Tahap- tahap Penelitian Desain Penelitian

59 Ema Rahmawati, 2014 Model Pendidikan ‘Aqīdaħ di Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al- Ihsan Baleendah Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu berkembang ditinjau dari fisik dan psikisnya. Contoh lain untuk pendidikan misalnya perkembangan kurikulum dari waktu ke waktu, kecenderungan perkembangan metode mengajar dalam satu kurikulum waktu, perkembangan untuk tingkat kecanggihan termometer, perkembangan alat peraga tampak dengar audio visual, dan sebagainya Suharsimi Arikunto, 2009: 235. Penelitian tindak lanjut merupakan lanjutan dari penelitian perkembangan dengan metode alur panjang lagi. Penelitian tindak lanjut tidak berhenti pada satu seri runutan pengukuran tetapi peneliti masih terus melakukan pelacakan untuk kejadian yang menjadi tindak lanjutnya Suharsimi Arikunto, 2009: 240. Penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan dalam rekaman, baik gambar, suara, tulisan, atau lain-lain. Bentuk rekaman biasa dikenal dengan penelitian analisis dokumen atau analisis isi. Dengan analisis ini peneliti bekerja secara objektif dan sistematis untuk mendefinisikan isi bahan komunikasi melalui pendekatan kuantitatif. Contoh penelitian isi yang berkaitan dengan pendidikan adalah: penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui seberapa banyak materi psikologi digunakan dalam buku-buku metodologi pengajaran. Dengan penemuannya ini peneliti bermaksud untuk mengetahui sudah seberapa banyak ahli kurikulum telah memanfaatkan ilmu jiwa di dalam kegiatan pendidikan di sekolah atau seberapa banyak subjek didik di sekolah telah diperlukan sebagaimana manusia seutuhnya Suharsimi Arikunto, 2009: 244.

3. Tahap- tahap Penelitian

Tahap- tahap yang dilakukan peneliti untuk mengungkap penelitian meliputi 3 hal: a Studi Pendahuluan b Pengumpulan Data c Analisis Data a Studi Pendahuluan Langkah pertama yang dilakukan peneliti yaitu tahap orientasi. Dimaksudkan untuk memperoleh gambaran lengkap dan jelas tentang kondisi MTS Al Ihsan Baleendah, sehingga memudahkan peneliti dalam menemukan data. Menurut Basrowi dan Suwandi 2008: 85 pada tahap ini ada beberapa hal 60 Ema Rahmawati, 2014 Model Pendidikan ‘Aqīdaħ di Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al- Ihsan Baleendah Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu yang dilakukan, pertama menyusun rancangan penelitian yaitu menyusun latar belakang masalah, alasan pelaksanaan penelitian, dan kajian kepustakaan, memilih lapangan atau setting penelitian, menentukan jadwal penelitian, memilih alat penelitian, merancang pengumpulan data, analisis data, peralatan dan pengecekan kebenaran data. Setelah itu, memlilih lapangan fokus penelitian. Pemilihan lapangan penelitian diarahkan oleh teori substantive yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis kerja walaupun masih bersifat tentative. Kemudian mengurus perizinan. Pertama-tama yang perlu diketahui oleh peneliti ialah siapa saja yang berkuasa dan berwenang memberikan izin bagi pelaksanaan penelitian. Dilanjutkan dengan menjajaki dan menilai keadaan lapangan. Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana dengan baik apabila peneliti telah membaca terlebih dahulu dari kepustakaan atau mengetahuinya dari orang dalam mengenai situasi dan kondisi daerah tempat penelitian akan dilakukan. Hal penting lainnya yaitu memilih dan memanfaatkan informan. Sebagaimana dijelaskan Basrowi dan Suwandi 2008: 87 bahwa pemanfaatan informan bagi penelitian ialah agar dalam waktu yang relatif singkat banyak informasi yang terjangkau. Selain itu menyiapkan perlengkapan penelitian harus dipersiapkan oleh peneliti antara lain: perlengkapan fisik, surat izin mengadakan penelitian, kontak dengan daerah yang menjadi latar penelitian, pengaturan perjalanan, dan perlengkapan pendukung yang dibutuhkan. Langkah kedua dalam studi penelitian ini yaitu tahap eksplorasi. Dalam tahap ini, peneliti membangun suatu keakraban dengan responden. Sebagai realisasi dari membangun keakraban ini, peneliti melakukan silaturahmi dengan Kepala MTS Al Ihsan dan guru-guru yang lain yaitu pada tanggal 16 Juli 2013. Karena kebetulan pada hari itu sedang dilaksanakan Masa Orientasi Peserta didik, sehingga KBM pun belum berlangsung. Dalam silaturahmi ini, peneliti mengemukakan maksud dan tujuan kedatangan sekaligus menanyakan pihak- pihak terkait yang bisa dihubungi untuk melakukan wawancara dan memperoleh data. b Pengumpulan Data 61 Ema Rahmawati, 2014 Model Pendidikan ‘Aqīdaħ di Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al- Ihsan Baleendah Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dalam tahap pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu membuat instrumen penelitian terkait dengan tujuan, proses, substansi materi, proses pembelajaran dan cara evaluasi pendidikan ‘aqīdaħ di MTS Ponpes Modern Al Ihsan Baleendah. Selain itu cara yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data pun, dilakukan dengan semaksimal mungkin. Menurut Sugiyono 2011: 193, terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu: Kualitas instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Menurut Sugiyono 2011: 193 bahwa pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah natural setting, pada laboratorium dengan metode eksperimen, di sekolah dengan tenaga pendidikan dan kependidikan, di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain. Menurut Sugiyono 2011 : 193 bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi pengamatan, interview wawancara, kuesioner angket, dokumentasi dan gabungan keempatnya Sugiyono, 2011 : 194. 62 Ema Rahmawati, 2014 Model Pendidikan ‘Aqīdaħ di Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al- Ihsan Baleendah Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu  Observasi Observasi yang dilakukan peneliti dimulai pada tanggal 16 Juli sampai dengan tanggal 7 September 2013. Nasution 1988 menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda yang sangat kecil maupun yang sangat jauh dapat diobservasi dengan jelas. Sutrisno Hadi 1986 dalam Sugiyono 2011 : 203 mengemukakan bahwa : Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi yang dilakukan peneliti di MTS AL Ihsan ini yaitu menggunakan observasi terus terang dan tersamar. Dalam hal ini, Sanafiah Faisal 1990 dalam Sugiyono 2011: 310 mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi participant observation, observasi yang secara terang- terangan dan tersamar overt observation dan covert observation, dan observasi yang tak berstruktur unstructured observation. Selanjutnya Spradley, dalam Susan Stainback 1988 membagi observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu pasive participation, moderate participation, active participation, dan complete participation.  Observasi partisipatif Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka 63 Ema Rahmawati, 2014 Model Pendidikan ‘Aqīdaħ di Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al- Ihsan Baleendah Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak Sugiyono, 2011: 310. Susan Stainback 1988 d alam Sugiyono 2011: 311 menyatakan “In participant observation, the researcher observes what people do, listen to what they say, and participates in their activities ”. Dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. Seperti telah dikemukakan bahwa observasi ini dapat digolongkan menjadi empat, yaitu partisipasi pasif, partisipasi moderat, observasi yang terus terang dan tersamar, dan observasi yang lengkap. Partisipasi pasif pasive participation: means the research is present at the scene of action but does not interact or participate. Jadi dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut Sugiyono, 2011: 312. Partisipasi moderat moderate participation: means that the researcher maintains a balance between being insider and being outsider. Dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar.Peneliti dalam mengumpulkan data ikut obervasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya Sugiyono, 2011: 312. Partisipasi aktif active participation: means that the researcher generally does what others in the setting do. Dalam observasi ini peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap Sugiyono, 2011: 312. Partisipasi lengkap complete participation: means the researcher is a natural participant. This is the highest level of involvement. Dalam melakukan pengumpulandata, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data. Jadi, suasananya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. Hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti Sugiyono, 2011: 312.  Observasi terus terang atau tersamar 64 Ema Rahmawati, 2014 Model Pendidikan ‘Aqīdaħ di Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al- Ihsan Baleendah Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti, tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi Sugiyono, 2011: 312.  Observasi tak berstruktur Observasi dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak berstruktur karena fokus penelitian belum jelas. Fokus observasi akan berkembang selama kegiatan observasi berlangsung. Kalau masalah penelitian sudah jelas seperti dalam penelitian kuantitatif, maka observasi dapat dilakukan secara berstruktur dengan menggunakan pedoman observasi. Menurut Sugiyono 2011: 313, observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan. Dalam suatu pameran produk industri dari berbagai negara misalnya, peneliti belum tahu pasti apa yang akan diamati. Oleh karena itu peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat apa yang tertarik, melakukan analisis dan kemudian dibuat kesimpulan. Atau mungkin peneliti akan melakukan penelitian pada lembaga pendidikan asing yang belum dikenalnya, maka peneliti akan melakukan observasi tidak terstruktur.  Interview wawancara Peneliti melakukan wawancara kepada 4 responden, yaitu kepada Direktur KMI, Kepala MTS, Guru ‘aqīdaħ dan peserta didik kelas 7. Wawancara ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga 65 Ema Rahmawati, 2014 Model Pendidikan ‘Aqīdaħ di Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al- Ihsan Baleendah Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi. Sutrisno Hadi 1986 dalam Basrowi dan Suwandi 2008: 141 mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode interview adalah subjek responden adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri, apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya, dan interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti. Sebelum melakukan wawancara, peneliti membuat pedoman wawancara terlebih dahulu. Sejalan dengan itu, menurut Bogdan dan Biklen 1985 dalam Basrowi dan Suwandi 2008: 142: Pedoman wawancara dan petunjuk pengamatan pada umumnya memberikan kesempatan timbulnya respon terbuka dan cukup luwes bagi pengamat atau pewawancara untuk memperhatikan dan mengumpulkan data mengenai dimensi-dimensi topic yang tak terduga-duga. Dalam wawancara dan pengamatan terdapat proses triangulasi data. Proses ini dilakukan untuk menjamin diperolehnya standar kepercayaan. Untuk itu cara yang ditempuh ialah melakukan pengecekan data cek, cek ulang, dan cek silang. Mengecek berarti melakukan wawancara kepada dua atau lebih sumber informasi dengan pertanyaan yang sama. Cek ulang berarti, melakukan proses wawancara secara berulang dengan mengajukan pertanyaan yang sama kepada informan yang sama dalam waktu yang berlainan. Sedangkan mengecek silang berarti menggali keterangan tentang keadaan informan satu dengan yang lain. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka face to face maupun dengan menggunakan telepon.  Wawancara terstruktur 66 Ema Rahmawati, 2014 Model Pendidikan ‘Aqīdaħ di Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al- Ihsan Baleendah Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur kepada responden nya. Adapun yang pertama kali di wawancara adalah Direktur KMI Al Ihsan. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan- pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. Supaya setiap pewawancara mempunyai keterampilan yang sama, maka diperlukan training kepada calon pewawancara. Menurut Sugiyono 2011: 319 dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur, dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.  Wawancara tidak terstruktur Menurut Sugiyono 2011: 320, wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara tidak terstruktur atau terbuka sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau malahan untuk penelitian yang lebih mendalam tentang responden. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada objek, sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti. Untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang lengkap, maka peneliti perlu melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang mewakili berbagai tingkatan yang ada dalam objek 67 Ema Rahmawati, 2014 Model Pendidikan ‘Aqīdaħ di Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al- Ihsan Baleendah Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang responden, maka peneliti dapat juga menggunakan wawancara tidak terstruktur. Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada suatu tujuan. Dalam melakukan wawancara peneliti dapat menggunakan cara “berputar-putar baru menukik” artinya pada awal wawancara, yang dibicarakan adalah hal-hal yang tidak terkait dengan tujuan, dan bila sudah terbuka kesempatan untuk menanyakan sesuatu yang menjadi tujuan, maka segera ditanyakan Sugiyono, 2011: 321. Wawancara baik yang dilakukan dengan face to face maupun yang menggunakan pesawat telepon, akan selalu terjadi kontak pribadi, oleh karena itu pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan di mana harus melakukan wawancara. Bila responden yang akan diwawancarai telah ditentukan orangnya, maka sebaiknya sebelum melakukan wawancara, pewawancara minta waktu terlebih dahulu, kapan dan di mana bisa melakukan wawancara. Dengan cara ini, maka suasana wawancara akan lebih baik, sehingga data yang diperoleh akan lebih lengkap dan valid Sugiyono, 2011: 321.  Dokumen Saat penelitian di MTS Al Ihsan, peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa dokumen. Dokumen ini adalah salah satu instrumen yang tak kalah pentingnya dengan wawancara dan observasi. Menurut Sugiyono 2011: 329 Dokumen merupakan: Catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumentaldari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan life histories, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain- lain.dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. 68 Ema Rahmawati, 2014 Model Pendidikan ‘Aqīdaħ di Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al- Ihsan Baleendah Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi Sugiyono, 2011: 329. c Analisis Data Dalam penelitian kualitatif data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data bermacam-macam dan dilakukan secara terus menerus sampai titik jenuh jawaban yang dibutuhkan. Sebagaimana Sugiyono 2012: 244 menjelaskan bahwa : Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Dalam proses analisa data, peneliti melakukannya dengan mengikuti sebagaimana apa yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman Sugiyono, 2012: 244 menjelaskan bahwa: Aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion. Setelah peneliti melakukan pengumpulan data, maka peneliti melakukan anticipatory reduksi data.

1. Reduksi Data