Pengaruh kualitas pelayanan pajak, kesadaran wajib pajak, dan pengetahuan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak : (survey pada WPOP yang terdaftar di KPP Pratama Bandung Karees)
(2)
(3)
(4)
145
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Supirman Hamdani
NIM
: 21109131
Jurusan
: Akuntansi
Fakultas
: Ekonomi
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Tempat Tanggal Lahir: Jakarta, 29 Mei 1991
Agama
: Islam
Alamat
: Jalan PHH Mustopa No.139
:
hamdani_firman@yahoo.com
Data Pendidikan :
Pendidikan Formal
1.
Tahun 1997-2003
: SD Negeri 6 Ciamuncang Bandung
2.
Tahun 2003-2006
: SMP Negeri 19 Bandung
3.
Tahun 2006-2009
: SMK Kartika Siliwangi 1 Bandung
4.
Tahun 2009-2014
: Universitas Komputer Indonesia
(5)
PAJAK DAN PENGETAHUAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN
WAJIB PAJAK
(Survei Pada WPOP Yang Terdaftar Di KPP Pratama Bandung Karees)
“
The InfluenceOf ServiceTax Quality, Awareness And Knowledge Of
Taxpayers To Tax Compliance
”.
(Survey on Study in KPP Pratama Bandung Karees)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh :
Nama : Supirman Hamdani
Nim
: 21109131
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
(6)
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu
memberikan limpahan rahmat setiap saat, karena atas ridho dan izin-Nya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
”
Pengaruh Kualitas
Pelayanan Pajak, Kesadaran Wajib Pajak Dan Pengetahuan Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
”
.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan ini, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
untuk perbaikan dimasa yang akan dating dan mendatangkan manfaat bagi yang
memerlukan.
Selama menyusun skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis hanya dapat menyampaikan
ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1.
Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas
Komputer Indonesia.
2.
Prof.Dr.Hj. Dwi Kartini, S.E., Spec.Lic selaku Dekan Fakultas Ekonomi.
3.
Dr. Surtikanti, S.E.,M.Si.,Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi.
4.
Wati Aris Astuti, S.E.,M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi dan
Dosen Wali Kelas Ak3.
5.
Dr. Ony Widilestariningtyas, S.E.,M.Si selaku Dosen Pembimbing.
6.
Siti Kurnia Rahayu, S.E.,M.AK.,Ak.,CAdan Dian Dwinita K, S.E.,M.Si
selaku Dosen Penguji
7.
Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia
terutama untuk dosen Program Studi Akuntansi.
8.
Anak Agung Gde Rai selaku Kepala Kantor KPP Pratama Bandung
Karees.
9.
Ujang Ahmad Komarudin selaku Kepala Bagian Umum KPP Pratama
Bandung Karees.
(7)
iv
pengarahanya di lapangan.
11.
Wajib Pajak Orang Pribadi yang telah membantu dalam lajunya penelitian.
12.
Ibu dan Ayah tercinta serta adikku Meysha Bunga Farahdilla yang tak
pernah bosan memberikan dorongan semangat dan limpahan kasih
sayangnya selama ini.
13.
Retno Wulan, Oki Wildani, Gita Kania Mutiara, dan semua teman-teman
Ak3 yang memberikan dorongan dan membantu penulis dalam
penyusunan.
14.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sampaikan diatas yang telah
membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
menjadi pendorong untuk lebih maju dan dapat berguna bagi semua pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi penulis. Semoga do
’
a, dorongan, perhatian dan
semangat yang telah diberikan semua pihak kepada penulis mendapatkan balasan
pahala yang berlipat dari Allah SWT.
Bandung,Februari 2014
Penulis
Supirman Hamdani
Nim : 21109131
(8)
v
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
LEMBAR KETERANGAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
MOTTO
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ...ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ...xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
………….………...
.1
1.2 Identifikasi danRumusanMasalah ... 10
1.2.1 IdentifikasiMasalah ... 10
1.2.2 RumusanMasalah ... 11
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11
1.3.1 MaksudPenelitan ... 11
1.3.2 TujuanPenelitian ... 11
1.4 Kegunaan Hasil Penelitian ... 12
1.4.1 KegunaanPraktisi ... 12
1.4.2 KegunaanAkademis ... 12
1.5 LokasidanWaktuPenelitian ... 12
(9)
vi
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA,KERANGKA
PEMIKIRAN
DAN
HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka ... 14
2.1.1 PengertianPajak ... 14
2.1.2 Pengertian WajibPajak ... 15
2.1.3 Kualitas Pelayanan Pajak ... 15
2.1.3.1Pengertian Kualitas ... 15
2.1.3.2 Pengertian Pelayanan ... 17
2.1.3.3Pengertian Kualitas Pelayanan ... 17
2.1.4 Kesadaran WajibPajak.. ... 19
2.1.4.1Pengertian Kesadaran Wajib Pajak ... 19
2.1.4.2 Indikator Kesadaran Wajib Pajak ... 22
2.1.5 Pengetahuan Pajak ... . ... 22
2.1.5.1Pengertian Pajak . ... 22
2.1.5.2Indikator Pengetahuan Pajak ... 24
2.1.6Kepatuhan Wajib Pajak ... ... 27
2.1.6.1Pengertian Kepatuhan ... 27
2.1.6.2 Indikator Kepatuhan Wajib Pajak ... 29
2.2 KerangkaPemikiran ... 31
2.2.1KeterkaitanKualitas Pelayanan Pajak Dengan
KepatuhanWajibPajak. ... 32
2.2.2KeterkaitanKesadaran Wajib PajakDengan
KepatuhanWajibPajak. ... 33
2.2.3KeterkaitanPengetahuan PajakDenganKepatuhan
WajibPajak ... .35
(10)
vii
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian ... 38
3.2 Metode Penelitian ... 39
3.2.1 Desain Penelitian ... 41
3.3 Operasional Variabel... 42
3.4Sumber Data ... 45
3.5 Alat Ukur Penelitian ... 46
3.5.1 Uji Validitas ... 46
3.5.2 Uji Reabilitas ... 47
3.5.3 MSI ... 48
3.6 Populasi Dan Penarikan Sampel ... 50
3.7Metode Pengumpulan Data ... 51
3.8 MetodePengujian Data ... 52
3.8.1Metode Analisis ... 52
3.8.2Pengujian Hipotesis ... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1Hasil Penelitian ... 68
4.1.1 Karakteristik Responden ... 68
4.1.2 Hasil Validitas dan Reliabilitas ... 70
4.1.3 Analisis Deskriptif ... 73
4.1.3.1Analisis Deskriptif Kualias Pelayanan Pajak ... 74
4.1.3.2Analisis Deskriptif Kesadaran Wajib Pajak ... 80
4.1.3.3Analisis Deskriptif Pengetahuan Pajak ... 82
4.1.3.4Analisis Deskriptif Kepatuhan Wajib Pajak ... 86
4.1.4 Analisis Verifikatif ... 91
4.1.4.1
AnalisisPengaruhKualitas Pelayanan
Pajak, Kesadaran Wajib Pajak dan Pengetahuan
Pajak terhadapKepatuhan Wajib Pajak... ... 91
(11)
viii
4.1.4.3Pengujian Model Struktural ... 99
4.1.4.4Pengujian Hipotesis ... 103
4.2 Pembahasan ... 108
4.2.1 PengaruhPelayanan PajakTerhadapKepatuhan
WajibPajak. ... 108
4.2.2 PengaruhKesadaran Wajib Pajak Terhadap
KepatuhanWajibPajak. ... 110
4.2.3PengaruhPengetahuan Pajak Terhadap
KepatuhanWajibPajak. ... 112
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 115
5.2 Saran ... 116
DAFTAR PUSTAKA ... 117
(12)
117
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Fuad Rahmany,
Tunggakan Pajak yang Dapat Ditagih Rp29 Triliun,
http://www.metrotvnews.com/read/news/2012/09/11/105622/-Tunggakan-Pajak-yang-Dapat-Ditagih-Rp29-Triliun-/2, 27-09-2012.
Agus, Martowadojo (2010), Pemerintah Akan Rombak DITJEN Pajak. Diakses
pada 2012 dari World Wide Web : http://nasional.kompas.com//
Agoes, Soekrisno dan Estralita Trisnawati, 2007.
Akuntansi Perpajakan.
Jakarta:Salemba Empat.
Ajat, Jatnika. (2012). Kepatuhan Pajak Warga Bandung Hanya 42 Persen. Diakses
pada 2012 dari World Wide Web : http://jabar.tribunnews.com//ekonomi
Ainun. (2011). Sulitnya Peminjaman dokumen-dokumen Wajib Pajak. Diakses
pada 2012. dari World Wide Web : http://beritapajak.com//
Albari, Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepatuhan Membayar Pajak. Jurnal
Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1, April 2009 Hal 1 - 13 ISSN : 0853
–
7665
Andriani, P.J.A. 2000. Pajak dan Pembangunan. UI Press. Jakarta.
Anshari Ritonga. “Ini Dia Alasan Masyarakat Tolak Bayar Pajak”.
www.okezone.com. Diakses pada 2011.
Aziz, Hary Azhar. (2009, 16 November). Penerimaan Pajak 2009 Sulit Gapai
Target.
Investor Daily Indonesia,
1.
Boediono, B. 1996. Perpajakan IndonesJilid I. Jakarta: Kawula Indonesia
Darmin Nasution. “Negara Tak Maju Bila Warga Enggan Bayar Pajak”.
www.okezone.com. Diakses pada 2011.
Dedi Rudaedi. “DJP Terbitkan 4 Klasifikasi Pelaporan Pajak”.
www.okezone.com.Diakses pada 2011
Fandy Tjiptono, 2006. Manajemen Jasa.Alfabeta : Bandung.
Gardina dan Haryanto. 2006. Pengetahuan Pajak. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Gardina., Haryanto. (2006): Pengetahuan pajak masih rendah. Diakses 22
maret2012 dari: www.kompas.com
Gunadi, Fungsi Pemeriksaan terhadap peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak (Tax
Compliance). Jurnal Perpajakan Indonesia Vol 4 No 5,Februari 2005 Hal
4 - 9 ISSN : 1412 - 0518
(13)
118
Saddle River : New Jersey
Harun
Nurasidi,
H.
2012.
Bupati
HST
Sampaikan
SPT
PPh
.
www.metrotanjung.com, 15 November 2012.
Jatmiko, Agus Nugroho. 2006. “Pengaruh Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan
Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Orang
Pribadi di Semarang)”.
Kurniawan, Dedi. 2009. Pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan
wajib pajak. Skripsi: FE UNAND
Lena Ellitan, Liana Anatan , 2007. Sistem Informasi Manajemen. Alfabeta :
Bandung.
Lerche, Dietrich. 1980. Efficiency of Taxation in Indonesia. BIES. Vol 16 No.
1, hal 34-35
Loo Ern Chen, Mckerchar M, and Hansford Ann. 2009. Understanding The
Compliance Behaviour of Malaysian Individual Taxpayers Using A Mixed
Method Approach. Journal of the Australasian Tax Teachers Association,
Vol.4 No.1: p181-202.
Mangkoesoebroto, Guritno, 1999. Ekonomi Publik Edisi 3, Cetakan ketujuh,
BPFE,Yogyakarta.
Mardiasmo. 2003. Perpajakan. Yogyakarta: Andi Offse
Mardiasmo. (2009). Perpajakan. Yogyakarta: Andi
Mardiasmo, 2011. PERPAJAKAN. Yogyakarta : Andi.
Nurmantu, Safri (2003). Pengantar Perpajakan
Nur Hidayati. 2010. Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Kesadaran Wajib Pajak
Terhadap Kepatuhan Pajak. Jurnal Akuntansi. Vol 4 No 1. Maret 2010.
Nur
Alam
,
Kota
Balikpapan
Belum
Patuh
Pajak,
http://autos.okezone.com/read/2010/03/18/20/313675/kota-balikpapan-belum-patuh-pajak,
Kamis, 18 Maret 2010
Resmi, Siti (2003). Perpajakan Teori dan Kasus, Yogyakarta: Salemba Empat .
Jakarta:Granit
(14)
119
Roshidi, M. A., Mustafa, H. and Asri, M. 2007. The Effects Of Knowledge On
Tax Compliance Behaviours Among Malaysian Taxpayers.Business and
Information, Vol. 4 I.1.
Siti kurnia Rahayu, 2010. PERPAJAKAN INDONESIA : Konsep dan Aspek
Formal. Edisi pertama, Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sony Devano, dan Siti Kurnia Rahayu.2006.Perpajakan : Konsep, Teori, dan Isu,
Jakrta:Salemba empat
.
Soebagyo, Ivan Somolegyono. 2005. Pengaruh Sosialisasi oleh Ditjen Pajak
Terhadap Kepatuhan wajib Pajak pada KPP Jakarta Kemayoran. Tesis
Universitas Indonesia
Sri
Mulyani,
Kepatuhan
Wajib
Pajak
Belum
Memadai,http://cangkang.vivanews.com/ics2011/news/read/136982-menkeu__kepatuhan_wajib_pajak_belum_memadai, Senin, 31 Desember
2012.
Suhastin,
Guru
Dilibatkan
Jadi
Pandu
Pajak,
http://kampus.okezone.com/read/2012/12/05/373/727604/guru-dilibatkan-jadi-pandu-pajak
, Rabu, 02 Januari 2013.
Suratno, F.G. Sri & Nursya`bani Purnama. 2004. “A
nalisis Tingkat Kepuasan
Wajib Pajak terhadap Kualitas Layanan Kantor Pelayanan Pajak
Yogyakarta Dua”.
Jurnal SINERGI Vol. 7 No. 1, 2004
Taslim. (2007). Pengetahuan Pajak. Jakarta: Genesis
Tjiptono, Fandy. 2007. Manajemen Jasa. Bandung: Alfabeta.
Veronica Carolina. 2009. Pengetahuan Pajak. Jakarta : Salemba Empat.
Wahyudi, Eddi dan Mamik Eko Soessanto,2010.
Pajak
–
Pajak Properti untuk
Profesional
. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.
Waluyo, 2008, Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Widayati dan Nurlis. 2010. “Faktor
-faktor yang Mempengaruhi Kemauan untuk
Membayar Pajak WAjib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan
Bebas (Studi Kasus pada KPP Pratama Gambir Tiga)”. Simposium
Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto
(15)
14
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1 Pengertian Pajak
Berikut ini merupakan definisi mengenai pajak menurut beberapa ahli,
yaitu :
1.
Rochmat Soemitro (2007:3) mendefinisikan bahwa :
“P
ajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan udang
–
undang
yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum
”
.
2.
Waluyo (2008:2) mendefinisikan bahwa :
“P
ajak adalah iuran kepada negara (yang dapat di paksakan) yang terutang
oleh wajib pajak membayarnya menurut peraturan
–
peraturan dengan
tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung ditunjuk, dan yang
gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran
–
pengeluaran umum
berhubung dengan tugas Negara unt
uk meyelenggarakan pemerintahan”.
3.
Eddi Wahyudi (2010:2) mengatakan bahwa :
“P
ajak secara umum merupakan iuran wajib yang di pungut oleh
pemerintah dari masyarakat dalam hal ini wajib pajak untuk memenuhi
pengeluaran rutin Negara dan pembiayaan pembangunan tanpa
memper
oleh balas jasa secara langsung”.
Berdasarkan definisi
–
definisi tersebut, dapat di simpulkan bahwa pajak
adalah iuran dari rakyat kepada Negara. Iuran tersebut untuk membantu
pembangunan Negara dengan berdasarkan undang
–
undang perpajakan tanpa jasa
timbal balik.
(16)
15
2.1.2 Pengertian Wajib Pajak
Berikut merupakan definisi mengenai Wajib Pajak menurut beberapa
sumber, yaitu :
1.
Waluyo (2008:23) mendefinisikan bahwa :
“Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak,
dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan
sesuai dengan ketentuan peratuan perundang
–
undangan perpajakan
”
.
2.
Siti Resmi (2008:19) memdefinisikan bahwa :
“Wajib
Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk
melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau
pemotong pajak tertentu
”
.
Berdasarkan definisi
–
definisi tersebut, dapat di simpulkan bahwa wajib
pajak ini terdiri dari dua jenis yaitu Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak
Badan yang memiliki hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan
undang
–
undang perpajakan.
2.1.3 Kualitas Pelayanan Pajak
2.1.3.1 Pengertian Kualitas
Goesth dan Davis dalam Tjiptono (2002:51) mengatakan bahwa kualitas
merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
Parasuraman dalam Tjiptono, 2002:60 mengatakan dengan demikian baik
tidaknya kualitas layanan tergantung pada kemampuan penyedia jasa atau layanan
dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten. Untuk mencapai
(17)
kepuasan pelanggan, perusahaan jasa harus memperhatikan kualitas layanan yang
ditawarkan. Hanya dengan kualitas layanan yang prima pelanggan dapat
terpuaskan.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan kualitas pelayanan adalah ukuran
citra yang diakui masyarakat mengenai pelayanan yang diberikan, apakah
masyarakat puas atau tidak puas. Kualitas jasa / pelayanan sebagai ukuran
seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi
pelanggan.
Definisi kualitas menurut Davis dalam Tjiptono (2006:51) menyatakan
bahwa :
“Kualitas merupakan suatu kondisi
dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan”.
Definisi kualitas menurut Lena Ellitan (2007:44) menyatakan bahwa :
“Kondisi dinamis yang berhubungan degan produk, jasa, manusia, proses
dan
lingkungan yang memenuhi harapan pelanggan”.
Definisi kualitas menurut Ever dalam Lena Ellitan (2007:45)
menyatakan bahwa :
“Perusahaan yang berhasil adalah yang dapat memeberikan kepuasaan
pada pelanggan dan perusahaan yang dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan
pelanggan adalah perusahaan yang berkualitas”.
(18)
17
2.1.3.2 Pengertian Pelayanan
Definisi pelayanan menurut Lena Ellitan (2007:45) menyatakan bahwa :
“Pelayanan adalah aktivitas
-aktivitas yang tidak didefinisikan atau tidak
berwujud yang merupakan objek terutama dari transaksi yang dirancang untuk
memberikan kepuasan kepada pelanggan”.
Definisi pelayanan menurut Boediono (2003:60) menyatakan bahwa:
“Pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara
-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar tercipta
kepuasan dan keberhasilan”.
Definisi pelayanan menurut Lena Elitan (2007:46) menyatakan bahwa :
“Pelayana
n merupakan produk yang faktor utamanya atribut non fisik atau tidak
berwujud”.
2.1.3.3 Pengertian Kualitas Pelayanan
Definisi Kualitas Pelayanan menurut Lewis dalam Lena Elitan
(2007:47) menyatakan bahwa :
“Kualitas pelayanan merupakan sebagai ukuran
seberapa bagus tingkat
layanan yang diberikan mampu menyesuaikan dengan ekspentasi pelanggan,
jadi kualitas pelayanan diwujudkan melalui pemenuhan kebutuhan dan
keinginan pelanggan serta ketetapan penyampaian pelayanan tersebut
membagi harapan pelanggan”.
Siti Kurnia Rahayu (2010:134) menyatakan bahwa :
“Pelayanan pajak dalam meningkatkan kepatuhan dimana pelayanan pajak
sebagai pelayanan publik”.
(19)
Dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:134), Keputusan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara (Men-Pan) No.81 tahun 1993 mengartikan :
“Pelayanan umum atau pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan
pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di
daerah dan di lingkungan BUMN/D dalam bentuk barang dan jasa baik dalam
rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan peraturan perundang-
undangan”.
Masih menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:134) menyatakan bahwa :
“Pelayanan pajak adalah termasuk pelayanan publik karena :
1.
Dilaksanakan oleh instansi pemerintah
2.
Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan undang-undang dan
3.
Tidak berorientasi pada laba”.
Dimensi dan indikator kualitas pelayanan menurut Tjiptono (2006:70)
menyatakan bahwa :
1.
Tangibles
2.
Reliability
3.
Responsiveness
4.
Assurance
5.
Emphaty
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penjelasan tentang indikator adalah
sebgai berikut:
1.
Tangibles
(bukti langsung/wujud fisik)
Yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana
komunikasi.
2.
Reliability
(kehandalan)
Yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera, akurat
dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan.
(20)
19
3.
Responsiveness
(daya tanggap / ketanggapan)
Yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan
memberikan pelayanan dengan tanggap.
4.
Assurance
(jaminan)
Yaitu mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat
dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko ataupun
keragu-raguan.
5.
Empathy
(empati )
Yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang
ba
ik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para pelanggan”.
2.1.4 Kesadaran Wajib Pajak
2.1.4.1 Pengertian Kesadaran Wajib Pajak
Safri Numatu (2005:103) menyatakan bahwa:
“Kesadaran Wajib Pajak
adalah penilaian positif masyarakat wajib pajak
terhadap pelaksanaan fungsi negara oleh pemerintah akan menggerakan
masyarakat untuk mematuhi kewajibannya untuk membayar
”
.
Liana Ekawati (2010:77) mengatakan wajib pajak dikatakan memiliki
kesadaran apabila sesuai dengan hal-hal berikut:
1.
Mengetahui adanya undang-undang dan ketentuan perpajakan.
2.
Mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan negara.
3.
Memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
4.
Memahami fungsi pajak untuk pembiayaan negara.
Irianto (2005 : 36) menguraikan beberapa bentuk kesadaran membayar pajak
yang mendorong wajib pajak untuk membayar pajak, diantaranya:
1. Kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang
pembangunan negara. Dengan menyadari hal ini, wajib pajak mau membayar
pajak karena merasa tidak dirugikan dari pemungutan pajak yang dilakukan.
(21)
Pajak disadari digunakan untuk pembangunan negara guna meningkatkan
kesejahteraan warga negara.
2. Kesadaran bahwa penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak
sangat merugikan negara. Wajib pajak mau membayar pajak karena
memahami bahwa penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban
pajak berdampak pada kurangnya sumber daya finansial yang dapat
mengakibatkan terhambatnya pembangunan negara.
3. Kesadaran bahwa pajak ditetapkan dengan undang-undang dan dapat
dipaksakan. Wajib pajak akan membayar karena pembayaran pajak disadari
memiliki landasan hukum yang kuat dan merupakan kewajiban mutlak setiap
warga negara.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Kesadaran Wajib Pajak adalah suatu sikap
menyadari, mengetahui dan mengerti perihal kewajiban wajib pajak dan
menyadari fungsi pajak sebagai sumber pembiayaan Negara dalam guna
menyejahterakan masyarakat.
Kesadaran merupakan unsur dalam diri manusia untuk memahami realitas
dan bagaimana mereka bertindak atau bersikap terhadap realitas. Jatmiko (2006)
menjelaskan bahwa kesadaran adalah keadaan mengetahui atau mengerti. Irianto
(2005) dalam Widayati dan Nurlis (2010) menguraikan beberapa bentuk
kesadaran membayar pajak yang mendorong wajib pajak untuk membayar pajak.
Pertama, kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk partisipasi dalam
menunjang pembangunan negara. Dengan menyadari hal ini, wajib pajak mau
membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pemungutan pajak yang
dilakukan.
Kedua, kesadaran bahwa penundaan pembayaran pajak dan pengurangan
beban pajak sangat merugikan negara. Wajib pajak mau membayar pajak karena
memahami bahwa penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak
(22)
21
berdampak pada kurangnya sumber daya finansial yang dapat mengakibatkan
terhambatnya pembangunan negara.
Ketiga, kesadaran bahwa pajak ditetapkan dengan Undang-undang dan dapat
dipaksakan. Wajib pajak akan membayar karena pembayaran pajak disadari
memiliki landasan hukum yang kuat dan merupakan kewajiban mutlak setiap
warga negara.
Dalam Jatmiko (2006), Sumarso (1998) menyatakan bahwa kesadaran
perpajakan masyarakat yang rendah seringkali menjadi salah satu sebab
banyaknya potensi pajak yang tidak dapat dijaring. Masih dalam Jatmiko (2006),
Larche (1980) juga mengemukakan bahwa kesadaran perpajakan seringkali
menjadi kendala dalam masalah pengumpulan pajak dari masyarakat. Secara
empiris juga telah dibuktikan bahwa makin tinggi kesadaraan perpajakan wajib
pajak maka akan makin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak (Suyatmin, 2004
dalam Jatmiko, 2006).
Menurut Mangkoesoebroto (1999 : 52), kesadaran wajib pajak sering di
kaitkan dengan kerelaan dan kepatuhan dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan peraturan yang berlaku, terutama pada hal sebagai
berikut :
a.
Pengetahuan Masyarakat, yang semakin tinggi mudah bagi pemerintah
untuk menyadarkan wajib pajak terutama mengenai hubungan antara biaya
dan manfaat dari setiap aktivitas pemerintahan.
(23)
b.
Tingkat Pendidikan , hal ini di perlukan dalam pemahaman pajak dan
pengisian formulir pajak yang terkadang terasa rumit bagi masyarakat.
c.
Sistem yang berlaku terutama sistem pajak yang adil dan sistem
administrasi yang mudah dan sederhana.
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa kesadaran wajib pajak di
tentukan salah satunya oleh adanya sosialisasi perpajakan.
2.1.4.2 Indikator Kesadaran Wajib Pajak
Indikator kesadaran wajib pajak ada 2, yaitu :
1. Dorongan Diri Sendiri
2. Mengetahui undang-undang dan ketentuan perpajakan.
2.1.5
Pengetahuan Pajak
2.1.5.1
Pengertian Pajak
Menurut Taslim (2007) pengetahuan wajib pajak adalah:
“pemahaman prosedur atau cara pengisian SPT, batas waktu pelaporan
SPT, serta mengetahui sanksi administrasi atau denda yang berkaitan
dengan penyimpangan berupa kealpaan atau kesengajaan untuk tidak
melaporkan dan menyetorkan pajak terutang”
.
Menurut Veronica Carolina (2009:7) menyatakan bahwa :
“Pengetahuan Pajak adalah informasi pajak yang dapat digunakan wajib pajak
sebagai dasar untuk bertindak, mengambil keputusan, dan untuk menempuh
arah atau strategi tertentu sehubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajibannya dibidang perpajakan
”
.
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:29) menyatakan bahwa :
“Tingkat pengetahuan pajak masyarakat yang memadai, akan
mudah bagi
wajib pajak untuk patuh pada peraturan perpajakan. Dengan mengutamakan
kepentingan negara diatas kepentingan pribadi akan memberi keikhlasan
masyarakat untuk patuh dalam kewajibannya perpajakannya. Dan dengan
(24)
23
pengetahuan yang cukup yang diperoleh karena memiliki tingkat pendidikan
yang tinggi tentunya juga akan dapat memahami bahwa dengan tidak
memenuhi peraturan maka akan menerima sanksi baik sanksi administrasi
maupun pidana fiskal. Maka akan diwujudkan masyarakat yang sadar pajak
dan mau memenuhi kewajiban perpajakannya
”
.
Kepatuhan wajib pajak akan berjalan dengan baik apabila wajib pajak
memiliki pengetahuan pajak yang benar. Menurut Loo, Mckerchar dan Hansford
(2009) menyatakan bahwa :
“Tax knowledge refers to a taxpayer’s ability to correctl
y report his or her
taxable income, claim relief and rebates, and compute tax liability
”
.
Selain itu menurut Viswanathan (dalam Roshidi, Mustafa & Asri, 2007)
menyatakan bahwa:
“T
ax knowledge as one of the factors in compliance is related to the
taxpayers’
ability to understand taxation laws, and their willingness to
comply
”
.
Sedangkan menurut Andriani (2000:25), menyatakan bahwa :
“Pengetahuan perpajakan adalah pengetahuan mengenai konsep ketentuan
umum di bidang perpajakan, jenis pajak yang berlaku di Indonesia mulai
dari subyek pajak, obyek pajak, tarif pajak, perhitungan pajak terutang,
pencatatan pajak terutang, sampai dengan bagaimana pengisian pelaporan
pajak”.
Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pajak adalah informasi pajak yang
dapat digunakan Wajib Pajak sebagai dasar untuk bertindak dan mengambil
keputusan sehubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajibannya di bidang
perpajakan.
(25)
2.1.5.2
Indikator Pengetahuan Pajak
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010;173) pengetahuan pajak dapat diukur dari:
1. Pemahaman prosedur atau cara pengisian SPT
2. Pemahaman batas waktu pelaporan SPT
3. Pemahaman sanksi perpajakan dan administrasi
Berdasarkan penjelasan di atas, berikut pemahamannya :
1. Pemahaman prosedur atau cara pengisian SPT
Pemahaman prosedur atau cara pengsisian SPT meliputi proses
penghitungan dan perlakuan pajak terhadap penghasilan wajib pajak, tarif
PPh, final atau tidak final, jumlah PKP (penghasilan tidak kena pajak) dan
mengalikan PKP dengan tarif wajib pajak untuk memperoleh jumlah pajak
terutang, menghitung pajak kurang/lebih bayar dengan menghitung selisih pajak
terutang dengan kredit pajak.
2. Pemahaman Batas Waktu Pelaporan SPT
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:173) SPT dikembalikan langsung
ke Kantor Pelayanan Pajak, wajib pajak akan diberi tanda terima SPT. Jika
disampaikan melalui kantor pos harus tercatat, resi pos merupakan tanda
bukti tanda terima dan tanggal pengiriman dianggap sebagai tanda bukti dan
tanggal penerimaan, atau tempat lain yang ditunjuk Dirjen Pajak sesuai pasal 5
UU KUP.
(26)
25
Tabel 2.1
Tabel Batas Waktu Penyetoran dan Penyampaian SPT Masa
No Jenis SPT Batas Waktu Pembayaran Batas WaktuPelaporan1 PPh Pasal 4 ayat (2) Tgl. 10 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut
2 PPh Pasal 15 Tgl. 10 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut
3 PPh Pasal 21/26 Tgl. 10 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut
4 PPh Pasal 23/26 Tgl. 10 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut
5 PPh Pasal 25 (angsuran Pajak) untuk
Wajib Pajak orang pribadi dan badan Tgl. 15 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut
6
PPh Pasal 25 (angsuran Pajak) untuk Wajib Pajak kriteria tertentu yang diperbolehkan melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu SPT Masa
Akhir masa Pajak terakhir Tgl.20 setelah berakhirnya Masa Pajak terakhir
7 PPh Pasal 22, PPN & PPn BM oleh
Bea Cukai 1 hari setelah dipungut
Hari kerja terakhir minggu berikutnya (melapor secara mingguan) 8 PPh Pasal 22 - Bendahara
Pemerintah
Pada hari yang sama saat
penyerahan barang Tgl. 14 bulan berikut
9 PPh Pasal 22 - Pertamina Sebelum Delivery Order
dibayar
10 PPh Pasal 22 - Pemungut tertentu Tgl. 10 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut
11 PPN dan PPn BM - PKP
Akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan
Akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak
12 PPN dan PPn BM - Bendaharawan Tgl. 7 bulan berikut Tgl. 14 bulan berikut
13 PPN & PPn BM - Pemungut Non
Bendahara Tgl. 15 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut
14
PPh Pasal 4 ayat (2), Pasal 15,21,23, PPN dan PPnBM Untuk Wajib Pajak Kriteria Tertentu
Sesuai batas waktu per SPT Masa
Tgl.20 setelah berakhirnya Masa Pajak terakhir
www.pajak.go.id
Tabel 2.2
Tabel Batas Waktu Penyetoran dan Penyampaian SPT Tahunan
No Jenis SPT Batas Waktu Pembayaran Batas WaktuPelaporan1 PPh - Orang Pribadi
Sebelum SPT Tahunan PPh disampaikan
akhir bulan ketiga setelah berakhirnya tahun atau bagian tahun Pajak
2 PPh - Badan Sebelum SPT Tahunan PPh
disampaikan
akhir bulan keempat setelah berakhirnya tahun atau bagian tahun Pajak
3 PBB 6 (enam) bulan sejak tanggal
diterimanya SPPT ----
(27)
3.
Sanksi Perpajakan dan Administrasi
Landasan hukum mengenai sanksi perpajakan diatur dalam masing-masing
pasal Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan. Sanksi perpajakan dapat
dijatuhkan apabila wajib pajak melakukan pelanggaran terutama atas
kewajiban yang ditentukan dalam Undang-Undang Ketentuan Umum
Perpajakan.
Adapun konsep dari sanksi perpajakan menurut Mardiasmo (2009:57)
menyatakan bahwa:
“Sanksi perpajakan merupakan jamin
an bahwa ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti
/ditaati /dipatuhi. Atau dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan
alat pencegah (preventif) agar Wajib Pajak tidak melanggar norma
perpajakan”.
Dalam undang-undang perpajakan dikenal dua macam sanksi, yaitu
sanksi administrasi dan sanksi pidana. Ancaman terhadap suatu norma
perpajakan ada yang diancam dengan sanksi administrasi saja, ada yang
diancam dengan sanksi pidana saja, dan ada pula yang diancam dengan
sanksi administrasi dan sanksi pidana.
Sedangkan Sanksi Administrasi menurut Mardiasmo (2009:57) adalah
“Sanksi administrasi merupakan pembayaran kepada negara khususnya
yang berupa bunga dan kenaikan
”
.
Dapat disimpulkan bahwa pada intinya yang dimaksud dengan sanksi
administrasi merupakan pembayaran atas kerugian kepada negara dan
pembayaran atas kerugian ini dapat berupa denda, bunga, dan kenaikan.
(28)
27
2.1.6
Kepatuhan Wajib Pajak
2.1.6.1
Pengertian Kepatuhan
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia dalam Siti Kurnia (2010:138)
kepatuhan adalah sebagai berikut :
“Istilah kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan.
Sehingga dalam perpajakan kita dapat memberi pengertian bahwa Kepatuhan
Perpajakan merupakan ketaatan, tunduk dan patuh serta melaksanakan
ketentuan perpajakan”.
Menurut Safri Nurmantu dalam Siti Kurnia (2010:138) pengertian
kepatuhan adalah sebagai berikut :
“Kepatuhan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib
pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak
perpajakannya”.
Pengertian Kepatuhan menurut James et all dalam Timbul Hamonangan
(2012:84) adalah sebagai berikut :
“Secara sederhana Kepatuhan Wajib Pajak adalah sekedar menyangkut
sejauh mana Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai aturan
perpajakan yang
berlaku”.
Siti Kurnia Rahayu (2010;38) membagi dua macam kepatuhan yaitu :
1.
Kepatuhan Formal
Kepatuhn Formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi
kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang
–
undang
perpajakan.
2.
Kepatuhan Material
Kepatuhan Material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara
subtantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan,
yakni sesuai isi dan jiwa undang
–
undang perpajakan. Kepatuhan
material dapat juga meliputi kepatuhan formal.
(29)
Menurut Norman D. Nowak (Moh. Zain: 2004), Kepatuhan Wajib
Pajak memiliki pengertian yaitu:
“Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban
perpajakan,
tercermin dalam situasi di mana wajib pajak paham atau berusaha untuk
memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, mengisi
formulir pajak dengan lengkap dan jelas, menghitung jumlah pajak yang terutang
dengan benar dan membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya
”
.
1)
Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
2)
Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.
3)
Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.
4)
Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.
Kemudian merujuk kepada kriteria wajib pajak patuh menurut Keputusan
Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000, bahwa kriteria kepatuhan wajib pajak
adalah :
a.
Tepat waktu dalam menayampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam 2
tahun terakhir.
b.
Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah
memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.
c.
Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.
d.
Dalam 2 tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap
wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang
terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang terutang paling banyak 5%.
e.
Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk 2 tahun terakhir diaudit oleh
akuntan public dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, atau pendapatan
dengan pengecualian sepanjang tidak memengaruhi laba rugi fiskal.
(30)
29
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:139), menyatakan :
“
bahwa kepatuhan pada prinsipnya kepatuhan perpajakan adalah tindakan
wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajaknnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang
berlaku dalam suatu negara. Predikat wajib pajak patuh dalam arti disiplin dan
taat, tidak sama dengan wajib pajak yang berpredikat pembayar pajak dalam
jumlah besar, tidak ada hubungan antara kepatuhan dengan jumlah nominal
setoran pajak yang dibayarkan pada kas negara
”
.
Dari beberapa pendapat para ahli yang telah disebutkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa Kepatuhan adalah tindakan taat atau patuhnya wajib pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan umum
perpajakan yang berlaku.
2.1.6.2
Indikator Kepatuhan Pajak
Untuk menentukan kepatuhan Wajib Pajak, dibutuhkan suatu ukuran agar
dapat dipastikan kepatuhan tersebut. Menurut Chaizi Nasucha yang dikutip oleh
Siti Kurnia Rahayu (2010:139) kepatuhan Wajib Pajak dapat diidentifikasi dari:
1)
Kepatuhan wajib pajak memahami peraturan perpajakan.
2)
Kepatuhan wajib pajak untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan
(SPT) tepat waktu.
3)
Kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang dengan benar.
4)
Kepatuhan wajib pajak mengisi formulir pajak dengan benar dan jelas.
(31)
Tabel 2.3
Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti (tahun) Judul Kesimpulan
1 Albari,
Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1, April 2009 Hal 1 - 13 ISSN :
0853 – 7665
Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepatuhan
Membayar Pajak
Hasil penelitian ini
berhasil membuktikan adanya pengaruh positif secara tidak
langsung dari kualitas layanan terhadap
kepatuhan melalui variabel antara kepuasan
2 Tri Handarani :
2009 ISSN 0854-3844 Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Kepuasan dan Kepatuhan wajib pajak Orang Pribadi Bahwa kualitas pelayanan dengan kepatuhan wajib pajak mempunyai hubungan yang kuat dan positif .
3 Ni Kadek Christina & Putu Kepramareni.
Jurnal Riset
Akuntansi, Vol 2 No 2, Agustus 2012, Hal 137-155.
Pengaruh Kewajiban Moral,
Kualitas Pelayanan dan
Sanksi Perpajakan Pada
Kepatuhan Wajib Pajak
Berdasarkan hasil analisis
dan uraian pada
pembahasan sebelumnya,
maka dapat diperoleh
simpulan bahwa kewajiban moral, kualitas pelayanan
dan sanksi perpajakan
berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak.
4 Rinta Mulia Dewinta
&Muchamad Syafruddin
Pengaruh Persepsi
Selaksanaan Sensus Pajak Nasional Dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Daerah
Istimewa Yogyakarta
Analisis data adalah
dilakukan dengan
menggunakan analisis
regresi linier berganda. Temuan dari penelitian ini
menunjukkan bahwa,
pengaruh:
(1) persepsi Sensus Pajak Nasional pada kepatuhan wajib pajak adalah positif dan signifikan.
(2) Pajak kesadaran wajib pajak itu
5 Harjanti Puspa Arum
&Zulaikha
Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Orang pribadi Yang
Melakukan Kegiatan Usaha dan
Pekerjaan Bebas
(Studi Di Wilayah Kpp Pratama Cilacap)
Berdasarkan hasil analisis
yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa
kesadaran wajib pajak, otoritas pajak layanan dan
sanksi pajak memiliki
dampak positif dan
signifikan terhadap wajib pajak
(32)
31
6 Banu Witono.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Volume 7, Nomor 2,
September 2008,
hlm.196-208
Peranan Pengetahuan Pajak Pada Kepatuhan Wajib Pajak
Berdasarkan hasil
pengujian bahwa variabel
pengetahuan pajak
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak.. 7 Supriyati dan Nur
Hidayati.
Akuntansi dan Teknologi Informasi, Vol 7 No 1, Mei 2008, hal 41-50
Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa variable
pengetahuan pajak
berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak
sedangkan persepsi wajib pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
2.2
Kerangka Pemikiran
Masalah kepatuhan wajib pajak adalah masalah penting di seluruh dunia, baik
bagi negara maju maupun di negara berkembang. Karena, jika wajib pajak tidak
patuh maka akan menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan
penghindaran, pengelakan, penyelundupan dan pelalaian pajak. yang pada
akhirnya tindakan tersebut akan menyebabkan penerimaan pajak Negara akan
berkurang..
Kualitas pelayanan dan kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan tidak
hanya tergantung kepada masalah
–
masalah teknis saja yang menyangkut metode
pemungutan, tarif pajak, teknis pemeriksaan, penyidikan, penerapan sanksi
sebagai perwujudan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undagan
perpajakan, dan pelayanan kepada wajib pajak selaku pihak pemberi dana bagi
negara dalam hal membayar pajak. Disamping pada kemauan wajib pajak juga,
adapula kesadaran dan pengetahuan pajak yang dimiliki oleh wajib pajak sudah
sampai sejauh mana wajib pajak sadar atau paham dalam mematuhi ketentuan
(33)
peraturan perundang-undangan perpajakan. Dan, perlu diperhatikan pula peran
serta masyarakat dalam memberikan keadilan terhadap wajib pajak.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.2.1 Keterkaitan Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak
Faktor
–
faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak menurut Devano (2006) salah satunya adalah kualitas pelayanan
yang diberikan kepada wajib pajak. Kualitas ini dapat diwujudkan melalui
pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatanpenyampaiannya
untuk mengimbangi harapan pelanggan.
Siti Kurnia Rahayu (2010:140) menyatakan bahwa :
“Kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi
sistem administrasi suatu negara, pelayanan pada wajib pajak, penegakan
hukum perpajakan, pemeriksaan
pajak, dan tarif pajak”.
Siti Kurnia Rahayu (2010:135) menyatakan bahwa :
“Salah satu langkah penting yang dilakukan DJP sebagai wujud nyata
kepedulian pada pentingnya kualitas pelayanan adalah memberikanpelayanan
Kepatuhan Wajib Pajak
Pengetahuan Pajak
Kesadaran Wajib Pajak
Kualitas Pelayanan Pajak
(34)
33
prima kepada wajib pajak dalam mengoptimalkan penerimannegara, untuk itu
dibentuk tim moderenisasi administrasi perpajakan moderndengan sasaran
tercapainya tingkat kepatuhan sukarela wajib pajak yangtinggi”.
Tujuan pelayanan prima menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:28)
menyatakan bahwa :
“Tujuan
pelayanan prima ini adalah :
1.
Tercapainya tingkat kepatuhan sukarela wajip pajak yang tinggi.
2.
Tercapainya tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang
tinggi.
3.
Tercapainya produktivitas aparat perpajakan yang tinggi.”
Menurut (Albari, 2009) adanya pengaruh positif secara tidak langsung
dari kualitas layanan terhadap kepatuhan melalui variabel antara kepuasan.
Demikian pula dapat dibuktikan secara empiris terdapatnya penilaian
beberapa butir dari dimensi-dimensi kualitas layanan dan kepuasan wajib
pajak. Kinerja penerimaan pajak yang juga mencerminkan tingkat kepatuhan
pajak masyarakat menunjukan kecenderungan yang semakin meningkat.
2.2.2 Keterkaitan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak
Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak
mengetahui, memahami dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar
dan sukarela. Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak maka pamahaman dan
pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat meningkatkan
kepatuhan (Muliari dan Setiawan, 2010). Kesadaran wajib pajak atas fungsi
perpajakansebagai pembiayaan negara sangat diperlukan untuk meningkatkan
(35)
kepatuhan wajib pajak (Jatmiko, 2006). Munari (2005) menyatakan bahwa
kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Soemarso
(1998) dalam Jatmiko (2006) mengemukakan bahwa kesadaran perpajakan
masyarakat yang rendah seringkali menjadi salah satu sebab banyaknya potensi
pajak yang tidak dapat dijaring. Kesadaran wajib pajak sangat diperlukan dalam
meningkatkan kepatuhan wajib pajak (Jatmiko, 2006).
Pengaruh
Kesadaran
Perpajakan
Terhadap
Kepatuhan
Wajib
PajakKesadaran perpajakan masyarakat yang rendah seringkali menjadi salah satu
sebab banyaknya potensi pajak yang tidak dapat dijaring. Seperti yang
dikemukakan oleh Lerche (1980) dalam Jatmiko (2006) bahwa kesadaran
perpajakan seringkali menjadi kendala dalam masalah pengumpulan pajak dari
masyarakat. Kesadaran Wajib Pajak atas perpajakan sangat diperlukan guna
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.
Menurut Muliari (2011) kesadaran perpajakan adalah suatu kondisi
dimana seseorang mengetahui, mengakui, menghargai dan menaati ketentuan
perpajakan yang berlaku serta memiliki kesungguhan dan kenginan untuk
memenuhi kewajiban perpajakannya. Tingkat kesadaran perpajakan menunjukkan
seberapa besar tingkat pemahaman seseorang tentang arti, fungsi dan peranan
pajak. Semakin tinggi tingkat kesadaran Wajib Pajak maka pemahaman dan
pelaksanaankewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat meningkatkan
kepatuhan. Secara empiris juga telah dibuktikan bahwa makin tinggi kesadaran
perpajakan Wajib Pajak maka makin tinggi tingkat kepatuhan Wajib Pajak
(Suyatmin, 2004)
(36)
35
2.2.3 Keterkaitan Pengetahuan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Pengetahuan Pajak memberi pengaruh yang positif untuk kepatuhan wajib
pajak. Salah satu penyebab berpengaruhnya pengetahuan pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak adalah adanya sumber informasi perpajakan yang di dapat
oleh setiap wajib pajak, misal dari petugas pajak, majalah pajak (Gardina dan
Haryanto;2006).
Fallan (1999) yang dikutip kembali oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:141)
memberikan kajian pentingnya aspek pengetahuan perpajakan bagi wajib pajak
sangat mempengaruhi sikap pajak terhadap sistem perpajakan yang adil.
Palil (2005) menemukan bahwa pengetahuan Wajib Pajak tentang pajak
yang baik akan dapat memperkecil adanya
tax evation
. Hal senada juga ditemukan
oleh Kassipillai, ia menyatakan pengetahuan tentang pajak merupakan hal yang
sangat penting bagi berjalannya SAS. Pengetahuan tentang peraturan pajak akan
mempengaruhi sikap Wajib Pajak terhadap kewajiban pajak.
Pengetahuan pajak penting dalam rangka meningkatkan tingkat kepatuhan
pajak (Richardson, 2006; Kirchler et al, 2008). Oleh karena itu, penting untuk
memiliki pengetahuan dan kompetensi pembayar pajak. Selain itu, Taman &
Hyun (2003, dalam Marziana et al, 2009), menyatakan bahwa pendidikan pajak
adalah salah satu alat yang efektif untuk mendorong wajib pajak untuk lebih
patuh.
Dalam rangka mengembangkan pengetahuan pajak, pada hakikatnya lebih
mudah dimulai dengan anak-anak usia muda karena pada umumnya perubahan
mental dari wajib pajak yang lebih tua agak sulit akibat situasi dan kondisi masa
(37)
lalu. Untuk itu sebaiknya masalah perpajakan sudah diajarkan di sekolah dan
menjadi bagian dari kurikulum pendidikan terutama yang menyangkut mengenai
perlu adanya pajak, untuk apa uang pajak tersebut digunakan, pentingnya pajak
sebagai sumber keuangan Negara, dan sosialisasi bagaimana cara mengisi surat
pemberitahuan sehingga mereka dapat membantu keluarga mereka pada saat saat
diperlukan (Marihot;2010). Dapat ditarik kesimpulan dari penjelasan di atas,
bahwa pengetahuan perpajakan mampu meningkatkan kepatuhan wajib pajak
Berikut ini gambaran sederhana dari bagan di atas yaitu tentang Kualitas
Pelayanan Pajak, Kesadaran Wajib Pajak dan Pengetahuan Pajak terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak.
Gambar 2.2 Paradigma Penelitian
Kualitas Pelayanan Pajak(X1 )
(Lewis dalam Lena Elitan, 2007:47)
Kesadaran Wajib Pajak (X2) (Safri Numatu, 2005:103)
Kepatuhan Wajib Pajak (Y) (Gunadi, 2005:4)
Pengetahuan Pajak (X3 )
(Veronica Carolina, 2009:7)
Siti Kurnia Rahayu (2010:140) juga mengungkapkan bahwa kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya kualitas pelayanan
Devano, (2006) Faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak menurut Devano salah satunya adalah kualitas pelayanan yang diberikan kepada wajib pajak. Kualitas ini dapat diwujudkan melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan.
Muliari dan Setiawan, (2010) Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak maka pamahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat meningkatkan kepatuhan .
Jatmiko, (2006) Kesadaran wajib pajak atas fungsi perpajakan sebagai pembiayaan negara sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak .
Richardson, (2006); Kirchler et al, (2008).Pengetahuan pajak penting dalam rangka meningkatkan tingkat kepatuhan pajak
Taman & Hyun (2003, dalam Marziana et al, 2009), menyatakan bahwa pendidikan pajak adalah salah satu alat yang efektif untuk mendorong wajib pajak untuk lebih patuh.
(38)
37
2.3
Hipotesis
Menurut Sugiyono (2009 : 93) pengertian hipotesis adalah sebagai berikut:
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah
penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusn
dalam bentuk kalimat pertanyaan.”
Hipotesis penelitian dapat diartikan sebgai jawaban yang bersifat
sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul dan harus diuji secara empiris.
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas penulis
memberikan hipotesis bahwa :
1.
Kualitas pelayanan pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak di
KPP Pratama Bandung Karees.
2.
Kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib
pajak di KPP Pratama Bandung Karees.
3.
Pengetahuan Pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib
pajak di KPP Pratama Bandung Karees.
(39)
115
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh
Kualitas Pelayanan Pajak,
Kesadaran Wajib Pajak dan
Pengetahuan Pajak
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Bandung Karees, penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Kualitas pelayanan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak pada
Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Bandung Karees.
Kualitas pelayanan pajak
sudah berjalan dengan baik, tapi masih ada petugas yang memberikan pelayanan
kurang nyaman terhadap wajib pajak. Ini akan berakibat fatal bila petugas
memberikan pelayanan yang kurang baik, ini akan menurunkan pandangan wajib
pajak terhadap kualitas yang telah diberikan.
2.
Kesadaran Wajib Pajak
memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.Semakin sadar wajib
pajak maka akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Bandung Karees. Tapi masih ada wajib pajak yang belum sadar
dalam membayar pajaknya. Hal ini dikarenakan tidak ada dorongan diri sendiri
bahwa dengan membayar pajak itu akan membantu pemasukan sebuah Negara.
3.
Pengetahuan Pajak Wajib Pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.
Semakin tinggi pengetahuan pajak maka akan meningkatkan kepatuhan wajib
pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. Masih ada wajib
(40)
116
pajak yang masih kurang pengetahuanny dalam mengisi SPT, ini dikarenakan
minimny pengetahuan pajak yang mereka dapatkan.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti
memberikan saran sebagai berikut :
1.
Agar Kualitas pelayanan pajak dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak,
aparat perpajakan seharusnya meningkatkan pelayanan atau meberikan
kenyamanan kepada wajib pajak dalam memberikan pelayanan yang baik.
Bila aparat pajak melayani wajib pajak dengan ramah, sopan, dan dalam
memberikan informasi tidak berbelit-belit itu akan memberikan dampak yang
positif terhadap pelayanan yang diberikan oleh petugas pajak.
2.
Lebih baik pihak KPP Pratama Bandung Karees lebih mempertegas fungsi
pajak, agar wajib pajak sadar akan pentingnya pajak yang mereka bayarkan
untuk pembangunan Negara sehingga mereka tidak lagi menunda pembayaran
pajak yang akan merugikan Negara.
3.
Wajib pajak lebih baik menambah Pengetahuan pajak, dengan cara membaca
buku tentang perundang
–
undangan perpajakan, atau mengunduh peraturan
perpajakan dari internet, konsultasi dengan yang ahli tentang masalah pajak,
mengikuti kelas brevet pajak yang meminta bantuan fiskus untuk pengisian
SPT tidak akan lagi karena wawasan wajib pajak yang sudah memadai.
(41)
1
(Survei Pada WPOP Yang Terdaftar Di KPP Pratama Bandung Karees) Oleh : Supirman Hamdani
Universitas Komputer Indonesia ABSTRAK
Quality of service tax, the taxpayer awareness and tax knowledge of is one of the factors that influence taxpayer compliance. then the taxpayer is expected to increase taxpayer awareness and knowledge of his tax so that the quality of service tax in the tax office will increase the quality of the tax compliance.
The purpose of this research aims to know the influence of the quality of service tax, taxpayer awareness and knowledge of the tax to individual taxpayer compliance in the KPP Pratama Bandung Karees.
Method used in this research is a descriptive survey with responden as much as 63 people person personal tax payers. This method is used to find out the description of the variable quality of service tax, taxpayer awareness and tax knowledge on compliance of taxpayers with data analysis using SEM – PLS.
The results of this research show that there is a strong link between quality of service tax, taxpayer awareness and knowledge of tax compliance to tax payers of personal Tax Services Office in Bandung Karees Pratama. Quality of service tax has to influence taxpayer compliance was 16.3%, the taxpayer awareness to influence taxpayer compliance by 20.8%, and the tax knowledge to influence taxpayer compliance by 28.3%.
Research gives empirical evidence that quality of service tax, taxpayer awareness and tax knowledge on affect significantly taxpayer compliance in KPP Pratama Bandung Karees.
Keywords: Quality Of Service Tax, Taxpayer Awareness And Knowledge Of Tax Compliance To Tax Payers
1.1 Pendahuluan
Anshari mengatakan permasalahan perpajakan sampai saat ini masih saja sama, banyak masyarakat yang menolak membayar pajak karena ketidakpuasan masyarakat atas pelayanan dan mekanisme pajak (Wakil Ketua Komite Pengawas PerpajakanAnshari Ritonga, 2010).Serta Menurut Agus Martowardojo permasalahan pajak lainnya adalah masih banyak Wajib Pajak (WP) yang belum memenuhi kewajibannya sampai sekarang, baik pajak orang pribadi maupun pajak badan usaha (Menteri Keuangan,Agus Martowardojo, 2011).
Menurut Direktur Penyuluhan,Kismantoro Petrus (2012), mengungkapkan permasalahan perpajakan masih seputar tingkat kepatuhan wajib pajak yang masih sangat rendah (Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Humas Pajak Kismantoro, 2012). DJP memiliki banyak cara untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak salah satunya adalah dengan meningkatkan pelayanan terhadap wajib pajak. Karena salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak adalah pelayanan petugas wajib pajak sendiri (Sri Suratno, 2011).Kualitas pelayanan harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan, dimana persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu pelayanan (Kotler dan Keller, 2007).
(42)
2
Masih ada permasalahan lainyang mendasar di masyarakat yang menjadi suatu alasan mengapa masyarakat menolak membayar pajak, misalnya peraturan pelaksanaan yang dibuat sendiri oleh Dirjen Pajak, cenderung memihak padakemudahan fiskus dalam memenuhi tugasnya (Wakil Ketua Komite Pengawas Perpajakan Anshari Ritonga, 2010).Direktur Jenderal Pajak Fuad Rahmany, (2012) mengatakansulit untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak karena tidak di barengi dengan tingkat kesadaran membayar pajak. Kesadaran masyarakat Indonesia menurut Fuad masih rendah, bahkan dari 60 juta penduduk Indonesia yang mampu membayar pajak, hanya 30% yang telah memenuhi kewajibannya, masih menurut Fuad Rahmany pun mengaku masih kesulitan mengumpulkan pajak karena rendahnya tingkat kesadaran membayar pajak masyarakat (Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Fuad Rahmany, 2012).
Menurut Harun, (2012)menambahkan dalam peningkatan jumlah wajib pajak, permasalahan-permasalahan yang ada yaitu pengetahuan pajak yang masih kurang karena masih banyak wajib pajak yang belum sadar dan peduli pajak, sehingga kepatuhan wajib pajak terhadap peraturan perpajakan menjadi rendah (Bupati Hulu Sungai Tengah Harun, 2012).Ini di sebabkan oleh pengetahuan sebagian besar wajib pajak tentang pajak, serta persepsi wajib pajak tentang pajak dan petugas pajak masih rendah (Gardina dan Haryanto,2006).
Berdasarkan konsep pemikiran yang dituangkan dalam latar belakang diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan maksud dan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak, seberapa besar pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak, dan seberapa besar pengaruh pengetahuan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.
1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.2.1 Maksud Penelitian
Maksud penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mencari kebenaran bahwa kualitas pelayanan pajak, kesadaran wajib pajak dan pengetahuan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dengan cara pengumpulan data (kuisioner) sebagai bukti empiri sdari model penelitian yang dikaji.
1.2.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dapat dirumuskan untuk:
1. Untuk mengetahui pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Bandung Karees.
2. Untuk mengetahui pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Bandung Karees.
3. Untuk mengetahui pengaruh Pengetahuan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Bandung Karees.
1.3 Kegunaan Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 KegunaanPraktis
Untuk memecahkan masalah yang terjadi pada kualitas pelayanan pajak ,kesadaran wajib pajak dan pengetahuan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak (Survei di KPP Pratama Bandung Karees).
(43)
3
2. Bagi AkademisPeneliti mengharapkan hasil penelitian dapat mengembangkan ilmu. Teori yang digunakan sesuai dengan hasil penlitian, sehingga teori masih dipergunakan kebenarannya.
3. Bagi Peneliti Lain
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan pemikiran dalam peneliti lebuh lanjut dalam bidang yang sama, yaitu mengenai PengaruhKualitas Pelayanan Pajak, Kesadaran WajibPajakdan Pengetahuan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survei di KPP Pratama Bandung Karees)”.
II. Kajian Pustaka, Kerangaka Pemikir dan Hipotesis 2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Kualitas Pelayanan Pajak
Definisi Kualitas Pelayanan menurut Lewis dalam Lena Elitan (2007:47)menyatakan bahwa
:“Kualitas pelayanan merupakan sebagai ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu menyesuaikan dengan ekspentasi pelanggan, jadi kualitas pelayanan diwujudkan melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketetapan penyampaian pelayanan tersebut membagi harapan pelanggan”. Dan menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:134) menyatakan
bahwa :“Pelayanan pajak dalam meningkatkan kepatuhan dimana pelayanan pajak sebagai pelayanan publik”.
2.1.2 Kesadaran Wajib Pajak
Safri Numatu (2005:103) menyatakan bahwa:“Kesadaran Wajib Pajak adalah penilaian positif masyarakat wajib pajak terhadap pelaksanaan fungsi negara oleh pemerintah akan
menggerakan masyarakat untuk mematuhi kewajibannya untuk membayar”. 2.1.3 Pengetahuan Pajak
Menurut Veronica Carolina (2009:7) menyatakan bahwa :“Pengetahuan Pajak adalah informasi pajak yang dapat digunakan wajib pajak sebagai dasar untuk bertindak, mengambil keputusan, dan untuk menempuh arah atau strategi tertentu sehubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajibannya dibidang perpajakan”.
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:29) menyatakan bahwa :“Tingkat pengetahuan pajak masyarakat yang memadai, akan mudah bagi wajib pajak untuk patuh pada peraturan perpajakan. Dengan mengutamakan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi akan memberi keikhlasan masyarakat untuk patuh dalam kewajibannya perpajakannya. Dan dengan pengetahuan yang cukup yang diperoleh karena memiliki tingkat pendidikan yang tinggi tentunya juga akan dapat memahami bahwa dengan tidak memenuhi peraturan maka akan menerima sanksi baik sanksi administrasi maupun pidana fiskal. Maka akan diwujudkan masyarakat yang
sadar pajak dan mau memenuhi kewajiban perpajakannya”. 2.2 Kerangka Pemikir
Masalah kepatuhan wajib pajak adalah masalah penting di seluruh dunia, baik bagi negara maju maupun di negara berkembang. Karena, jika wajib pajak tidak patuh maka akan
(1)
14
Nilai korelasi pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak sebesar 0,318 dan koefisien determinasi kualitas pelayanan pajak dengan kepatuhan wajib pajak sebesar 20,8%. Artinya hal tersebut mengidikasikan bahwa konstruk yang terbentuk memiliki keeratan korelasi yang kuat/erat.
Kecilnya koefisien determinan kualitas pelayanan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak sebesar 20,8%, terjadi karena kesadaran wajib pajak yang masih kurang optimal yang dilakukan oleh wajib pajak dalam melaporkan SPT nya.
Hasil penelitian ini selaras dengan fenomena yang yang terjadi. Bahwa masalah pada kepatuhan wajib pajak terjadi karena sulitnya mengingkatkan kepatuhan wajib pajak tidak dibarengi dengan tingkat kesadaran membayar pajak ( Fuad Rahmany, 2012).
Untuk mengikatkan kesadaran wajib pajak pajak disarankan agar memberikan Ditjen Pajak harus berupaya dalam memberikan pemahaman bahwa kesadaran dalam membayar pajak sangat diperlukan dalam membantu penerimaan Negara.
3. Pengaruh Pengetahuan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Korelasi pengetahuan pajak dengan kepatuhan wajib pajak adalah sebesar 0,383 dan koefisien determinan pengetahuan pajak dengan kepatuhan wajib pajak adalah sebesar 28,3%. Artinya hal tersebut mengindikasikan bahwa konstruk yang terbentuk memiliki tingkat keeratan korelasi yang kuat/erat. Kecilnya koefisien determinan pengetahuan pajak dengan kepatuhan wajib pajak sebesara 28,3%, terjadi karena pengetahuan pajak yang yang masih minim di masyarakat.
Hasil penelitian ini selaras dengan fenomena yang yang terjadi. Bahwa masalah dalam kepatuhan wajib pajak ini disebabkan karena pengetahuan pajak yang masih kurang karena masih banyak wajib pajak yang belum sadar dan peduli pajak, sehingga kepatuhan wajib pajak terhadap peraturan perpajakan menjadi rendah (Harun, 2012).
Untuk meningkatkan pengetahuan pajak yang baik, maka disrankan agar masyarakat diberikan penyuluhan pengetahuan pajak ke daerah-daerah atau kabupaten-kabupaten untuk meningkatkan pengetahuan pajak bahwa pentingnya pengetahuan pajak, agar mereka nantinya mengerti mudah dalam melaksankan pelaporan pajak.
V. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Kesadaran Wajib Pajak dan Pengetahuan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kualitas pelayanan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. Kualitas pelayanan pajak sudah berjalan dengan baik, tapi masih ada petugas yang memberikan pelayanan kurang nyaman terhadap wajib pajak. Ini akan berakibat fatal bila petugas memberikan pelayanan yang kurang baik, ini akan menurunkan pandangan wajib pajak terhadap kualitas yang telah diberikan.
2. Kesadaran Wajib Pajak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.Semakin sadar wajib pajak maka akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. Tapi masih ada wajib pajak yang belum sadar dalam membayar pajaknya. Hal ini dikarenakan tidak ada dorongan diri sendiri bahwa dengan membayar pajak itu akan membantu pemasukan sebuah Negara.
3. Pengetahuan Pajak Wajib Pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. Semakin tinggi pengetahuan pajak maka akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan
(2)
15
Pajak Pratama Bandung Karees. Masih ada wajib pajak yang masih kurang pengetahuanny dalam mengisi SPT, ini dikarenakan minimny pengetahuan pajak yang mereka dapatkan.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1. Agar Kualitas pelayanan pajak dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak, aparat perpajakan seharusnya meningkatkan pelayanan atau meberikan kenyamanan kepada wajib pajak dalam memberikan pelayanan yang baik. Bila aparat pajak melayani wajib pajak dengan ramah, sopan, dan dalam memberikan informasi tidak berbelit-belit itu akan memberikan dampak yang positif terhadap pelayanan yang diberikan oleh petugas pajak. 2. Lebih baik pihak KPP Pratama Bandung Karees lebih mempertegas fungsi pajak, agar wajib
pajak sadar akan pentingnya pajak yang mereka bayarkan untuk pembangunan Negara sehingga mereka tidak lagi menunda pembayaran pajak yang akan merugikan Negara. 3. Wajib pajak lebih baik menambah Pengetahuan pajak, dengan cara membaca buku tentang
perundang – undangan perpajakan, atau mengunduh peraturan perpajakan dari internet, konsultasi dengan yang ahli tentang masalah pajak, mengikuti kelas brevet pajak yang meminta bantuan fiskus untuk pengisian SPT tidak akan lagi karena wawasan wajib pajak yang sudah memadai.
VI. Daftar Pustaka
Ahmad Fuad Rahmany, Tunggakan Pajak yang Dapat Ditagih Rp29 Triliun, http://www.metrotvnews.com/read/news/2012/09/11/105622/-Tunggakan-Pajak-yang-Dapat-Ditagih-Rp29-Triliun-/2, 27-09-2012.
Agus, Martowadojo (2010), Pemerintah Akan Rombak DITJEN Pajak. Diakses pada 2012 dari World Wide Web : http://nasional.kompas.com//
Agoes, Soekrisno dan Estralita Trisnawati, 2007. Akuntansi Perpajakan. Jakarta:Salemba Empat.
Ajat, Jatnika. (2012). Kepatuhan Pajak Warga Bandung Hanya 42 Persen. Diakses pada 2012 dari World Wide Web : http://jabar.tribunnews.com//ekonomi
Ainun. (2011). Sulitnya Peminjaman dokumen-dokumen Wajib Pajak. Diakses pada 2012. dari World Wide Web : http://beritapajak.com//
Albari, Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepatuhan Membayar Pajak. Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 1, April 2009 Hal 1 - 13 ISSN : 0853 – 7665 Andriani, P.J.A. 2000. Pajak dan Pembangunan. UI Press. Jakarta.
Anshari Ritonga. “Ini Dia Alasan Masyarakat Tolak Bayar Pajak”. www.okezone.com. Diakses pada 2011.
Aziz, Hary Azhar. (2009, 16 November). Penerimaan Pajak 2009 Sulit Gapai Target. Investor Daily Indonesia, 1.
Boediono, B. 1996. Perpajakan IndonesJilid I. Jakarta: Kawula Indonesia Darmin Nasution. “Negara Tak Maju Bila Warga Enggan Bayar Pajak”.
(3)
16
www.okezone.com. Diakses pada 2011.Dedi Rudaedi. “DJP Terbitkan 4 Klasifikasi Pelaporan Pajak”. www.okezone.com.Diakses pada 2011
Fandy Tjiptono, 2006. Manajemen Jasa.Alfabeta : Bandung.
Gardina dan Haryanto. 2006. Pengetahuan Pajak. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Gardina., Haryanto. (2006): Pengetahuan pajak masih rendah. Diakses 22 maret2012 dari: www.kompas.com
Gunadi, Fungsi Pemeriksaan terhadap peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak (Tax Compliance). Jurnal Perpajakan Indonesia Vol 4 No 5,Februari 2005 Hal 4 - 9 ISSN : 1412 - 0518 Hair et al., (1998), Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Pretince Hall, Upper Saddle River :
New Jersey
Harun Nurasidi, H. 2012. Bupati HST Sampaikan SPT PPh. www.metrotanjung.com, 15 November 2012.
Jatmiko, Agus Nugroho. 2006. “Pengaruh Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di Semarang)”.
Kurniawan, Dedi. 2009. Pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Skripsi: FE UNAND
Lena Ellitan, Liana Anatan , 2007. Sistem Informasi Manajemen. Alfabeta : Bandung.
Lerche, Dietrich. 1980. Efficiency of Taxation in Indonesia. BIES. Vol 16 No. 1, hal 34-35 Loo Ern Chen, Mckerchar M, and Hansford Ann. 2009. Understanding The Compliance
Behaviour of Malaysian Individual Taxpayers Using A Mixed Method Approach. Journal of the Australasian Tax Teachers Association, Vol.4 No.1: p181-202.
Mangkoesoebroto, Guritno, 1999. Ekonomi Publik Edisi 3, Cetakan ketujuh, BPFE,Yogyakarta. Mardiasmo. 2003. Perpajakan. Yogyakarta: Andi Offse
Mardiasmo. (2009). Perpajakan. Yogyakarta: Andi Mardiasmo, 2011. PERPAJAKAN. Yogyakarta : Andi. Nurmantu, Safri (2003). Pengantar Perpajakan
Nur Hidayati. 2010. Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Pajak. Jurnal Akuntansi. Vol 4 No 1. Maret 2010.
Nur Alam, Kota Balikpapan Belum Patuh Pajak,
http://autos.okezone.com/read/2010/03/18/20/313675/kota-balikpapan-belum-patuh-pajak, Kamis, 18 Maret 2010
(4)
17
Resmi, Siti (2003). Perpajakan Teori dan Kasus, Yogyakarta: Salemba Empat . Jakarta:Granit Roshidi, M. A., Mustafa, H. and Asri, M. 2007. The Effects Of Knowledge On Tax Compliance
Behaviours Among Malaysian Taxpayers.Business and Information, Vol. 4 I.1. Siti kurnia Rahayu, 2010. PERPAJAKAN INDONESIA : Konsep dan Aspek
Formal. Edisi pertama, Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sony Devano, dan Siti Kurnia Rahayu.2006.Perpajakan : Konsep, Teori, dan Isu, Jakrta:Salemba empat.
Soebagyo, Ivan Somolegyono. 2005. Pengaruh Sosialisasi oleh Ditjen Pajak Terhadap Kepatuhan wajib Pajak pada KPP Jakarta Kemayoran. Tesis Universitas Indonesia
Sri Mulyani, Kepatuhan Wajib Pajak Belum
Memadai,
http://cangkang.vivanews.com/ics2011/news/read/136982-menkeu__kepatuhan_wajib_pajak_belum_memadai, Senin, 31 Desember 2012.
Suhastin, Guru Dilibatkan Jadi Pandu Pajak,
http://kampus.okezone.com/read/2012/12/05/373/727604/guru-dilibatkan-jadi-pandu-pajak, Rabu, 02 Januari 2013.
Suratno, F.G. Sri & Nursya`bani Purnama. 2004. “Analisis Tingkat Kepuasan Wajib Pajak terhadap Kualitas Layanan Kantor Pelayanan Pajak Yogyakarta Dua”.
Jurnal SINERGI Vol. 7 No. 1, 2004
Taslim. (2007). Pengetahuan Pajak. Jakarta: Genesis Tjiptono, Fandy. 2007. Manajemen Jasa. Bandung: Alfabeta.
Umi, Narimawati., Sri, Dewi. A., & Linna, Ismawati. (2010). Penulisan Karya Ilmiah. Bekasi: Genesis
Veronica Carolina. 2009. Pengetahuan Pajak. Jakarta : Salemba Empat.
Wahyudi, Eddi dan Mamik Eko Soessanto,2010. Pajak – Pajak Properti untuk Profesional. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.
Waluyo, 2008, Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Widayati dan Nurlis. 2010. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemauan untuk Membayar Pajak WAjib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas (Studi Kasus pada KPP Pratama Gambir Tiga)”. Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto
(5)
18
LAMPIRANTabel 1 Rekapitulasi Tanggapan Responden Pada Kualitas Pelayanan Pajak
No Indikator
Skor Aktual
Skor
Ideal %
Kategori
1 Tangibles 497 630 78,9% Baik
2 Reliability 216 315 68,6% Baik
3 Responsiveness 192 315 68,6% Baik
4 Assurance 397 630 63,0% Cukup
5 Empathy 400 630 63,5% Cukup
Total 1702 2520 67,5% Cukup
Perhitungan: Skor Ideal = Jumlah pertanyaan * Nilai tertinggi * Jumlah Responden
Tabel 2 Rekapitulasi Tanggapan Respoden Pada Kesadaran Wajib Pajak
No Indikator Skor
Aktual Skor
Ideal % Kategori 1 Dorongan Diri Sendiri 201 315 63,8% Cukup 2
Mengetahui adanya undang – undang dan ketentuan perpajakan
216 315 68,6% Baik Total 417 630 66,2% Cukup Perhitungan: Skor Ideal = Jumlah pertanyaan * Nilai tertinggi * Jumlah Responden
Tabel 3 Rekapitulasi Tanggapan Responden Pada Pengetahuan Pajak
No Indikator Skor
Aktual
Skor
Ideal % Kategori 1 Pemahaman prosedur atau
cara pengisian SPT 231 315 73,3% Baik 2 Pemahaman batas waktu
pelaporan SPT 202 315 64,1% Cukup 3 Pemahaman sanksi
perpajakan dan administrasi 197 315 62,5% Cukup
Total 630 945 66,7% Cukup
(6)
19
Tabel 4Rekapitulasi Tanggapan Responden Pada Kepatuhan Wajib Pajak
No Indikator Skor
Aktual
Skor
Ideal % Kategori 1 Wajib Pajak memahami
peraturan perpajakan 208 315 66,0% Cukup 2
Wajib Pajak Menyetorkan Surat Pemberitahuan (SPT) tepat waktu
212 315 67,3% Cukup
3
Wajib Pajak menghitung dan membayar pajak terutang dengan benar
432 630 68,6% Baik
4
Wajib Pajak mengisi formulir dengan benar dan jelas
402 630 63,8% Cukup Total 1254 1890 66,3% Cukup Perhitungan: Skor Ideal = Jumlah pertanyaan * Nilai tertinggi * Jumlah Responden
Gambar 4.2