Syiar Nathiq, 2014 PERBEDAAN TINGKAT PROFESIONALISME GURU DAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN
BERDASARKAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN SARJANA GURU YANG BERBEDA DI SMK PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK ELEKTRONIKA DAN KETENAGALISTRIKAN
DI KABUPATEN KARAWANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pentingnya pendidikan bukan suatu hal yang diragukan lagi di suluruh dunia khususnya di Indonesia. Melalui pendidikan orang-orang lebih dapat mengoptimalkan
bakat dan kemampuan yang mereka miliki. Mutu pendidikan akan mempengaruhi bagus atau tidakanya hasil yang diperoleh dari suatu pendidikan. Mutu pendidikan
merupakan masalah yang dijadikan agenda utama untuk diatasi dalam kebijakan pembangunan pendidikan, karena hanya dengan pendidikan yang bermutu akan
diperoleh lulusan bermutu yang mampu membangun diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Adanya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dimaksudkan sebagai acuan dasar oleh setiap
pengelola, penyelenggara dan satuan pendidikan dalam meningkatkan kinerja dan memberikan layanan pendidikan yang bermutu.
Kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu yang mempengaruhi pembangunan suatu bangsa. Sumber daya manusia yang baik tidak akan bisa lepas dari
suatu proses pendidikan, baik itu pendidikan formal atau informal. Pada hakekatnya pendidikan adalah proses interaksi antara pendidik dan peserta didik untuk
mengembangkan sumber daya manusia sebagaimana yang tercantum di dalam Undang-
Syiar Nathiq, 2014 PERBEDAAN TINGKAT PROFESIONALISME GURU DAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN
BERDASARKAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN SARJANA GURU YANG BERBEDA DI SMK PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK ELEKTRONIKA DAN KETENAGALISTRIKAN
DI KABUPATEN KARAWANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:
“Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan takwa
terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, dan mandiri
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan .”
Tentu saja sejalan dengan peningkatan mutu pendidikan juga telah digariskan kebijakan tentang pemerataan kesempatan pendidikan yang tidak hanya menambah
fasilitas pendidikan secara kuantitatitif, tetapi komponen secara kualitatif juga. Ini berarti pemerataan kesempatan pendidikan yang bermutu berada pada semua jalur,
jenis dan jenjang pendidikan. Termasuk dalam kebijakan ini adalah pengembangan pendidikan kejuruan SMK.
Pada Rencana Strategis Depdiknas tahun 2010-2014 draft 17 September 2009, target rasio peserta didik SMA dan SMK sebesar 33 : 67 pada tahun 2014 nanti.
Kebijakan ini ditujukan agar keluaran pendidikan dapat lebih berorentasi pada pemenuhan dunia kerja serta kebutuhan dunia usaha dan industri. Hal tersebut
merupakan berita yang sangat menggembirakan, tetapi salah satu yang masih menjadi keprihatinan adalah masalah relevansinya dengan tuntutan dunia kerja. Tingginya
angka pengangguran lulusan Sekolah Menengah Kejuruan selain merupakan indikator rendahnya mutu lulusan, juga mencerminkan kurang adanya kesesuaian link and
match antara kemampuan dan bidang keahlian yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan dengan tuntutan dunia kerja.
Syiar Nathiq, 2014 PERBEDAAN TINGKAT PROFESIONALISME GURU DAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN
BERDASARKAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN SARJANA GURU YANG BERBEDA DI SMK PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK ELEKTRONIKA DAN KETENAGALISTRIKAN
DI KABUPATEN KARAWANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Badan Pusat Statistik BPS mengungkapkan angka pengangguran terbuka Indonesia mencapai 7,7 juta orang pada Agustus 2011. Jumlah 6,56 ini dari total
angkatan kerja berdasarkan pendidikan dan didominasi lulusan SMA dan SMK. Dalam data itu, pada Februari 2011, tingkat pengangguran terbuka tertinggi lulusan SMA
mencapai 10,66, SMK sebesar 10,43, sekolah dasar SD ke bawah 3,56, Sekolah Menengah Pertama SMP 8,37, diploma IIIIII mencapai 7,16, dan pengangguran
lulusan universitas 8,02. Saptorno Dedi Supriadi , 1999:178 menuliskan bahwa dari hasil Studi
Stephen P. Heyneman dan William A. Loxley di 16 negara berkembang menyimpulkan, faktor yang berkontribusi terhadap prestasi belajar adalah: guru
memberi konstribusi terhadap prestasi belajar sebesar 34, sarana fisik 26, manajemen 22 dan waktu belajar 18. dan di 13 negara industri adalah: guru
memberi konstribusi terhadap prestasi belajar sebesar 36, sarana fisik 19, manajemen 23 dan waktu belajar 22. Hasil penelitian tersebut dapat kita ketahui
bahwa bagus tidaknya mutu pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidik atau gurunya itu sendiri yang termasuk kedalam tenaga kependidikan.
Dari uraian di atas terlihat bahwa latar belakang pendidikan guru berpengaruh pada profesionalisme guru dan kualitas proses pembelajaran. Oleh karena itu peneliti
terdorong untuk mengadakan penelitian yang meneliti apakah terdapat pengaruh latar belakang pendidikan guru terhadap profesionalisme guru dan kualitas proses
pembelajaran yang berjudul PERBEDAAN TINGKAT PROFESIONALISME GURU DAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN BERDASARKAN
Syiar Nathiq, 2014 PERBEDAAN TINGKAT PROFESIONALISME GURU DAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN
BERDASARKAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN SARJANA GURU YANG BERBEDA DI SMK PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK ELEKTRONIKA DAN KETENAGALISTRIKAN
DI KABUPATEN KARAWANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN SARJANA GURU YANG BERBEDA DI SMK PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK ELEKTRONIKA DAN
KETENAGALISTRIKAN DI KABUPATEN KARAWANG .
B. Rumusan Masalah