPT yang mana Iran juga menandatangi perjanjian tersebut. Namun dalam NPT dijelaskan bahwa setiap negara memiliki hak untuk mengembangkan nuklir selama bertujuan


(44)

damai, sehingga selama tidak ada bukti bahwa Iran melakukan pengembangan program nuklir untuk kepentingan militer maka Iran tidak melanggar perjanjian tersebut.

Dalam masa kepemimpinan Mahmoud Ahmadinejad, Iran selalu melontarkan pertentangan terhadap Amerika Serikat. Sikap keras yang ditunjukkan Mahmoud Ahmadinejad menjadi sebuah hantaman bagi Amerika Serikat sehingga terus menenrus memberi tekanan pada Iran agar mau menghentikan pengembangan program nuklirnya.

Penelitian yang keempat merupakan tulisan Dyah Kusumaningayu Ratna Kartika yang berjudul “Alasan Perubahan Sikap Cina terhadap Masalah

Nuklir Iran tahun 2010” yang mana Dyah menyampaikan bahwa selama Tiongkok memberikan dukungan penuh terhadap program nuklir Iran dan di tahun 2010 tiba-tiba Tiongkok mengubah pendiriannya dengan mendukung sanksi yang diberikan oleh DK PBB terhadap program nuklir Iran untuk menghentikan pengembangannya. Di tahun 2009 Tiongkok memberikan investasi yang sangat besar di Iran, namun di tahun 2010 Tiongkok memberikan dukungan untuk sanksi PBB terhadap Iran. Hal ini dibahas oleh Dyah yang mana dapat disimpulkan bahwa Tiongkok bukan merubah sikap dan dukungannya, namun Tiongkok hanya memberikan sedikit konsistensinya sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, namun bukan berarti Tiongkok menghentikan kerjasamanya dengan Iran. Namun karena hal tersebut Iran melakukan sedikit pembalasan dengan membahas masalah penderitaan umat Islam di Tiongkok yang mana menjadikan sedikit


(45)

ketegangan antara kedua negara. Namun setelah beberapa bulan pasca diputuskan resolusi 1929 yang dikeluarkan DK PBB, Iran kembali melanjutkan kerjasama dengan Tiongkok.

Iran dan Tiongkok memang memiliki saling ketergantungan yang cukup besar, sehingga bagaimanapun diberlakukannya sanksi terhadap Iran, tidak akan menghentikan kerjasama antara Iran dan Tiongkok.

Keempat karya ilmiah tersebut dapat memberikan penalaran lebih dalam mengenai masalah yang peneliti ambil dan juga sebagai bahan tinjauan untuk dapat menjawab masalah-masalah yang diangkat oleh peneliti. Ada beberapa persamaan dan tentunya juga perbedaan dari keempat karya ilmiah tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat persamaan dan perbedaannya melalui tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Tinjauan Pustaka Peneliti Judul Metode

Analisis

Kesimpulan Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan Agung Nugroho Dukungan Cina terhadap Program Nuklir Iran (2006-2009) Metode Deskripti Kualitatif Tiongkok merupakan salah satu anggota tetap Dewan

Keamanan PBB yang mana mempunyai hubungan yang baik dengan Iran dan selama tahun 2006 – 2009 mendukung program nuklir Iran melalui pengiriman barang pendukung serta menentang resolusi PBB mengenai sanksi terhadap program nuklir Iran .

Fokus utama penilitian ini adalah dukungan Tiongkok terhadap program nuklir Iran.

Penelitian ini meneliti dukungan Tiongkok terhadap Iran pada periode tahun 2006 hingga 2009. Tri Cahyo Utomo Akuntabilitas Program Nuklir Iran Metode Deskriptif Kualitatif Bagaimana program nuklir Iran menjadi sebuah momok yang menakutkan bagi Amerika Serikat Fokus Utama Penelitian ini adalah akuntabilitas program nuklir

Penelitian ini membahas mengenai bagaimana nuklir Iran dapat


(46)

sedangkan pada awal mula

pembentukannya diberikan dana oleh AS sendiri. Iran, apakah memang memiliki tujuan damai yang jelas. mempengaruhi ketegangan politik antara Iran dengan negara barat juga antara PBB dan IAEA. Subjek penelitian

ini terpusat pada akuntabilitas program nuklir di Iran. Tide Aji Pratama Kebijakan Nuklir Iran dalam Menghadapi Respon Barat Pada Masa Mahmoud Ahmadinejad Metode Deskriptif Kualitatif Dalam pengembangannya, nuklir di Iran telah banyak menuai konflik. Iran selalu mengatakan bahwa nuklir digunakan untuk kepentingan perdamaian dunia, namun menurut penelitian, pengembangan nuklir di Iran digunakan untuk membuat senjata pemusnah masal. Fokus utama penelitian ini adalah pengaruh kebijakan nuklir di Iran terhadap hubungannya dengan negara lain.

Penelitian ini membahas mengenai kebijakan nuklir di Iran yang mana sangat mempengaruhi hubungan Iran dengan negara lain.

Penelitian ini terfokus pada kebijakan nuklir di Iran saja yang mana tetap berjalan walaupun mendapat kecaman dari negara-negara barat . Dyah Kusumani ngayu Ratna Kartika Alasan Perubahan Sikap China Terhadap Masalah Nuklir Iran Tahun 2010

Metode Deskriptif Kualitatif China selama berpuluh-puluh tahun selalu mendukung pengembangan program nuklir Iran, namun pada tahun 2010 Tiongkok menandatangani resolusi PBB yang memberikan sanksi kepada program nuklir Iran tentunya dengan alasan yang tidak merugikan negaranya. Fokus utama penelitian ini adalah alasan utama Tiongkok merubah sikapnya pada Iran pada tahun 2010

Penelitian ini hanya membahas mengenai alasan Tiongkok berubah sikap di tahun 2010.


(47)

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Hubungan Internasional

Hubungan Internasional saat ini telah berkembang pesat. Terjadinya hubungan internasional merupakan suatu keadaan yang menjadi akibat adanya saling ketergantungan dan bertambah kompleksnya kehidupan manusia. Hubungan ketergantungan terjadi karena manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, maka dari itu munculah ilmu hubungan internasional yang mengkaji segala bentuk interaksi manusia yang bahasannya melewati batas teritorial negara, yang tentunya melibatkan negara lain.

Ilmu hubungan internasional merupakan turunan daripada ilmu politik yang secara historis sebelum abad ke 17, batas negara masih disebut emporium dengan konsep feodal atau keturunan hingga akhirnya pada abad ke 17 yang biasa disebut masa pencerahan atau aufklarung, ilmu hubungan internasional muncul yang ditandai dengan munculnya ahli-ahli politik di dunia.

Kemunculan ilmu hubungan internasional juga merupakan salah satu dampak dari perang dunia pertama yang mana banyak memakan korban baik materiil maupun korban jiwa. Maka dari itu muncullah pemikiran untuk menghentikan perang yang dipicu oleh penembakan Frans Ferdinand di Sarajevo. Penyebab utama yaitu adanya disharmonisasi antar negara di Eropa pada masa revolusi industri yang menghasilkan perkembangan teknologi sehingga menyebabkan kecurigaan militer


(48)

antar negara yang membuat negara-negara berlomba memajukan kekuatan militernya namun secara terselubung. Maka dari itu ilmu hubungan internasional diharapkan dapat menyelesaikan perang antar negara, karena itu juga ilmu hubungan internasional bersifat interdisipliner karena mengikuti perubahan yang terjadi di dunia.

Beberapa ahli memberikan pendapatnya mengenai apa itu teori hubungan internasional. Menurut Mochtar Mas‟oed,

“Hubungan internasional didefinisikan sebagai studi tentang

interaksi antar beberapa aktor yang berpartisipasi dalam politik internasional, yang meliputi negara-negara, organisasi internasional, organisasi non-pemerintah, kesatuan subnasional seperti birokrasi dan pemerintah domestik serta individu-individu. Tujuan dasar studi hubungan internasional adalah mempelajari perilaku internasional, yaitu perilaku para aktor negara maupun non-negara di dalam area transaksi internasional. Perilaku ini bisa berwujud kerjasama, pembentukan aliansi, perang, konflik serta interaksi dalam organisasi internasional.”(Mas‟oed, 2000:28)

Menurut Mas‟oed, hubungan internasional itu bermain pada interaksi dengan tujuan mempelajari perilaku internasional yang diaplikasikan dalam bentuk kerjasama, pembentukan aliansi bahkan perang dan konflik. Seperti halnya hubungan antara Iran dan Tiongkok yang terbentuk antara 2 negara yang pada dunia internasional memiliki kepentingan nasional yang saling menguntungkan sehingga perilaku yang ditunjukkan adalah kerjasama antara kedua negara tersebut.

J. C. Johari memberikan pendapatnya dalam New Comparative Government mengenai definisi dari hubungan internasional, yaitu

“Hubungan internasional merupakan sebuah studi tentang interaksi yang berlangsung diantara negara-negara berdaulat disamping itu juga studi tentang pelaku-pelaku non negara (non states actors)


(49)

yang perilakunya memiliki dampak terhadap tugas-tugas Negara.” (Johari, 2006:16)

2.2.2 Politik Luar Negeri

Politik luar negeri merupakan salah satu kajian hubungan internasional. Aktor utama dalam politik luar negeri adalah negara, walaupun dalam kenyataannya non state actor saat ini dapat melakukan hubungan internasional, namun dalam politik luar negeri, negara masih memegang peranan yang terpenting. Politik luar negeri juga merupakan identitas sebagai karakteristik pembeda tiap negara.

Politik luar negeri adalah suatu perangkat formula nilai, sikap, arah serta sasaran untuk mempertahankan, mengamankan dan memajukan kepentingan nasional di dalam percaturan dunia internasional (Perwita & Yani, 2005:7).

Setiap negara tentunya memiliki kepentingan nasional yang berbeda-beda, namun untuk memenuhi kepentingan nasionalnya, setiap negara harus melakukan kerjasama dengan negara lain, dan tujuan utama politik luar negeri adalah kepentingan nasional tersebut. Untuk memenuhi kepentingan nasionalnya tersebut negara akan melakukan kerjasama baik bilateral maupun multilateral. Politik luar negeri merupakan poros dibentuknya kebijakan luar negeri.

Terdapat 3 proses dalam politik luar negeri, yaitu kerjasama, konflik atau hidup berdampingan.


(50)

Politik luar negeri memiliki 3 jenis:

a. Jangka pendek, politik luar negeri ini direncanakan untuk jangka waktu maksimal 5 tahun untuk sesuatu yang bersifat insidental. b. Jangka menengah, politik luar negeri direncanakan untuk waktu

diatas 5 tahun.

c. Jangka panjang, merupakan politik luar negeri yang dibuat dengan berlandaskan pada konstitusi dan ideologi.

Politik luar negeri juga memiliki 3 faktor, pertama idiosinkretik atau karakter pemimpin negara, kedua kapasitas negaranya dalam hal sumber daya alam dan sumber daya manusia, yang ketiga environment

atau lingkungan dalam negara tersebut. Ketiga hal tersebut merupakan pertimbangan utama dalam politik luar negeri.

Hasil dari politik luar negeri atau keputusan politik luar negeri terdiri dari 3 hal, yaitu:

1. pragmatis atau terencana yang merupakan hasil yang bersifat jangka panjang, membuat studi lanjutan, pertimbangan dan evaluasi yang mendalammengenai seluruh opsi alternative. 2. kedua krisis yang terbentuk dalam keadaan terancam dengan

waktu terbatas dan ada elemen yang mengejutkan yang membutuhkan respon yang telah direncanakan sebelumnya. 3. ketiga yaitu taktis yang mana keputusan yang diambil masih

memerlukan reevaluasi dengan jangka waktu yang lebih panjang dan bersifat pragmatis. (Couloumbis & Wolfe, 1999:129).


(51)

Membahas politik luar negeri yang merupakan upaya pemenuhan kepentingan nasional yang bersifat ekstern, maka tentunya akan berhubungan dengan politik internasional sebagai arena bertemunya beberapa politik luar negeri negara-negara di dunia sehingga dapat saling memenuhi kepentingan nasionalnya melalui hubungan internasional yang mana dapat dilaksanakan melalui bentuk kerjasama. Penekanan politik internasional yaitu pada respon atau reaksi bukan aksi, karena dengan adanya respon maka politik internasional dapat terlaksana dengan negara sebagai aktor utamanya.

Keputusan dalam politik luar negeri dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:

1. Penilaian masalah

Suatu unsur yang amat penting dalam analisis masalah adalah pemilihan awal sasaran yang ingin dicapai. Ini merupakan inti dari strategi yang berupa suatu rencana penggunaan sumber-sumber untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Dalam tingkat politik luar negeri, rencana semacam itu disebut strategi nasional.

2. Perhitungan biaya atau resiko

Merupakan faktor yang mempengaruhi suatu keputusan politik luar negeri, karena tidak ada negara yang dapat melakukan politik luar negeri bisa terbebas dari hal itu, yaitu pembatasan


(52)

jumlah sasaran dan terbatasnya jumlah pilihan alternatif yang tersedia.

3. Aspek domestik: Konsensus

Semua negara tanpa memandang bentuk pemerintahan dan falsafah politiknya terikat oleh consensus rakyat dan dibatasi oleh sikap masyarakat.

4. Informasi kurang lengkap

Dalam politik luar negeri, informasi yang kurang lengkap antara lain disebabkan oleh kelambanan pembuat keputusan dalam mengejar peristiwa yang cepat berubah sebelum fakta-fakta yang ada terkumpul. Karena itu informasi seadanya akan dijadikan dasar untuk mengurangi resiko seminimal mungkin. Informasi kurang lengkap memiliki 2 arti, yaitu kekurangan data atau terlalu banyak data. Kurangnya data disebabkan lambatnya informasi dan bila tidak dapat menunggu, maka pembuat keputusan akan mengisinya dengan estimate atau perkiraan. Bilamana terlalu banyak data, maka informasi yang diperlukan terkubur dalam tumpukan data dan memerlukan waktu untuk menemukannya sedangkan waktu mendesak untuk mengambil keputusan.

5. Tekanan waktu

Berbagai peristiwa terjadi dengan cepat dan hasil-hasilnya jauh lebih cepat diketahui, sehingga banyak para pembuat keputusan


(53)

politik luar negeri menghadapi masalah waktu yang diperlukan untuk dapat berpikir tepat dan akan kehilangan mutu pemahaman dan keluwesan yang diperlukan dalam mengambil keputusan. 6. Gaya nasional

Merupakan tradisi dan citra masyarakat yang mengharap pada pejabatnya melaksanakan dan mengambil keputusan secara khusus sesuai dengan kehendaknya. Gaya nasional adalah hal yang penting dalam proses pembentukkan pola analisis dari pembuat keputusan itu sendiri.

7. Komitmen dan hal yang mendahului

Faktor terakhir yang mempengaruhi keputusan adalah struktur dari komitmen dan peristiwa yang mendahului sebelum keputusan dibuat. Dengan cara yang berbeda, semua negara atau individu pembuat keputusan pasti terikat oleh masa lampaunya yang lama ataupun yang baru berlalu. (Nasution, 1991:21-24).

2.2.3 Kebijakan Luar Negeri

Kebijakan luar negeri terbentuk karena adanya hubungan dengan negara lain yang mana setiap negara harus mengambil sikap untuk menjaga negaranya di dunia internasional. Kebijakan luar negeri merupakan jalan untuk mengerti perilaku suatu negara terhadap negara lain ataupun lingkungan internasional (Breuning, 2007:18).

Dalam Kamus Hubungan Internasional, Jack C. Plano dan Roy Olton menjelaskan:


(54)

“Kebijakan luar negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibuat oleh para pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional spesifik yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional.” (1999:5) Dalam suatu negara, kebijakan luar negeri menjadi sebuah tindakan penting yang harus diambil guna menjaga hubungan negaranya dengan negara lain karena kebijakan luar negeri merupakan bentuk sikap negara tersebut untuk menunjukkan peran negara dalam sistem internasional yang dapat membuat negara-negara lain ingin melakukan kerjasama bila memiliki kesamaan tujuan. Kebijakan luar negeri juga digambarkan sebagai sebuah sikap yang mana dalam perspektif ini kebijakan luar negeri dipandang sebagai suatu sistem yang keputusannya dirumuskan dan direncanakan untuk melakukan eksekusi (Dugis, 2007:41).

Menurut K. J. Holsti, kebijakan luar negeri dapat dijelaskan sebagai berikut:

“Output kebijakan luar negeri merupakan tindakan atau gagasan yang dirancang oleh pembuat kebijakan untuk memecahkan masalah atau mempromosikan suatu perubahan dalam lingkungan politik, yaitu dalam kebijakan, sikap dan tindakan negara lain.Sikap dan gagasan mengenai kebijakan luar negeri dibagi ke dalam 4 komponen, baik yang umum maupun yang spesifik, yaitu orientasi kebijakan luar negeri, peran nasional, tujuan dan tindakan.” (Holsti, 1998:108).

Menurut Modelski, kebijakan dirumuskan melalui prinsip-prinsip tertentu dan tentunya harus dengan tujuan yang jelas. Maka dari itu konsep dasar dalam kebijakan lur negeri dapat dijelaskan sebagai berikut:


(55)

1. pembuat kebijakan 2. tujuan kebijakan 3. prinsip kebijakan

4. kekuasaan untuk melaksanakan

5. konteks dimana kebijakan luar negeri dirumuskan dan diimplementasikan (Dugis, 2007:43).

Kebijakan luar negeri muncul diawali dengan berorientasi pada peperangan, namun seiring perkembangan, kebijakan luar negeri dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ekonomi, budaya, politik dan faktor-faktor lainnya yang menunjang kehidupan sebuah negara. Menurut Rose perkembangan kebijakan luar negeri masih sangat minim karena kurangnya perhatian yang dapat mengakibatkan ketidakjelasan akan keberlangsungan hidup kebijakan luar negeri itu sendiri. Selain itu White menganggap bahwa hal ini menjadi sebuah ujian bagi para analis kebijakan luar negeri yang harus berpikir lebih keras apakah studi ini tetap menjadi bagian dari Ilmu Hubungan Internasional atau harus diganti dengan pendekatan lain (Carlsnaes, 2002:331-333).

Kebijakan luar negeri merupakan suatu strategi dalam menghadapi unit politik internasional lainnya yang dibuat oleh pembuat keputusan negara dalam rangka mencapai tujuan spesifik nasional dalam terminologi kepentingan nasional. Menurut Rosenau, kebijakan luar negeri adalah upaya suatu negara mealui keseluruhan sikap dan aktivitasnya untuk mengatasi dan memperoleh keuntungan dari


(56)

lingkungan eksternalnya. Selain itu, menurut Holsti kebijakan luar negeri adalah semua aktivitas negara terhadap lingkungan eksternalnya dalam upaya memperoleh keuntungan, serta peduli akan berbagai kondisi internal yang menopang formulasi aktivitas tersebut (Perwita&Yani, 2005:49-50).

Hubungan negara dengan kondisi eksternalnya dapat dijelaskan dalam tiga konsep kebijakan luar negeri, yaitu:

1. Sebagai kumpulan orientasi, menjadi pedoman dalam menghadapi kondisi eksternal yang menuntut pembuat keputusan dan tindakan berdasarkan pada orientasi prinsip dan tendensi umum yang terdiri dari sikap, persepsi dan nilai yang dijabarkan dari pengalaman sejarah dan kondisi strategis penentu posisi negara dalam politik internasional.

2. Sebagai seperangkat komitmen dan rencana untuk bertindak, berupa rencana dan komitmen konkrit termasuk tujuan dan alat yang spesifik untuk mempertahankan situasi lingkungan eksternal yang konsisten dengan orientasi kebijakan luar negeri.

3. Sebagai bentuk perilaku atau aksi, berupa langkah nyata berdasarkan orientasi umum, dengan komitmen dan sasaran yang lebih spesifik, yang berhubungan dengan kejadian dan situasi lingkungan eksternal. (Perwita&Yani, 2005:50-51).

Menurut William D. Coplin, kebijakan luar negeri dipengaruhi beberapa faktor determinan, yaitu:


(57)

1. Situasi politik domestik, termasuk faktor budaya sebagai dasar tingkah laku politik.

2. Situasi ekonomi dan militer domestik, termasuk faktor geografis yang selalu mendasari pertimbangan pertahanan dan keamanan. 3. Konteks internasional, yaitu pengaruh negara-negara lain atau

konsentrasi politik internasional. (Coplin, 1992:30).

Kajian mengenai teori proses pembuatan keputusan luar negeri menjelaskan bahwa kebijakan luar negeri dipandang sebagai hasil berbagai pertimbangan nasional yang berusaha menetapkan pilihan atas berbagai alternatif yang ada, dengan keuntungan yang sebesar-besarnya ataupun kerugian sekecil-kecilnya (optimalisasi hasil). Para pembuat keputusan juga diasumsikan bisa memperoleh informasi yang cukup banyak sehingga bisa melakukan penelusuran tuntas terhadap semua alternatif kebijakan yang mungkin dilakukan dan semua sumber yang bisa dipakai untuk mencapai tujuan yang mereka tetapkan. (Mas‟oed, 2000:276).

2.2.4 Kepentingan Nasional

Konsep kepentingan nasional merupakan dasar untuk menjelaskan perilaku politik luar negeri suatu negara. Para penganut realis menyamakan kepentingan nasional sebagai upaya negara untuk mengejar power dimana power adalah segala sesuatu yang dapat mengembangkan dan memelihara kontrol suatu negara atas negara lain.


(1)

salah satu keinginan Syah Iran waktu itu Reza Pahlevi untuk “ mem-Baratkan” Iran. Namun karena masalah krisis keuangan, memburuknya hubungan hubungan Iran dan Barat serta kekacauan pasca perang dengan Irak membuat Iran yang dipimpin oleh Rafsanjani memulai kembali pengembangan nuklir di Iran untuk dijadikan sember listrik sehingga dapat mengurangi pengeluaran Iran.

Memburuknya hubungan dengan Barat juga ternyata memunculkan polemik di dunia internasional karena pengembangan nuklir di Iran dianggap sebagai rencana Iran untuk mengembangkan senjata nuklir. Amerika yang membantu pertama kali untuk proses research nuklir di Iran menganggap Iran mampu melakukan pengembangan senjata nuklir sehingga meminta PBB untuk menangani kasus ini.

Mulai dari tahun 2003 sejak kasus pengembangan nuklir Iran menjadi masalah, Amerika mulai menjadikan ini masalah internasional sehingga tahun 2006 Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi pertama terkait sanksi bagi Iran karena melakukan pelanggaran terhadap NPT. Dewan Keamanan tetap PBB meminta IAEA untuk melakukan pemeriksaan terhadap semua reaktor nuklir di Iran namun tidak ditemukan pengembangan senjata nuklir yang dicurigai oleh Amerika Serikat, namun IAEA juga mengatakan bahwa Iran tidak memberikan akses kepada IAEA untuk memeriksa beberapa reaktor nuklir Iran.

Hal ini menambah kecurigaan Barat terutama Amerika Serikat bahwa Iran melakukan pengembangan senjata nuklir, sehingga Amerika Serikat melalui


(2)

Dewan Keamanan Tetap PBB mengeluarkan resolusi kembali untuk memberi sanksi bagi Iran. Sejak resolusi pertama Tiongkok dan Rusia melakukan penolakan untuk memberi sanksi bagi Iran dan berharap negara-negara Barat dapat melakukan diplomasi untuk menyelesaikan masalah ini, karena selain Iran adalah negara yang keras, namun juga Tiongkok dan Rusia adalah negara sahabat Iran yang selama ini memberikan bantuan bagi pengembangan nuklir di Iran.

Selain Tiongkok, dalam hal ini Rusia juga menjadi salah satu negara yang memberikan dukungan bagi pengembangan nuklir di Iran dan mmiliki pandangan yang sama dengan Tiongkok dalam hal ini. Dua negara anggota Dewan Keamanan Tetap PBB ini tentunya mempunyai pengaruh yang sangat kuat bagi keberlangsungan pengembangan nuklir di Iran karena dapat menghindarkan Iran dari sanksi-sanksi yang diberikan oleh Dewan Keamanan PBB walaupun sebagian besar sanksi yang terdapat dalam resolusi tersebut merupakan sanksi khusus yang dibuat oleh Amerika Serikat untuk Iran (http://www.islamtimes.org/vdce7x8wejh8vni.rabj.html diakses pada tanggal 20 Mei 2014).

Selain daripada dukungan yang diberikan oleh Rusia sebagai pihak lain dalam masalah pengembangan nuklir di Iran, peneliti juga menemukan keterkaitan Israel dalam polemik yang terjadi mengenai masalah nukli Iran ini juga. Menurut hasil studi pustaka, Israel merupakan sekutu terkuat Amerika Serikat di Timur Tengah yang menentang pengembangan nuklir di Iran karena bilamana Iran memiliki senjata nuklir dan terjadi masalah di kemudian


(3)

hari antara Iran dengan Amerika Serikat, maka Israel akan menjadi salah satu sasaran Iran sebagai sekutu Amerika Serikat yang posisinya terdekat dengan Iran (http://m.sindonews.com/read/865424/43/cemaskan-nuklir-israel-ketaku tan-jika-dimusnahkan-iran diakses pada tanggal 20 Mei 2014).

Memang dalam pengembangan nuklir Iran ditemukan kejanggalan-kejanggalan sanksi yang mana saat dicari kesalahan mengenai pengembangan nuklir ini tidak ditemukan adanya penyimpangan. Hubungan Iran dengan Barat yang dikenal sangat bermusuhan juga dapat menjadi alasan kuat sehingga munculnya polemik nuklir Iran ini. Banyak negara yang memberikan dukungan bagi Iran, namun tidak sedikit juga negara yang setuju untuk memberi sanksi bagi Iran karena takut Iran mengembangkan senjata nuklir. Hingga saat ini masalah pengembangan nuklir di Iran masih menjadi masalah internasional yang akan melibatkan banyak pihak sehingga penelitian mengenai masalah ini dapat terus dilakukan sehingga dapat dilihat perkembangannya di dunia internasional.


(4)

107 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Tiongkok dan Iran merupakan 2 negara yang saling membutuhkan, dimana Tiongkok merupakan negara yang memiliki kemajuan pesat di bidang tekhnologi dan Iran merupakan negara yang memiliki sumber daya minyak yang melimpah sehingga kedua negara memiliki rasa saling ketergantungan. Hal ini menyebabkan terajdinya kerjasama antara kedua negara yang mana kerjasama dilakukan di berbagai bidang mulai dari bidang ekonomi, politik hingga militer.

Selain daripada itu, baik Tiongkok maupun Iran memiliki keuntungan dengan kerjasama yang dilakukan oleh kedua negara. Tiongkok yang mendukung pengembangan nuklir di Iran juga memiliki keuntungan karena Iran memberikan pasokan minyak bagi Tiongkok. Bagi Iran sendiri, Tiongkok dapat memberikan perlindungan dari sanksi-sanksi yang dijatuhkan oleh Dewan Keamanan PBB karena Tiongkok merupakan anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang memiliki hak veto untuk merevisi isi dari resolusi yang dikeluarkan oleh PBB.

Dukungan yang terus datang dari Tiongkok terhadap pengembangan nuklir di Iran tentunya di respon positif oleh Iran. Iran yang sejak awal mengembangkan uranium untuk kepentingan energi dalam negeri terus


(5)

mendapat desakan dan masalah karena dianggap mengembangkan senjata nuklir terutama pasca Revolusi Islam yang terjadi yang membuat hubungan Iran dan Amerika Serikat memburuk. Namun dukungan yang diberikan oleh Tiongkok membuka harapan baru bagi Iran untuk terus melakukan pengembangan nuklir walaupun terus mendapat sanksi dari negara-negara barar melalui PBB. Hal ini tidak membuat Iran takut dan mundur karena Iran merasa bahwa apa yang dilakukan oleh negaranya tidak melanggar hukum dan Iran sendiri adalah negara yang menandatangani Traktat Non-Proliferasi Nuklir, sehingga memiliki hak untuk mengembangkan nuklir selama bertujuan untuk damai. Tiongkok juga memberi dukungan karena menurut Hu Jintao, tekanan dan sanksi tidak akan menyelesaikan masalah, sehingga pengembangan nuklir yang dilakukan oleh Iran bilamana memang melanggar hukum internasional dapat diselesaikan melalui jalur diplomatik tanpa harus adanya kekerasan.

5.2 Saran

Setelah melakukan penelitian mengenai sikap Tiongkok terhadap pengembangan nuklir di Iran ini, peneliti memberikan beberapa saran baik secara substansial maupun akademis:

- Secara substansial terkait dengan hasil penelitian yang peneliti lakukan, bahwasanya Tiongkok memiliki kepentingan terhadap Iran dan begitupun sebaliknya, hal ini dapat menjadi dorongan bagi negara lain untuk melihat sisi positif dari setiap hubungan diplomatik, karena dengan adanya proses diplomatik yang sesuai, maka konflik antar negara dapat diminimalisir


(6)

sehingga masyarakat internasional dapat merasakan ketertiban dunia. Amerika Serikat yang selama ini melakukan penekanan terhadap Iran tentunya akan semakin sulit untuk dapat sambutan baik dari Iran bilamana Amerika Serikat memiliki kepentingan diluar masalah nuklir yang menjadi perdebatan dunia, namun seperti halnya Tiongkok, dukungan yang diberikan terhadap Iran menjadi sebuah jalan baru untuk Tiongkok dalam memenuhi kepentingan nasional negaranya. Seperti kita ketahui bahwa setiap negara di dunia akan saling membutuhkan dalam upaya memenuhi kepentingan nasional sehingga terciptanya hubungan internasional.

- Secara akademis, penelitian dapat dijadikan acuan untuk meneliti lebih lanjut mengenai hubungan Tiongkok dan Iran pasca kepemimpinan Hu Jintao dan di masa yang akan datang. Peneliti selanjutnya dapat lebih spesifik lagi menjelaskan hubungan kedua negara serta meneliti lebih lanjut mengenai pengembangan nuklir yang terjadi di Iran. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjelaskan secara detail juga apa yang menyebabkan pengembangan nuklir di Iran menjadi masalah internasional.