Sumber Terjadinya Pengetahuan B A B II KONSEPSI UMUM EPISTEMOLOGI Epistemologi Idealistik Syekh Az-Zarnuji Telaah Naskah Ta’lim Al Muta’alim.

dan yang tidak benar memang agak dekat dengan episteme sebagai suatu tindakan kognitif intelektual untuk mendudukkan sesuatu pada tempatnya 14 . Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Ia merupakan salah satu cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan.

C. Sumber Terjadinya Pengetahuan

John Locke 1632-1704 dalam karangannya yang sangat masyhur, Essay Concerning Human Understanding, menunjukkan bahwa problem tentang sumber-sumber pengetahuan merupakan persoalan yang pertama dan fundamental yang harus dibereskan 15 . Immanuel Kant 1724-1804 juga menempatkan isyu tersebut sebagai yang pertamadi antara persoalan-persoalan hidupyang pokok. Sejak zaman Locke danKant, problema pengetahuan telah mendapat tempat yang penting dalam pembahasan-pembahasan filsafat . 16 Vauger menyatakan bahwa titik tolak penyelidikan epistemologi adalah situasi manusia dan alam sekitarnya. 17 Yaitu kejadian.Manusia sadar bahwa dirinya mempunyai pengetahuan lalu berusaha untuk memahami, menghayati dan pada saatnya memberikan pengetahuan dengan menerangkan 14 Ibid. 15 Titus., Ibid., hlm 197 16 Ibid., hlm 198 17 http:astaqauliyah.com200705 ., Ibid. dan mempertanggung jawabkannya, apakah pengetahuan manusia benar dalam arti mempunyai isi dan arti atau tidak Bertumpu pada situasi manusia sendiri itulah sedikitnya manusia dapat memperhatikan perbuatan-perbuatan mengetahui yang menyebabkan terjadinya pengetahuan itu. Berdasar pada penghayatan dan pemahaman manusia dan situasi sekitarnya itulah, manusia berusaha mengungkapkan perbuatan-perbuatan mengenal sehingga terjadi pengetahuan. Akal sehat dan cara mencoba-coba mempunyai peran penting dalam usaha manusia menemukan penjelasan mengenai berbagi gejala alam. Ilmu dan filsafat dimulai dengan akal sehat sebab tidak mempunyai landasan lain untuk berpijak. Tiap peradaban betapapun primitifnya mempunyai kumpulan pengetahuan yang berupa akal sehat. Randall dan Buchlar mendefinisikan akal sehat sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan 18 .Sedangkan karakteristik akal sehat, menurut Titus, adalah 1.Karena landasannya yang berakar pada adat dan tradisi maka akal sehat cenderung untuk bersifat kebiasaan dan pengulangan, 2. Karena landasannya yang berakar kurang kuat maka akal sehat cenderung untuk bersifat kabur dan samar, dan 3. Karena kesimpulan yang ditariknya sering berdasarkan asumsi yang tidak dikaji lebih lanjut maka akal sehat lebih merupakan pengetahuan yang tidak teruji 19 . 18 Ibid. 19 Titus., Ibid., hlm., 72. Perkembangan selanjutnya adalah tumbuhnya rasionalisme yang secara kritis mempermasalahkan dasar-dasar pikiran yang bersifat mitos. Menurut Popper, tahapan ini adalah penting dalam sejarah berpikir manusia yang menyebabkan ditinggalkannya tradisi yang bersifat dogmatik yang hanya memperkenankan hidupnya satu doktrin dan digantikan dengan doktrin yang bersifat majemuk yang masing-masing mencoba menemukan kebenaran secara analisis yang bersifat kritis 20 . Pandangan dunia weltanschauung seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya konsepsi dan pengenalannya terhadap kebenaran asy-Syai fil khârij. Kebenaran yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang berkorespondensi dengan dunia luar. Semakin besar pengenalan- nya, semakin luas dan dalam pandangan dunianya. Pandangan dunia yang valid dan argumentatif dapat melesakkan seseorang mencapai titik-kulminasi peradaban dan sebaliknya akan membuatnya terpuruk hingga titik-nadir peradaban. Karena nilai dan kualitas keberadaan manusia sangat bergantung kepada pengenalan manusia terhadap kebenaran 21 . Sebelum berkembangnya filsafat modern, menurut Titus, Smith dan Nolan, tradisi dan faham orang awam, termasuk dianggap sebagai sumber pengetahuan 22 . “Filsafat adalah suatu perkembangan yang agak baru dalam perjuangan manusia yang panjang untuk memahami segi kehidupannya. Pada waktu sekarang juga, hanya sebagian kecil dari manusia yang secara sungguh-sungguh mempunyai pandangan terhadap 20 http:astaqauliyah.com200705 ., Ibid. 21 http:telagahikmah.orgidindex.php?option=com_contenttask=viewid=85Itemid= 1 5102011 22 Titus., Ibid., hlm 188-189 problema -problema kehidupan manusia yang fundamental yang dipikirkan oleh para filosof. Mayoritas yang terbanyak hanya mengikuti pendapat atau kepercayaan yang didasarkan atas tradisi dan adat kebiasaan Kita dilahirkan dalam kelompok-kelompok social yang memilih cara cara tertentu untuk bertindak, merasakan dan berpikir. Kita sadar akan diri kita dan dunia di sekeliling kita. Kita berkenalan dengan orang lain dan mengenal benda-benda melalui pengalaman- pengalaman yang bertambah luas. Kesadarankita mencakup sentuhan, penglihatan, pendengaran, pencicipan dan daya cium. Pada waktu obyek atau hubungan—relation—, kualitas, dan sebagainya dan suara terkumpul dengan melalui asosiasi atauconditioning yang disengaja, kita membentuk kata-kata dan belajar nama benda-benda. Kata-kata dikelompokkan dalam kalimat sentence ketika kita mengetahui bahasa. Kejadian-kejadian kesadaran kita adalah sangat khusus karena tidak ada oranglain yang mengetahui apa yang kita rasakan. Walaupun begitu, kita menganggap bahwa pengalaman-pengalaman oranglain sama dengan pengalaman-pengalaman kita. Jika kita menjadi besar dan mendapatkan pengalaman- pengalaman, kita memperoleh adat kebiasaan, perasaan feeling, pikiran, kepercayaan, dan ingatan-ingatan yang nampaknya dapat diandalkan cara-cara bertindak dan berpikir sebagai tersebut di atas,yang dilakukan oleh anggota-anggota kelompok tanpa rasa ragu-ragu atau mempertanyakan, adalah adat kebiasaan dan tradisiyang cenderung untuk mengikat individu dalam satu jalan. Sering manusia melihat kepada pikiran kelompok untuk membentuk pikirannya sendiri.Cara bertindak dan berpikir, beralih dari suatu generasi ke generasi lain dengan sarana tradisi, meniru dan pengajaran.Cara yang umum untuk memandang kepada sesuatuini biasanya dinamakan paham orang awamcommon sense.Dengan begitu maka common sense adalah istilah yang luas untuk pendapat-pendapat yang dimiliki oleh tiap anggota kelompok” Namun demikian kepercayaan-kepercayaanyang sekarang dipegang teguh: Apakah ada suatu sumber atau beberapa sumber pengetahuan. Dalam pembahasan-pembahasan episitemologi modern biasanya disebutkan empat sumber pengetahuan. a. Pengetahuan bersumber pada kesaksian atau otorititas. Otoritas sebagai sumber pengetahuan mempunyai nilai tetapi jugamengandung bahaya. Kesaksian atau otoritasyang terbuka bagi penyelidikanyang bebas dan jujur tentang kebenarannya adalah suatu sumberyang sah dari pengetahuan 23 b. Pengetahuan bersumber pada persepsi indra. Apa yang dilihat, dengar, sentuh, cium dan cicipi, yakni pengalaman-pengalaman manusia yang kongkrit, membentuk bidang pengetahuan, begitulah pendirian pengikut aliran empirisisme. Empirisisme menekankan kemampuan manusia, untuk persepsi, atau pengamatan, atau apa yang diterima pancaindra dari lingkungan. Pengetahuan itu diperoleh dengan membentuk ide sesuai dengan fakta yang di amati. Dengan ringkas, empirisisme beranggapan bahwa manusia mengetahui apa yang di dapatkan dari pancaindra 24 . c. Pengetahuan bersumber pada akal. Para pemikir menekankan bahwa pikiran atau akal adalah faktor pokok dalam pengetahuan, dinamakan rasionalis. Rasionalisme adalah pandangan bahwa manusiamengetahui apa yang dipikirkan dan bahwa akal mempunyai kemampuan mengungkapkan kebenaran dengan diri sendiri, atau bahwa pengetahuan itu diperoleh dengan membandingkan ide dengan ide. Dengan menekankan kekuatan manusia untuk berpikir dan apa yang diberikan oleh akal kepada pengetahuan, seorang rasionalis, pada hakikatnya, berkata bahwa rasa sense itu sendiri tidak dapat rnemberikan suatu pertimbangan yang koheren dan benar secara universal 25 d. Pengetahuan besumber pada intuisi. Suatu sumber pengetahuan yang mungkin ada adalah intuisi atau pemahaman yang langsung tentang 23 Ibid., hlm., 198 24 Ibid., hlm., 199-200. 25 Ibid., hlm., 201 pengetahuan yang tidak merupakan hasil pemikiran yang sadar atau persepsi rasa yang langsung 26 Selanjutnya Titus, Smith dan Nolan juga membahas sikap antara Barat dan Timur dalam hal pengetahuan. Dimana menurutnya;27 “Barat cenderung untuk menekankan dunia obyektif dari rasa; penekanan ini telah menghasilkan sains dan teknologi dimana Barat menunjukkan keunggulannya. Hal tersebut adalah cara berpikir yang diwarisi dari Yunani. Barat telah menimbulkan filsafat alam yang menunjang serta meranting dalam bermacam-macam sains. Pengetahuan yang dihasilkan digolong - golongkan, dispesialkan dan dipisahkan dan akhirnya condong bersifat empiris dan deskriptif. Jika pengetahuan melampaui dunia rasa, ia menjadi teoritis dan diekspresikan dalam bermacam-macam simbul matematik atau lisan. Pengetahuan harus bersifat demikian, sehingga ia dapat diuraikan dalam istilah-istilah yang bersifat deskriptif empiris atau disampaikan kepada orang lain menurut peraturan logika dan pemeriksaan ilmiah. Pemikir-pemikir Timur lebih mementingkan segi dalam dan watak pribadi dari aku dan realitas yang berada lebih jauh dari dunia empiris.Bagi filosof-filosof Timur, dunia rasa adalah bersifat sementara dan khayalan. Filosof Timur mementingkan segi dalam dari benda-benda dan tidak puasdengan pandangan luar terhadap benda- benda tersebut.Ia tidak hanya ingin melihat tetapi ingin menjadi sesuatu. Ia lebih suka menekan pengetahuan dengan perkenalan knowledge by acquaintance dan lebih bersedia untuk menerima pengalaman dan kesaksian orang-orang dahulu, sejarah dan intuisi yang menurutnya lebih dapat dipercaya. Filsafat adalah a way of life cara hidup, suatu eksperimen dalam hidup. Watak benda-benda harus diungkapkan, bukan dengan kesimpulan logika dari fakta-fakta dunia yang berkeping-keping, tetapi dengan cara pengenalan melalui pengalaman pribadi. Untuk mendapatkan pengenalan atau pandangan-dalam ini, akal jiwa harus dibersihkan dari hambatan- hambatan keinginan-keinginan pribadi dan emosi yang mengganggu. Disiplin dan pengendalian pribadi dan emosi yang mengganggu. Disiplin dan pengendalian diri adalah sangat diperlukan.Disiplin ini bersifat intelektual dan moral, tetapi juga emosional dan fisik”. 26 Ibid., hlm., 204 27 Ibid, hlm., 208-209 Perbedaan persepsi dan sikap serta penekanan antara pandangan Barat dan Timur ini penting diungkapkan. Karena dengan cara itu pulalah maka nantinya akan terlihat konsepsi epistemologi yang ditawarkan Az-Zarnuji, yang jelas berakar pada tradisi Timur Islam.

D. Pokok-Pokok Bahasan Epistemologi