14 sanggup  merusak  struktur  parenkim  otak  yang  terlindung  begitu  kuat
oleh tulang dan cairan otak yang begitu kompak. 3. Edema Cerebri
Edema cerebri  terjadi karena gangguan vaskuler akibat trauma kepala. Pada  edema  cerebri  tidak  tampak  adanya  kerusakan  parenkim  otak
namun  terlihat  pendorongan  hebat  pada  daerah  yang  mengalami edema. Edema otak bilateral lebih disebabkan karena episode hipoksia
yang umumnya dikarenakan adanya renjatan hipovolemik. 4. Iskemia cerebri
Iskemia  cerebri  terjadi  karena  suplai  aliran  darah  ke  bagian  otak berkurang  atau  berhenti.  Kejadian  iskemia  cerebri  berlangsung  lama
kronik  progresif  dan  disebabkan  karena  penyakit  degenerative pembuluh darah otak
2.1.5. Patofisiologi Cedera Kepala Mekanisme cedera otak  primer setelah trauma.
Cedera  primer bisa  berhubungan  dengan  koma  yang  berkepanjangan  dan mempengaruhi  respon  motorik  sebagai  degenerasi subcortical  matter yang
tersebar,  yang  biasanya  disebut  sebagai diffused  axonal  injury    DAI  .  Setelah beberapa  minggu  setelah  injuri  axon  dan  degenerasi wallerian  dari fiber  tracts
maka  akan  terbentuk  sekelompok  neuroglia.  Secara  klinis  DAI  diperkirakan terjadi karena trauma luas berupa mild concussion dimana tidak ada lesi struktural
15 yang  bisa  ditunjukkan  dan  bisa  terjadi  penyembuhan  total  secara  klinis, koma
yang berkepanjangan, bahkan  kematian Andrews
et al, 2002
. Cedera  otak  primer  tidak  dapat  menjelaskan  terjadinya  deteriorasi
dibandingkan  dengan  cedera  otak  sekunder  yaitu  proses  seluler  dan  biokimiawi yang  kompleks  yang  terjadi  dalam  beberapa  menit sampai  beberapa  hari  setelah
traumaJesset al, 2000.
Gambar 02.  Neuronal damage Paragon SC, 2008
Pada  kondisi  cedera  yang  mengalami  robekan  shear-force,  maka  dapat terjadi Diffuse  Axonal  Injury DAI  secara  menyeluruh  yang  merusak  serat-serat
axonal dan selaput myelin. Dan gambaran ini nampak dalam CT scan kepala dan
16 gambaran histopatologis dalam bentuk petechiae dalam substansia alba. Selain itu
dapat  pula  terjadi contusio otak,  hematoma  subdural,  epidural,  intracerebral dan perdarahan subarachnoidAndrewset al,2002.
Kerusakan  pada  cedera  kepala  dapat  berupa  fokal  lesi  maupun diffuse, terletak  pada  area  spesifik  atau  tersebar. Diffuse  injury sedikit  terlihat  pada
gambaran neuroimaging
namun  akan  tampak  jelas  pada  pemeriksaan histopatologis  post  mortem  secara  mikroskopis.  Dimana  tipe  dari diffuse  injury
dapat berupa concusion atau diffuse axonal injury.  Lesi fokal biasa berhubungan dengan  fungsi  dari  kerusakan  area  yang  terjadi,  manifestasi  berupa  gejala
hemiparesis atau aphasia. Gambaran fokal lesi  yang dapat terlihat pada CT Scan berupaLaserasi Cerebri, Contusio Cerebri bila darah bercampur dengan jaringan
otak,  Intrakranial hemoragik bila darah tidak bercampur dengan jaringan otak. Lesi  intra  axial  berupa Intracerebral  hemoragik,  dimana  perdarahan  terjadi  pada
jaringan  otak  itu  sendiri.  Sedangkan  yang  termasuk  lesi  extra-axial  berupa Epidural Hematomeperdarahan antara skull dan duramater, Subdural Hematome
perdarahan antara duramater dengan arachnoid mater, Subarachnoid Hemoragik perdarahan  antara  arachnoid  membrane  dengan  piamater  dan  Intraventrikuler
Hemoragik  perdarahan  didalam  ventrikel  Franco et  al, 2000; Andrewset  al, 2002.
Mekanisme cedera otak sekunder setelah trauma.
Cedera sekunder meliputi kerusakan blood-brain  barier, pelepasan  faktor inflamasi, kelebihan radikal bebas, pelepasan neurotransmitter  glutamate,  influks
17 ion  calsium  dan  sodium  kedalam  neuron,  dimana  menyebabkan  disfungsi  dari
mitokondriaJess et al, 2000. Cedera  otak  bisa  berawal  dari  perkembangan  hematom  pada  intrakranial,
edema otak, peningkatan tekanan intrakranial, dan iskemia, dan semua hal di atas bisa  diperburuk  oleh  kondisi  hipoksia  yang  sistemik,  hipotensi,  atau  pyrexia.
Faktor  lainnya  pada  cedera  otak  sekunder  yaitu  terjadi  perubahan  pada  aliran darah  ke  otak,  iskemiakarena insufisiensi  blood  flow,  hipoksia  serebri
Insufisiensi  oksigen  dalam  otak,  edema  serebriswelling  dari  otak,  dan peningkatan tekanan intrakranial. Peningkatan tekanan intrakranial mungkin hasil
dari swelling atau  pendesakan  masssa  dari  lesi,  seperti hemoragik.  Sebagai akibatnya terjadi penurunan tekanan perfusi serebral dimana dapat menimbulkan
terjadinya  iskhemik  biasanya  berlangsung  dalam  24  jam  paska  trauma.  Ketika tekanan antara tulang meningkat sangat tinggi, itu dapat menyebabkan terjadinya
kematian batang otak atau herniasi batang otakManleyet al, 2001; Robert, 2003; Moppett, 2007
18
Gambar 03. Patofisiololgi Cedera Kepala Sekunder.
2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Outcome
Banyak  sekali  studi  yang  meneliti  faktor  faktor  yang  mempengaruhi outcome,  di  antaranya:  Umur,  Skor  GCS, Reflek  Pupil,  skor  hipoksia,  hipotensi,
klasifikasi  CT  Scan,  dan  Perdarahan  Sub  arachnoid Murray et  al,  2007; Hukkelhoven et  al, 2005;
Jennett et  al, 1976;  Choi et  al,  1991;Signorini et  al, 1999; Braakman et al, 1980; Quigley etal, 1997; Stablein et al, 1980; Lannoo et
al,  2000;Young et  al,  1981;  Narayan et  al,  1981;  Fearnside et  al,1993;  Schaan etal, 2002; Barlow et al, 1984; Andrewset al, 2002; Chantal et al, 2005
.