1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Trauma kepala diprediksi akan  menjadi  pembunuh  terbesar  ketiga  di negara  berkembang  pada  tahun  2020. Jumlah  kasus  cedera  kepala  di  Amerika
Serikat  mencapai  1,7  juta  kasus  setiap  tahunnya.  Dari  jumlah  tersebut,  52.000 orang meninggal, dimana 10 meninggal sebelum tiba di rumah sakit. Dari total
pasien  cedera  kepala  yang  sampai  di  rumah  sakit,  80  dikelompokkan  sebagai cedera kepala ringan CKR, 10 cedera kepala sedang CKS, dan 10 cedera
kepala berat CKB CDC, 2010.Di Indonesia data cedera kepala belum tercatat secara  baik,  tetapi  data yang  didapat dari  Rumah  Sakit  Cipto  Mangunkusumo
Jakarta,  dari  total  pasien  rawat  inap,  terdapat  60-70  dengan  CKR,  15-20 CKS,  dan  sekitar  10  dengan  CKB,  sedangkan  angka  kematian  tertinggi
mencapai 35-50 akibat CKB, 5-10 CKS, sedangkan untuk CKR tidak ada yang  meninggal  PERDOSI,  2009. Di  RSUP Sanglah  Denpasar,  insiden  cedera
kepala  pertahun  rata-rata  diatas  2000  kasus,  dimana  30  merupakan  pasien cedera kepala sedang dan berat Register IRD Sanglah, 2011.
Cedera  kepala  sedang  merupakan cedera  kepala  dengan  skala  koma Glasgow  9 – 12 Turner, 1996;Choi, et  al, 1991. Secara  patofisiologi  cedera
kepala  terjadi  akibat  langsung  dari  efek  mekanik  dari  luar  terhadap  otak cedera
2
otak  primer dan  akibat  proses  metabolisme,  hemostasis  ion  sel  otak, hemodinamika intrakranial, compartment CSS yang terjadi setelah traumacedera
otak  sekunder. Gejala  yang  timbul  pada  pasien  cedera  kepala  sedang  mungkin bingung atau somnolen namun tetap mampu untuk mengikuti perintah sederhana.
Pasien  dengan  trauma  kepala  memerlukan  penegakan  diagnosis sedinimungkin deteksi  dini  dari  faktor-faktor  yang  memperburuk  , agar  tindakan dan terapi
yang  tepat,  akurat dan sistematis dapat  segera  dilakukan  supaya  terhindar  dari komplikasi-komplikasi  yang  akan  terjadi  dan  menghasilakan  prognosis  yang
baikArifin, 2002;Golden,et al, 2013; Teuntje,et al, 2011
. Secara  umum, prognosis cedera  kepala  sedangadalah baik,  dimana
sekitar90  penderita menngalami perbaikan.  Walaupun  cedera  kepala  primer tidak dapat dilakukan intervensi lebih jauh namun memiliki prognosis yang lebih
baik dibandingkan dengan cedera kepala sekunder. Oleh karena itu cedera kepala sekunder  memerlukan penilaian  faktor-faktor  yang mempengaruhi  perburukan
dan penanganan  sedini  mungkin untuk  mencegah  kerusakan  lebih  lanjut  dari cedera primernyaThurman,et al, 2003.
Beberapa  faktor  yang  mempengaruhi  hasil outcome penderita  cedera kepala  dapat  diukur  menggunakan Glasgow  Outcome  Scale  Extended GOSE
yang  terbagi  dalam  delapan  kategori,  yaitu  mati, vegetative  state,  lower  severe disability,  upper  severe  disability,  lower  moderate  disability,  upper  moderate
disability,  lower  good  recovery, dan upper  good  recovery. Hasil outcome ini dipengaruhi oleh banyak indikator diantaranya adalah indikator demografi Usia ,
jenis kelamin, indikatorklinis GCS awal, reflex pupil, faktor ekstrakranial seperti
3
hipotensi,  hipoksia,  gangguan  faal  hemostasis,  waktu  operasi,  lama  perawatan, serta indikator  lain yang berdasarkan  karakteristik Computerized  Tomography
Scanhematom  epidural, hematom subdural,  pendarahan subarachnoid  traumatik, brain  swelling, deviasi mid  line  shif Chantal,et  al,  2005.Kombinasi  faktor-
faktor  prognostik ini akan  memberikan  dasar  yang  kuat  untuk  memperkirakan probabilitas  dari  kategori  GOSE Glascow  Outcome  Scale Extendedyang
dikategorikan  menjadi unfavorable dan favorable pada  pasien-pasien  cedera kepala sedang dalam 3 bulan follow up Gordon,et al, 2007.
Sampai Saat ini sistem skoring untuk menentukan penilaian prognosis dari pasien  cedera  kepala  sedang  belum  ada,  sehingga  kami  tertarik  untuk meneliti
faktor-faktor  risiko  yang  mempengaruhi  prognostik  dan outcomepada  pasien cedera kepala sedang.
1.2. Rumusan Masalah