Kebijakan Partai Politik Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Studi Kasus: Kebijakan Partai Demokrat Dalam Penetapan Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut Periode 2013-2018)

(1)

Kebijakan Partai Politik Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Studi Kasus: Kebijakan Partai Demokrat Dalam Penetapan Pasangan Calon

Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut Periode 2013-2018) OLEH:

Christian Bastanta Pinem 070906055

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Dosen Pembimbing : Drs. Zakaria, M.S.P

Dosen Pembaca : Faisal Andri Mahrawa, S.IP, M.Si

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa berkat kasih dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Kebijakan Partai Politik Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Studi Kasus: Kebijakan Partai Demokrat Dalam Penetapan Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut Periode 2013-2018)”. Kebijakan yang dimaksud dalam hal ini adalah bagaimana Partai Demokrat menjaring dan menyeleksi pasangan-pasangan calon yang akan dipilih untuk menjadikan pasangan calon yg paling kuat pilihan partai dan masyarakat menuju PEMILUKADA yang di lakukan di Sumatera Utara. Banyaknya Pasangan calon yang mendaftar ke partai tersebut sehingga partai Demokrat sendiri melakukan penggodokan secara teliti dan membentuk tim survey khususnya untuk masyarakat Sumatera Utara calon manakah yang mereka anggap cocok untuk ditunjuk dalam PEMILUKADA Sumatera Utara.

Penulis sadar bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Oleh sebab itu penulis secara terbuka mengundang kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran dimana sifatnya membangun. Adapun kritik dan saran pembaca itu akan menjadi motivasi atau semangat bagi penulis untuk lebih baik lagi kedepannya.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini berguna bagi kita semua. Sekian dan Terima kasih


(3)

ABSTRAKSI

Kebijakan Partai Politik Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Studi Kasus: Kebijakan Partai Demokrat Dalam Penetapan Pasangan Calon

Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut Periode 2013-2018)

Partai politik adalah salah satu mutlak dalam sebuah Negara yang menganut paham demokrasi. Di Indonesia sendiri partai politik sudah ada sejak lama sehingga sudah banyaknya partai politik di Indonesia yang ikut serta dalam pesta demokrasi di Negara Indonesia sehingga banyaknya perjuangan setiap partai untuk mewujudkan kepentingan partai, anggota, masyarakat, bangsa, maupun Negara melalui Pemilihan Umum.

Partai Demokrat dibentuk pasca kekalahan Susilo Bambang Yudhoyono dimana SBY sendiri berada di urutan ketiga sehingga tidak dapat melaju ke putaran berikutnya, dengan pembentukan tim Sembilan yang beranggotakan sepuluh orang mendeklerasikan sebuah partai politik yang mempunya ideologi dan nilai historis terhadap Susilo Bambang Yudhoyono dimana tanggal berdirinya Partai Demokrat bersamaan dengan tanggal lahir SBY sendiri dalam pembentukan partai ini SBY sendiri memimpin langsung dengan melakukan diskusi-diskusi dan dibentuknya ideologi-ideologi partai tersebut seperti khalayaknya partai-partai lain yang ada di Indonesia

Kebijakan politik yang di lakukan DPD Partai Demokrat dalam memilih pasangan calon di PEMILUKADA Sumatera Utara dengan membentuk tim sembilan dan menseleksi pasangan calon dengan melakukan diskusi-diskusi melihat syarat-syarat yang dipenuhi oleh pasangan calon dan menggodok kembali pasangan calon dengan melemparkan pasangan-pasangan calon kepada masyarakat Sumatera Utara yang manakah pasangan calon yang mempunyai nilai lebih dalam PEMILUKADA nantinya

Pemilihan langsung ini mungkin menjadi barometer yang baru bagi masyarakat dalam melakukan pemilihan langsung sehingga mereka dapat mewujudkan kepemimpinan yang baik menurut masyarakat agar tidaknya ada janji-janji palsu namun popularitas sangat berguna disini karena tersebarnya partai-partai hingga ke pelosok-pelosok daerah.


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………. I

ABSTRAKSI………... II

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang……….. 1

I.2. Perumusan Masalah………. 5

I.3. Pembatasan Masalah……… 6

I.4. Tujuan Penelitian ……… 7

I.5. Manfaat Penelitian………. 8

I.6. Kerangka Teori………... 8

I.6.1. Kebijakan Politik ……… 8

I.6.1.1. Pengertian Kebijakan Politik ………. 8

I.6.1.2. Pengertian Rekrutmen Politik……… ………. 9

I.6.1.3. Metode Rekrutmen Politik………. 12

I.6.2. Partai Politik……….. 13

I.6.2.1. Pengertian Partai Politik……… 13

I.6.2.2. Fungsi Partai Politik……….. 15


(5)

I.6.2.2.2. Partai Politik Sebagai Sarana Sosialisasi Politik …………. 18

I.6.2.2.3. Partai Politik Sebagai Sarana Rekrutmen Politik………… 19

I.6.2.2.4. Partai Politik Sebagai Sarana Pengatur Konflik………….. 21

I.6.2.3. Sistem Kepartaian……… 22

I.6.3. Pemilihan Umum Dan Pemilihan Umum Kepala Daerah……….. 23

I.6.3.1. Pemilihan Umum………. 23

I.6.3.2. Pemilihan Umum Kepala Daerah……… 24

I.7. Metodologi Penelitian……… 26

I.7.1. Jenis Penelitian ……….. 26

I.7.2. Lokasi Penelitian……… 27

I.7.3. Teknik Pengumpulan Data………. 27

I.7.4. Teknik Analisis Data……….. 27

I.7.5. Sistematika Penulisan……… 27

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN II.2. Profil Partai Demokrat……… 30

II.2.1. Sejarah Berdirinya Partai Demokrat………. 30

II.2.2. Ideologi Dan Program Partai……… 33

II.2.3.Ekonomi Nasional……….. 40


(6)

II.2.5.Pertahanan Dan Keamanan………. 48

II.2.7.Konflik Daerah ……….. 52

II.2.8. Pembangunan Jangka Panjang………. 53

II.2.9. Sosial Budaya………... 59

BAB III KEBIJAKAN POLITIK DPD PARTAI DEMOKRAT SUMATERA UTARA PADA PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR 2013 3.1. Kondisi Internal DPD Partai Demokrat Sumut Menjelang Penetapan cagub dan cawagub pada pemilulkada sumut 2013……….. 60

3.2. Mekanisme Penetapan Calon ……… 65

3.3. Pembentukan Panitia Penjaringan Dan Penetapan Calon Gubernur Dan Wakil Gubernur………..……… 75

BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan……… 82


(7)

ABSTRAKSI

Kebijakan Partai Politik Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Studi Kasus: Kebijakan Partai Demokrat Dalam Penetapan Pasangan Calon

Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut Periode 2013-2018)

Partai politik adalah salah satu mutlak dalam sebuah Negara yang menganut paham demokrasi. Di Indonesia sendiri partai politik sudah ada sejak lama sehingga sudah banyaknya partai politik di Indonesia yang ikut serta dalam pesta demokrasi di Negara Indonesia sehingga banyaknya perjuangan setiap partai untuk mewujudkan kepentingan partai, anggota, masyarakat, bangsa, maupun Negara melalui Pemilihan Umum.

Partai Demokrat dibentuk pasca kekalahan Susilo Bambang Yudhoyono dimana SBY sendiri berada di urutan ketiga sehingga tidak dapat melaju ke putaran berikutnya, dengan pembentukan tim Sembilan yang beranggotakan sepuluh orang mendeklerasikan sebuah partai politik yang mempunya ideologi dan nilai historis terhadap Susilo Bambang Yudhoyono dimana tanggal berdirinya Partai Demokrat bersamaan dengan tanggal lahir SBY sendiri dalam pembentukan partai ini SBY sendiri memimpin langsung dengan melakukan diskusi-diskusi dan dibentuknya ideologi-ideologi partai tersebut seperti khalayaknya partai-partai lain yang ada di Indonesia

Kebijakan politik yang di lakukan DPD Partai Demokrat dalam memilih pasangan calon di PEMILUKADA Sumatera Utara dengan membentuk tim sembilan dan menseleksi pasangan calon dengan melakukan diskusi-diskusi melihat syarat-syarat yang dipenuhi oleh pasangan calon dan menggodok kembali pasangan calon dengan melemparkan pasangan-pasangan calon kepada masyarakat Sumatera Utara yang manakah pasangan calon yang mempunyai nilai lebih dalam PEMILUKADA nantinya

Pemilihan langsung ini mungkin menjadi barometer yang baru bagi masyarakat dalam melakukan pemilihan langsung sehingga mereka dapat mewujudkan kepemimpinan yang baik menurut masyarakat agar tidaknya ada janji-janji palsu namun popularitas sangat berguna disini karena tersebarnya partai-partai hingga ke pelosok-pelosok daerah.


(8)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Proses politik dibawah Orde Baru bukanlah demokrasi, terbukti dengan pelaksanaan beberapa pemilihan umum sebelumnya yang kerap sekali terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga azas langsung, bebas dan rahasia (luber) tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga boleh disebut tidak memenuhi syarat demokrasi.1

1 Adman Nursal,

Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004, hal. 78.

Bergulirnya Era Reformasi yang menggantikan rezim otoriter Orde Baru telah menjadi sebuah batu lompatan bagi perjalanan demokrasi di Indonesia. Terbukti pasca memasuki era Reformasi praktek-praktek demokrasi yang sebelumnya menghadapi jalan buntu di Orde Baru secara perlahan mulai dijalankan. Salah satu contohnya adalah pelaksanaan Pemilu yang lebih demokratis.

Salah satu produk reformasi yang dapat dilihat sebagai peningkatan kualitas demokrasi adalah Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada). Pemilukada mempunyai tujuan agar setiap warga daerah dapat memilih kepala pemerintahan daerah secara langsung tanpa proses perwakilan. Pemilihan kepala daerah yang dimaksud adalah pemilihan kepala daerah tingkat satu (Gubernur) dan kepala daerah tingkat dua (Bupati/ Walikota). Azas langsung yang terdapat dalam Pemilukada merupakan semangat baru dalam demokrasi di Indonesia. Karena dalam pelaksanaan Pemilu sebelumnya warga daerah tidak dapat memilih kepala daerah secara langsung melainkan melalui wakil-wakil rakyat di tingkat daerah (DPRD).


(9)

Dalam sebuah pelaksanaan pemilu partai politik menjadi salah satu instrumen yang paling penting. Partai politik berperan sebagi peserta pemilu yang saling berkompetisi untuk memenangkan pemilu tersebut. Berbeda halnya dengan pemilu presiden, pemilu Kepala Daerah tidak hanya diikuti oleh calon dari wakil partai politik melainkan juga calon dari perseorangan (Independen). Diperbolehkannya calon perseorangan dalam Pemilukada membuat kompetisi Pemilu semakin menarik. Karena dengan demikian calon kepala daerah tidak hanya berasal dari partai politik melainkan juga dapat berasal dari perorangan yang berada diluar partai politik. Namun walaupun jalur perorangan di Pemilukada telah dibuka, kemenangan dalam Pemilukada selalu didominasi oleh calon-calon dari partai politik.Hal ini membuktikan bahwa partai politik menjadi faktor yang sangat penting dalam memenangkan sebuah pemilukada.

Sekalipun faktor partai politik merupakan faktor penting dalam memenangkan sebuah pemilukada, faktor individu juga menjadi faktor yang tidak kalah pentingnya. Yang dimaksud dengan faktor partai politik adalah meliputi faktor ideologi partai hingga mesin politik partai/ tim pemenangan pemilu. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor individu adalah karakteristik ataupun kepribadian calon yang diusung oleh partai politik tersebut. Jadi adalah sebuah hal penting bagaimana sebuah partai politik mengambil sebuah kebijakan yang tepat dalam menentukan calon yang akan diusung dalam Pemilukada. Rekrutmen politik dalam menentukan calon yang akan diusung tentunya harus menentukan faktor kesamaan visi- misi terhadap partai politik hingga faktor kepribadian calon dimata masyarakat. Namun dalam era politik modern seperti sekarang ini faktor perorangan lebih dominan dibandingkan dengan faktor partai politik. Dengan kata lain masyarakat lebih melihat faktor perorangan daripada


(10)

faktor partai politik yang mengusungnya sebagai bahan pertimbangannya dalam menentukan pilihan. Dengan demikian calon yang lebih familiar dimata masyarakat memiliki peluang yang lebih besar untuk memenangkan pemilukada. Inilah yang terkadang membuat partai politik lebih memilih calon yang berada diluar partainya/bukan kader untuk diusung dalam pemilukada dan memilih calon lain yang bukan kader yang dianggap lebih familiar dan dianggap lebih menjual secara politisi dimata masyarakat.

Setiap partai politik tentunya memiliki cara yang berbeda dalam mengambil kebijakan untuk menentukan calon yang diusung dalam pemilukada. Namun pada umumnya setiap partai politik memiliki rekrutmen politik dengan tahapan yang sama yaitu dengan membuka pendaftaran secara umum bagi kandidat-kandidat yang mau bertarung dalam Pemilukada. Selanjutnya nama- nama yang mendaftar tersebut digodok/ dikelola di jajaran pengurus partai untuk kemudian ditentukan siapa kandidat yang dinilai paling layak dan mempunyai peluang paling besar untuk mendapat respon positif dari masyarakat pemilih. Tentunya setiap partai politik mempunyai indikator tersendiri dalam proses penggodokan nama-nama calon yang mendaftar. Untuk menguji tingkat kelayakan para calon, setiap partai politik pada dasarnyakan melakukan evaluasi terhadap nama-nama calon tersebut.

Pentingnya sosok calon dalam menarik perhatian masyarakat/pemilih membuat partai politik menjadi sangat selektif dalam menentukan calon yang akan diusungnya. Sehingga tidak heran apabila nama kandidat calon yang akan diusung oleh partai politik baru diumumkan menjelang batas akhir pendaftaran yang diselenggarakan oleh lembaga penyelenggara Pemilu (KPU). Ini menunjukan bahwa penentuan calon yang akan diusung memiliki serangkaian kebijakan politik yang


(11)

kompleks yang sebelumnya telah dielaborasi di tingkat jajaran pengurus partai politik. Kebijakan penentuan calon yang akan diusung adalah sebuah hal serius bagi partai politik. Karena apabila calon yang diusung telah terbukti familiar dimata masyarakat dan mendapat respon positif dari pemilih maka kemungkinan untuk memenangkan pemilu menjadi lebih terbuka.

Menjadi pemenang dalam setiap Pemilukada merupakan salah satu tujuan utama setiap partai politik. Hal ini tentu berkaitan tentang keinginan setiap partai politik yang ingin berkuasa dalam pemerintahan. Persaingan dalam merebut kekuasaan inilah kemudian yang menjelma menjadi sebuah kompetisi.Kemenangan dalam Pemilukada berarti membuka peluang untuk meraih kekuasaan di tingkat pusat. Karena kekuasaan di tingkat pusat sangat ditentukan oleh akumulasi dari kekuasaan yang dipegang disetiap daerah. Oleh sebab itu ajang Pemilukada selalu mendapat perhatian serius bagi setiap partai politik. Bahkan hampir setiap calon yang diusung oleh partai poltik dalam pemilukada tidak hanya sekedar melibatkan pengurus partai ditingkat daerah melainkan juga melibatkan kebijakan pengurus partai dtingkat pusat.

Pada tahun 2013 Sumatera Utara (Sumut) sebagai salah satu daerah tingkat I (Provinsi) di Indonesia akan melaksanakan Pemilukada. Seperti halnya dalam pemilukada-pemilukada terdahulu setiap partai politik telah sibuk menjaring calon-calon yang layak diusung untuk bertarung dalam Pemilukada tersebut. Tujuannya jelas untuk mencari calon terbaik yang dianggap mempunyai nilai yang paling menjual dalam kesempatan memenangkan Pemilukada. Indikator yang biasanya digunakan mulai dari tingkat popularitas calon, tingkat kapasitas dan kapabilitas calon, hingga mengikutsertakan faktor finansial yang dimiliki oleh calon tersebut.


(12)

Faktor-faktor tersebut jelas sangat berhubungan dalam mendukung strategi yang akan digunakan partai politik dalam memenangkan Pemilukada.

Partai Demokrat sebenarnya dapat dikategorikan sebagai partai baru dalam sejarah perpolitikan di Indonesia. Partai bernuansa biru ini mengikuti Pemilu pertamanya ditahun 2004 yang menjadi pemilu kedua paska digulirkannya era reformasi. Sekalipun partai ini tidak menjadi pemenang dalam pemilu legislatif tersebut namun partai ini mampu masuk bersaing dengan partai-partai politik lain yang telah mapan seblumnya. Bahkan dalam pemilu Presiden calon yang diusung partai tersebut dapat memenangkannya persaingan dari calon lain yang diusung oleh partai yang lebih besar.

Sebagai partai yang memiliki keterwakilan terbesar ditingkat pusat dan ditingkat daerah (Sumatera Utara) partai Demokrat sudah pasti ingin memenangkan Pemilukada Sumut yang akan dilaksanakan pada tahun 2013. Partai ini juga mempunyai kesempatan besar untuk memenangkan Pemilukada Sumut karena disamping jumlah suaranya yang paling besar dibandingkan dengan partai politik lain, partai ini juga menjadi partai satu-satunya yang memenuhi syarat untuk mencalonkan wakilnya tanpa berkoalisi dengan partai lain. Oleh sebab itu partai ini menjadi begitu selektif dalam menentukan calon yang akan diusung dalam Pemilukada sumut agar mampu meraup suara terbanyak.

Dari penjelasan-penjelasan yang telah diurakan diatas adalah menjadi hal menarik bagi penulis untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan politik partai demokrat dalam menentukan pasangan Calon Gubernur (Cagub) dan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) yang akan diusung dalam Pemilukada Sumatera Utara.


(13)

I.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan penjelasan mengenai alasan mengapa masalah yang dikemukakan dalam penelitian itu dipandang menarik, penting dan perlu untuk diteliti. Perumusan masalah juga merupakan suatu masalah yang menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan pemecahannya.2

1. Penelitian ini difokuskan pada kebijakan politik yang diambil Partai Demokrat dalam menentukan menentukan pasangan Calon Gubernur (Cagub) dan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) yang akan diusung dalam Pemilukada Sumut 2013

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana partai Demokrat mengambil kebijakan politik dalam menentukan pasangan calon Gubernur (Cagub) dan calon Wakil Gubernur (Cawagub) yang akan diusung dalam Pemilukada Sumut 2013”

I.3. Pembatasan Masalah

Batasan masalah berfungsi untuk membatasi karya ilmiah/penelitian agar tidak melebar dan tetap fokus pada permasalahan yang akan diteliti. Adapun batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

I.4. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

2


(14)

1. Untuk mengetahui kebijakan politik seperti apa yang diambil partai demokrat dalam menentukan pasangan Calon Gubernur (Cagub) dan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) yang akan diusung dalam Pemilukada Sumut 2013. 2. Untuk mengetahui apa yang menjadi indikator bagi partai demokrat dalam

menentukan pasangan Calon Gubernur (Cagub) dan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) yang akan diusung dalam Pemilukada Sumut 2013.

I.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik kepada penulis maupun kepada orang lain yang membcanya, terlebih lagi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Untuk itu penelitian ini diharapkan memberikan manfaat:

1. Menambah wawasan pemikiran terhadap ilmu politik dalam hal kebijakan partai politik dalam menentukan pasangan calon yang akan diusung dalam sebuah Pemilihan Umum Kepala Daerah

2. Memberikan manfaat bagi institusi terkait (Partai Demokrat) sebagai sebuah masukan dalam hal melakukan rekrutmen politik sebagai salah satu fungsi dari partai politik.

3. Memberikan pengetahuan politik bagi masyarakat terutama dalam hal rekrutmen politik sehingga masyarakat memiliki kesadaran politik dalam melihat pemilihan umum kepala daerah.

I.6. Kerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan teori berfikir untuk menggambarkan dari segi


(15)

mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih.3

James E. Anderson lebih jelas menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kebijakan adalah kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah. Pengertian ini berimplikasi bahwa kebijakan mempunyai tujuan tertentu atau merupakan tindakan yang berorientasi pada tujuan, bahwa kebijakan itu berisi tindakan-tindakan pejabat pemerintah, bahwa kebijakan bisa bersifat positif atau bersifat negatif dengan arti keputusan pejabat pemerintah tidak meakukan sesuatu. Hal ini tentu bersinergi terhadap fokus masalah yang akan diteliti oleh peneliti. Menurut F. N. Karliger, teori adalah sebuah konsep atau konstruksi yang berhubungan satu dengan yang lain, suatu set dari proporsi yang mengandung suatu pandangan yang sistematis dan fenomena. Jadi dapat dikatakan kerangka teori merupakan bagian penting dalam penelitian karena merupakan kostruksi ataupun dasar dari sebuah penelitian.

I.6.1. Kebijakan Politik

I.6.1.1. Pengertian Kebijakan Politik

Kebijakan politik adalah kebijakan yang diambil oleh lembaga- lembaga politik, baik lembaga politik didalam ruang lingkup pemerintahan ataupun lembaga politik diluar pemerintahan.Kebijakan politik dalam rana pemerintahan seperti kebijakan yang diambil oleh pemerintah, ataupun lembaga perwakilan.Sedangkan kebijakan yang berada di luar ranah pemerintahan seperti kebijakan yang diambil oleh partai-partai politik ataupun lembaga politik lainnya. Masing-masing kebijakan ini mengikat terhadap unsur-unsur yang berada dalam ruang lingkup lembaga tersebut.

3 Hadari Nawawi,

Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1955, hal. 40


(16)

Dalam pengertian ini James E Anderson menyatakan bahwa kebijakan selalu terkait dengan apa yang dilakukan atau tidak dilakukan pemerintah4

Dalam pengertian yang lebih modern, partai politik merupakan suatu kelompok politik yang mengajukan calon-calonnya untuk mengisi jabatan-jabatan

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus kebijakan politik adalah kebijakan yang diambil oleh lembaga yang berada diluar pemeritahan yaitu partai politik. Kebijakan politik yang diambil partai politik yang dimaksud dalam penelitian ini berkaitan terhadap kebijakan partai politik dalam menentukan calon yang akan diusung dalam pemilihan umum kepala daerah. Tak bisa dipungkiri bahwa tujuan setiap partai politik adalah untuk merebut dan memperluas sumber- sumber kekuasaan. Hal ini berkaitan untuk mensukseskan program-program dari partai yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan demikian partai tersebut dapat menjadi kelompok yang dominan diantara kelompok yang lainnya.

Partai demokrat selaku partai berkuasa dan partai yang mempunyai wakil terbanyak di parlemen daerah provinsi Sumatera Utara tentu mempunyai keingian besar untuk menjadi penguasa dalam pemerintahan. Dalam pemilihan umum kepala daerah Sumatera Utara yang akan dilaksanakan pada tahun 2013 partai demokrat telah mengambil kebijakan politik untuk menentukan calon yang akan diusung dalam Pemilukada tersebut. Kebijakan ini tentu sebelumnya telah di elaborasi didalam tubuh partai dengan memperhatikan beberapa aspek yang dianggap penting untuk memenangkan pemilukada tersebut.

I.6.1.2. Pengertian Rekrutmen Politik

4


(17)

publik dengan tujuan dapat mengontrol kekuasaan untuk memerintah. Defenisi ini tentunya berkaitan terhadap fungsi partai politik dalam fungsinya sebagai sarana rekrutmen politik. Rekrutmen politik adalah suatu proses seleksi anggota- anggota kelompok untuk mewakili kelompoknya dalam jabatan administratif maupun politik.5 Dalam pengertian lain rekrutmen politik merupakan proses penyeleksian untuk kegiatan politik dan jabatan pemerintahan melalui penampilan dalam media komunikasi menjadi anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu dan sebagainya.6

5

Fadilah Putra, Kebijakan Publik Analisis Terhadap Kongruensi Janji Politik Partai Dengan Realisasi Produk Kebijakan Publik di Indonesia 1999- 2003, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, hal. 19.

6

Sudijono Sastroatmodjo, Prilaku Politik, Semarang: IKIP Semarang Press, 1995, hal. 121

Sementara itu dalam pengertian lain, Ada dua macam mekanisme rekrutmen politik, yaitu rekrutmen yang dilakukan secara terbuka dan yang dilakukan secara tertutup. Dalam model rekrutmen terbuka, semua warga negara yang memenuhi syarat tertentu (seperti kemampuan, kecakapan, umur, keadaan fisik) mempunyai kesempatan yang sama untuk menduduki posisi-posisi yang ada dalam lembaga negara / pemerintah. Suasana kompetisi untuk mengisi jabatan biasanya cukup tinggi, sehingga orang-orang yang benar-benar sudah teruji saja yang akan berhasil keluar sebagai jawara. Ujian tersebut biasanya menyangkut visinya tentang keadaan masyarakat atau yang di kenal sebagai platform politiknya serta nilai moral yang melekat dalam dirinya termasuk integritasnya.Sebaliknya, dalam sistem rekrutmen tertutup, kesempatan tersebut hanyalah dinikmati oleh sekelompok kecil orang. Ujian oleh masyarakat terhadap kualitas serta integritas tokoh masyarakat biasanya sangat jarang dilakukan, kecuali oleh sekelompok kecil elit itu sendiri.


(18)

Setiap sistem politik mempunyai prosedur yang berbeda dalam melakukan rekrutmen politik. Kandidat yang dipercaya untuk mengisi jabatan publik tentulah haruslah kandidat yang dianggap paling berkompeten sehingga dapat memaksimalkan sistem politik tersebut. Demikian juga yang terjadi pada partai politik. Pola rekrutmen yang di gunakan pastilah mengacu pada sistem politik yang diterapkan di negara tersebut. Di Indonesia sendiri proses rekrutmen politik terhadap jabatan-jabatan publik dilakukan melalui proses pemilu. Setiap calon terlebih dahuluh harus diusulkan oleh partai politik, dan untuk jabatan tertentu dapat menggunkan jalur independen (perorangan). Seleksi yang dilakukan dimulai dari seleksi administratif hingga syarat khusus untuk setia terhadapa ideologi negara.

Suatu regenerasi sangat dibutuhkan dalam partai politik sebagai tanda kehidupan politik yang sehat dalam partai politik. Regenerasi dilakukan dengan cara pengkaderan terhadap anggota-anggota yang mempunyai potensi untuk memimpin partai. Oleh sebab itu karena tujuannya adalah untuk regenerasi, maka biasanya pengkaderan dilakukan terhadap anggota- anggota yang masih dalam usia muda yag berasal dari dalam partai ataupun dari luar partai. Pengkaderan merupakan salah satu proses penting dalam partai politik karena sangat berpengaruh terhadap masa depan partai.

Dalam era reformasi seperti sekarang ini, rekrutmen politik dilaksanakan dengan lebih terbuka jika dibandingkan pada era orde baru. Keterbukaan ini berperan agar masyrakat benar- benar dilibatkan untuk menentukan individu-individu yang dipercaya untuk mengisi jabatan- jabatan publik. Derajat keterbukaan dalam sistem politik berbanding lurus terhadap derajat demokrasi suatu negara. Jadi semakin terbuka sistem politik suatu negara dalam melakukan rekrutmen politik maka hampir


(19)

dapat dipastikan semakin tinggi pula derajat demokrasi di negara tersebut. Partai politik mempunyai peran yang sangat strategis dalam menentukan individu yang akan mengisi jabatan publik. Ini disebabkan karena partai politik diperbolehkan untuk mengajukan calonnya hampir disetiap jabatan publik yang strategis.Namun tentunya partai politik mempunyai beberapa alternatif pilihan dalam melakukan rekrutmen politik. Adapun pilihan partai politik dalam melakukan rekrutmen politik adalah sebagai berikut:

a. Partisipan, yaitu merupakan pendukung yang kuat, loyalitas yang tinggi terhadap partai sehingga dapat direkrut untuk menduduki jabatan strategis. b. Compartmentalization, merupakan proses yang didasarkan pada latar belakang

dan pengalaman organisasi atau kegitan social politik seseorang. Misalnya LSM.

c. Immediate Survival, yaitu proses rekrutmen yang dilakukan oleh otoritas pemimpin partai tanpa memperhatikan kemampuan orang- orang yang akan direkrut.

d. Civil Service Reform, merupakan proses perekrutan berdasarkan kemampuan dan loyalitas seorang calon sehingga bisa mendapatkan kedudukan yang lebih penting atau tinggi.

I.6.1.3. Metode Rekrutmen Politik

Dalam melakukan rekrutmen politik, setiap partai politik memiliki metode yang berbeda- beda. Hal ini tentunya didasarkan pada perbedaan ideologi, garis perjuangan partai hingga proyek partai yang belum tentu sama antara partai satu dengan yang lainnya. Perbedaan- perbedaan inilah yang nantinya menentukan metode yang akan digunakan partai politik dalam melakukan rekrutmen politik. Tapi pada


(20)

umumnyaada beberapa metode yang dilakukan dalam melakukan rekrutmen politik, yaitu sebagai berikut:

Penarikan undian, metode ini ada metode tertua yang digunakan pada zaman Yunani kuno.

Rotasi, metode ini digunakan untuk menghindari dominasi kekuasaan atas kelompok- kelompok tertentu.

Perebutan kekuasaan, metode ini biasanya digunakan dalam penggulingan rezim politik.

Patronage, dalam hal ini kenaikan pangkat dapat dibeli oleh yang ingin naik jabatan dan metode ini tidak menjamin kualitas pemegang jabatan.

Co- Option, dalam metode ini mnggunakan pemilihan oleh anggota yang ada. I.6.2. Partai Politik

I.6.2.1. Pengertian Partai Politik

Partai politik adalah suatu syarat mutlak dalam sebuah Negara yang menganut paham demokrasi.Di Indonesia sendiri keberadaan partai politik telah ada bahkan sebelum Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Dalam perjalanan sejarah partai politik di Indonesia tercatat telah banyak partai politik yang lahir dan malang melintang di percaturan politik nasional. Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik menyebutkan bahwa, partai politik adalah organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga Negara Republik Indonesia


(21)

secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa, dan Negara melalui Pemilihan Umum.7

Partai politik bergerak dari anggapan bahwa dengan membentuk wadah organisasi mereka bisa menyatukan orang-orang yang mempunyai pikiran serupa sehingga pikiran dan orientasi mereka bisa dikonsolidasikan.8

Ada beberapa pengertian partai politik yang didefenisikan oleh beberapa ahli.Carl J. Friedrich mendefenisikan partai politik sebagai sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat adil serta materil.

Dengan begitu mereka berharap dalam memberikan pengaruh yang lebih besar dan nyata dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan. Keterlibatan mereka dalam pembuatan keputusan akan menunjukan eksistensi mereka baik secara individu maupun secara kelompok.

Partai politik secara umum dapat digambarkan sebagai suatu kelompok yang anggota-anggotanya terorganisir dan mempunyai norma-norma, orientasi dan kesepakatan yang dijadikan tujuan bersama.Tujuan utama dari partai politik adalah untuk merebut kekuasaan politik sehingga mereka dapat menjalankan program-program ataupun kesepakatan yang ada dalam kelompok mereka. Dengan kata lain partai politik dibentuk dengan tujuan agar kepentingan dari setiap anggota yang telah diformulasikan dalam kepentingan kelompok partai dapat terealisasi dengan cara menduduki lembaga-lembaga kekuasaan Negara.

9

7

Dikutip dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik

8

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008, hal.414.

9Friederich,

Constitutional Government and Democracy, hlm.24 dalam Miriam Budiardjo, Dasar- Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, hlm. 404.


(22)

Pengertian partai politik yang dikemukakan oleh Carl J. Friedrich ini bertolak pada pemikiran bahwa pada awalnya partai politik merupakan kumpulan dari individu-individu yang terasosiasi atas asas-asas persamaan dan mempunyai tujuan yang sama. Untuk mencapai tujuan bersama tersebut kelompok yang dimaksud membutuhkan kewenangan-kewenangan yang bisa didapat dengan cara meerebut/menguasai sumber-sumber kekuasaan yang nantinya dapat bermanfaat bagi setiap individu yang berada di kelompok tersebut.

Sementara itu menurut Sigmund Neumann dalam buku karyanya, Modern Political Parties mendefenisikan partai politik sebagai organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguaasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda.10

Giovanni Sartori adalah ahli lain yang merintis mengenai studi kepartaian. Ia mendefenisikan partai politik sebagai suatu kelompok politik yang mengikuti pemilihan umum dan melalui pemilihan umum itu, mampu menempatkan calon- calonnya untuk menduduki jabatan-jabatan politik.

Pengertian yang diberikan Sigmund Neumann ini merupakan pengetian partai politik di era modern dimana partai politik saling bersaing untuk merebut simpati masyarakat sehingga dapat dipercaya untuk menguasaai lembaga- lembaga kekuasaan. Dengan demikian partai politik menjadi sebuah perantara besar yang menghubungkan kekuatan- kekuatan politik dan ideologi sosial dengan lembaga pemerintahan yang resmi.

11

10

Sigmund Neumann, Modern Political Parties, dalam Miriam Budiardjo, Dasar- Dasar Ilmu Politik,

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, hlm. 404

11

G. Sartori, Parties and Party Systems, hlm. 63 dalam Miriam Budiardjo, Dasar- Dasar Ilmu Politik,

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, hlm. 404


(23)

karena menghubungkan langsung partai politik dengan pemilu dan tujuannya langsung untuk memperoleh kekuasaan dengan caramenempatkan wakil-wakilnya pada jabatan-jabatan publik. Pengertian yang dikemukan Giovanni Sartori ini mungkin dapat dikatakan sebagai cerminan partai- partai politik di era modern seperti sekarang ini.

I.6.2.2. Fungsi Partai Politik

Pandangan partai politik diantara negara yang menganut asas demokrasi tentulah berbeda dengan negara yang otoriter. Perbedaan pandangan ini tentulah berimplikasi kepada fungsi partai politik yang ada dalam negara tersebut. Di negara yang menganut paham demokrasi, partai politik menjalankan fungsi sesuai hakikat awal partai itu terbentuk. Yaitu sebagai sarana aspirasi bagi masyarakat untuk terlibat dalam persoalan persoalan negara. Sebaliknya dinegara yang menganut paham otoriter, partai politik cenderung menyimpang dari hakikatnya melainkan cenderung hanya menjadi motor yang menjalankan kehendak penguasa.

Dalam bagian ini peneliti akan menguraikan fungsi partai politik di negara yang menganut paham demokrasi seperti halnya Indonesia. Adapun fungsi partai politik di negara demokrasi adalah sebagai berikut.

I.6.2.2.1. Partai Politik Sebagai Sarana Komunikasi politik

Seperti yang telah dikemukan diatas bahwa pada awalnya partai politik dibentuk untuk menampung aspirasi dari masyrakat untuk selanjutnya dapat disuksesikan kepada lembaga penyelenggara negara. Aspirasi yang dimaksud dapat berupa tuntutan ataupun kepentingan yang dianggap menjadi sebuah permasalahan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan harapan apayang menjadi aspirasi tersebut


(24)

dapat diterima oleh lembaga negara dan kemudian dijadikan sebagai kebijakan umum. Itulah sebabnya partai politik dipandang sebagai media perantara antara rakyat dengan pemeerintah atau dengan kata lain partai politik sebagai sarana komunikasi politik antara pihak yang memerintah dan pihak yang diperintah.12

Apabila tidak ada yang bertugas untuk mengagregasi dan mengartikulasi maka kepentingan dari setiap individu akan ricuh dan saling berbenturan. Jadi proses agregasi dan artikulasi kepentingan tersebut dapat mengurangi benturan antara kepentingan-kepentingan individu tersebut. Agregasi dan artikulasi itulah salah satu fungsi dari komunikasi partai politik

Partai politik juga harus peka ataupun responsive terhadap tuntutan yang disampaikan oleh masyarakat shingga secara maksimal dapat disalurkan ke lembaga pemerintah pembuat kebijakan.

Dalam negara demokrasi yang pluralis seperti Indonesia tentu terdapat banyak suara-suara ataupun aspirasi yang berkembang dari setiap individu. Suara ataupun aspirasi tersebut akan hilang begitu saja apabila tidak dihimpun ataupun ditampung dengan aspirasi dari individu lain yang mempunyai suara yang senada. Proses seperti ini dalam sebuah sistem politik dinamakan sebagai penggabungan kepentingan (interest aggregation). Langkah selanjutnya setelah proses penggabungan kepentingan tersebut adalah pengolahan dan perumusan dari kepentingan-kepentingan tersebut agar menjadi linear dan teratur. Proses seperti ini dinamakan sebagai perumusan kepentingan (interest articulation).

13

Selanjutnya formulasi kepentingan tersebut dielaborasi ditatanan partai politik untuk disusun menjadi usulan kebijakan. Usulan kebijakan tersebut kemudian di

.

12 Budi Winarno,

Sistem Politik Indonesia Era Reformasi, Yogyakarta: Media Pressindo, 2007, hal. 98

13


(25)

bahas untuk dijadikan platform partai dan kemudian diperjuangkan ke pemerintah melalui wakil-wakil mereka di parlemen dengan harapan dapat diwujudkan menjadi sebuah kebijakan publik (publicpoicy). Seperti itulah tuntutan dan kepentingan masyarakat disampaikan kepada pemerinth melalui perantara partai politik.

Dalam uraian diatas telah dibahaas bagaimana partai politik berfungsi sebagai sarana komunikasi politik yang sifatnya bergerak dari bawah (masyarakat) ke atas (pemerintah). Partai politik juga berperan sebagai sarana komunikasi politik dari atas ke bawah. Patai politik berperan untuk memperbincangkan rencana kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah untuk disampaikan kepada umum (masyarakat). Dengan begitu akan terjadi arus informasi yang berimbang dan dialog dua arah antara masyarakat dan pemerintah. Peran partai politik sebagai jembatan sangat perlu dijaga karena disatu sisi pemerintah perlu agar masyarakat mengetahui dan memahami kebijakan- kebijakan yang akan diambil dan di sisi lain pemerintah perlu untuk tanggap dan merespon kepentingan ataupun tuntutan yang ada di masyarakat.

Dalam menjalankan fungsi inilah partai politik disebut sebagai perantara terhadap kepentingan antara pemerintah dan masyarakat. Terkadang sering dikatakan bahwa bagi pemerintah partai politik berperan sebagai alat pendengar sedangkan bagi masyarakat sendiri partai politik berperan sebagai pengeras suara yang bertindak untuk menyampaikan suara-suara masyarakat. Namun dalam kenyataannya sering sekali fungsi komunikasi politik dalam partai poltiik berjalan berat sebelah yang dapat mengancam kehidupan politik yang tidak sehat.


(26)

I.6.2.2.2. Partai Politik Sebagai Sarana Sosialisasi Politik

Dalam ilmu politik sosialisasi politik diartikan sebagai suatu proses yang melaluinya seseorang memperoleh sikap dan orintasi terhadap fenomena politik, yang umumnya berlaku dalam masyarakat dimana ia berada. Ia adalah bagian dari proses yang menentukan sikap politik seseorang, misalnya mengenai nasionalisme, kelas sosial, suku bangsa, ideologi, hak dan kewajiban.14

Partai politik sangat berperan dalam menyalurkan fungsi sosialisasi politik yang telah diuraikan diatas.oleh karena itu partai politik diharapkan mampu memberikan pendidikan politik kepada masyarakat agar menanamkan nilai-nilai politik kepada generasi yang lebih muda. Hal ini berhubungan terhadap fungsi transformasi norma-norma politik. Tujuannya adalah agar masyarakat dapat memahami tentang hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Adapun cara- cara

Sosialisai politik merupakan sebuah proses pengenalan terhadap norma-norma politik dari suatu generasi ke genarasi selanjutnya. Jadi menjadi wajar apabila sosialisasi politik di ibaratkan sebagai ciakal bakal bagi pembentukan budaya politik.

Dalam bebeapa konteks, sosialisasi politik juga di identikkan dengan pendidikan politik. Yaitu bagaimana setiap individu mengalami sebuah proses pembelajaran untuk tanggap terhadap gejala- gejala politik yang ada disekitarnya. Proses sosialisasi politik berjalan secara bertahap dari anak-anak hingga dewasa. Dia berkembang dari lingkungan keluarga, rekan kerja, ataupun pengalaman yang dialami oleh individu tersebut. Dengan demikian proses sosialisasi politik tidak akan berhenti hingga akhir hidup selama individu tersebut masih bersosialisasi dengan lingkungannya.

14


(27)

yang digunakan partai politik dalam melakukan sosialisasi politik adalah melalui media massa, kursus-kursus, penataran, dan sebagainya. Selain itu dalam fungsi sosialisasi politik ini partai politik juga berperan membantu sistem politik dalam mensosialisasikan sistem politik dan mendidik anggota-anggotanya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab terhadap kepentingan sendiri dan kepentingan nasional.15

Rekrutmen politik berhubungan kepada upaya partai politik untuk mencari dan mengajak orang-orang tertentu bergabung kedalam partai. Partai politik juga berperan untuk menyeleksi para anggotanaya kemudian untuk diusulkan menjadi calon pemimpin partai. Tentunya kader-kader yang diproyeksikan menjadi pemimpin partai adalah kader-kader yang berkualitas karena bertujuan untuk mengembangkan partai menjadi lebih besar. Untuk merekrut calon anggota cara yang digunakan mungkin dengan cara melakukan pengkaderan yang sebelumnya diawali dengan kontak pribadi, persuasi dan lain- lain. Sedangkan dalam hal perekrutan untuk calon pemimpin partai, biasanya setiap partai membentuk sebuah team untuk membuat

Jika kita mengamati sisi lain dari fungsi sosialisasi politik yang dilakukan partai politik adalah untuk menciptakan image/citra bahwa partai benar- benar memperjuangkan kepeentingan masyarakat. Ini merupakan suatu hal yang sangat penting agar partai mendapat kepercayaan dari masyarakat untuk menguasi kekuasaan pemerintah yang merpakan tujuan dari partai politik.Untuk itu setiap partai berusaha untuk mendaptkan dukungan seluas mungkin dan mengkader anggotanya agar mempunyai solidaritas terhadap partainya.

I.6.2.2.3. Partai Politik Sebagai Sarana Rekrutmen Politik

15


(28)

kualifikasi calon pemimpin yang ideal. Kemudian barulah kemudian diadakan pemilihan untuk menentukan calon pemimpin partai politik tersebut.

Namun fungsi rekrutmen politik yang dijalankan oleh partai politik tidak hanya terbatas pada fungsi internal saja. Partai politik juga mempunyai peran rekrutmen politik terhadap calon pemimpin nasional. Namun biasanya calon yang akan direkrut untuk diusung menjadi pemimpin nasional merupakan calon yang berada dalam partai politik tersebut. Alasannya jelas agar calon tersebut dapat memperjuangkan apa yang selama ini diperjuangkan oleh partai politik. Sedangkan untuk merekrut calon yang berada di luar partai harus memperhatikan beberapa hal terutama masalah ideologi partai, garis perjuangan partai, dan kesempatan partai untuk berkuasa dalam pemerintahan.Rekrutmen partai politik meliputi perekrutan untuk diusulkan menjadi wakil- wakil rakyat dari pusat hingga daerah dan pemimpin pemerintahan pusat hingga daerah.

Fokus penelitian ini adalah mengenai perekrutan yang dilakukan oleh partai politik dalam menentukan calon yang akan diusung dalam pemilihan kepala daerah. Yaitu mengenai kebijakan partai demokrat dalam menentukan pasangan calon yang akan diusung dalam pemilihan kepala daerah di Sumatera Utara (pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur) 2013.

I.6.2.2.4. Partai Politik Sebagai Sarana Pengatur Konflik

Dalam negara yang komposisi masyarakatnya heterogen seperti Indonesia potensi untuk terrjadinya konflik mempunyai peluang yang cukup besar. Di negara Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, agama dan golongan maka sangat rentan untuk terjadi konflik horizontal. Dalam negara demokrasi yang menganut azas


(29)

kebebasan maka akan sangat mungkin terjadi benturan-benturan pemikiran ataupun kepentingan yang dapat menyulut terjadinya konflik atas perbedaan-perbedaan tersebut. Potensi konflik seperti ini jelas harus dihindari agar terhindar dari masalah disintegrasi bangsa.

Dalam hal ini partai politik diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut atau paling tidak dapat membantu untuk menekan potensi konflik yang dapat timbul dari perbedaan- perbedaan yang ada di masyarakat. Elit partai dapat menumbuhkan pengertian di antara mereka dan bersamaan dengan itu juga meyakinkan pendukungnya.16

16

Op. Cit. hal. 409.

Dengan kata lain partai politik dapat dijadikan sebagai penghubung psikologis diantara warga- negara sehingga dapat menciptakan keakraban diantara masyarakat.

I.6.2.3. Sistem Kepartaian

Pada umumnya system kepartaian dibagi menjadi tiga bagian, yaitu system partai tunggal, system dwi partai dan system multi partai. Penggunaan atas sistem kepartaian ini disesuaikan terhadap negara yang menerapkannya. Negara yang masyarakatnya majemuk seperti Indonesia cenderrung menggunakan sistem multi partai. Hal ini tentu berhubungan dikarenakan terddapat berbagai macam suku, agama, golongan dan kelompok kepentingan dalam negara tersebut. Sehingga setiap kelompok akan membentuk kelompok politiknya sendiri sesuai dengan prinsip yang lebih dekat kepada mereka. Maka oleh sebab itu system ini leih mampu untuk menyalurkan keanekaragaman budaya dan politik dibandingkan system kepartaian lainnya.


(30)

Namun walaupun demikian bukan berarti sistem multi partai tidak mempunyai kelemahan. Kelemahan dari sistem kepartaian seperti adalah terjadinya pertumbuhan politik yang berlebihan dikarenakan banyaknya partai yang tumbuh dengan ideologi yang berbeda- beda. Hal ini kemudian dapat membuat masyarakat semakin terkotak-kotak menurut ideologi partai politik tersebut. Persaingan antar partai juga tidak akan ada habisnya karena setiap partai mempunyai tujuan sama untuk merebut simpati masyarakat untuk kemudian merebut kekuasaan negara/pemerintahan. Persaingan antara partai politik ini juga dapat memicu terjadinya persaingan diantara peendukung partai yang dapat menyebabkan konflik horizontal di masyarakat.

I.6.3.Pemilihan Umum dan Pemilihan Umum Kepala Daerah

I.6.3.1. Pemilihan Umum

Pemilihan umum atau yang disingkat dengan Pemilu merupakan suau partisipasi politik masyarakat biasa dalam mempengaruhi suatu kebiajakan. Pada hakikatnya Pemilu bertujuan untuk memilih wakil-wakil rakyat untuk menduduki jabatan-jabatan publik. Jabatan-jabatan public yang dimaksud meliputi wakil- wakil legislatif dan eksekutif baik ditingkat pusat ataupun daerah. Wakil-wakil rakyat ini bertugas untuk menjalankan keddaulatan rakyat yang telah diserahkan kepada mereka.

Di Indonesia sendiri, pelaksanaan pemilu pertama kali dilakukan pada tahun 1955. Dalam perjalanan sejarah pelaksanaan Pemilu di Indonesia, Pemilu tahun 1955 ini dinilai yang paling demokratis karena memiliki jumlah peserta yang paling banyak dibandingkan dengan pemilu-pemilu lainnya. Memasuki masa Orde Baru ada penurunan terhadap jumlah peserta Pemilu. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah pada saat itu yang melakukan fungsi terhadap partai- partai pada orde


(31)

lama. Dalam pemerintahan orde baru tercatat hanya ada tiga kompetitor dalam pemilu yaitu Partai Persatuan Pembangunan (fungsi partai- partai Islam) dan Partai Demokrasi Indonesia (fungsi partai-partai nasionalis dan Kristen).Banyak kalangan menilai bahwa era pemerintahan ini merupakan era pemerintahan yang anti demokrasi karena mengekang kebebasan individu dan kelompok.

Bergesernya rezim otoriter Orde Baru yang digantikan oleh Era Reformasi membawa semangat baru bagi pembangunan demokrasi di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan diambilnya kebijakan-kebijakan yang menyokong tonggak demokrasi di Indonesia.Salah satu buktinya adalah dengan adanya pembatasan masa kekuasaan presiden dua periode yang bertujuan untuk menghindari kekuasaan yang otoriter. Selain itu kebebasan untuk mendirikan organisasi- organisasi politik menjadi sebuah pelepas dahaga akan kehidupan demokrasi yang telah di rampas oleh rezim militer orde baru. Kehidupan terus tumbuh di era reformasi sekalipun terkadang terjadi pasang surut dalam perjalanannya.

Salah satu produk reformasi yang membawa pencerahan bagi iklim demokrasi adalah denga di selenggarakannya pemilihan kepala pemerintahan baik di tingkat pusat maupun daerah secara langsung. Sebelumnya pemimpin pemerintahan pusat dan daerah hanya dilakukan oleh lembaga perwakilan saja, namun sekarang telah di serahkan kepad rakyat secara langsung. Ini bertujuan agar rakyat benar- benar terlibat langsung untuk ikut serta dalam menentukan orang/ individu yang akan memiliki kuasa di pemerintahan pusat maupun daerah. Sekalipun pelaksanaan pemilu langsung sanagat menyedot anggaran negara, namun banyak pihak yang memberikan apresiasi atas pemilu langsung ini.


(32)

I.6.3.2. Pemilihan Umum Kepala Daerah

Pemilihan kepala daerah dan wakil daerah berdasarkan pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan, pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah dan kepala daerah juncto Peraturan Pemerintah Nomor 49 tahun 2008 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2005 adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dibawah pemerintahan Provinsi dan/atau kabupaten/kota berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Tahun 1945 untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah.

Pasal 56 (1) Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah menyatakan bahwa kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. (2) Pasangan calon sebagaimana yang disebutkan dalam ayat (1) diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Ketentuan pasal 56 ayat (2) dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat setelah salah satu kepala daerah dari NTB mengajukan pengujian Undang Undnag Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah terkhusus dengan kaitannya terhadap calon perseorangan untuk ikut dalam pemilihan umum kepala daerah. Setelah Mahkamah Konstitusi mengabulkan tuntutan atas calon perseorangan tersebut, maka pada tanggal 28 pemerintah menerbitkan Undang- Undang nomor 12 Tahun 2008 sebagai pengganti Undang- Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.

Diterapkannya sistem pemilihan langsung merupakan sebuah koreksi atas penyelenggaraan pemilu kepala daerah yang selama ini dilakukan oleh Dewan


(33)

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Penggunaan format pemilihan langsung merupakan sebuah tuntutan dari era demokrasi yang menginginkan liberalisasi dibidang politik.Pemilihan umum kepala daerah juga menunjukan perkembangan kehidupan demokrasi di daerah kearah yang lebih baik. Ini disebabkan karena rakyat didaerah diberi kebebasan dan kesempatan untuk memilih kepala daerahnya sendiri tanpa proses perwakilan.

Di Provinsi Sumatera Utara sendiri, pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) yang akan dilaksanakan pada tahun 2013 merupakan pemilukada kedua yang dilakuakan secara langsung. Sebelumnya pemilukada langsung dilakukan untuk memilih calon Gubernur dan Wakil Gubernur Periode 2008- 2013. Pada pemilukada tersebut pasangan Syamsul Arifin- Gatot Pujonugroho yang di usung gabungan partai- partai kecil mampu mengalahkan calon- calon yang di usung oleh partai- partai besar. Jadi menarik untuk diteliti apakah pada pemilihan umum Gubernur dan Wakli Gubernur Sumatera Utara tahun 2013 calon yang diusung partai besar seperti halnya demokrat mampu memenangkan Pemilukada tersebut.

I.7. Metodologi Penelitian

I.7.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan menggunakan pendekatan analisis yaitu suatu metode dalam meneliti satu objek, kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu peristiwa yang terjadi di masa sekarang. Menurut Whitney, metode deskriptif adalah pencarian fakta interpretasi yang tepat yang digunakan untuk mempelajari masalah-masalah yang ada dalam masyarakat dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta hubungan-hubungan kegiatan, sikap-


(34)

sikap, pandangan dan proses yang sedang berlangsung juga suatu pengaruh- pengaruh dari suatu fenomena.17 Kemudian disamping itu juga daam penelitian ini dapat digunakan dengan metode interpretasi. Interpretasi dimaksudkan sebagai upaya tercapainya pemahaman yang benar terhadap fakta (yaitu suatu perbuatan dan kejadian), data (pemberian dalam wujud hal atau peristiwa yang disajikan, atau dalam wujud sesuatu yang tercatat tentang hal, peristiwa, atau kenyataan lain yang dapat dijadikan dasar keterangan selanjutnya) dan gejala (sesuatu yang nampak sebagai tanda adanya peristiwa dan kejadian).18

1. Metode Library Research atau Studi Kepustakaan I.7.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Provinsi Sumatera utara, yang berada di Komplek Multatuli Indah Blok FF No. 39-40, Jln Multatuli - Medan

I.7.3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh in formasi, keterangan- keterangan atau fakta- fakta yang diperlukan, maka penulis menggunakan tekhnik pengumpulan data sebagai berikut:

Studi yang dilakukan ini adalah dengan cara pengumpulan data dengan cara menghimpun dan mengumpul buku-buku, dokumen-dokumen, makalah, arsip-arsip, dan literatur-literatur serta seluruh sarana informasi lainnya yang tentu saja berhubungan dengan masalah penelitian ini.

2. Metode Penelitian Lapangan (Field Research)

17

Mohamad Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia: Jakarta, 1998, hal. 4.

18 Syahrin Harahap,

Metodoogi Studi Tokoh Pemikiran Islam, Jakarta dan Medan: Istiqomah Mulya Press, 2006, hal. 59


(35)

Yaitu dengan cara datang langsung ke lokasi penelitian untuk menghimpun data- data yang diperlukan, wawancara akan dilakukan kepada pengurus Dewan Pengurus Daerah partai Demokrat Sumatera Utara diantaranya Ketua DPD partai Demokrat SUMUT, Seketaris DPD Partai Demokrat SUMUT dan pihak-pihak terkait.

I.7.4. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara menggunakan metode kualitatif. Jenis analisa data seperti ini banyak digunakan pada jenis penelitian yang bersifat deskriftif, yaitu suatu metode yang lebih didasarkan kepada pemberian gambaran yang terperinci yang mengutamakan penghayatan dan berusaha memahami suatu peristiwa dalam situasi tertentu menurut pandangan peneliti.19 Untuk analisis data kualitatif dilakukan pada data yang tidak dapat dihitung berwujud kasus- kasus sehingga tidak dapat disusun dalam bentuk angka-angka.

I.7.5. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan lebih terperinci, serta untuk mempermudah isi dari skripsi ini, maka dengan ini penulis membagi dalam empat BAB. Susunan sistematika penulisan sebagai berikut:

19


(36)

BAB I Pendahuluan

Bab ini akan menguraikan latar belakang masalah, pokok permasalahan yang akan dibahas, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi yang digunakan dalam penelitian, kerangka teori yang menjadi landasan pemikiran serta sistematika penelitian.

BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian

Pada Bab ini akan menggambarkan lokasi penelitian, dalam hal ini adalah profil partai demokrat khususnya Dewan Perwakilan Daerah (DPD) partai demokrat provinsi Sumatera Utara

BAB III Hasil dan Analisa Data

Pada bab ini akan memuat hasil dan analisa data yang didapat dalam proses penelitian ini. Yaitu mengenai proses rekrutmen yang dilakukan oleh partai demokrat dalam menyeleksi calon Gubernur dan Wakil Gubernur masa periode 2013- 2018 yang akan bertarung dalam Pemilihan Umum kepala daerah di Provinsi Sumatera Utara.

BAB IV Penutup

Bab ini merupakan bab terakhir dalam penelitian ini, yaitu berisi mengenai kesimpulan yang diperoleh dari hasil- hasil pembahasan pada bab- bab sebelumnya. Serta saran- sara yang diberikan penulis dalam melihat masalah yang terdapat dalam penelitian ini.


(37)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN II.2. Profil Partai Demokrat

II.2.1. Sejarah Berdirinya Partai Demokrat

Latar belakang berdirinya Partai Demokrat tidak terlepas dari peristiwa kekalahan Susilo Bambang Yudohyono dalam pemilihan wakil presiden pada Sidang Istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Juli 2001.20

Pada pemilihan putaran pertama Susilo Bambang Yudhoyono berhasil menempati posisi ketiga dengan meraih 122 suara dari total 613 suara. Dengan hasil tersebut maka Susilo Bambang Yudohyono berhak untuk mengikuti pemilihan putaran kedua. Sementara itu urutan pertama diraih oleh Hamzah Haz dengan 233

Pada waktu itu mantan Menteri Kordinator Politik dan Keamanan di era Presiden Abdurrahman Wahid (2000-2001) merupakan salah satu dari lima kandidat calon wakil presiden untuk dipilih oleh anggota MPR guna mendampingi Presiden Megawati Soekarnoputri.

Pencalonan Susilo Bambang Yudhoyono sendiri diusung salah satu fraksi di MPR yaitu fraksi kesatuan kebangsaan (FKKI) ditambah dengan 90 orang anggota MPR yang berasal dari utusan golongan dan dari anngota fraksi lainnya secara perseorangan. Sementara keempat calon lainnya adalah Hamzah Haz yang diusung oleh Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Akbar Tandjung yang diusung oleh Partai Golkar, Agum Gumelar yang dicalonkan oleh Fraksi Persatuan Daulatul Ummah, serta Siswono Yudo Husodo yang dicalonkan oleh 83 anggota MPR secara perorangan.

20 Tim Litbang Kompas,

Partai-Partai Politik di Indonesia (Ideologi dan Program), Kompas, 2004, hal.172.


(38)

suara dan diikuti oleh Akbar Tandjung di posisi kedua dengan 177 suara. Setelah dilakukan putaran kedua, hasil pengitungan suara menempatan Susilo Bambang Yudohyono pada urutan ketiga sehingga dengan demikian tidak dapat melanjutkan perjuangannya pada putaran ketiga. Pada putaran ketiga sendiri Hamzah Haz keluar sebagai pemenang setelah berhasil mengalahkan Akbar Tandjung dan kemudian ditetapkan sebagai Wakil Presiden.

Kekalahan Susilo Bambang Yudhoyono dalam pemilihan wakli presiden ternyata tidak serta merta melunturkan semangat orang- orang yang mendukungnya. Justru kekalahan inilah yang menginspirasi beberapa anggota MPR untuk mendirikan sebuah partai politik guna menjadi kendaraan politiik mantan Kepala Staf Teritorial TNI (1998-1999) itu untuk mencalonkan diri pada pemilihan presiden 2004. Kurangnya pendidikan politik yang dilakukan oleh partai- partai politik pada saat itu juga menjadi salah satu alasan dari beberapa tokoh tersebut untuk mendirikan Partai Demokrat. Dengan berdirinya partai demokrat diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan politik masyarakat dan secara perlahan dapat menumbuhkan kesadaran politik masyarakat.

Pada tanggal 12 Agustus 2001 tepatnya pukul 17.00 diadakan rapat yang dipimpin langsung oleh Susilo Bambang Yudohyono di apartemen Hilton. Rapat tersebut membentuk tim pelaksana yang mengadakan pertemuan secara marathon setiap hari. Tim tersebut tediri dari Vence Rumangkang, Drs. A. Yani Wahid (Alm), Achmad Kurnia, Adhiyaksa Dault, SH, Baharuddin Tonti, Shirato Syafei. Selanjutnya pada tanggal 19 Agustus 2001, SBY memimpin langsung pertemuan yang merupakan cikal bakal pendirian dari Partai Demokrat. Dalam pertemuan tersebut, Vence


(39)

Rumangkang menyatakan bahwa rencana pendirian partai akan tetap dilaksanakan dan hasilnya akan dilaporkan kepada SBY.

Pada tanggal 20 Agustus 2001, Vence Rumangkang yang dibantu oleh Drs. Sutan Bhatoegana memobilisasi orang- orang untuk merealisasikan pembentukan sebuah partai politik. Sehingga terbentuklah tim Sembilan yang beranggotakan sepuluh orang yang mempunyai tugas untuk mematangkan konsep- konsep pendirian sebuah partai politik yaitu, Vence Rumangkang, Dr. Ahmad Mubarok, MA, Drs. A. Yani Wahid (alm), Dr. Subur Budhisantoso, Prof. Dr. Irzan Tanjung, RMH. Heroe Syswanto, Prof. Dr. RF. Saragih, SH, MH, Prof. Dardji Darmodihardjo, Prof. Dr. Ir. Rizald Max Rompas dan Prof. Dr. T. Rusli Ramli, MS. Disamping nama nama tersebut, ada juga nama- lain yang ikut melakukan diskusi- diskusi dalam pembentukan partai demokrat. Sementara itu diskusi finalisasi konsep partai dipimpin langsung oleh SBY.

Sosok SBY jelas mempunyai kedekatan historis dengan Partai Demokrat. Disamping ide pembentukan SBY merupakan ide dari SBY itu sendiri, tanggal berdirinya Partai Demokrat juga sengaja disesuaikan dengan tanggal dan bulan lahir SBY. Tetapi pada awal pembentukan partai, nama SBY tetap berada di luar struktur kepengurusan partai. Akan tetapi Kristiani Herawati yang notabene adalah SBY menjabat sebagai wakil ketua umum. Setelah kepengurusan partai terbentuk di tingkat pusat, maka partai demokrat melakukan ekspansi hingga ke daerah- daerah. Dalam waktu yang relatif singkat terbentuklah kepengurusan partai di tingkat daerah (DPD) di provinsi Sulawesi Selatan. DPD Sulawesi Selatan tercatat sebagai DPD Partai Demokrat pertama di Indonesia. Kemudian seiring dengan berjalannya waktu terbentuklah DPD- DPD di provinsi lainnya.


(40)

Pada tanggal 17 Oktober 2002 tepatnya di Jakarta Convention Center tercatat sebagai deklarasi partai yang di hadiri oleh ketua Dewan Pimpinan Daerah dari 29 daerah di Indonesia. Setelah deklarasi, pembentukan cabang partai di daerah pun gencar dilakukan untuk melebarkan sayap partai. Selain itu, partai juga mulai fokus untuk melakukan pengkaderan- pengkaderan anggota untuk meningkatkan kualitas angggotanya.

II.2.2. Ideologi dan Program Partai

Seperti halnya dengan organisasi masyarakat ataupun organisasi politik, Partai Demokrat juga mempunyai ideologi dan program partai. Hal tersebut menyangkut asas, tujuan, program dan spesifikasi lainnya yang berhubungan dengan Partai Demokrat. Beberapa hal yang menjadi landasan partai dalam menjalankan roda organisasi akan dijelaskan di bawah ini.

A. Asas

Partai Demokrat berasaskan Pancasila

B. Jati Diri

Jati diri Partai Demokrat adalah nasionalis religius, yaitu kerja keras untuk kepentingan rakyat dengan landasan moral dan agama serta memperhatikan aspek- aspek humanisme, nasionalisme dan internasionalisme dalam rangka mencapai tujuan perdamaian, demokrasi, dan kesejahteraan rakyat.

C. Sifat

Partai Demokrat bersifat terbuka untuk semua warga republik Indonesia tanpa membedakan etnis, agama, kepercayaan, profesi maupun jenis kelamin.


(41)

D. Tujuan Partai

Partai Demokrat bertujuan mewujudkan partisipasi rakyat dalam menentukan jalannya pemerintahan yang modern dan berjiwa nasionalis religius dalam rangka membangun Indonesia yang baru dan damai, demokratis dan sejahtera.

E. Usaha

Partai Demokrat melakukan segala usaha dan ihktiar untuk membangun untuk membangun masyarakat Indonesia baru yang berwawasan nasionalisme, humanisme dan internasionalsime agar bangsa dan negara Indonesia menjadi negeri yang damai, demokratis dan sejahtera dalam ridha dan ampunan Tuhan Yang Maha Esa.

F. Pandangan Partai Demokrat 1. Politik dan Ketatanegaraan a. Ideologi Negara

Partai Demokrat menghendaki ideologi negara yaitu Pancasila tidak diubah, karena Pancasila berasal dari dan mencirikan masyarakat Indonesia, lengkap dengan kemajukannya. Kemajemukan ini merupakan salah satu kekuatan Indonesia.

b. Bentuk Negara

Partai Demokrat menghendaki bentuk negara kesatuan dengan pemerintahan republik. Dengan mempertahankan negara kesatuan dan pemerintahan republik berarti negara kesatuan Indonesia yang sekarang maupun yang akan datang adalah Indonesia yang diplokamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, bukan yang lain. bentuk negara kesatuan sama sekali tidak menghalangi pembagian kekuasaan yang adil antara pusat dan daerah.


(42)

c. Undang Undang Dasar

UUD harus merupakan sumbar hukum bagi suatu negara. UUD harus mampu mengantarkan bangsa Indonesia mencapai cita-citanya. Partai Demokrat menghendaki suatu UUD yang mengandung jiwa UUD 1945, yang tercermin dalam pembukaannya.

UUD 1945 mempunyai jiwa yang luhur yang telah dirumuskan oleh para pendiri republik dengan jiwa kewarganegaraan yang saat tinggi, terlepas dari kepentingan pribadi atau golongannya. Apabila ada kelemahan pada UUD 1945, hal tersebut bukan karena ada pesan titipan yang diselipkan didalamnya pada saat penyusunan, namun karena UUD 1945 dipersiapkan di bawah suasana perang besar Asia Timur, persaingan blok- blok dunia, serta belum adanya pengalaman sama sekali dalam mengelola negara sendiri. Kelemahan itu sajalah yang perlu disempurnakan.

Partai Demokrat berpendapat masa awal reformasi ini bukan masa yang tepat untuk mengubah UUD 1945 secara besara- besaran karena politisi yang ada sekarang merupakan bagian masyarakat Indonesia belum mempunyai visi yang jelas ke mana negara akan di bawa. Kita sedang kehilangan jati diri. Kita sedang kehiliangan arah karena gerakan reformasi bukan berangkat dari suatu konsep yang utuh. Semua menjadi serba mendadak. Sebelum hiruk pikuk reformasi ini mereda, pikiran tidak akan jernih, politisi akan meletakan kepentingan konstituennya diatas kepentingan nasional, selama itu sebaiknya UUD tidak terlalu dipaksakan untuk diubah secara mendasar.


(43)

Perubahan UUD harus menjamin dihasilkannya UUD yang baru yang menjadi dasar:

1. Sistem politik dan pemerintahan yang demokratis

2. Sistem ekonomi yang terbuka terhadap dunia luar namun mampu melindungi kepentingan nasional dan mensejahterakan masyarakat

3. Sistem hukum yang transparan dan aadil 4. Sistem sosial yang mengakui Kebhinekaan

5. Sistem keamanan yang menjamin ketertiban umum dan ketentraman masyarakat

6. Sistem pertahanan yang melindungi negara, masyarakat dan seluruh kekayaan nasional dari ancaman luar

Mengenai piagam Jakarta, Partai Demokrat berpendapat bahwa rumusan yang ada dalam UUD 1945 sudah yang terbaik, bisa menampung kemajemukan bangsa Indonesia, sehingga tidak perlu diubah lagi.

d. Kesimbangan dan Kekuasaan Negara

UUD 1945 dalam bentuk aslinya sesungguhnya dapat menjamin keseimbangan-keseimbangan antara kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Kekuasaan eksekutif yang terlalu besar di masa orde baru sesungguhnya terjadi karena kita tidak melaksanakan UUD 1945. Belakangan ini kekuasaan lebih berat ke arah legislatif. Pemerintahan sangat lemah. Keseimbangan sangat sangat penting agar pemerintahan tidak jatuh bangun seperti yang pernah dialami oleh Indonesia pada masa kabinet parlementer.

Tanpa kontrol yang efektif, demokrasi tidak pernah berpihak kepada rakyat dalam arti sebenarnya. Demokrasi, sejak pertama kali diperkenalkan, selalu berpihak


(44)

kepada kuat menanamkan dirinya mayoritas. Terlepas dari kelemahannya, demokrasi lebih baik daripada otoriter. Oleh sebab itu demokrasi harus ditegakkan namun diimbangi dengan sistem hukum yang kuat, yang terpisah dari eksekutif maupun legislatif. Sistem saling mengontrol check and balances perlu untuk mengurangi ekses demokrasi.

Jika untuk memantau perilaku presiden diadakan Mahkamah Konstitusi, maka untuk memantau perilaku legislatif dan yudikatif seharusnya juga menjadi kewenangan Mahkamah Konstitusi. Dengan demikian Mahkama Konstitusi tidak bisa menjadi bagian dari ketiganya tetapi harus berdiri sendiri. Seluruh Mahkamah Konstitusi harus dipilih langsung oleh rakyat, memenuhi persyaratan yang sangat ketat, sudah sangat senior di bidang hukum dan kenegaraan, bukan anggota partai politik, dan diangkat untuk seumur hidup. Posisi yang begitu agung akan mendorong anggota mahkamah Konstitusi berbakti untuk tugasnya dan tidak takut dipecat oleh siapapun

e. Kepartaian

Ada empat parameter untuk menilai partai politik, yaitu:

1. Konsistensi sikap. Apakah partai konsisten antara ucapan dan tindakannya. Apakah konsisten antara janji kampanye dengan perilaku setelah menang. 2. Jarak partai dengan rakyat. Apakah partai memahami aspirasi masyarakat luas 3. Visi ke depan. Apakah partai mempunyai visi ke depan atau hanya terbelit

persoalan jangka pendek. Terbelit dengan perebutan kekuasaan dan kekayaan. Terbelit pada perseteruan antara elite dalam partai.


(45)

4. Penguasaan atas rakyat. Apakah partai mempunyai berhasil memberdayakan rakyat keluar dari kesulitan ataukah malah menambah kesulitan rakyat.

Diukur dengan empat parameter itu, kelihatannya semua partai yang ada sekarang telah gagal melaksanakan tugas politiknya. Itulah sebabnya diperlukan partai yang baru, yang belum terlibat persoalan jangka pendek.

Partai Demokrat melihat sebab kegagalan partai politik selama ini adalah:

1. Tidak taat asas perjuangannya, termasuk tidak taat atas materi kampanye. 2. Manajemen partai tidak kuat.

3. Terlibat dalam politik uang (money politics).

4. Gagal dalam menegakkan prinsip demokrasi internal partai. 5. Kurang memberikan otonomi pada pengurus partai di daerah.

6. Terlalu berat pada masalah figur unggulan sehingga kurang memberi bobot pada kader.

f. Tugas Partai Politik

Partai Demokrat berendapat bahwa tugas utama partai politik adalah melakukan pendidikan politik bagi seluruh warga negara agar mereka mengerti hak dan kewajiban politiknya, bagaimana menyalurkan aspirasinya secara politik, mengerti tatanan demokrasi dan sebagainya. Partai politik bertugas menjaring kader yang terbaik untuk ditawarkan menjadi kader bangsa.

Partai melalui DPP, DPC, DPAC, bahkan sampai DPRT, berkewajiban menangkap aspirasi rakyat yang ada tiap daerah yang sangat mungkin berbeda dari aspirasi nasional. Oleh sebab itu partai demokrat sangat mengedepankan pengurus di daerah


(46)

g. Otonomi dalam Partai Demokrat

DPP memberikan kekuasaan penuh kepada DPD untuk menetapkan kebijakan dalam garis perjuangan partai. DPD-lah yang berwenang membentuk DPC. DPP tidak mencampuri urusan DPD. DPP hanya akan turun jika diminta oleh DPD untuk membantu menyelesaikan persoalan. DPD harus mamu untuk menjadi partai lokal untuk menerima aspirasi di wilayahnya.

h. Pejabat Negara dan Partai Politik

Partai Demokrat menghendaki agar pengurus partai yang kemudian menduduki jabatan negara harus melepaskan seluruh jabatan partainya. Hal ini untuk menjamin konsentrasi penuh dari yang bersangkutan terhadap tugas-tugas negara yang dibebankan kepadanya. Seseorang pejabat negara sudah harus mementingkan kepentingan publik dan bukan kepentingan partai. Dengan demikian partai tetap bisa menjadi lembaga politik yang mampu mencermati perilaku eksekutif, legislatif dan yudikatif.

i. Otonomi Daerah

Otonomi daerah daerah merupakan salah satu cara meningkatkan inisiatif daerah untuk mengembangkan daerahnya. Otonomi harus diteruskan dan diperluas. Partai Demokrat menyadari adanya penyimpangan dalam pelaksaanaan otonomi daerah, yaitu banyak daerah terlalu bernafsu meningkatkan pendapatanya sehingga terlalu banyak membuat peraturan pungutan baru. Hal ini bukan menarik investasi baru tetapi justru menghalaunya.


(47)

Berbagai unsur di pusat juga belum rela melepaskan kekuasaan sentralistiknya kepada daerahnya. Partai Demokrat berpendapat daerah harus terus didorong melaksanakan otonomi dengan menambah sumber keuangannya.

j. Kabinet

Partai Demokrat berpendapat, kabinet harus sederhana. Jumlah kementrian tidak perlu banyak, makin banyak kementrian makin, makin banyak biaya yang dikeluarkan untuk menjalankannya. Beberapa kementrian yang ada sekarang ini seperti Kementrian Peranan Wanita, Pendayaan Apratur Negara, Pemuda dan Olahraga, Percepatan Pembangunan Kawasan Timur dirasakan hanya menambah beban negara. Fungsi-fungsinya dapat dikerjakan oleh menteri lain yang ada. Olahraga akan lebih berkembang bila diserahkan kepada KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) dengan bantuan pembiayaan APBN dan APBD disamping pembiayaan oleh masyarakat. Yang lebih penting adakah niat untuk mengembangkan hal-hal yang jelas. Salah satu akuntabilitas publik adalah laporan tahunan kementrian kepada publik, yang saat ini belum banyak dibuat.21

1. Mementingkan kepentingan nasional II.2.3.Ekonomi Nasional

a. Ekonomi Kebangsaan

Partai Demokrat mengajukan konsep ekonomi kebangsaan yang bercirikan:

2. Terbuka terhadap ekonomi lain, globalisasi

3. Tidak hanya mengejar pertumbuhan tetapi mengejar pertumbuhan yang merata 4. Lebih bersandar kepada kekuatan nasional

21


(48)

5. Mengakui adanya pluralisme

b. Ekonomi Orde Baru

Sistem ekonomi orde baru mengandung beberapa penyakit yaitu:

1. Lebih mengentengahkan pertumbuhan yang berakibat melebarnya jurang antara yang kaya dengan yang miskin. Karena pertumbuhan menjadi ukuran utama, mutu menjadi tidak penting, ini kelihatan dalam dunia pendidikan yang tidak mendapat bagian yang memadai dari belanja negara. Akibatnya mutu tenaga kerja Indonesia makin ketinggalan dibanding negara lain, dengan kata lain ekonomi Indonesia sangat sulit bersaing.

2. Orde baru menganggap pemerataan akan berjalan dengan sendirinya jika ekonomi nasional menjadi besar. Ternyata ini tidak terjadi, kelompok terbesar Indonesia yaitu nelayan, petani dan buruh dan belum terangkat kehidupannya. 3. Orde baru mengandalkan uluran tangan orang lain untuk membiayai

pembangunan dan tidak mengembangkan kemampuan sendiri. Akibatnya orde baru meninggalkan hutang luar negeri yang tidak mungkin dibayar oleh generasi reformasi dalam jangka waktu wajar. Tidak dikembangannya kemampuan sendiri kelihatan dari rendahnya penerimaan pajak, terlalu sedikitnya orang membayar pajak. Biaya pembangunan dibebankan kepada pembayar pajak, dinegara lain yang selanjutnya dibebankan kepada generasi penerus secara berlebihan.

c. Pajak

Partai Demokrat berpendapat bahwa demokrasi adalah suatu sistem yang memberikan kekuasaan yang mengatur negara berada di tangan rakyat. Ini tentu ada


(49)

konsekuensinya, rakyat harus ikut membayar biaya penyelenggaraan negara. Pembayaraan biaya penyelenggaraan negara itulah yang disebut pajak, oleh sebab itu penerimaan pajak secara menyeluruh harus ditingkatkan. Peningkatan penerimaan pajak tidak berarti tarif pajak harus ditingkatkan atau membuat pajak baru yang mengada-ada, Penerimaan pajak akan meningkat jika basis pajak diperluas, sehingga lebih banyak orang yang membayar pajak. Hutang luar negeri yang kita terima selama ini adalah uang pajak dari di negara-negara pemberi pinjaman. Tentunya kita harus malu tidak mampu meningkatkan pajak sendiri untuk menjalankan negara kita, malahan menggunakan uang pajaknya orang lain.

Menurut Partai Demokrat, yang harus dilakukan untuk memperbaiki keadaan adalah:

1. Memperluas basis pajak atau jumlah orang pembayar pajak, pembayaran pajak akan jauh lebih ringan apabila ditanggung lebih banyak orang. Selama ini kurang dari tiga juta orang saja yang sudah membayar pajak dengan resmi selebihnya membayar pajak kepada oknum. Menurut perkiraan menaikan basis pajak secara bertahap menjadi sepuluh juta tidaklah sulit dan sama sekali tidak akan memberatkan masyarakat. Jika kebocoran pajak disumbat, maka pemerintah akan mendapat penghasilan lebih besar dan akan memberikan pelayanan masyarakat yang lebih baik dan kesejahteraan akan meningkat.

2. Membenahi sistem perpajakan sehingga pemungutan dan penerimaan pajak menjadi sederhana dan transparan. Perilaku aparat pajak harus dapat diperiksa oleh aparat pengawas luar dan sistem perpajakan sederhana agar tidak menyulitkan wajib pajak


(50)

3. Membenahi sistem pemungutan pabean yang juga di sinyalir masih sangat banyak kebocorannya.

d. Desentralisasi Fiskal

Partai Demokrat berpendapat desentralisasi fiskal harus diperluas daerah harus mendapat bagian dari PPh dan PPN sehingga daerah terdorong untuk berinisiatif menarik investasi didaerah tanpa desentralisasi PPh hanya mendatangkan keuntungan finansial yang tidak seberapa bagi daerah yang bersangkutan. Keuntungan PPH badan jatuh ke pusat dana alokasi ke daerah berupa DAU apalagi DUK seyognyaya sekecil mungkin. Alokasi sebanyak-banyaknya mengikuti formula yang dikaitkan dengan nilai tambah yang dibangkitkan didaerah. Dengan demikian maka daerah yang sangat aktif mengambil inisiatif menumbuhkan ekonominya.

e. IMF

Partai Demokrat menghargai IMF karena Indonesia adalah anggota IMF namun partai demokrat tidak sependapat dengan kalangan yang menyerahkan penyembuhan ekonomi Indonesia kepada IMF. Partai Demokrat lebih memilih penyembuhan ekonomi Indonesia dengan kekuatan sendiri. Indonesia harus tetap melaksanakan kewajibannya membayar hutang luar negeri, tetapi partai demokrat mengijinkan IMF untuk mengatur kita.

Setelah empat tahun dengan bantuan manajemen bantuan IMF ekonomi Indonesia belum menunjukan tanda-tanda akan sembuh. Partai Demokrat mendukung ketetaan MPR yang meminta pemerintah segera menyiapkan jalan berhenti sebagai pasien IMF dan sangat percaya bahwa kita bisa sembuh dengan kekuatan sendiri.


(51)

Yang diperlukan adalah solidaritas nasional untuk bersama-sama menderita demi kebaikan generasi mendatang.

f. Subsidi

Partai Demokrat setuju penghapusan subsidi selama ini diberikan kepada komiditi, partai demokrat berpendapat bahwa subsidi kepada kelompok masyarakat yang miskin adalah kewajiban negara. Mekanisme subsidi kepada kelompok miskin yang berlaku sekarang ini perlu diperbaiki karena ternyata tidak mengenai sasaran.

g. Reformasi Ekonomi

Partai Demokrat berpendapat bahwa sistem ekonomi yang dipakai oleh orde baru maupun orde yang sekarang belum sungguh-sungguh memperhatikan kepentingan masyarakat luas. Sistem ekonomi tersebut terlalu melihat sistem ekonomi besar partai demokrat ingin memberikan perhatian lebih besar dan sistematis kepada UKM, koperasi, sistem bank syariah, pemanfaatan sumber daya alam nasional, distribusi kekayaan nasional, kesejahteraan tenaga kerja, dan semua hal-hal yang menjadi syarat pertumbuhan yang lebih merata. Partai Demokrat percaya bahwa pengaturan seperti itu, jika dilakukan secara transparan dan taat atas asas, tidak akan menghalau investasi baru, justru akan mengundangnya.

Menghadapi arus globalisasi yang tidak dapat ditolak lagi, partai demokrat setuju apabila komoditi dihargai dengan harga pasar dunia, tetapi partai demokrat berpendapat bahwa tenaga kerja Indonesia pun termasuk komoditi yang harus dihargai dengan harga internasional pula. Tentunya disesuaikan dengan produktivitasnya dengan demikian kesejahteraan umum akan meningkat, peningkatan


(52)

gaji buruh tidak perlu menghilangkan daya saing ekonomi Indonesia, karena daya saing diciptakan melalui sistem yang lebih efesien dan akuntabel.

h. Konglomerat

Paham ekonomi kebangsaan tidak mengharamkan konglomerat, bahkan jika bisa seluruh UKM menjadi besar seperti konglomerat. Konglomerat memberikan kontribusi yang besar pada ekonomi nasional, yang harus diwaspadai dari konglomerat adalah kemampuannya untuk mempengaruhi sistem pengawasan sehingga pengawasan tidak berjalan dengan baik dan akhirnya merugikan banyak masyarakat luas. Hal ini telah terjadi di Amerika Serikat perusahaan besar ternyata melakukan penipuan namun sistem hukum dan ekonomi mereka yang cepat mampu mengatasi persoalan. Praktek konglomerat yang perlu diwaspadai adalah manipulasi pajak dan praktek transfer pricing. Ini tidak akan terjadi jika seluruh perangkat pajak berhasil dibuat kuat, transparan dan mengandung sistem pengawasan yang efektif.

i. Perusahaan-Perusahaan Milik TNI dan Polri

Partai Demokrat berpendapat bahwa seluruh badan usaha yang dimiliki oleh TNI harus diubah dan menjadi BUMN, dengan catatan bahwa dividen yang dihasilkan oleh BUMN ini diperuntukan hanya bagi anggaran TNI. Dasar hukum perubahan status tersebut adalah bahwa pembentukan dan pembinaan badan-bandan usaha yang dimiliki TNI sedikit banyak sudah menggunakan atau kekuasaan militer atau kekuasaan militer yang milik negara, sehingga wajar jika badan usaha dijadikan BUMN. Perubahan itu meningkatkan akunttabilitas publik lembaga TNI dan perubahan tersebut akan menyebabkan pembagian usaha menjadi lebih transparan dan adil.


(53)

II.2.4.Hukum

a. Penegakan Hukum

Partai Demokrat menghendaki sistem hukum nasional yang demokratis dan menjunjung tinggi rasa keadilan.

b. Pemberantasan Korupsi

Partai Demokrat berpendapat korupsi harus diberantas, koruptor harus mendapat hukuman yang sebanding dengan kesalahannya namun partai demokrat berpendapat yang lebih penting bagi bangsa indonesia saat ini anda melihat kedepan. Bangsa ini sudah terlalu banyak ketinggalan dari bangsa lain jangan kita berhenti maju karena terlalu mengejar koruptor masa lalu, yang telah dibuktikan oleh tiga pemerintahan reformasi mereka ini sulit sekali dikejar, seiring landasan hukum tidak kuat untuk mengejar koruptor dan hampir tidak pernah berhasil, sementara korupsi baru muncul bahkan lebih ganas.

Partai Demokrat lebih realistis korupsi baru harus tidak diberi peluang sama sekali. Jika sistem hukum masih lemah, pencegahan korupsi baru harus dilakukan melalui sistem politik dan administrasi yang lebih mudah dilaksanakan dan sepenuhnya ada dalam kekuasaan pemerintah. Pengejaran terhadap koruptor lama, tetap dilakukan dengan mempertimbangkan keterbatasan sistem hukum dengan demikian kita sebagai bangsa besar tidak akan menjadi frustasi dan tetap memandang kedepan mempersiapkan Indonesia untuk generasi muda.


(54)

c. Hutang Konglomerat

Hutang harus tetap ditagih mereka tetap harus membayar memenuhi kewajibannya kesalahan BLBI bukan kesalahan penerima dana saja, sebagian adalah kesalahan pemerintah lama. Tidak ada gunanya memenjarakan penghutang sehingga mereka tidak mampu melanjutkan usahanya yang kemudian menyebabkan mereka tidak bisa membayar melunasi hutangnya. Pembayarann hutang tidak dalam bentuk aset tetapi dalam dana tunai pelunasaan hutang dengan aset telah menimbulkan permasalahan tersendiri yang menimbulkan saling kecurigaan di antar kita dan mengancam persatuan bangsa.

d. Korupsi Oleh Funsionaris Partai Demokrat

Partai Demokrat tidak dapat menjamin bahwa funsionarisnya tidak akan melakukan korupsi seandainya partai demokrat memegan posisi politik penting, memberikan jaminan seperti itu sulit sekali atau bahkan tidak mungkin. Partai Demokrat tidak mengingkari bahwa ada kemungkinan fungisionaris-nya akan melakukan tindak pidana korupsi atau tindakan lain yang merugikan negara.

Tetapi partai demokrat telah mengambil langkahyang diharapkan bisa menghindarkan partai dari penyakit korupsi dan penyimpangan lainnya yaitu dengan:

1. Merekrut mereka yang tidak mempunyai dosa masa lalu, antara lain dari perguruan tinggi, tokoh masyarakat yang mempunyai nama bersih, dsb.

2. Menggariskan disiplin partai yang akan mengeluarkan fungsionaris yang terkena pidana kejahatan

3. Membentuk dewan etika partai yang akan memutuskan hukuman bagi anggota partai yang melakukan penyimpangan


(55)

4. Melarang anggota partai yang memegang jabatan publik mempertahankan jabatan partainya.

Partai Demokrat sejak kelahirannya ditahun 2001 selalu dekat dengan wong cilik dalam arti sesungguhnya. Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat tidak pernah mengucurkan dana ke daerah atau menjanjikan untuk tidak mencari dana secara berlebihan, karena partai ini sadar akan fungsi partai politik dan partai demokrat didekelarasikan oleh seluruh DPD. Dengan demikian partai demokrat adalah milik semua, biaya ditanggung bersama dari iuran para anggota dan pengurus.

II.2.5.Pertahanan dan keamanan

a. Tentara Nasional indonesia

Partai Demokrat menghendaki negara memiliki suatu tentara nasional yang profesional, artinya

1. TNI adalah aparat pertahanan, untuk melindungi negara dari ancaman luar. 2. TNI dibawah kekuasaan sipil

3. TNI tidak mempunyai tugas pembinaan teritorial 4. TNI tidak berpolitikdan tidak mempunyai tugas politik 5. Anggota TNI tidak boleh menjadi anggota partai politik 6. Anggota TNI berhak memilih dan dipilih jabatan sipil

7. Anggota TNI yang menduduki jabatan sipil melepaskan status militernya 8. TNI tidak terkait dengan kegiatan bisnis dalam bentuk apapun

9. Seluruh belanja TNI menjadi tanggungan negara

10.Seluruh anggota aktif TNI tidak terkait dengan kegiatan bisnis, dalam bentuk apapun


(1)

tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa kualitas pemilukada langsung serta pencapaian demokratisasi dan good governance di tingkat lokal.

Partai demokrat adalah sebuah partai politik di indonesia yang didirikan pada 9 september 2001 dan disahkan pada 27 Agustus 2003, partai ini pertama kali mengikuti pemilu tahun 2004 dan memperoleh suara 7,45% (8.455.255) dari total suara dan mendapatkan kursi sebanyak 57 di DPR. Menjelang Pemilu 2004. Sedangkan pada pemilihan umum 2009 Partai Demokrat berhasi memperoleh 20,85% (21.703.137). Perolehan ini membuat Partai Demokrat menjadi pemenang pemilihaan legislatif sekaligus pemilihan presiden yang mengantarkan Susilo Bambang Yudohyono menjadi orang nomor satu di negeri ini.

DPD partai demokrat Sumut melalui rapat kordinasi (Rakor) menetapkan sistem kandidat Demokrat pada pemilihan langsung kepala daerah (Pemilukada) sumut periode 2013-2018 yaitu, menampung serta mendukung dan mengusung lebih dari satu pasang calon gubernur (Cagub) dan wakil calon gubernur (Cawagub) sumut nantinya. Terobosan partai demokrat dengan menetapkan penjaringan dengan sistem menerima kandidat siapa dan darimana saja. Ini merupakan kebijakan majemuk yang menunukan keberpihakan kepada masyarakat dengan arti sebenarnya, sehingga sekaligus menjadi spektakuler.

Partai demokrat justru bersilahturahmi dengan para baris bawah untuk sama-sama menjaring calon pemimpin dari semua kandidat yang layak dukung. Partai Demokrat yang memiliki 27 kursi di DPRD Sumut membuat mereka dapat


(2)

Namun hal ini tidak serta merta membuat Partai Demokrat menjadi tertutup untuk mencari calon di internal partainya saja. Melainkan juga membuka kesempatan bagi pihak luar untuk dicalonkan dari Partai Demokrat.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang :

Dikutip dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, Pemerintahan Daerah, Jakarta, CV. Eko Jaya, 2004.

PP Nomor 06 Tahun 2005, Pemilihan, Pengesahan pengangkatan Dan

Pemberhentian Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah, Jakarta, CV. Eko Jaya, 2005

Buku :

Adman Nursal, Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1955

Fadilah Putra, Kebijakan Publik Analisis Terhadap Kongruensi Janji Politik Partai Dengan Realisasi Produk Kebijakan Publik di Indonesia 1999- 2003, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003

Husni Usman dan Purnomo, Metodologi Penelitian Sosial, Bandung: Bumi Aksara, 2000


(4)

Amirudin dan Ahmad Zaini Basri, Pilkada Langsung : Problem dan Prospek (Sketsa Singkat Perjalanan Pilkada 2005), Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2006.

Abidin, Said Zainal, Kebijakan Publik, Yayasan Pancur Siwah, Jakarta, 2004.

Budi Winarno, Sistem Politik Indonesia Era Reformasi, Yogyakarta: Media Pressindo, 2007

Mohamad Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia: Jakarta, 1998

Syahrin Harahap, Metodoogi Studi Tokoh Pemikiran Islam, Jakarta dan Medan: Istiqomah Mulya Press, 2006

Tim Litbang Kompas, Partai-Partai Politik di Indonesia (Ideologi dan Program), Kompas, 2004, hal.172.

Budiarjo, Miriam (penyuting), Partisipasi dan Partai Politik Sebuah Bunga Rampai (Revisi), Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1998.

Budiarjo, Miriam, Dasar Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1991.

Bulkin, Farchan, Analisa Kekuatan Politik Indonesia, Jakarta, LP3ES, 1988.

Bungin, Burhan, Metode Penelitian Sosial, Airlangga University Press, Surabaya, 2001.

Carley, Michael, Rational Techniques In Policy Analisis. London Heinemann, 1980.

Cipto, Bambang, Partai, Kekuasaan dan Militerisme, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000.


(5)

Dunn, William N, Analisa Kebijakan Politik, Hanindita Graha Widya, Yogyakarta, 1999.

Fuchan, Arief, Metode Penelitian Kualitatif, Surabaya: Usaha Nasional, 1992.

Khoirudin, Partai Politik Dan Agenda Transisi Demokrasi, (Menakar Kinerja Partai Politik Era Transisi Indonesia), Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004.

Macridis, Roy C, Teori-teori Mutakhir Partai Politik (editor: ichlasul amal), Tiara Wacana, yogya, 1996.

Nawawi, Hadari, Peneletian Terapan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994.

Nurhasim, Moch, Konflik Antar-Elit Politik Lokal Dalam Pemilihan Kepala Daerah, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005.

Prihatmoko, Joko J, Pemilihan Kepala Daerah Langsung : Filosofi, Sistem Dan Problema Penerapan di Indonesia, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005.

Rauf, Maswadi, Jurnal Politika (Partai Politik dan Sistem Kepartaian Di Indonesia Antara Kenyataan Dan Harapan) Jakarta, Akbar Tandjung Institute, 2006.

Salossa, Daniel S, Mekanisme persayaratan dan tata cara pilkada langsung menurut UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Yogyakarta, Media Pressido, 2005.


(6)

Thubany, Syamsul Hadi, Pilkada Bima, Yogyakarta, Nuansa Aksara, 2005.

Internet :

Individu

Hasil wawancara dengan Direktur Eksekutif DPD Partai Demokrat Sumut Zulkarnaen

Hasil wawancara dengan Humas DPD Partai Demokrat Arif Suroso


Dokumen yang terkait

Rekrutmen Partai Politik Dalam Pencalonan Pemilu Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 (Studi Kasus : Partai Golongan Karya Dewan Pimpinan Daerah Sumatera Utara)

1 59 98

Pemenuhan Hak-Hak Kaum Disabilitas dalam Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2013 di Kota Medan

6 62 116

Political Marketing Partai Politik Dalam Pemilihan Umum Presiden 2009 Di Sumut Studi Kasus: DPD Sumut Partai Demokrat

0 42 107

Kebijakan Dan Kiprah Politik Muhammadiyah Sumatera Utara Terhadap Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Analisis Pada : Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008)

4 96 75

KIPRAH PARTAI POLITIK DALAM KANCAH PEMILIHAN GUBERNUR JAWA TIMUR (Study pada DPW PAN dan DPD Partai Demokrat Jatim dalam Memenangkan Pasangan KarSa)

0 3 2

Rekrutmen Calon Gubernur dan Wakil Gubernur oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Lampung Tahun 2013

1 17 79

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018.

0 6 35

ANALISIS KRITIS TENTANG PERSYARATAN CALON GUBERNUR DAN CALON WAKIL GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BUKAN SEBAGAI ANGGOTA PARTAI POLITIK DIKAITKAN DENGAN HAK POLITIK WARGA NEGARA.

0 1 14

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018 - repository UPI T LIN 1103943 Title

0 0 1

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang - Kebijakan Partai Politik Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Studi Kasus: Kebijakan Partai Demokrat Dalam Penetapan Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut Periode 2013-2018)

0 0 29