Uji aktivitas antibakteri dengan metode Difusi sumuran Uji Kromatografi Lapis Tipis

4 Bacillus subtilis diperoleh dari Fakultas Farmasi UGM, disk antibiotik Oxoid, etanol 96, akuades, Media Mueller Hinton MH, Brain Heart Infusion BHI, Manitol Salt Agar MSA, cat Gram A, cat Gram B, cat Gram C, dan cat Gram D, DMSO, silika gel GF 254 , Silika gel 60, n-heksan:etil asetat, dan peraksi semprot. Jalannya Penelitian 1. Fraksinasi dengan KCV Eluen terbaik yaitu kloroform-heksan-metanol. Perbandingan campuran pelarut disesuaikan dengan tingkat kepolaran senyawa seperti pada tabel 1. Tabel 1. Hasil Orientasi Pemilihan Eluen untuk proses KCV Pelarut Perbandingan Pelarut Banyaknya Elusi Kloroform:Heksan 6:4 2 kali Kloroform:Heksan 7:3 4 kali Kloroform:Heksan 8:2 3 kali Kloroform:Heksan 9:1 3 kali Kloroform:Etil asetat 8:2 2 kali Metanol 1 2 kali Pemasukan sampel ke dalam kolom KCV dilakukan tidak dalam bentuk larutan tetapi dalam bentuk teradsorpsi ke dalam silika gel 60. Untuk satu kali elusi dibutuhkan 200 mL dan hasil KCV ditampung dalam botol. Setelah penampungan selesai hasilnya diuji KLT. Dari pengamatan hasil uji KLT dapat dikelompokkan menjadi beberapa fraksi menurut pola kromatogram yang didapat.

2. Identifikasi Bakteri

Identifikasi bakteri dilakukan pengecetan Gram A, B, C, dan D pada bakteri dan uji biokimiawi media MSA untuk Staphyloccus aureus dan media Simmon sitrat untuk Bacillus subtilis.

3. Uji Sensitivitas

Sensitivitas dilakukan dengan menanam disk antibiotik ampisilin, eritromisin, vankomisin, dan kloramfenikol pada media yang telah diberi suspensi bakteri

4. Uji aktivitas antibakteri dengan metode Difusi sumuran

Media MH sebanyak 20 mL dipadatkan pada cawan petri, kemudian dimasukkan 200 µL suspensi bakteri 1,5x10 8 CFUmL dan diratakan menggunkan spreader glass . Pembuatan sumuran menggunakan cockborner yang sudah steril dengan diameter 7 mm. Masing-masing media terdapat 7 sumuran yang dimasukkan pada masing-masing lubang sebanyak 20 µL dengan seri konsentrasi 5 yaitu 1; 2; 3; 4; dan 5mgsumuran, kontrol positif antibiotik yaitu streptomisin 0,25, dan kontrol negatif pelarut DMSO 2,5. Media yang telah mengalami perlakuan kemudian diinkubasi pada suhu 37 o C selama 18-24 jam dan diukur diameter zona hambatnya.

5. Uji Kromatografi Lapis Tipis

Sampel yang berupa fraksi nonpolar, semipolar, dan polar ekstrak etanol daun buni ditotolkan pada lempeng plat KLT dan dibiarkan mengering. Setelah kering plat dimasukkan pada bejana kromatografi yang telah jenuh dengan fase gerak. Setelah elusi selesai, plat diambil dan dikeringkan sampai fase gerak yang ada pada plat menguap dan mengering. Plat KLT diambil dan diamati hasilnya pada UV 254 nm dan 366 nm kemudian bercak dideteksi dengan pereaksi semprot FeCl 3 , sitroborat, Liebermann-Burchard, dan anisaldehid-asam sulfat. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Fraksinasi Fraksinasi dilakukan dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Vakum KCV. Pada proses KCV menggunakan fase diam silika G 60 dan fase gerak gradien menggunakan gradien kepolaran bertingkat perbandingan kloform dengan heksan. Agar diperoleh hasil fraksinasi yang baik dilakukan optimasi fase gerak. Volume satu kali elusi adalah jumlah pelarut yang dipakai untuk mengisi volume kolom yang digunakan. Profil KLT diamati, fraksi yang mempunyai profil KLT yang sama dijadikan satu fraksi sehingga diperoleh fraksi nonpolar, semipolar dan polar. Hasil fraksi yang didapatkan dari 20 gram ekstrak seperti pada tabel 2. Hasil fraksinasi hanya ±50, hal ini dikarenakan masih banyak ekstrak yang tertinggal pada kolom KCV. Tabel 2. Hasil Fraksinasi Rendemen hasil fraksinasi Volume Pelarut Berat Ekstrak yang difraksinasi g Fraksi Nonpolar g Fraksi Semipolar g Fraksi Polar g 200 mL 20 2,16 2,02 5,37

B. Identifikasi bakteri