3
Pembuatan Dispersi Padat
Ekstrak kunyit dilarutkan dengan etanol. Dalam wadah lain manitol dilarutkan dalam akuades. Larutan ekstrak kunyit kemudian didispersikan dengan larutan manitol menjadi 1
fase sesuai perbandingan berat untuk mendapatkan kandungan ekstrak kunyit yaitu sebesar 10, 20, dan 30. Pelarut dihilangkan menggunakan oven vaccum dengan suhu 50ºC.
Padatan yang didapat dimasukan ke dalam desikator untuk menghilangkan sisa pelarutnya, setelah itu di timbang untuk dihitung hasil perolehan kembali rendemen, kemudian digerus
dan diayak dengan mesh no.60 dan dimasukan kedalam cangkang kapsul nomor 00 sebanyak 500 mg, setelah itu disimpan didalam desikator kembali.
Pembuatan Serbuk Campuran fisik
Campuran fisik dibuat sebagai kontrol dengan cara mencampurkan sejumlah ekstrak kunyit dan manitol. Campuran fisik dibuat dengan pengadukan ringan dalam mortir,
kemudian diayak dengan mesh no.60, masukan kedalam cangkang kapsul ukuran 00 sebanyak 500 mg sesuai dengan kandungan ekstrak kunyit sebesar 10, 20 dan 30.
Verifikasi Metode Analisis
Hanya validasi parsial sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan untuk verifikasi metode analisis yang digunakan.
1. Pembuatan kurva baku dan penetapan parameter linearitas
Kurva baku kurkumin dibuat sebanyak 14 seri konsentrasi dengan
rentangkonsentrasi 0,011-6,458 µgmL. Larutan tersebut diukur serapannya pada panjang gelombang 431 nm, direplikasi sebanyak 3 kali. Data yang diperoleh
dihitung menggunakan regresi linier sehingga didapat persamaan kurva baku kurkumin. Data yang diperoleh dari kurva baku dihitung menggunakan analisis
regresi least square linear.
2. Penetapan parameter akurasi dan presisi
Akurasi dan presisi ditetapkan dengan metode spiked placebo. Medium disolusi disiapkan sebagai plasebo, kemudian larutan induk baku kurkumin diambil dan
dimasukan dalam medium disolusi, dibuat 3 seri konsentrasi yang berbeda 0,538; 3.229; dan 5.382 µgmL. Larutan tersebut diukur serapannya pada panjang
gelombang 431 nm. Hasil pengukuran serapan dihitung menggunakan persamaan kurva baku untuk mengetahui kadar kurkumin, kemudian dihitung perolehan kembali
sebagai parameter akurasi dan dihitung koefisien variasi keterulangan metode sebagai parameter presisi. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali.
4
Uji Drug Load
Sebanyak 5 mg serbuk dispersi padat dan campuran fisik dilarutkan dalam 5 mL metanol pro analisis. Sampel uji di analisis menggunakan spektrotometer UV-Visibel pada
panjang gelombang 425 nm.
Uji Kelarutan
Dispersi padat dan campuran fisik berlebih dilarutkan dalam 25 ml dapar fosfat hingga jenuh di dalam erlenmeyer, diaduk menggunakan shaker dengan kecepatan 75 rpm
selama 48 jam di suhu ruangan 25°C dalam wadah tertutup dan terlindung dari cahaya hingga kesetimbangan tercapai. Setelah itu, sampel diambil 5 mL kemudian disaring dengan
kertas saring Whatman No 1. Filtrat dianalisis dengan spektrotometer UV-Visibel pada panjang gelombang 431 nm. Pengujian ini dilakukan sebanyak 3 kali. Data yang diperoleh
diuji statistik menggunakan program Real Statistic Ms. Excel untuk melihat signifikansi
perbedaan tiap drug load. Pengujian disolusi sistem dispersi padat dan campuran fisik
Karakteristik pelepasan kurkumin dalam sistem dispersi padat manitol dan campuran fisik diuji menggunakan alat disolusi tipe 2 dayung yang mengandung 0,5 SLS dalam
dapar fosfat pH 6,0. Kecepatan paddle diatur 75 rpm dalam suhu 37±0,5
o
C. Cuplikan, diambil 1 ml setiap 0, 10, 15, 30, 45, 60, 90 dan 120 menit. Sampel yang diambil, digantikan
dengan 1 mL medium disolusi yang baru pada suhu yang sama. Pengujian ini dilakukan sebanyak 3 kali.
Pengukuran kadar kurkumin terdisolus i
Pengukuran kadar kurkumin terdisolusi mengacu pada metode yang telah
dikembangkan dan divalidasi oleh Sharma et al, 2012. Cuplikan , kemudian dicentrifuge
dengan kecepatan 6000 rpm selama 5 menit untuk memisahkan endapan. Selanjutnya diencerkan ke dalam labu ukur 5 mL, kemudian diukur kadar kurkuminnya dengan
spektrofotometer visibel pada panjang gelombang 431 nm. Hasil absorbansi dihitung
sebagai konsentrasi kurkuminoid menggunakan kurva baku kurkumin. Analisis Hasil Uji Kelarutan dan Uji Disolusi
Profil disolusi kurkumin dalam sistem dispersi padat dan campuran fisik dihitung nilai disolusi efisiensi DE dengan metode trapezoid. Data yang diperoleh kemudian diuji
menggunakan Shapiro Wilk untuk melihat distribusi data, bila data terdistribusi normal selanjutnya dilakukan unpaired t-test dan jika data terdistribusi tidak normal dilakukan uji
Man-Whitney. Sedangkan untuk melihat signifikansi pengaruh formulasi kandungan ekstrak
5 kunyit terhadap disolusi kurkumin diuji dengan menggunakan ANOVA dengan taraf
kepercayaan 95. Pengujian dilakukan menggunakan program Real Statistic Ms. Excel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan manitol dalam sistem dispersi padat ekstrak kunyit-manitol mampu meningkatkan disolusi kurkumin dan untuk
mengetahui adanya pengaruh kandungan ekstrak kunyit atau drug load dalam sistem dispersi manitol terhadap disolusi kurkumin. Sistem dispersi padat ekstrak kunyit-manitol dibuat
menggunakan metode penguapan pelarut. Ukuran partikel pada dispersi padat dapat diminimalkan dengan cara obat dan
pembawa harus terdispersi dalam pelarut selarut mungkin, lebih dipilih yang membentuk satu fase larutan homogen Sridhar et al, 2013, kemudian dihilangkan pelarutnya.
Keuntungan dari metode ini adalah mengurangi resiko dekomposisi obat atau pembawa karena penguapan cukup menggunakan suhu rendah Rasenack et al, 2013. Setelah itu
dilakukan pengujian rendemen untuk melihat kehilangan bahan selama proses pembuatan. Nilai rendemen sistem dispersi padat yang dibuat mampu mencapai 66,88-88,14.
Pengujian drug load campuran fisik dan sistem dispersi padat
Pengujian drug load bertujuan untuk mengetahui kandungan kurkuminoid sebenarnya dalam proporsi yang dikehendaki dan mengetahui tidak ada kehilangan selama
proses pembuatan . Hasil uji drug load dapat diamati dalam tabel I, tampak adanya ketidaksesuaian dari drug load yang dikehendaki terhadap hasil pengujian.
Tabel I. Hasil uji drug load Campuran Fisik CF dan Dispersi Padat DP
Sampel n=3
CF 10 CF 20
CF 30 DP 10
DP 20 DP 30
10,84 15,74
25,80 11,69
19,48 24,54
10,59 16,81
25,24 11,66
21,68 24,20
10,59 15,37
26,15 11,75
19,80 24,14
x ± SD 10,67±0,15
15,98±0,75 25,73±0,46
11,70±0,05 20,32±1,19
24,29±0,22
Ketidaksesuaian pada campuran fisik disebabkan karena pembuatan tidak mengalami proses pelarutan sehingga tidak terjadi pengecilan ukuran partikel. Adanya
perbedaan ukuran partikel ini mengakibatkan pencampuran ekstrak kunyit dan manitol
6 dengan mortir dan stamper kurang homogen. Sedangkan ketidaksesuaian pada dispersi padat
dapat disebabkan oleh adanya pemisahan fase pada saat pengeringan sehingga proses homogenisasi kurang optimal.
Pengujian kelarutan campuran fisik dan sistem dispersi padat
Uji kelarutan bertujuan untuk membandingkan kelarutan antara sistem dispersi padat dan campuran fisik dalam jumlah berlebih tanpa adanya surfaktan SLS. Tabel II,
menunjukan hasil uji kelarutan campuran fisik dan dispersi padat pada tiap drug load, data yang diperoleh dari ketiga kelompok tersebut diuji statistik. Peningkatan kelarutan terjadi
secara signifikan pada drug load 10, 20 dan 30 yaitu masing-masing sebesar 3,6 ; 2,89 dan 3,8 kali campuran fisik p0,05. Menurut persamaan Noyes-Whitney, adanya
peningkatan kelarutan sistem dispersi padat berpengaruh terhadap peningkatan disolusi. Semakin besar kelarutannya dalam air maka semakin besar pula kecepatan disolusinya
Nikghalb et al, 2012.
Tabel II. Hasil Uji Kelarutan Campuran Fisik CF dan Dispersi Padat DP
Sampel n=3
CF 10 µgmL
DP 10 µgmL
CF 20 µgmL
DP 20 µgmL
CF 30 µgmL
DP 30 µgmL
0,065 0,226
0,088 0,279
0,126 0,501
0,050 0,203
0,088 0,264
0,134 0,478
0,065 0,218
0,103 0,264
0,126 0,493
x±SD 0,060±0,01
0,216±0,01 0,093±0,01
0,269±0,01 0,129±0,01
0,491±0,01
Verifikasi metode analisis
Penelitian ini mengacu pada metode analisis kurkumin menggunakan spektrofotometri UV-Visibel yang dikembangkan dan divalidasi oleh Sharma et al, 2012.
1. Penentuan parameter linearitas