Tingkat Status Gizi Santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqqien Parung Pada Bulan Agustus Tahun 2010

(1)

TSANAWIYAH PONDOK PESANTREN DARUL

MUTTAQIEN PARUNG-BOGOR PADA BULAN AGUSTUS

TAHUN 2010

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu sarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

Nunung Irmawaty Sirfefa

NIM : 107103003825

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2010/1431


(2)

ii Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Penelitian ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperooleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam pennuulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakulatas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 4 Oktober 2010


(3)

iii

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhhi Pesrsyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh

Nunung Irmawaty Sirfefa

NIM: 107103003825

Pembimbing

Dr Ayat Rahayu, SpRad,M.kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UINIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1431 H/ 2010 M


(4)

iv

Laporan Penelitian berjudul TINGKAT STATUS GIZI SANTRIWATI MADRASAH TSANAWIYAH PONDOK PESANTREN DARUL MUTTAQIEN PARUNG-BOGOR PADA BULAN AGUSTUS TAHUN 2010 yang diajukan oleh Rosalia Oktaviani (NIM: 107103001763), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 7 Oktober 2010. Laporan Penelitian ini telah doterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.


(5)

v

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Adapun juduk yang penulis pilih untuk penelitian ini adalah “Tingkat Status Gizi Santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqqien Parung Pada Bulan Agustus Tahun 2010”

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis telah mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang dimiliki. Namun tetap ada hambatan an kendala yang harus dilewati. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, penulis menghaturkan ucapan terimakasih dan penghargaan kepada:

1. Ibunda Nuriati Kaembo, dan Ayahanda Arifin Sirfefa yang selalu memberikan motivasi dan dukungan baik moril dan meteriil, serta doa yang tiada henti untuk penulis. Terimakasih sedalam-dalamnya terhadap kasih saying kedua orang tua yang diberikan kepada penulis, yang tidak dapat tertuliskan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

2. Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjuddin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.RM, selaku ketua Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. dr. Ayat Rahayu, Sp.Rad, M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu, menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis dari awal sampai akhir penelitian ini.

5. dr. Erfira, SpM, selaku penguji yang telah memberikan penilaian serta pembenaran pada penelitian ini.

6. Bapak, Ibu dosen dan segenap Civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis.

7. Adikku tersayang, Didid irmawan Sirfefa dan Jae Khoirun Sirfefa yang telah memberikan dukungan dan doa setiap saat.


(6)

vi

9. Teman-teman seperjuangan penelitian, Rosalia Oktaviani, Usep Saepul Imam, Ryan Tresna Putra, Samsul Arifin, M. Jauharil Wafi dan Yusuf Briliant.

10.Emilia Sari yang telah membantu penulis dalam menganalisa penelitian ini. 11.Teman-teman dan pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih ada kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun bagi penulis. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 4 Oktober 2010


(7)

vii Parung-Bogor Pada Bulan Agustus Tahun 2010

ABSTRAK

Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya manusia. Dan keadaan gizi seseorang dapat terlihat dengan mengetahui Status gizi. Salah satu kelompok yang rentan terhadap masalah gizi adalah remaja. Dan berkaitan dengan hal tersebut, pondok pesantren merupakan salah satu tempat dimana keberadaan remaja yang menjadi santri khususnya santriwati belum banyak diperhatikan terutama masalah kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat status gizi santriwati Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung-Bogor pada tahun 2010. Didalamnya akan dibahas karakteristik santriwati mengenai usia, asal propinsi, kelas, dan lama tinggal di Pondok Pesantren serta keadaan status gizi berdasarkan BB/U, TB/U, dan BB/TB. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung-Bogor pada Bulan Agustus Tahun 2010. Sedangkan yang menjadi sampel adalah santriwati Madrasah Tsanawiyah Sejumlah 120 orang. Penelitian ini adalah deskriptif dengan metode simple random sampling. Pengumpulan data secara kuesioner. Data akan di analisa dengan SPSS versi 16,0. Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa berdasarkan BB/U 59,20% responden memiliki status gizi yang baik. Sedangkan berdasarkan TB/U 81,7% memiliki status gizi yang baik. Berdasarkan BB/TB terdapat 40,0% santri dengan status gizi baik.

Kata Kunci : Status gizi, Santriwati, Pondok Pesantren, BB/U, TB/U, BB/TB

Nunung Irmawaty Sirfefa Deapartmen of Medicine


(8)

viii ABSTRACT

Nutrition was one of main determinat of human resources quality. And this can be showed with nutrition status. One of group whom susceptible with nutrition problem were adolescents. And related that problem, Boarding school is one of place where many adolescent who become student (Santri) especially female student (Santriwati) susceptible with this problem. The aim of this study was to know nutrition status in female student (Santriwati) of Islamic Senior High School of Darul Muttaqien Boarding School Parung-Bogor in August 2010. In this study will be explained about characteristic of female student (santriwati) such as age, provincial area, class, and time of they have lived in the Boarding School. This study also will explain the nutrition status with parameter of weight for age, stature for age, and weight for stature. The research is quantitative study with 120 samples from population of female student (santriwati) in Islamic Junior High School of Darul Muttaqien Boarding School, randomized by simple random sampling method. The research used by this study is descriptive method. Data collected by a questionnaire filled by respondent and measured by researcher. Data analyzed by a SPSS (statistic Package for Sosial Science) 16.0 version.

The research find that 59,0% respondents have good nutrition status by weight for age percentile. 81,7% respondents have good nutrition status by stature for age percentile. 40,00% respondents have good nutrition status by Weight for statur percentile.

Key word : Nutrion status, santriwati, boarding school, weight for age, stature for age, weight for stature


(9)

ix

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……… iii

LEMBAR PENGESAHAN……….. iv

KATA PENGANTAR………... v

ABSTRAK……….. vii

ABSTRACT……… viii

DAFTAR ISI……….. ix

DAFTAR TABEL………... x

DAFTAR GAMBAR………... xii

DAFTAR LAMPIRAN………. xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang……… 1

1.2Rumusan Masalah………... 3

1.3Tujuan Penelitian……… 3

1.4Manfaat Penelitian………. 3

1.5Ruang Lingkup Penelitian ………. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Status Gizi………. 5

2.1.2 Karbohidrat………..………. 8

2.1.3 Protein………..………. 10

2.1.4 Lipid………..……… 12

2.1.5 Vitamin………..……… 13

2.1.6. Angka Kecukupan Gizi……… 14

2.1.7. Cara Memenuhi Angka Kecukupan Gizi………. 15

2.1.8. Masalah Gizi Indonesia ……… 15

2.1.9. Antropomettri Gizi ………... 17

2.2 Kerangka Konsep……… 28

2.3 Definisi Operasional……… 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian………. 30

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian………. 30

3.3 Populasi dan Sampel ……….. 30

3.4 Cara Pengambilan Data……….. 32

3.5 Managemen Data……… 33

3.6 Analisis Data………... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil……… 36

4.2 Pembahasan……… 45

BAB V RINGKASAN DAN SARAN 5.1 Ringkasan……….. 47

5.2 Saran……….. 47

DAFTAR PUSTAKA……… 49


(10)

x

Tabel 2.1 Daftar Komposisi Bahan Makanan Mengandung Karbohidrat……… 10

Tabel 2.2 Kandungan Protein Dalam Makanan………. 12

Tabel 2.3 Angka Kecukupan Protein Menurut Kelompok Umur……….. 12

Tabel 2.4 Angka Kecukupan Protein Yang di Anjurkan……….. 13

Tabel 2.5 Nilai Lemak Berbagai Bahan Makanan……… 14

Tabel 2.6 Jumlah Kebutuhan Vitamin Harian……… 15

Tabel 2.7 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan BB/U………. 25

Tabel 2.8 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan TB/U………. 26

Tabel 2.9 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan BB/TB……….. 27

Tabel 2.10 Definisi Operasional……… 32

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan umur……… 25

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Asal Propinsi……….. 26

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelas Pendidikan……….. 28

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Tinggal di Pesantren…... 43

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Berdasarkan BB/U……….. 44

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Berdasarkan TB/U………... 44

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Berdasarkan BB/TB……… 45

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Berdasarkan Asal Propinsi dengan BB/U………. 46

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Berdasarkan Asal Propinsi dengan TB/U……….. 47

Tabel4.10 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Berdasarkan Asal Propinsi dengan BB/U……….. 48

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Berdasarkan Lama Tinggal di Pesantren dengan BB/U……… 49


(11)

xi

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Berdasarkan Lama Tinggal di Pesantren dengan BB/TB……… 50


(12)

xii


(13)

xiii

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian……….. 42 Lampiran 2 Hasil Analisis Univariat………. …… 44 Lampiran 3 Daftar Riwayat Hidup ………... 58


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Berdasarkan peringkat HDI {Human Development Index), tentang Status Gizi Indonesia berada pada urutan 109 dari 174 negara, jauh di bawah negara ASEAN lainnya seperti Malaysia (peringkat 56), Filipina (77), Thailand (67), apalagi bila dibandingkan dengan negara Singapura (22) serta Brunei (25). Faktor-faktor yang menjadi penentu HDI yang dikembangkan oleh UNDP (United Nations Development Program) adalah pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Ketiga faktor tersebut sangat berkaitan dengan status gizi masyarakat (Muhilal, 2001). Rendahnya HDI dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk Indonesia, yang dapat ditunjukkan dengan masih tingginya angka kematian bayi sebesar 35 per seribu kelahiran hidup, dan angka kematian balita sebesar 58 per seribu serta angka kematian ibu sebesar 307 per seratus ribu kelahiran hidup (UNDP, 2001).

Salah satu masalah kesehatan yang dihadapi Indonesia adalah rendahnya status gizi masyarakat (DEPKES 2008). Hal ini mudah dilihat, misalnya dari berbagai masalah gizi, seperti kurang gizi, anemia gizi besi, gangguan akibat kekurangan yodium, dan kurang vitamin A (Husaini, 2006). Rendahnya status gizi jelas berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu status gizi mempengaruhi kecerdasan, daya tahan tubuh terhadap penyakit, kematian bayi, kematian ibu, dan produktivitas kerja.

Sebenarnya masalah gizi pada hakekatnya adalah masalah kesehatan, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait. Masalah gizi pun mendapat perhatian besar di Indonesia, namun sampai saat ini belum mendapatkan penyelesaian yang pasti. Dan dibalik status gizi ini, balita, anak-anak dan remaja merupakan usia yang sering menderita penyakit yang berkaitan dengan gizi. (Nyoman Supariasa,2002) Disebabkan karena terkadang anak-anak dan remaja tidak pernah memperhatikan pola makan, jenis makanan yang bergizi dan cukup untuk mereka


(15)

konsumsi. Karena pada masa-masa ini mereka lebih memilih bermain di bandingkan memikirkan pola makan yang sebenarnya penting di masa yang akan datang. Oleh karena itu peran orang tuapun dibutuhkan. Namun, saat anak-anak jauh dari orang tua, pola makan, makanan yang cukup jadwal makanan yang seharusnya sudah diterapkan di rumah, tidak lagi terkontrol. Contohnya saat anak- anak di sekolahkan ke pondok pesantren. Anak-anak akan jauh dari pengawasan orang tua.

Pondok Pesantren pada awal diberdirikan dengan pengertian yang sederhana, yaitu tempat pendidikan para santri dan santriwati untuk mempelajari pengetahuan agama Islam di bawah bimbingan seorang Guru/Ustadz/Kyai, dengan tujuan untuk menyiapkan santri dan santriwati agar dapat menguasai Ilmu Agama Islam sehingga dapat memperbanyak jumlah kader dakwah Islamaiyahnya. Oleh karena itu pesantren merupakan tempat untuk mendidik agar santri dan santriwati menjadi orang yang bertaqwa, berakhlak mulia serta memiliki kecerdasan yang tinggi (Hasan, 2005).

Santri dan santriwati yang berada di Pondok Pesantren merupakan anak didik yang pada dasarnya sama saja dengan anak didik di sekolah-sekolah umum yang harus berkembang dan merupakan sumber daya yang menjadi generasi penerus pembangunan yang perlu mendapat perhatian khusus terutama kesehatan dan pertumbuhannya. Permasalahan kesehatan yang dihadapi santri-santripun tidak berbeda dengan permasalahan yang dihadapi anak sekolah umum. Bahkan bagi santri yang mondok akan bertambah lagi dengan masalah kesehatan lingkungan yang ada di pondok yang mereka tempati. Seperti yang kita ketahui masalah kesehatan yang sering terdengar di pondok pesantren adalah masalah penyakit kulit dan gizi. (Hasan 2005). Oleh karena itu, pondok pesantren seharusnya mendapatkan pemantauan yang lebih ketat terhadap status gizi para santri.

Berdasarkan hal diatas, maka perlu diadakannya penelitian kepada para santriwati untuk mengetahui status gizi mereka. Oleh karena itu penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul "Status Gizi Santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor Pada Tahun 2010." Dari penelitian ini dapat terlihat gambaran status gizi para santriwati yang baru masuk ataupun yang sudah tinggal lama di pesantren.


(16)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengambil rumusan masalah sebagai berikut, Bagaimana status gizi santriwati Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqien Parung Bogor pada tahun 2010?

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum :

Untuk mengetahui status gizi santriwati di Madrasah Tsanawiyah Darul Mutaqien Parung Bogor pada tahun 2010.

1.3.2 Tujuan Khusus :

Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah:

 Mengetahui Karakteristik (usia, asal propinsi, kelas dan lama di pesantren) santriwati Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqien Parung Bogor pada tahun 2010.

 Mengetahui status gizi santriwati Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqien Parung Bogor pada tahun 2010 berdasarkan Berat Badan terhadap Umur (BB/U).

 Mengetahui status gizi santriwati Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqien Parung Bogor pada tahun 2010 berdasarkan Tinggi Badan terhadap Umur (TB/U).

 Mengetahui status gizi santriwati Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqien Parung Bogor pada tahun 2010 berdasarkan Berat Badan terhadap Tinggi Badan (BB/TB).

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian tentang Tingkat Status Gizi Santriwati Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung-Bogor pada bulan Agustus tahun 2010 ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:


(17)

 Sebagai gambaran bagi instansi mengenai tingkat status gizi santriwati Madrasah Tsanawiyah pada bulan Agustus tahun 2010.

 Menjadikan sebuah wacana untuk lebih ditingkatkannya pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya gizi serta pengaruh pola makan tentang status gizi, sehingga bisa mencegah munculnya masalah gizi kurang atau gizi lebih. 1.4.2 Peneliti dan Penelitian Selanjutnya

 Sebagai prasyarat untuk menempuh jenjang pendidikan klinik Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

 Sebagai bahan kajian atau awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap tingkat status gizi santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung pada bulan Agustus tahun 2010.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan agustus 2010 terhadap santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien. Dengan kuesioner yang diisi langsung oleh santriwati dan dengan melakukan pengukuran pada berat badan dan tinggi badan santriwati. Desain studi yang digunakan adalah deskriptif dengan tujuan penelitian untuk mengetahui status gizi santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung pada tahun 2010.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Status Gizi

2.1.1.1 Deflnisi Status Gizi dan Gizi

Status gizi (Nutrition Status) adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk Variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Contoh; Gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh. Pengertian lain tentang status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat- zat gizi dibedakan antara status gizi buruk , kurang baik dan lebih (Sunita Almatsier,2004).

Pengertian lain tentang status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat gizi yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri (Sunita Almatsier, 2001). Sedangkan menurut Beck (1993) status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan dan keseimbangan antara masukan nutrien.

Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yakni untuk menyediakan energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Tetapi, sekarang gizi mempunyai pengertian lebih luas, disamping untuk kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang, karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktivitas kerja. Oleh karena itu, di Indonesia yang sekarang sedang membangun, faktor gizi disamping faktor-faktor lain dianggap sedang membangun, faktor gizi disamping faktor-faktor lain dianggap penting untuk memacu pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan pembangunan sumber daya manusia berkualitas.


(19)

2.1.1.2Ruang lingkup Gizi

Bila dikaji ilmu gizi lebih mendalam, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkupnya cukup luas. Perhatian ilmu gizi dimulai dari cara produksi pangan (agronomi dan peternakan); perubahan- perubahan yang terjadi pada pasca panen mulai dari penyediaan pangan, distribusi dan pengolahan pangan. Konsumsi makanan dan cara-cara pemanfaatan makanan oleh tubuh dalam keadaan sehat dan sakit. Oleh karena itu ilmu gizi sangat erat kaitannya dengan ilmu- ilmu argonomi, peternakan, ilmu pangan, mikrobiologi, biokimia, faal, biologi molekuler dan kedokteran. Karena konsumsi makanan dipengaruhi oleh kebiasaan makan, kebiasaan makan dan keadaan ekonomi maka ilmu gizi juga berkaitan dengan ilmu-ilmu social seperti artopologi, sosiologi, psikologi dan ekonomi (Sunita Almatsier,2004).

2.1.1.3Kebutuhan Gizi Berkaitan Dengan Proses Tubuh

Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu. Zat gizi esensial adalah zat gizi yang haras didatangkan dari makanan . Bila dikelompokkan ada tiga fungsi zat gizi dalam tubuh yaitu (Sunita Almatsier,2004).

A. Memberi Energi

Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan aktivitas. Ketiga zat gizi termasuk ikatan organik yang mengandung karbon yang dapat dibakar. Ketiga zat gizi terdapat dalam jumlah yang paling banyak dalam bahan pangan. Dan berfungsi sebagai bahan pemberi energi, ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembakar (Sunita Almatsier,2004).

B. Pertumbuhan dan Pemeliharaan Jaringan Tubuh

Protein, mineral dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena itu diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara dan mengganti sel-sel


(20)

yang rusak. Dalam fungsi ini ketiga zat tersebut dinamakan zat pembangun

(Sunita Almatsier,2004).

C. Mengatur Proses Tubuh

Protein, mineral, air, dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh. Protein mengatur keseimbangan air di dalam sel, bertindak sebagai buffer dalam upaya memelihara netralitas tubuh dan membantuk antibody sebagai penangkal organisme yang bersifat infektif dan bahan-bahan asing yang dapat merusak tubuh. Mineral dan Vitamin diperlukan sebagai pengatur dalam proses oksidasi, fungsi normal otot dan saraf serta banyak proses lain yang terjadi ditubuh termasuk proses menua. Air diperlukan untuk melarutkan bahan-bahan dalam tubuh, seperti didalam darah, cairan pencernaan, jaringan, dan mengatur suhu tubuh, peredaran darah, pembuangan sisa-sisa ekskresi. Dalam mengatur proses tubuh ini, protein, mineral, air dan vitamin dinamakan zat pengatur

(Sunita Almatsier,2004).

2.1.1.4 Akibat Gangguan Gizi Terhadap Fungsi Tubuh

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum dalam tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksik. Baik pada status gizi kurang maupun status gizi lebih teijadi gangguan gizi (Sunita Almatsier,2004).

Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau sekunder. Faktor primer adalah bila sususan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan kualitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah dan sebagainya. Faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan tergangguanya


(21)

pencernaan, kelainan struktur saluran cerna dan kekurangan enzim (Sunita Almatsier,2004).

Faktor-faktor yang mengganggu absorbsi zat-zat gizi adalah penggunaan laktan atau obat cuci perut. Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme dan utilisasi zat-zat gizi adalah penyakit hati, diabetes mellitus, kanker, penggunaan obat-obat tertentu, minuman berakohol dan sebagainya. Faktor-faktor yang mempengaruhhi ekskresi sehingga menyebabkan banyak kehilangan zat-zat gizi adalah poliuria, banyak keringat dan penggunaan obat-obat (Sunita Almatsier,2004).

2.1.2. Karbohidrat

Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi manusia dan hewan. Semua karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Melalui proses fotosintesis, klorofil tanaman dengan bantuan sinar matahari, mampu membentuk karbohidrat dari karbondioksida (CO2) berasal dari udara dan air (FFO) dari tanah. Karbohidrat yang dihasilkan adalah karbohidrat sederhana yaitu glukosa (Sunita Almatsier,2004).

2.1.2.1Kebutuhan Sehari-hari

Bila tidak ada karbohidrat asam amino dan gliserol yang berasal dari lemak dapat diubah menjadi glukosa untuk keperluan energi otak dan system saraf pusat. Oleh sebab itu, tidak ada ketentuan tentang kebutuhan karbohidrat sehari untuk manusia. Untuk memelihara kesehatan WHO menganjurkan agar 55-75 % konsumsi energi total berasal dari karbohidrat kompleks dan paling banyak hanya 10 % berasal dari gula sederhana (Sunita Almatsier,2004).

2.1.2.2Sumber

Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau sereal, umbi- umbian, kacang-kacangan kering, dan gula. Hasil olah bahan-bahan ini adalah bihun, mie, roti, tepung-tepungan selai sirup dan sebagainya. Sebagian besar sayur dan buah tidak banyak megandung karbohidrat. Sayur umbi-umbian seperti wortel dan bit serta sayur kacang-kacangan relative lebih banyak mengandung karbohidrat dari


(22)

pada sayur daun-daunan. Bahan makanan berwarna seperti daging, ayam, ikan, telur dan susu sedikit sekali mengandung karbohidrat. Sumber kabohidrat yang banyak dimakan sebagai makanan pokok di Indonesia adalah beras, ubi singkong, talas dan sagu (Sunita Almatsier,2004).

Tabel 2.1. Daftar Komposisi Bahan Makanan

Nilai Karbohidrat (KH) berbagai Bahan Makanan (gram/100 gram)

Bahan Makanan Nilai KH Bahan Makanan Nilai KH

Gula Pasir Gula Kelapa Jelli Pati (Meizena) Bihun Makaroni

Beras Setengah Giling

Jagung Kuning/Pipil

Kerupuk Udang

Mie Kering

Roti Putih

Singkong

Ubi Jalar Merah Kentang Kacang Ijo Kacang Kedelai Kacang Merah 94 76 64,5 87,6 82 78,7 78,3 73,3 68,2 50 50 34,7 27,9 19,2 62,9 34,8 59,5 Kacang Tanah Tempe Tahu Pisang Ambon Apel Mangga Harumanis Pepaya Daun Singkong Wortel Bayam Kangkung Tomat Masak Hati Sapi Telur Bebek Telur Ayam Susu Sapi

Susu Kental Manis

23,6 12,7 1,6 25,8 14,9 11,9 12,2 13 9,3 6,5 5,4 4,2 6 0,8 0,7 4,3 4


(23)

2.1.3. Protein

Protein adalah segolongan besar senyawa organik yang dijumpai dalam semua makhluk hidup. Protein terdiri dari karbon, hidrogen, nitrogen, dan kebanyakan juga mengandung sulfur. Bobot molekulnya berkisar dari 6000 sampai beberapa juta. Molekul protein terdiri dari satu atau beberapa panjang polipeptida dari asam-asam amino yang terikat dengan urutan yang khas. Urutan ini dinamakan struktur primer dari protein. Polipeptida ini dapat melipat atau menggulung. Sifat dan banyaknya pelipatan menyebabkan timbulnya struktur sekunder. Bentuk tiga dimensi dari polipeptida yang menggulung atau melipat ini dinamakan struktur tersier. Struktur kuartener muncul dari hubungan struktural beberapa polipeptida yang terlibat. Jika dipanaskan di atas 50 oC atau dikenai asam atau basa kuat, protein kehilangan struktur tersiernya yang khas dan dapat membentuk koagulat yang tak larut (misalnya putih telur) (Sunita Almatsier,2004).

2.1.3.1 Sumber Protein

Sumber Protein berasal dari protein hewani maupun nabati, yaitu: Tabel 2.2. Kandungan Protein Dalam Makanan

Kandungan Protein Dalam Berbagai Jenis Makanan

Jenis Makanan Protein

%

Jenis Makanan Protein

%

Kacang Tanah

Daging Babi yang direbus

Tuna, kalengan

Keju

Daging Ayam Kacang Mede

Telur

26,9 25

24,2

23,9

21,6

19,6

12,8

Daging Domba Daging Sapi

Ikan Laut

Walnut

Daging Babi

Roti Putih

Susu Murni

18 17,5

17,2

15

15,2

9

3,2


(24)

2.1.3.1 Kebutuhan Protein

Rata-rata kebutuhan harian protein adalah 30-50 gram. Karena 20-30 gram protein tubuh dipecahkan dan digunakan untuk menghasilkan zat kimia untuk kebutuhan tubuh lainnya setiap hari. Oleh sebab itu, semua sel harus terus menerus membentuk protein baru utuk menggantikan protein yang telah diuraikan, dan suplai protein dalam makanan dibutuhkan untuk memenuhi tujuan ini. Seseorang mausia rata-rata dapat mempertahankan cadangan protein normal, asalkan asupan hariannya diatas 30 sampai 50 gram (Guyton & Hall, 2008)

Tabel 2.3. Angka Kecukupan Protein menurut Kelompok Umur Kelompok Umur

(Tahun)

AKP gram/kb berat badan Laki-laki Perempuan 1,86 (85% dari 1,86 (85% dan

0-0,5 thn ASI) ASI)

1,39 (80% dari 1,39 (80% dari

0,5-2,0 thn ASI) ASI)

4-5 thn 1,08 1,08

5-10 thn 1 1

10-18 thn 1,96 1,9

18-60 thn 0,75 0,75

60 + 0,75 0,75

Sumber : Sunita Almatsier Prinsip Dasar Ilmu Gizi, 2004

Tabel 2.4. Angka Kecukupan Protein yang di Anjurkan (per orang per hari)

Golongan Wanita Laki-laki

Umur

BB TB Protein BB TB Protein (kg) (cm) (g) (kg) (cm) (g)

10-12 th 35 140 54 30 135 45

13-15 th 46 153 62 45 150 64

16-19 th 50 154 51 56 160 66

20-45 th 54 156 48 62 165 55

46-59 th 54 154 48 62 165 55

> 60 th 54 154 48 62 165 55


(25)

2.1.4. Lipid

Istilah lipid meliputi senyawa-senyawa heterogen, termasuk lemak dan minyak yang umum dikenal di dalam makanan, fosfolipid, sterol dan ikatan lain sejenis yang terdapat didalam makanan dan tubuh manusia. Lipid mempunyai sifat yang sama, yaitu larut dalam pelarut non-polar, seperti etanol, eter, kloroform, dan benzene (Sunita Almatsier,2004).

2.1.4.1. Sumber

Sumber utama lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung dan sebagainya) mentega, margarin dan lemak hewan (lemak daging dan ayam). Sumber lemak lain adalah kacang-kacangan, biji-bijian, daging dan ayam gemuk, krim, susu, keju dan kuning telur serta makanan yang di masak dengan lemak atau minyak (Guyton & Hall.2008)

Tabel 2.5. Nilai Lemak Berbagai Bahan Makanan

Nilai Nilai

Bahan Makanan Lemak Bahan Makanan Lemak Minyak Kacang

Tanah

100 Lemak Sapi 90

Minyak Kelapa Sawit

100 Mentega 81,6

Minyak Kelapa 98 Margarin 81

Coklat

Ayam 25 Manis/Batang 52,9

Daging Sapi 14 Keju 20,3

Telur Bebek 14,3 Susu kental Manis 10

Telur Ayam 11,5 Susu Sapi Segar 3,5

Sarden dalam Kaleng

27 Tepung Susu Eskrim

1

Ikan Segar 4,5 Biskuit 14,4

Udang Segar 0,2 Mie Kering 11,8

kacang Tanah

terkelupas 42,8 Jagung Kuning 3,9


(26)

Beras Setengah Kacang

Kedelai,kering

18,1 Giling 1,1

Tahu 4,6 Singkong 0,3

Tempe 4 Apokat 6,5

Tepung Susu 30 Durian 3

Sumber : Sunita Almatsier Prinsip Dasar Ilmu Gizi, 2004

2.1.4.2. Kebutuhan Lemak

Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak. WHO (2000) menganjurkan konsumsi lemak sebanyak 20-30% kebutuhan energi total dianggap baik untuk kesehatan (Terapi Diet dan Gizi RS ed 2) Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial dan untuk membantu penyerapan vitamin larut lemak. Diantara lemak yang dikonsumsi sehari dianjurkan paling banyak 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, dan 3-7 % dari lemak tidak jenuh-ganda. Konsumsi kolesterol yang dianjurkan adalah < 300 mg/hari (Guyton & Hall).

2.1.5. Vitamin

Vitamin adalah senyawa organik yang dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk metabolism secara normal yang tidak dapat dibuat di dalam sel tubuh. Kekuragan vitamin dalam diet dapat menyebabkan defisit metabolik yang penting. Tabel 2.6 mencantumkan jumlah vitamin penting yang dibutuhkan sehari-hari oleh seorang manusia rata-rata. Kebutuhan ini bervariasi sekali, bergantung pada faktor- faktor seperti ukuran tubuh, kecepatan pertumbuhan, jumlah latihan dan kehamilan (Sunita Almatsier,2004).


(27)

Tabel 2.6. Jumlah kebutuhan Vitamin harian.

Vitamin Jumlah

A 5000 IU

Tiamin 1,5 mg

Riboflafm 1,8 mg

Niasin 20 mg

Asam Askorbat 45 mg

D 400 IU

E 15 IU

K 70 pg

Asam Folat 0,4 mg

B 12 3 Pg

Piridoksin 2 mg

Sumber : Sunita Almatsier Prinsip Dasar Ilmu Gizi, 2004

2.1.6. Angka Kecukupan Gizi

2.1.6.1. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam jangka waktu lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Kebutuhan akan energi dan zat-zat gizi bergantung pada berbagai faktor, seperti umur, gender, berat badan, iklim dan aktifitas fisik. Oleh karena itu perlu disusun angka kecukupan gizi yang dianjurkan yang sesuai dengan rata-rata penduduk yang hidup didaerah tertentu. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan digunakan sebagai standar, guna mencapai status gizi optimal bagi penduduk (Sunita Almatsier,2004).

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan di Indonesia pertama kali ditetapkan pada tahun 1968 melalui Widya Karya Pangan dan Gizi yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). AKG ini kemuadian ditinjau kembali pada tahun 1978, dan sejak itu secara berkala tiap lima tahun sekali (Sunita Almatsier,2004).


(28)

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan digunakan untuk maksud-maksud sebagai berikut : (Sunita Almatsier,2004).

 Merencanakan dan menyediakan suplai pangan untuk penduduk atau kelompok penduduk. Untuk ini perlu diketahui pola pangan dan distribusi penduduk. Karena angka AKG yang dianjurkan adalah angka kecukupan pada tingkat faal, maka dalam merancang produksi pangan perlu diperhitungkan kehilangan yang terjadi tiap tahap perlakuan pascapanen.

 Menginterpretasikan data konsumsi makanan perorangan ataupun kelompok. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa dalam penetapan AKG digunakan patokan berat badan tertentu. Bila hasil survey menunjukkan bahwa rata-rata berat badan menyimpang dari patokan berat badan yang digunakan, perlu dilakukan penyesuaian terhadap angka kecukupan.

 Perencanaan pemberian makanan di institusi, seperti rumah sakit, sekolah. industri/perkantoran, asrama, panti asuhan dan lain sebagainya, juga perlu diperhatikan berat badan rata-rata, aktifitas yang dilakukan dan untuk rumah sakit kecukupan gizi untuk penyembuhan. Institusi yang tidak menyediakan makanan lengkap sehari perlu memperhatikan proporsi AKG yang perlu dipenuhi melalui penyediaan makanan

 Merencanakan program penyuluhan gizi.

2.1.7. Cara Memenuhi Angka Kecukupan Gizi

Karena masih kurangnya pengetahuan, AKG belum dapat ditetapkan untuk semua zat gizi yang sudah diketahui. Akan tetapi AGK untuk zat-zat gizi yang sudah ditetapkan dapat dijadikan pedoman. Oleh sebab itu, dianjurkan agar menu sehari-hari terdiri atas bahan pangan berfariasi yang diperoleh dari berbagai golongan bahan pangan. Di Indonesia pola menu seimbang terganbar dalam 4 sehat 5 seimbang dan Pedoman Umura Gizi Seimbang (PUGS) (Sunita Almatsier,2004).

2.1.8. Masalah Gizi di Indonesia 2.1.8.1. Masalah Gizi Kurang

Keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan produksi pangan dalam pembangunan jangka panjang tahap 1 disertai dengan perbaikan distribusi pangan,


(29)

perbaikan ekonomi dan peningkatan daya beli masyarakat telah banyak memperbaiki keadaan gizi masyarakat. Namun, empat masalah gizi kurang yang dikenal semenjak pelita I hingga sekarang masih ada walaupun dalam taraf jauh berkurang (DEPKES,2008)

A. Kurang Energi Protein

Kurang energi protein disebabkan oleh kekurangan makanan sumber energi secara umum dan kekurangan sumber protein. Pada anak-anak hal ini dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Pada orang dewasa, KEP menurunkan produktifitas kerja dan derajat kesehatan, sehingga menyebabkan rentan terhadap penyakit (DEPKES.2008)

B. Anemia Gizi Besi

Masalah anemia gizi di Indonesia terutama yang berkaitan dengan kekurangan zat besi. Angka nasional prevalensi anemia gizi besi baru dikumpulkan pada tahun 1999 melalui survey Kesehatan rumah Tangga untuk ibu hamil, yaitu sebesar 70% dan pada tahun sebelumnya mencatat prevalensi AGB untuk ibu hamil sebesar 63,5% dan balita 55,5 %. Terlihat bahwa angka anemia gizi besi malah menigkat dr tahun sebelumnya (DEPKES,2008)

C. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium

Kekurangan iodiumterutama terjadi didaerah pegunungan, dimana tanah kurang mengandung iodium. Sering di daerah Bukit Barisan Sumatra, daerah pegunungan di Jawa, Bali, NTB, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya. Didaerah tersebut GAKI terdapat secara endemik (DEPKES,2008)

2.1.8.2. Masalah Gizi Lebih

Masalah gizi lebih baru muncul dipermukaan pada awal tahun 1998. Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu, terutama di perkotaan menyebabkan perubahan dalam gaya hidup, terutama dalam pola makan. Pola makan tradisional yang dulunya tinggi karbohidrat, tinggi serat


(30)

kasar dan rendah lemak, berubah kepola makan baru yang rendah karbohidrat, rendah serat kasar dan tinggi lemak. Sehingga menggeser mutu makanan menjadi tidak seimbang. Perubahan pola makan ini depercepat dengan makin kuatnya arus budaya makanan asing yang disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi (DEPKES,2008).

Data antroprometri anak balita (BB/U) yang dikumpulak melalui susenas dan dianalisis oleh director Bina Gizi Masyarakat Depkes dengan menggunakan Kriteria +0,2 SB, sebagai ambang batas gizi lebih/kegemukan, menunjukkan bahwa dalam 10 tahun prevalensi gizi lebih pada balita meningkat dari 0,77% hingga 4,485 (DEPKES,2008)

2.1.9. Antropometri Gizi

Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometn artinya ukuran dari tubuh. Pengertian ini bersifat sangat umum sekali (Nyoman Supariasa,2002)

Dari definisi tersebut di atas dapat ditarik pengertian bahwa antrepometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain : Berat badan, Tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status- gizi dari berbagai ketidak keseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti, lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Nyoman Supariasa,2002).

Beberapa syarat yang mendasari penggunaan antropometri adalah: (Nyoman Supariasa,2002)

 Alatnya mudah didapat dan digunakan

 Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif. Contohnya, apabila terjadi kesalahan pada pengukuran lingkar lengan atas pada anak balita, maka dapat dilakukan pengukuran kembali tanpa harus


(31)

persiapan alat yang rumit. Berbeda dengan pengukuran status gizi dengan metode biokimia. apabila terjadi kesalahan maka harus mempersiapkan alat dan bahan terlebih dahulu yang relative mahal dan rumit.

 Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus professional, juga oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu.

 Biaya relatif murah, karena alkat mudah didapat dan tidak memerlukan bahan-bahan lain.

 Hasilnya mudah disimpulkan, karena mempunyai ambang batas (cut o f f points) dan buku rujukan yang sudah pasti.

 Secara ilmiah diakui sebenarnya. Hampir semua Negara menggunakan antropometri sebagai metode untuk mengukur status gizi masyarakat, khususnya untuk penapisan (screening) status gizi. Hal ini disebabkan karena antropometri diakui kebenarannya secara ilmiah.

2.1.9.1. Keunggulan Antropometri

Memperhatikan faktor diatas, maka dibawah ini akan diuraikan keunggulan antropometri gizi sebagai berikut: (Nyoman Supariasa,2002)

 Prosedurnya sederhana, am an dan dapat dilakukan dalam jumlah sempel yang besar.

 Relative tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang sudah dilatih dalam waktu singkat dan dapat melakukan pengukuran antropometri. Kader gizi (posyandu) tidak perlu seorang ahli, tetapi dengan pelatihan singkat ia dapat melakukan kegiatannya secara rutin.

 Alatnya murah. mudah dibawah. tahan lama, dapat dipesan dan dibuat didaerah setempat.

 Metode ini tepat dan akurat karena dapat dibakukan.

 Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi dimasa lampau

 Umumnya dapat mengindentifikasikan status gizi sedang, kurang dan gizi buruk karena sudah ada ambang batas yang jelas.

 Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.


(32)

2.1.9.2. Kelemahan Antropometri

Disamping keunggulan metode penentuan status gizi secara antropometri, terdapat pula beberapa kelemahan, yaitu: (Nyoman Supariasa,2002).

 Tidak sentitif. Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Disamping itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zing dan Fe.

 Faktor diluar gizi (penyakit genetik dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitifitas pengukuran antropometri.

 Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi dan validitas pengukuran antropometri gizi. Kesalahan ini terjadi karena pengukuran yang salah, perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan, analisis dan asumsi yang keliru. Sumber kesalahan biasanya berliubungan dengan latihan petugas yang tidak cukup. kesalahan alat atau alat tidak ditera, kesulitan pengukuran.

2.1.9.3. Jenis Parameter

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain, umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak dibawah kulit (Nyoman Supariasa,2002).

A. Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi, kesalahan penetuan umur akan menyebabkan inteipretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila disertai dengan penentuan umur yang tepat (Nyoman Supariasa,2002).

B. Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang juga penting dan paling sering digunakan. Berat badan digunakan untuk mendiagnosis bayi


(33)

normal atau BBLR. Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja lemak memberikan penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot. Khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi (Nyoman Supariasa,2002).

Berat badan merupakan pilihan utama dalam berbagai pertimbangan, antara lain: (Nyoman Supariasa,2002).

 Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.

 Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara periodik memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan.

 Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di Indonesia sehingga tidak merupakan hal baru yang memerlukan penjelasan secara meluas.

 Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur.

 KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk pendidikan dan memonitor kesehatan atau menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisian.

 Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian status gizi,berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana sebagai indeks yang tidak tergantung pada umur.

 Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pesedaan dengan ketelitian yang tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah digunakan oleh masyarakat..

C. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter untuk keadaan yang lalu dan keadaan yang sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan, faktor umur dapat di kesampingkan (Nyoman Supariasa,2002).


(34)

2.1.9.4. Indeks Antropometri

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi, kombinasi antara beberapa parameter disebut Indeks Antropometri. Beberapa indeks telah di perkenalkan. Di Indonesia ukuran baku basil pengukuran dalam negeri belum ada, maka untuk berat badan dan tinggi badan digunakan baku HARVARD yang disesuaikan untuk Indonesia. Dan untuk lingkar lengan atas digunakan baku WOLANSKI. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan antara lain: Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) (Nyoman Supariasa,2002).

A. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Dalam keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang normal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang stabil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Nyoman Supariasa,2002).

Kelebihan Indeks BB/U : Indeks BB/U mempunyai beberapa kelebihan antara lain:

 Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti masyarakat umum

 Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronik

 Berat badan dapat berfluktuasi

 Sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan kecil

 Dapat mendeteksi kegemukan (over weight)

Kelemahan Indeks BB/U (Nyoman Supariasa.2002). Disamping mempunyai kelebihan, indeks BB/U juga mempunyai beberapa kekurangan antara lain :


(35)

 Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema atau asites.

 Di daerah pedesaan yang masih terpeneil dan tradisional, umur sering sulit ditaksir secara tepat karena pencacatan umur yang belum baik.

 Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak usia dibawan 5 tahun.

 Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakiian atau gerakan anak pada saat penimbangan.

 Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau menimbang anaknya, karena dianggap seperti barang dagangan dan sebagainya.

Tabel 2.7 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan BB/U

Indeks BB/U % Klasifikasi

> 110 Gizi Lebih

80-100 Gizi Baik

<80-60 Gizi Kurang <60 Gizi Buruk

Sumber: Prinsip Dasar Ilmu Gizi 2004

B. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antrepometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relative kurang sensitive terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relatif lama (Nyoman Supariasa.2002).

Keuntungan Indeks TB/U (Nyoman Supariasa,2002).

 Baik untuk menilai status gizi masa lampau.

 Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah di bawa Kelemahan Indeks TB/U (Nyoman Supariasa,2002).


(36)

 Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun.

 Pengukuran relative sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya.

 Ketepatan umur sulit didapat.

Tabel 2.8. Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan TB/U

Indeks TB/U % Klasifikasi

> 110 Gizi Lebih

100-95 Gizi Baik

<95-85 Gizi Kurang < 85 Gizi Buruk Sumber: Prinsip Dasar Ilmu Gizi 2004

C. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB).

Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini. Indeks BB/TB adalah indeks yang independent terhadap umur (Nyoman Supariasa,2002).

Keuntungan Indeks BB/TB (Nyoman Supariasa,2002).  Tidak memerlukan data umur.

 Dapat membedakan propordi badan (grmuk,normal atau kurus)

Kelemahan Indeks BB/TB (Nyoman Supariasa,2002).

 Tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi badannya dan kelebihan tinggi badan menurut umumya karena faktor umur tidak dipertimbangkan.

 Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang/tinggi badan pada kelompok balita.

 Membutuhkan 2 macam alat ukur.  Pengukuran relative lebih lama.


(37)

 Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran terutama bila dilakukan oleh kelompok non-profesional.

Tabel 2.9. Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan BB/TB

Indeks BB/TB % Klasifikasi

> 110 Gizi Lebih

100-90 Gizi Baik

<90-70 Gizi Kurang < 70 Gizi Buruk Sumber: Prinsip Dasar Ilmu Gizi 2004

D. Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan perbaikan gizi adalah dengan menentukan atau melihat. Ukuran fisik seseorang sangat erat hubungannya dengan status gizi. Atas dasar itu, ukuran-ukuran yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi dengan melakukan pengukuran antropometri. Hal ini karena lebih mudah dilakukan dibandingkan cara penilaian status gizi lain, terutama untuk daerah pedesaan (Nyoman Supariasa, 2002)

Pengukuran status gizi pada anak sekolah dapat dilakukan dengan cara antropometri. Saat ini pengukuran antropometri (ukuran- ukuran tubuh) digunakan secara luas dalam penilaian status gizi, terutama jika terjadi ketidakseimbangan kronik antara intake energi dan protein. Pengukuran antropometri terdiri atas dua dimensi, yaitu pengukuran pertumbuhan dan komposisi tubuh. Komposisi tubuh mencakup komponen lemak tubuh (fat mass) dan bukan lemak tubuh (non-fat mass) (Nyoman Supariasa,2002).


(38)

Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks antropometri dan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) anak sekolah (Nyoman Supariasa,2002).

Rumus :

2.1.10. Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

Faktor yang secara langsung mempegaruhi status gizi adalah asupan makan dan penyakit infeksi. 'Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut misalnya faktor ekonomi, keluarga produktivitas dan kondisi perumahan (DEPKES,2008)

A. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain:  Pendapatan

Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut Tingkat pendapatan sangat menentukan pola makan yang dibeli. Dengan uang tambahan, sebagian besar pendapatan tambahan itu untuk pembelanjaan makanan. Pendapatan merupakan faktor yang paling penting untuk menentukan kualitas dan kuantitas makanan, maka erat hubungannya dengan gizi. Arti pendapatan dan manfaatnya bagi keluarga (DEPKES,2008) Peningkatan pendapatan berarti memperbesar dan meningkatkan pendapatan golongan miskin untuk memperbaiki gizinya. Pendapatan orana-orang miskin meningkat otomatis membawa peningkatan dalam jumlah pembelanjaan makanan untuk keluarga ( Khomsan, 2003)


(39)

 Pendidikan

Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik (DEPKES 2008) Suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah laku (tujuan). Pendidikan itu adalah suatu proses, maka dengan sendirinya mempunyai masukan dan keluaran. Masukan proses pendidikan adalah sasaran pendidikan atau anak didik yang mempunyai karakteristik, sedangkan keluaran proses pendidikan adalah tenaga atau lulusan yang mempunyai kualifikasi tertentu sesuai dengan tujuan institusi yang bersangkutan (Nyoman Supariasa,2002)

 Pengetahuan Tentang Gizi

Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian memilih makanan yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan makanan yang akan diberikan. Pengetahuan tentang ilmu gizi secara umum sangat bennanfaat dalam sikap dan perlakuan dalam memilih bahan makanan. Dengan tingkat pengetahuan gizi yang rendah akan sulit dalam penerimaan informasi dalam bidang gizi, bila dibandingkan dengan tingkat pengetahuan gizi yang baik (DEPKES,2008)

Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Status gizi yang baik adalah penting bagi kesehatan bagi setiap orang, termasuk ibu hamil, ibu menyusui dan anaknya. Setiap orang akan mempunyai gizi yang cukup jika makanan yang kita makan mampu menyediakan zat gizi yang cukup diperlukan tubuh. Pengetahuan gizi memegang peranan yang sangat penting di dalam penggunaan dan pemilihan bahan makanan engan baik, sehingga dapat mencapai keadaan gizi seimbang (Nyoman Supariasa,2002).

 Pekerjaan

Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan


(40)

kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Nyoman Supariasa,2002).

 Budaya

Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan (Nyoman Supariasa,2002)

B. FaktorInternal

Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain :  Usia

Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita (Nyoman Supariasa,2002).

 Kondisi Fisik

Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode- hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan Untuk pertumbuhan cepat (Nyoman Supariasa,2002).

 Infeksi

Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencema makanan (Nyoman Supariasa,2002).


(41)

2.2. Kerangka Konsep

Gambar 2.1. Kerangka Konsep

2.3. Definisi Operasional

Tabel 2.10. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur

Skala Hasil Ukur

1. Umur Lamanya hidup responden yang dihitung dalam tahun sejak lahir sampai saat penelitian berlangsung

Wawancara Kuesioner Nominal 1. Antara 11- 14 tahun

2. Asal Daerah

yaitu tempat tinggal responden yang

tercatat,sebelum masuk ke Pondok Pesantren

Wawancara Kuesioner Nominal 1.JawaBarat

2.Jawatengah

3.Tanggerang

4. DKI

5. Sumatra

6.Kalimantan

3. Lama di Pesantre n

yaitu lama responden tinggal dipesantren, dimulai saat pertamakali

Wawancara Kuesioer Nominal 1. 1 minggu

2. 1 bulan 2 minggu

3. 1 tahun

Faktor Ekstrinsik :  Pendidikan  Pengetahuan Gizi  Pendapatan  Pekerjaan  Budaya  Asupan Makanan

Faktor Intrinsik :  Usia  Kondisi Fisik  Infeksi  Genetk


(42)

4 Berat badan

Berat badan responden yang

diukur dengan

menggunakan timbangan badan

Mengukur berat badan

Timbanga n

Nominal 1. Antara 29-75

5 Tinggi badan

Tinggi badan responden yang diukur menggunakan meteran

Mengukur tingkat badan

Meteran Nominal 1. Antara

135-164

6 BB/U Indeks antropometri yang diukur dari berat badan responden yang diteliti di pagi dengan berat badan seharusnya sesuai dengan umur responden Menghitung status Gizi berdasarkan BB/U Kurva CDC

Ordinal 1.Gizi lebih = > 100% 2.Gizi Baik =

80-100%

3.Gizi kurang=<80-60%

4.Gizi buruk = < 60% 7 TB/U Yaitu indeks antropometri

yang diukur dari tinggi badan responden yang diteliti di bagi dengan tinggi badan seharusnya sesuai dengan umur responden

Menghitung status gizi berdasarkan TB/U Kurva CDC

Ordinal 1.Gizi lebih = > 100% 2.Gizi Baik =

95-100%

3.Gizi Kurang=< 95-85%

4.Gizi Buruk=<85% 8 BB/TB Yaitu indeks antropometri

yang diukur dari berat badan responden di bagi dengan berat badan sesuai dengan tinggi badan responden Menghitung status gizi berdasarkan BB/TB Kurva CDC

Ordinal 1.Gizi lebih = > 100% 2.Gizi Baik =

90-100%

3.Gizi Kurang=< 90-70%


(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara deskriptif. Adapun dalam penelitian ini peneliti ingin mendeskripsikan status gizi pada santriwati Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Darul Muttaqien parung tahun 2010. Sehingga desain yang di ambil peneliti adalah desain studi crossectional.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqien Parung-Bogor. Waktu penelitian adalah pada bulan Agustus 2010

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi dan Sempel yang di Teliti

 Populasi dalam penelitian ini adalah semua santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung-Bogor pada tahun 2010.

 Populasi terjangkau adalah santriwati yang berada di Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor selama dilaksanakan penelitian.

 Jumlah populasi Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor kelas VII = 57 santriwati, kelas VIII = 42 santriwati dan kelas IX = 27 santriwati. Jumlah Total Populasi adalah 126 santriwati

 Sempel adalah santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor yang berada di tempat selama diadakan penelitian.


(44)

3.3.2 Jumlah Sampel

Besar sempel pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus estimasi dengan presisi mutlak (Sastroasmoro S, dkk. 1995).

n = P(1-P) (Z2/d2)

Jawab d = 0,1 Z = 1,96

n = P(1-P) (Z2/d2)

= 0,5 (1-0,5). (1,962/0,12) = 96,04 responden

Jadi jumlah data minimal yang harus di ambil 96 akan tetapi peneliti untuk menghindari adanya kriteria eksklusi maka ditambahkan 10% dari jumlah minimal sehingga didapatkan 106 responden. Namun jumlah total sempel yang diambil yaitu 120 orang santriwati.

3.3.3. Cara Pengambilan Data A. Data Primer

Status gizi yang diukur dengan menimbang berat badan dengan menggunakan timbangan injak, dimana memiliki tingkat ketelitian 0,5 kg dan pengukuran tinggi badan dengan microtoise yang mempunyai ketelitian 0,1 kg.

Cara Mengukur : a. Berat Badan

 Meletakkan timbangan injak di lantai yang rata

 Sebelum menimbang timbangan injak harus dalam posisi jarum pada angka 0 (nol)


(45)

 Siswa ditimbang dengan melepas sepatu, topi dan meletakkan barang yang di bawa (hp, mainan)

 Posisi siswa berdiri tegak lurus, pandangan lurus kedepan dan kedua kaki berada dalam timbangan.

 Peneliti membaca angka pada jarum timbangan injak

b. Tinggi Badan

 Menempelkan microtoise pada dinding yang lurus, datar setinggi 2 meter. Angka 0 (nol) berada di lantai datar rata.

 Siswa diukur dengan melepaskan sepatu dan penutup kepala (siswa perempuan yang rambutnya memakai pita dilepas bila mengganggu pada saat pengukuran).

 Siswa berdiri tegak, kaki lurus, tumit, pantat, punggung dan kepala bagian belakang harus menempel pada dinding dan pandangan harus lurus ke depan.  Menurunkan microtoise sampai rata pada kepala bagian atas, siku-siku harus

lurus menempel pada dinding.

 Peneliti membaca angka pada skala yang Nampak pada lubang gulungan microtoise. Angka tersebut merupakan tinggi siswa.

B. Data Sekunder

1. Identitas responden diperoleh dari dua presensi atau biodata siswa disekolah

2. Gambaran umum lokasi diperoleh dengan cara melihat data inventaris gedung sekolah

3.3.4 Kriteria Sempel

3.3.4.1. Kriteria Inklusi

 Santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor yang tinggal dipesantren


(46)

 Santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor yang bersedia mengisi kuesioner, dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.

3.3.4.2. Kriteria Eksklusi

 Santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor yang tidak berada di pesantren selama berlangsungnya penelitian

 Santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor yang tidak bersedia mengisi kuesioner, dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan

3.4 Menejement Data

3.4.1 Pengumpulan Data 3.4.1.1 Data Primer

Status gizi yang diukur dengan menimbang berat badan dengan timbangan injak yang mempunyai tingkat ketelitian 0,5 kg dan pengukuran tinggi badan dengan microtoise yang mempunyai ketelitian 0,1 cm

3.4.1.2 Data Sekunder

Identitas responden (nama, umur, jenis kelamin, asal daerah, dan lama tinggal di pesantren.

3.4.2 Pengolahan dan Analisi Data

Data-data yang telah dikumpulkan akan diolah melalui proses editing, koding, pemasukan data dan verifikasi. Setelah itu data dimasukkan dan diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16 dengan menggunakan kerangka table yang


(47)

sudah dipersiapkan sebelumnya. Unutk mengetahui gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dari tiap variable yang diteliti akan digunakan analisis univariat.

3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data dilakukan secara deskriptif

3.6 Laporan data

Laporan data telah disusun dalam bentuk laporan hasil penelitian dipresentasikan teman sejawat dan staf pengajar.


(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Demografi

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status gizi santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Parung Bogor. Melalui pengukuran tinggi badan dan berat badan, serta wawancara untuk mendapatkan data umum. Sebelumnya dipesantren Darul Muttaqien Parung Bogor sudah pernah dilakukan penelitian tentang gizi. Namun, penelitian tersebut lebih kearah makanan yang dikonsumsi oelh para santri, tanpa menghubungkankannya dengan status gizi.

Pondok Pesantren Darul Muttaqien terletak di wilayah desa Jabon Mekar Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Jawa Barat. Resmi berdiri sebagai lembaga pesantren pada tahun 1988 M, tepatnya tanggal 18 Juli 1988. Sejarah berdirinya Darul Muttaqien terkait erat dengan dengan pemberian tanah wakaf seluas 1,8 ha oleh pemiliknya H. Mohamad Nahar (alm.), seorang mantan wartawan senior Kantor Berita Antara kepada KH. Sholeh Iskandar (alm) ketua BKSPPI (Badan Kerjasama Pondok Pesantren se Indonesia) pada tahun 1987. Dan sampai sekarang luas lahan Pesantren Darul Muttaqien + 12 ha

Santriwati makan sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan malam. penyediaan makanan dilakukan oleh staf Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung-Bogor. Selain itu juga tersedia kantin yang juga menyediakan kebutuhan pangan santri.

4.1.2 Umur Responden

Umur sangat berperan Dalam pengukuran status gizi, oleh karena itu umur digunakan sebagai patokan pengukuran status gizi dengan Antropometeri. Setiap tahun umur akan berubah dan secara otomatis kebutuhan tubuh kita semakin bertambah. Pada saat seorang wanita memasuki usia ke 12 tahun, dimana merupakan awal seorang wanita menstruasi, maka estrogen akan meningkat. Inipun akan menyebabkan perubahan porposi tubuh dan perubahanbentuk tubuh. Kejadain yang penting dalam pubertas adalah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya cirri-ciri kelamin sekunder, menarche dan


(49)

perubahan psikis. Inilah yang menyebabkan umur sangat penting dalam menentukan status gizi (Nyoman Supariasa,2010).

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Respomden Berdasarkan Umur

Usia (Tahun) Jumlah Persentase

11 6 5%

12 45 37,50%

13 37 30,80%

14 32 26,70%

Total 120 100,0%

Berdasarkan data pada tabel 4.1 di atas didapatkan hasil bahwa responden paling banyak berusia 12 tahun yaitu sebesar 37,50%. Selanjutnya usia 13 tahun sebesar 30,80%, usia 14 tahun sebesar 26,70%, dan usia 11 tahun sebesar 5%.

4.1.3 Asal Propinsi Responden

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Asal Propinsi

Asal Propinsi Jumlah Persentase

Jawa Barat 40 34,10%

Jawa Tengah 2 1,70%

DKI Jakarta 26 21,70%

Tangerang 43 35%

Sumatara 7 5,80%

Kalimantan 2 1,70%

Total 120 100,0%

Berdasarkan data dari tabel 4.2 di atas didapatkan hasil bahwa responden terbanyak berasal dari Tangerang yaitu sebesar 35%. Selanjutnya berasal dari Propinsi


(50)

Jawa Barat sebesar 34,10%, dari Propinsi DKI Jakarta sebesar 21,70%,, dari Propinsi Sumatra sebesar 5,8%, dan 1,7% berasal dari Jawa Tengah dan Kalimantan.

4.1.4 Kelas Pendidikan Responden

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelas

Kelas Jumlah Persentase

VII 53 44,20%

VIII 40 33,30%

IX 27 22,50%

Total 120 100,0%

Berdasarkan data dari tabel 4.3 diatas didapatkan hasil bahwa responden terbanyak berasal dari kelas VII sebesar 44,20%. Selanjutnya kelas VIII sebesar 33,30%, dan dari kelas IX sebesar 22,50%. Kelas pendidikan mempunyai peran yang tidak begitu mencolok terhadap status gizi. Pada dasarnya santriwati yang duduk di kelas IX, mempunyai pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan dengan santriwati yang duduk di kelas VII.

4.1.5 Lama Responden Tinggal di Pondok Pesantren Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Tinggal di Pesantren

Lama tinggal dipesantren Jumlah Persentase

1 Minggu 16 5%

1 Bulan 2 Minggu 49 41,60%

2 Bulan 1 0,80%

1 Tahun 1 Bulan 33 27,60%

2 Tahun 1 Bulan 32 25,80%

Total 120 100,0%

Dari data pada tabel 4.4 didapatkan hasil bahwa responden terbanyak sudah tinggal di pesantren selama 1 bulan 2 minggu yaitu sebanyak 41,60%. Selanjutnya 1


(51)

tahun 1 bulan sebanyak 27,60%, 2 tahun 1 bulan sebanyak 25,80%, 1 minggu sebanyak 5% dan terakhir sudah berada di pesantren selama 2 bulan sebanyak 0,80%.

4.1.6 Status Gizi Responden Berdasarkan BB/U

Diantara bermacam-macam indeks antropometri, BB/U merupakan indicator yang paling umum digunakan sejak tahun 1972. Dalam keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang normal terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau leb ih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan yang stabil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Nyoman Supariasa,2002)

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Berdasarkan BB/U

Status Gizi Jumlah Persentase

Gizi Lebih 36 30%

Gizi Baik 69 57,5%

Gizi kurang 15 12,5%

Total 120 100,0%

Berdasarkan data pada tabel 4.5 diatas didapatkan hasil bahwa responden terbanyak dengan gizi baik yaitu sebesar 57,5%, responden dengan gizi lebih sebesar 30%, dan responden dengan gizi kurang sebesar 12,5%.

4.1.7 Status Gizi Responden Berdasarkan TB/U

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam Waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relative lama.


(52)

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Beradasarkan TB/U

Status Gizi Jumlah Persentase

Gizi Lebih 0 0%

Gizi Baik 98 81,70%

Gizi Kurang 22 18,30%

Total 120 100,0%

Dari data pada tabel 4.6 diatas didapatkan hasil bahwa responden terbanyak dengan gizi baik yaitu sebesar 81,7% dan gizi kurang sebesar 18,30%.

4.1.8 Status Gizi Responden Berdasarkan BB/TB

Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indicator yang baik untuk menilai status gizi saat ini. Indeks BB/TB adalah indeks yang independen terhadap umur (Nyoman supariasa,2002)

Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Status Gizi Berdasarkan BB/TB

Status Gizi Jumlah Persentase

Gizi Lebih 41 34,2%

Gizi Baik 48 40,0%

Gizi Kurang 31 25,8%

Total 120 100,0%

Berdasarka data pada tabel 4.7 diatas didapatkan hasil bahwa responden terbanyak dengan gizi baik yaitu sebesar 40,0%. Selanjutnya gizi lebih sebesar 34,2%, dan gizi kurang sebesar 25,8%.


(53)

4.1.9 BB/U dengan Asal Daerah Responden

Asal daerah merupakan salah satu factor resiko dari tidak terkontrolnya status gizi. Dengan kebiasaan mengkonsumsi bahan makanan yang menjadi kebiasaan daerah tersebut. Beberapa daerah memiliki jenis makanan yang lebih moderent mengikuti kebiasaan orang asing. Misalnya daerah Tangerang dan DKI Jakarta, masyarakatnya lebih mengadopsi fast food dari pada kebiasaan pola makan sehat. Menurut penelitian yang dilakuakn oleh DINKES Provinsi Tangerang dalam satu potong double cheeseburger terkandung 13,34 gram lemak dan 118 miligram kolesterol. Sedangkan pada sepotong dada ayam siap saki terkandung 13,73 gram lemak serta 581 miligram kolesterol. Orang Indonesia tidak cukup hanya memakan daging ayam saja, masih ditambah dengan nasi putih atau kentang goring, bahkan juga es krim. Bayangkan berapa lemak dan kolesterol yang masuk kedalam tubuh kita

sekal “mampir” kesebuah restoran fast food.

Tabel 4.8

Distribusi Frekuensi Status Gizi Berdasarkan Berat Badan terhadap Umur dengan Asal Daerah Responden di Pondok Pesantren Darul

Muttaqien Parung Bogor

Asal Daerah

Jumlah

Gizi Lebih Gizi baik Gizi Kurang Total

Tangerang 17

39,50% 17 39,50% 9 21,0% 43 100,0%

DKI 8

30,80% 17 65,40% 1 3,80% 26 100,0%

Jawa Barat 5

12,50% 32 80,00% 3 7,50% 40 100,0%

Jawa Tengah 0

0,0% 1 50% 1 50% 2 100,0%

Sumatra 5

71,40% 1 14,30% 1 14,30% 7 100,0%

Kalimantan 1

50% 1 50,0% 0 0,0% 2 100,0%

Total 36

30% 69 57,5% 15 12,5% 120 100,0%

Berdasarkan data pada tabel 4.8 didapatkan hasil bahwa berdasarkan BB/U santriwati memiliki status gizi baik sebanyak 69 orang dengan presentase 57,5% dan daerah terbanyak adalah Jawa Barat sejumlah 32 orang dengan presentase 80,0%.


(54)

Terlihat juga dalam tabel tersebut cukup banyak santriwati yang mengalami gizi lebih yaitu sebanyak 36 orang dengan presentase 30% dan terbanyak dari daerah Tangerang dengan sejumlah 17 orang dengan presentase 39,50%.

4.1.10 TB/U dengan Asal Daerah Responden

Tabel 4.9

Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden berdasarkan Tinggi Badan Terhadap Umur dengan Asal Daerah Responden di Pondok Pesantren Darul Muttaqien

Parung Bogor

Asal Daerah

Jumlah

Gizi Lebih Gizi baik Gizi Kurang Total

Tangerang 0

0,0% 38 88,40% 5 11,60% 43 100,0%

DKI 0

0,0% 23 88,50% 3 11,50% 26 100,0%

Jawa Barat 0

0,0% 30 75,00% 10 25,00% 40 100,0% Jawa Tengah 0 0,0% 0 00,0% 2 100% 2 100,0%

Sumatra 0

0,0% 5 71,40% 2 28,60% 7 100,0%

Kalimantan 0

0,0% 2 100% 0 0,0% 2 100,0%

Total 0

0,0% 98 81,7% 22 18,30% 120 100,0%

Berdasarkan data pada tabel 4.9 didapatkan hasil bahwa berdasarkan TB/U santriwati memiliki status gizi baik sebanyak 98 orang dengan presentase 81,7% dan daerah terbanyak adalah Tangerang sebanyak 38 orang dengan presentase 88,40%. Terlihat juga dalam tabel tersebut cukup banyak santriwati yang mengalami gizi kurang yaitu sebanyak 22 orang dengan presentase 18,30% dan terbanyak berasal dari daerah Jawa barat sejumlah 10 orang dengan presentase 25,00%.

4.1.11 BB/TB dengan Asal Daerah Responden


(55)

Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden berdasarkan Berat Badan Terhadap Tinggi Badan dengan Asal Daerah Responden di Pondok Pesantren Darul

Muttaqien Parung Bogor

Asal Daerah

Jumlah

Gizi Lebih Gizi baik Gizi Kurang Total

Tangerang 15

34,90% 10 23,20% 18 41,90% 43 100,0%

DKI 11

42,2% 13 50,1% 2 7,70% 26 100,0%

Jawa Barat 10

22,50% 24 61,00% 6 15,50% 40 100,0% Jawa Tengah 0 0,0% 0 00,0% 2 100% 2 100,0%

Sumatra 5

71,40% 0 00,0% 2 28,60% 7 100,0%

Kalimantan 0

00,0% 1 50% 1 50% 2 100,0%

Total 41

34,20% 48 40,00% 31 25,8% 120 100,0%

Berdasarkan data pada tabel 4.10 didapatkan hasil bahwa berdasarkan BB/TB santriwati memiliki status gizi baik sebanyak 48 orang dengan presentase 40,00% dan daerah terbanyak adalah Jawa Barat sebanyak 24 orang dengan presentase 61,00%. Terlihat juga dalam tabel tersebut cukup banyak santriwati yang mengalami gizi lebih yaitu sebanyak 41 orang dengan presentase 34,20% dan terbanyak berasal dari daerah Tangerang sebanyak 15 orang dengan presentase 34,90%.

4.1.12 BB/U dengan Lama Responden Berada di Pondok

Tabel 4.11

Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden berdasarkan Berat Badan Terhadap Umur dengan Lama Responden Tinggal di Pondok Pesantren Darul Muttaqien

Bogor

Lama di Pesantren

Jumlah

Gizi Lebih Gizi baik Gizi Kurang Total


(1)

Status

Gizi

Bel'dasarkan

BB/U

Daerah Sumatra

Fi'equency Percent

Valid

Percent

Curnulative Pelcent

Valid

Gizi

Lebih

Gizi

Baik

Gizi I(urang

Total

5

I

I

7

11 4

14.3

1A t t +.J 100.0

11.4 t4.3 t4.3 100.0

7

t.1

85.7 100.0

Status

Gizi

Berdasarkan

TB/U

X)aerah Sumatra

Frequency Percent

Valid

Pelcent

Cumulative Pelcent

Valid

Gizi

Baik

Gizi

Kurang Total

5

2

7

'tl.4

28.6

100.0

71.4 28.6 100.0

11.4 100.0

St:rtus gizi berdasarkan

BB/TB

daerah sumatra

Frequency Percenl

Valid

Percent

Cumuiative Percent

Valicl

Gizi

Lebih

Gizi

Baik

Total

5

2

i

71.4

28.6 100.0

71.4 28.6 100.0

11 .4


(2)

Status gizi trerdasarkan

BBiU

daerah

kalimantan

Frequency Pelcent

Valid

Percent

Cumulertivc Percent

Valid

Gizi

Lebih

Gizi

Baik Total

I I

2

50 0 50.0 r00.0

50c

s0.0

r 00.0

50.c

100.c

Status

Gizi

Berdasarkan

TB/U

Daerah

Kalimantan

Frequency Percent

Valid

Fercent

Curnulative Percent

Valid

Gizi Bail 2 100.c 100.0 100.0

Status gizi berdasarkan

TB/BB

daerah

kalimantan

Frequency Percent

Valid

Percent

Cuinulative Percent

Valid

Gizi

Lebih

Gizi Baik

Total

I

1

2

50 0

50.0 100.0

50.0

50.0 100.0

50.{.


(3)

Berdasarkan Tempatr Tinggal

Frequency Percent

Valid

Percent Cumulative

Persen

Valid

Jawa Barat

Jawa Tengah

DKI

Tanggerang Sumatra Kalimantan Total 41 26 42 7 2

r20

34,2 1,7 21,7 35 5,8

r,7

100 34,2 1,7

2r,7

35 5,83 1,7 100 34,2 35,8 57,5 92,5 98,3 100

Berdasarkan

Umur

Frequency Percent

Valid

Percent Cumulative Persen

Valid

11

th

12

th

13

th

14

th

Total 6 45 37 32

r20

5 37,5 30,93 26,7 100 5 37,5 30,83 26,7 100 5 42,5 73,3 100

Status

Gizi

Berdasatkan

BBru

dikelompokkan

Frequency Percent

Valid

Percent Cumulative Persen

Valid

Gizi

Lebih

Gizi Baik

Gizi

Kurang

Gizi

Buruk Total JJ

7I

t4

2 120 27,5 59,17 r1,67 1,67 100 27,5 59,167

1I,67

r,67 100 27,5 86,7 98,3 100

Status

Gizi

Berdasarkan

TBru

dikelompokkan

Frequency Percent

Valid

Percent Cumulative Persen

Valid

Gizi Baik

Gizi

Kurang Total 98 22

t20

81,7 18,33 100 81,7 18,33 100

8r,7

100


(4)

Status

Gizi

Berdasarkan

BB/TB

dikelompokkan

Valid

Gizi

Lebih

Gizi Baik

Gizi

Kurang

Gizi

Buruk Total

4l

48 29 2 120

34,2 40 24,2 1,7 100

34,2 40 24,2 1,7 100

34,2 74,2 99,3 100

Statistics

Status

Gizi

Berdasarkan

BBru

umur 11th

Status

Gizi

Berdasarkan

TBru

Umur

1lth

Status

gizi

berdasarkan

BB/TB

umur

1lth

N

Valid

Missing

Mean

Median

Std. Deviation

Minimum

Maximum

5

0

1.8

21

4472r

1

2.00

0 2.0 2.0 0 2.00 2.00

( 2.000(

2.000t

70711 1.0c 3.0c

umu

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

Gizi

Lebih

Gizi Baik

Total

I

4

5

20.0 80.0 100.0

20.c

80.c 100.c

20.a

100.0 Status

gizi Berdasarkan

BBru

densan

umur

llth


(5)

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

Gizi

Lebih

Gizi Baik

Total

1

1

2

50.0 50.0 100.0

s0.c 50.c 100.c

s0.0 100.0

Status

Gizi Berdasarkan

TBru

Daerah

Kalimantan

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

Gizi

Bail, 2 100.0 100.0 100.c

Status

gizi berdasarkan

TB/BB

daerah

kalimantan

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

Gizi

Lebih

Gizi Baik

Total

I

1

2

50 0

50.0 100.0

50.0 50.0

r00.0

50.c 100.c


(6)

58

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Nunung Irmawaty Sirfefa

Tempat, tanggal lahir

: Kaimana,18 Januari 1990

Jenis kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Kewarganegaraan

: Indonesia

Alamat

: Jl Diponegoro depan Puskesmas Kaimana desa kaimana kota,

Kabupaten Kaimana Papua Barat

Email

:

Nunkzzsirfefa@yahoo.co.id

Pendidikan

:

1.

TK Pertiwi Kaimana

(1994-1996)

2.

SD Yapis Kaimana

(1996-2001)

3.

SLTP Negeri 01 Kaimana

(2001-2004)

4.

SMA Negeri 01 Kaimana

(2004-2007)