Pengaruh formulasi ekstrak kunyit dalam sistem dispersi padat manitol terhadap disolusi kurkumin

(1)

PENGARUH FORMULASI EKSTRAK KUNYIT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT MANITOL TERHADAP DISOLUSI KURKUMIN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Nadia Okky Luciana NIM : 138114153

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i

HALAMAN JUDUL

PENGARUH FORMULASI EKSTRAK KUNYIT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT MANITOL TERHADAP DISOLUSI KURKUMIN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Nadia Okky Luciana NIM : 138114153

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGARUH FORMULASI EKSTRAK KUNYIT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT MANITOL TERHADAP DISOLUSI KURKUMIN

Naskah skripsi yang diajukan oleh: Nadia Okky Luciana

NIM : 138114153 telah disetujui oleh

Pembimbing Utama


(4)

iii

PENGESAHAN SKRIPSI BERJUDUL

PENGARUH FORMULASI EKSTRAK KUNYIT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT MANITOL TERHADAP DISOLUSI KURKUMIN

Oleh :

Nadia Okky Luciana NIM : 138114153

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma pada tanggal : ………

Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Dekan

Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt.

Panitia Penguji Tanda Tangan

1. Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt. ………

2. Wahyuning Setyani, M.Sc., Apt. ………


(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Put your heart, mind, and soul into even your smallest acts. This is the secret of success – Swami Sivananda

Saya persembahkan skripsi ini untuk: Tuhan Yesus Kristus yang selalu menjadi teman, teladan, sumber kekuatan dan pengharapan dalam tiap langkah yang saya tempuh. Almarhum Sari Soerjani, Ibu saya yang senantiasa menjadi inspirasi, semangat dan motivasi. Bapak Wahyu Hadi Wibowo, Dik Lia dan Rio yang menjadi kekuatan dan pengaharapan saya. Teman-teman semua yang senantiasa memberi dukungan, semangat, dan selalu mengingatkan saya.


(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat, dan karunia yang dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH FORMULASI EKSTRAK KUNYIT DALAM

SISTEM DISPERSI PADAT MANITOL TERHADAP DISOLUSI

KURKUMIN” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Farmasi (S.Farm) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penyeleseaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis hendak mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Sanata Dharma

2. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing utama atas segala kesabaran dan waktu yang telah diberikan untuk memberi masukan, bimbingan, dukungan, saran, dan motivasi kepada penulis dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Wahyuning Setyani, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji skripsi yang telah banyak memberi ide, saran, dan masukkan yang membangun untuk penelitian ini.

4. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt., selaku dosen penguji skripsi yang telah banyak memberi ide, saran, dan masukkan yang membangun untuk penelitian ini.

5. Ibu Agustina Setiawati M.Sc., Apt., dan Bapak Flotentinus Dika Octa Riswanto, M.Sc., selaku dosen pembimbing akademik penulis atas pendampingan, pengarahan, dukungan kepada penulis selama ini.

6. Mas Bima Windura, Bapak Wagiran, Bapak Musrifin, Bapak Kayat dan Mas Yusuf selaku laboran atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan serta dinamika di laboratorium selama melakukan penelitian.

7. Bapak, Dik Lia dan Rio yang selalu berjuang, memberikan motivasi, dukungan, semangat, kekuatan dan harapan bagi penulis serta senantiasa mendoakan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan dalam penelitian Ineke Andrayani, Trensia Neovelina Imel Sigalingging, Bernadetta Inez Ludwinia, Richardus Yudistira, Kendhi Swandanu, Titi Estetikaningtyas, Marcellina Dwinanda, Dendi Putro atas dukungan, kebersamaan, kerja sama, bantuan, dan semangat selama penelitian ini berlangsung.

9. Sahabat-sahabat penulis: Icha, Laras dan Diniar sahabat dan saudara seperjuangan saya, Ike dan Tasha yang menjadi rekan penulis ketika awal kuliah di Fakultas Farmasi USD, Inez, Lela dan Reni sahabat penulis sejak


(7)

vi

semester I, Ibu Djumirin, Mbak Elly, Ibu Marni, Mas Henry, Yosua, Mbak Regi, yang menemani dan memberi semangat penulis selama kuliah.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membangun sehingga bisa membuat karya yang lebih baik. Penulis mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 2 Januari 2017


(8)

vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarism dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 2 Januari 2017 Penulis


(9)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Nadia Okky Luciana

Nomor Mahasiswa : 138114153

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“PENGARUH FORMULASI EKSTRAK KUNYIT DALAM SISTEM DISPERSI

PADAT MANITOL TERHADAP DISOLUSI KURKUMIN”

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 17 Januari 2017 Yang menyatakan


(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI BERJUDUL ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

PERNYATAAN PUBLIKASI ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiiii

ABSTRAK ... xivv

ABSTRACK ... xv

PENDAHULUAN ... 1

METODE PENELITIAN ... 2

Bahan penelitian ... 2

Alat Penelitian ... 2

Pembuatan Dispersi Padat ... 3

Pembuatan Serbuk Campuran fisik ... 3

Verifikasi Metode Analisis ... 3

1. Pembuatan kurva baku dan penetapan parameter linearitas ... 3

2. Penetapan parameter akurasi dan presisi ... 3

Uji Drug Load ... 4

Uji Kelarutan ... 4

Pengujian disolusi sistem dispersi padat dan campuran fisik ... 4

Pengukuran kadar kurkumin terdisolusi ... 4

Analisis Hasil Uji Kelarutan dan Uji Disolusi ... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5

Pengujian drug load campuran fisik dan sistem dispersi padat ... 5

Pengujian kelarutan campuran fisik dan sistem dispersi padat ... 6


(11)

x

1. Penentuan parameter linearitas (n=3) ... 6

2. Penentuan parameter akurasi dan presisi (n= 3) ... 7

Pengujian Disolusi Campuran Fisik dan Dispersi Padat ... 8

Pengaruh proporsi kadar ekstrak kunyit terhadap disolusi kurkumin ... 9

KESIMPULAN ... 10

SARAN ... 10

DAFTAR PUSTAKA ... 11

LAMPIRAN ... 13


(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I. Hasil uji drug load Campuran Fisik (CF) dan Dispersi Padat (DP) ……. 5 Tabel II. Hasil Uji Kelarutan Campuran Fisik (CF) dan Dispersi Padat (DP) …………... 6 Tabel III. Perhitungan Parameter Akurasi dan Presisi ………... 7 Tabel IV. Hasil Perhitungan Disolusi Efisiensi menit ke 120 ………. 10


(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kurva hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi ………... 7 Gambar 2. Grafik hubungan antara ekstrak kunyit-manitol terdisolusi dalam waktu ….. 9


(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Certificate of Analysis ( CoA) Curcuma domestica ……… 13

Lampiran 2. Perhitungan rendemen dispersi padat dan pengujian drug load ………….. 14

Lampiran 3. Data pengujian kelarutan campuran fisik dan dispersi padat ……….. 15

Lampiran 4. Uji statistik kelarutan campuran fisik dan dispersi padat ……… 15

Lampiran 5. Hasil Perhitungan Linearitas, Akurasi dan Presisi ……….. 17

Lampiran 6. Penimbangan sampel dan pengujian disolusi ……….. 20

Lampiran 7. Perhitungan parameter uji disolusi ……….. 22

Lampiran 8. Uji statistik disolusi efisiensi menit 120 campuran fisik dan dispersi padat 24 Lampiran 9. Uji statistik ANOVA disolusi efisiensi dsipersi padat menit 120 ……... 26


(15)

xiv

PENGARUH FORMULASI EKSTRAK KUNYIT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT MANITOL TERHADAP DISOLUSI KURKUMIN

Nadia Okky Luciana

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia

ABSTRAK

Kurkumin memiliki banyak potensi dalam aktivitas farmakologis namun termasuk dalam golongan obat BCS (Biopharmaceutical Classification System) kelas II. Kurkumin memiliki permeabilitas tinggi namun kelarutannya sangat rendah dalam air. Oleh sebab itu disolusi menjadi tahap penentu (rate limiting step) dalam bioavailabilitasnya. Cara yang dipilih untuk meningkatkan disolusi kurkumin adalah membuat dalam sistem dispersi padat dengan manitol sebagai pembawa hidrofilik. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kemampuan manitol dalam sistem dispersi padat ekstrak kunyit-manitol dalam meningkatkan disolusi kurkumin dibanding campuran fisik, serta mengetahui pengaruh kandungan ekstrak kunyit dalam sistem dispersi padat manitol terhadap profil disolusi kurkumin.

Dispersi padat ekstrak kunyit-manitol dibuat dengan metode penguapan pelarut menggunakan oven vakum. Dalam pembuatannya dibuat variasi kandungan ekstrak kunyit sebesar 10%, 20% dan 30%. Uji disolusi kurkumin menggunakan alat disolusi tipe 2 kemudian diukur kadarnya dengan spektofotometer UV-Visibel. Profil disolusi diamati nilai disolusi efisiensi dengan metode trapezoid. Untuk melihat pengaruh proporsi kadar ekstrak kunyit terhadap disolusi kurkumin menggunakan ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian ini menunjukan formulasi ekstrak kunyit dalam sistem dispersi padat manitol dapat meningkatkan disolusi kurkumin dan terdapat perbedaan nilai disolusi efisiensi antar drug load 10, 20 dan 30% (p value < 0,05). Drug load 30% menunjukkan disolusi efisiensi paling tinggi sebesar 35,95±1,22.


(16)

xv ABSTRACK

Curcumin has a lot of potencies in pharmacological activities however its classified as a BCS (Biopharmaceutical Classification System) class II drug. Therefore, dissolution is rate limiting step in its bioavailability. Solid dispersion technique has been chosen for enhancing dissolution rate of curcumin with mannitol as hydrophilic carrier. The aim of this study are determine the ability of mannitol to increase the dissolution of curcumin in solid dispersion system compared to physical mixture and determine the effect of turmeric extract formulation in mannitol based solid dispersion on the curcumin dissolution.

Solid dispersion was prepared by solvent evaporation method using vacuum oven. The drug content is varied in 10%, 20% and 30% . The curcumin dissolution test using dissolution apparatus type 2, thus the curcumin level was measured using spectrophotometer UV-Visible. The dissolution profile was observed by dissolution efficiency value with trapezoidal method. ANOVA is used to determine the effect of turmeric extract drug load on the curcumin dissolution with 95% confidence level.

The dissolution test result showed that turmeric extract formulation in mannitol based solid dispersion can improve the curcumin dissolution and there are some differences in dissolution efficiency value of each drug load (p value <0,05). The 30% drug load of turmeric extract showed the highest dissolution efficiency value of 35,95±1,22.


(17)

1

PENDAHULUAN

Kunyit termasuk salah satu tanaman rempah dan obat, habitat asli tanaman ini ialah di wilayah Asia Tenggara (Arisandi, 2009). Beberapa kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah diketahui yaitu minyak atsiri sebanyak 6%, zat warna kuning yang disebut kurkuminoid sebanyak 5% meliputi kurkumin 50-60%, mono desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksikurkumin (Chattopadhyay et al, 2004). Kadar total kurkuminoid sering menjadi tolok ukur untuk menyatakan kadar kurkumin, karena kandungan kurkumin paling besar dibanding komponen kurkuminoid lainnya (Sumiati, 2004). Secara empiris maupun ilmiah kandungan kurkumin yang terdapat dalam kunyit memiliki potensi besar dalam aktivitas farmakologi antara lain yaitu anti inflamasi, anti imunodefisiensi, anti bakteri, anti jamur, anti oksidan, anti karsinogenik dan anti mikroba (Chattopadhyay et al, 2004).

Kurkumin termasuk dalam Biopharmaceutics Classification System (BCS) kelas II (Wan et al, 2012). Kurkumin merupakan senyawa hidrofobik dengan kelarutan yang sangat rendah dalam air yaitu 0,58 + 0,03 µg/mL sehingga sulit terabsorbsi dengan baik pada pemberian oral (Kaur and Gurpreet, 2014). Kelarutan kurkumin yang rendah menyebabkan bioavailabilitas kurkumin rendah, sehingga kecepatan disolusi merupakan tahap penentu (rate limiting step) dalam bioavailabilitasnya (Jantarat, 2012). Pada obat BCS kelas II, peningkatan disolusi dapat menjadi strategi untuk meningkatkan absorbsi dan bioavailabilitasnya.

Kecepatan disolusi obat dapat menjadi parameter yang menggambarkan absorbsi obat dalam tubuh (Dokumetzidis and Macheras, 2006). Uji disolusi adalah salah satu pengujian in-vitro yang bisa digunakan untuk menilai pelepasan zat aktif pada sediaan farmasi oral padat seperti tablet dan kapsul (Lawrence et al, 2009).

Banyak cara telah dikembangkan untuk meningkatkan disolusi kurkumin antara lain yaitu pembentukan kompleks dengan siklodektrin (Yadav et al, 2009), self-microemulsifying drug delivery system (J.Cui et al, 2009), nanopartikel (M.Kakran et al, 2012) dispersi padat dan pembentukan misel (Kaur and Gupreet, 2014). Salah satu cara yang dipilih untuk meningkatkan disolusi adalah dengan dispersi padat. Dispersi padat adalah dispersi antara satu atau lebih zat aktif obat dalam matrik pembawa yang bersifat inert, dibuat dalam bentuk padat dengan proses peleburan, penguapan pelarut, atau kombinasi antara kedua metode tersebut ( Chiou and Riegelman, 1971).


(18)

2

Sistem dispersi padat dapat meningkatkan disolusi obat dengan mekanisme pengecilan ukuran partikel, meningkatkan kemampuan keterbasahan dan dispersitas, perubahan bentuk kristal obat menjadi bentuk amorf dan mengurangi kemampuan agregasi dan aglomerasi obat (Balasaheb et al, 2014). Senyawa hidrofilik banyak digunakan sebagai pembawa dalam sistem dispersi padat antara lain yaitu polimer, turunan selulosa, gula, poliakrilat, dan asam organik (Nikghalb et al, 2012). Manitol merupakan salah satu senyawa turunan gula yang berfungi sebagai pembawa hidrofilik.

Pada penelitian Magdulkar et al, (2015) dilakukan pembuatan dispersi padat dengan beberapa gula sebagai matriks untuk meningkatkan disolusi dari Clotrimazole yang termasuk BCS kelas II, dan hasilnya menunjukan bahwa manitol mampu meningkatkan disolusi hingga 806 kali lipat dibandingkan dengan matriks yang lain. Manitol digunakan sebagai pore-forming agent untuk meningkatkan kelarutan kurkumin dalam sistem dispersi padat asetat selulosa-kurkumin (Wan et al, 2012). Dalam pembuatan dispersi padat, pembawa hidrofilik manitol dan ekstrak kunyit didispersikan berdasarkan perbandingan kandungan ekstrak kunyit dan pembawa. Perbedaan proporsi kadar ekstrak kunyit terhadap pembawa dapat berpengaruh pada kecepatan disolusi (Srinarong et al, 2010). Dengan demikian, pada penelitian ini digunakan manitol sebagai pembawa sistem dispersi padat ekstrak kunyit untuk melihat kemampuan manitol dan mengetahui pengaruh formulasi ekstrak kunyit terhadap peningkatan disolusi kurkumin.

METODE PENELITIAN Bahan penelitian

Standar baku kurkumin (diisolasi oleh Dr.rer.nat. Yosi Bayu Murti, M.Si., Apt.), Ekstrak kunyit (PT.Phytochemindo Reksa) dengan kadar kurkuminoid minimal 95%, metanol pa (Merck), etanol teknis, akuades, cangkang kapsul keras ukuran 00, manitol sebagai pembawa, Sodium Lauryl Sulphate (SLS) (Merck) dan dapar fosfat pH 6,0 sebagai medium disolusi.

Alat Penelitian

Neraca analitik (Mettler Toledo), mortir dan stamper, shaker (Innova 2000), makropipet disolusi (Socorex), alat uji disolusi (Guoming RC-6D Dissolution Tester), ayakan No. 60, oven vakum (Brouwer), pompa vakum (GAST DOA-P6O4-WN), alat-alat gelas (Pyrex Iwaki Glass®), centrifuge (Gemmy Industrial Corp. PLC-05), tabung centrifuge, spektrofotometer UV-Visibel (Shimadzu UV-1800), hot plate (Wilten & Co), pH-meter ( SI Analysis Lab 850), sonikator (Branson 2800).


(19)

3 Pembuatan Dispersi Padat

Ekstrak kunyit dilarutkan dengan etanol. Dalam wadah lain manitol dilarutkan dalam akuades. Larutan ekstrak kunyit kemudian didispersikan dengan larutan manitol menjadi 1 fase sesuai perbandingan berat untuk mendapatkan kandungan ekstrak kunyit yaitu sebesar 10%, 20%, dan 30%. Pelarut dihilangkan menggunakan oven vaccum dengan suhu 50ºC. Padatan yang didapat dimasukan ke dalam desikator untuk menghilangkan sisa pelarutnya, setelah itu di timbang untuk dihitung hasil perolehan kembali (rendemen), kemudian digerus dan diayak dengan mesh no.60 dan dimasukan kedalam cangkang kapsul nomor 00 sebanyak 500 mg, setelah itu disimpan didalam desikator kembali.

Pembuatan Serbuk Campuran fisik

Campuran fisik dibuat sebagai kontrol dengan cara mencampurkan sejumlah ekstrak kunyit dan manitol. Campuran fisik dibuat dengan pengadukan ringan dalam mortir, kemudian diayak dengan mesh no.60, masukan kedalam cangkang kapsul ukuran 00 sebanyak 500 mg sesuai dengan kandungan ekstrak kunyit sebesar 10%, 20% dan 30%. Verifikasi Metode Analisis

Hanya validasi parsial sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan untuk verifikasi metode analisis yang digunakan.

1. Pembuatan kurva baku dan penetapan parameter linearitas

Kurva baku kurkumin dibuat sebanyak 14 seri konsentrasi dengan rentangkonsentrasi 0,011-6,458 µg/mL. Larutan tersebut diukur serapannya pada panjang gelombang 431 nm, direplikasi sebanyak 3 kali. Data yang diperoleh dihitung menggunakan regresi linier sehingga didapat persamaan kurva baku kurkumin. Data yang diperoleh dari kurva baku dihitung menggunakan analisis regresi least square linear.

2. Penetapan parameter akurasi dan presisi

Akurasi dan presisi ditetapkan dengan metode spiked placebo. Medium disolusi disiapkan sebagai plasebo, kemudian larutan induk baku kurkumin diambil dan dimasukan dalam medium disolusi, dibuat 3 seri konsentrasi yang berbeda (0,538; 3.229; dan 5.382 µg/mL). Larutan tersebut diukur serapannya pada panjang gelombang 431 nm. Hasil pengukuran serapan dihitung menggunakan persamaan kurva baku untuk mengetahui kadar kurkumin, kemudian dihitung perolehan kembali sebagai parameter akurasi dan dihitung koefisien variasi keterulangan metode sebagai parameter presisi. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali.


(20)

4 Uji Drug Load

Sebanyak 5 mg serbuk dispersi padat dan campuran fisik dilarutkan dalam 5 mL metanol pro analisis. Sampel uji di analisis menggunakan spektrotometer UV-Visibel pada panjang gelombang 425 nm.

Uji Kelarutan

Dispersi padat dan campuran fisik berlebih dilarutkan dalam 25 ml dapar fosfat hingga jenuh di dalam erlenmeyer, diaduk menggunakan shaker dengan kecepatan 75 rpm selama 48 jam di suhu ruangan (25°C) dalam wadah tertutup dan terlindung dari cahaya hingga kesetimbangan tercapai. Setelah itu, sampel diambil 5 mL kemudian disaring dengan kertas saring Whatman No 1. Filtrat dianalisis dengan spektrotometer UV-Visibel pada panjang gelombang 431 nm. Pengujian ini dilakukan sebanyak 3 kali. Data yang diperoleh diuji statistik menggunakan program Real Statistic Ms. Excel untuk melihat signifikansi perbedaan tiap drug load.

Pengujian disolusi sistem dispersi padat dan campuran fisik

Karakteristik pelepasan kurkumin dalam sistem dispersi padat manitol dan campuran fisik diuji menggunakan alat disolusi tipe 2 (dayung) yang mengandung 0,5% SLS dalam dapar fosfat pH 6,0. Kecepatan paddle diatur 75 rpm dalam suhu 37±0,5oC. Cuplikan, diambil 1 ml setiap 0, 10, 15, 30, 45, 60, 90 dan 120 menit. Sampel yang diambil, digantikan dengan 1 mL medium disolusi yang baru pada suhu yang sama. Pengujian ini dilakukan sebanyak 3 kali.

Pengukuran kadar kurkumin terdisolusi

Pengukuran kadar kurkumin terdisolusi mengacu pada metode yang telah dikembangkan dan divalidasi oleh Sharma et al, (2012). Cuplikan , kemudian dicentrifuge dengan kecepatan 6000 rpm selama 5 menit untuk memisahkan endapan. Selanjutnya diencerkan ke dalam labu ukur 5 mL, kemudian diukur kadar kurkuminnya dengan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang 431 nm. Hasil absorbansi dihitung sebagai konsentrasi kurkuminoid menggunakan kurva baku kurkumin.

Analisis Hasil Uji Kelarutan dan Uji Disolusi

Profil disolusi kurkumin dalam sistem dispersi padat dan campuran fisik dihitung nilai disolusi efisiensi (DE) dengan metode trapezoid. Data yang diperoleh kemudian diuji menggunakan Shapiro Wilk untuk melihat distribusi data, bila data terdistribusi normal selanjutnya dilakukan unpaired t-test dan jika data terdistribusi tidak normal dilakukan uji Man-Whitney.Sedangkan untuk melihat signifikansi pengaruh formulasi kandungan ekstrak


(21)

5

kunyit terhadap disolusi kurkumin diuji dengan menggunakan ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%. Pengujian dilakukan menggunakan program Real Statistic Ms. Excel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan manitol dalam sistem dispersi padat ekstrak kunyit-manitol mampu meningkatkan disolusi kurkumin dan untuk mengetahui adanya pengaruh kandungan ekstrak kunyit atau drug load dalam sistem dispersi manitol terhadap disolusi kurkumin. Sistem dispersi padat ekstrak kunyit-manitol dibuat menggunakan metode penguapan pelarut.

Ukuran partikel pada dispersi padat dapat diminimalkan dengan cara obat dan pembawa harus terdispersi dalam pelarut selarut mungkin, lebih dipilih yang membentuk satu fase larutan homogen (Sridhar et al, 2013), kemudian dihilangkan pelarutnya. Keuntungan dari metode ini adalah mengurangi resiko dekomposisi obat atau pembawa karena penguapan cukup menggunakan suhu rendah (Rasenack et al, 2013). Setelah itu dilakukan pengujian rendemen untuk melihat kehilangan bahan selama proses pembuatan. Nilai rendemen sistem dispersi padat yang dibuat mampu mencapai 66,88%-88,14%.

Pengujian drug load campuran fisik dan sistem dispersi padat

Pengujian drug load bertujuan untuk mengetahui kandungan kurkuminoid sebenarnya dalam proporsi yang dikehendaki dan mengetahui tidak ada kehilangan selama proses pembuatan . Hasil uji drug load dapat diamati dalam tabel I, tampak adanya ketidaksesuaian dari drug load yang dikehendaki terhadap hasil pengujian.

Tabel I. Hasil uji drug load Campuran Fisik (CF) dan Dispersi Padat (DP)

Sampel

(n=3) CF 10% CF 20% CF 30% DP 10% DP 20% DP 30%

10,84 15,74 25,80 11,69 19,48 24,54 10,59 16,81 25,24 11,66 21,68 24,20 10,59 15,37 26,15 11,75 19,80 24,14

x ± SD (%) 10,67±0,15 15,98±0,75 25,73±0,46 11,70±0,05 20,32±1,19 24,29±0,22

Ketidaksesuaian pada campuran fisik disebabkan karena pembuatan tidak mengalami proses pelarutan sehingga tidak terjadi pengecilan ukuran partikel. Adanya perbedaan ukuran partikel ini mengakibatkan pencampuran ekstrak kunyit dan manitol


(22)

6

dengan mortir dan stamper kurang homogen. Sedangkan ketidaksesuaian pada dispersi padat dapat disebabkan oleh adanya pemisahan fase pada saat pengeringan sehingga proses homogenisasi kurang optimal.

Pengujian kelarutan campuran fisik dan sistem dispersi padat

Uji kelarutan bertujuan untuk membandingkan kelarutan antara sistem dispersi padat dan campuran fisik dalam jumlah berlebih tanpa adanya surfaktan (SLS). Tabel II, menunjukan hasil uji kelarutan campuran fisik dan dispersi padat pada tiap drug load, data yang diperoleh dari ketiga kelompok tersebut diuji statistik. Peningkatan kelarutan terjadi secara signifikan pada drug load 10%, 20% dan 30% yaitu masing-masing sebesar 3,6 ; 2,89 dan 3,8 kali campuran fisik (p<0,05). Menurut persamaan Noyes-Whitney, adanya peningkatan kelarutan sistem dispersi padat berpengaruh terhadap peningkatan disolusi. Semakin besar kelarutannya dalam air maka semakin besar pula kecepatan disolusinya (Nikghalb et al, 2012).

Tabel II. Hasil Uji Kelarutan Campuran Fisik (CF) dan Dispersi Padat (DP) Sampel (n=3) CF 10% (µg/mL) DP 10% (µg/mL) CF 20% (µg/mL) DP 20% (µg/mL) CF 30% (µg/mL) DP 30% (µg/mL)

0,065 0,226 0,088 0,279 0,126 0,501 0,050 0,203 0,088 0,264 0,134 0,478 0,065 0,218 0,103 0,264 0,126 0,493

x±SD(%) 0,060±0,01 0,216±0,01 0,093±0,01 0,269±0,01 0,129±0,01 0,491±0,01

Verifikasi metode analisis

Penelitian ini mengacu pada metode analisis kurkumin menggunakan spektrofotometri UV-Visibel yang dikembangkan dan divalidasi oleh Sharma et al, (2012).

1. Penentuan parameter linearitas

Linearitas metode dinyatakan dalam nilai koefisien korelasi (r) yang menunjukan korelasi hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi (Gambar 1), (Gandjar and Rohman, 2012). Dari hasil pengujian didapatkan panjang gelombang kurkumin dalam medium disolusi sebesar 431 nm dan 425 dalam pelarut metanol. Hasil pengukuran panjang gelombang menunjukan adanya pergeseran hipokromik yaitu pergeseran serapan maksimum ke panjang gelombang yang lebih pendek. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan pelarut (Sharma, 2015). Kemudian, dibuat 14 seri konsentrasi baku dengan rentang konsentrasi sebesar 0,011-6,458 µg/mL. Hasil pengukuran menunjukan linearitas (r) sebesar 0,998 untuk kurkumin dalam medium


(23)

7

y = 0.1307x + 0.0015 R² = 0.9963

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

0 2 4 6 8

A

bsorbansi

Konsentrasi (µg/mL)

Kurva Baku Kurkumin dalam Medium Disolusi

disolusi maupun dalam etanol, hal ini memenuhi persyaratan AOAC (2012) dengan nilai r yang baik yaitu > 0,99.

Gambar 1. Kurva hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi (n=3)

2. Penentuan parameter akurasi dan presisi

Penentuan parameter akurasi dilihat berdasarkan kedekatan antara nilai terukur dengan nilai sebenarnya (Rohman, 2009). Akurasi dihitung sebagai banyaknya analit yang diperoleh kembali pada suatu pengukuran dalam 9 kali penetapan kadar dengan 3 tingkat konsentrasi (ICH, 1996) yaitu 0,538; 3,229; dan 5,382 µg/mL.

Tabel III. Perhitungan Parameter Akurasi dan Presisi (n= 3)

Keterangan Konsentrasi teoritis (µg/mL) Konsentrasi perhitungan (µg/mL) Perolehan

kembali (%) CV (%)

Rendah

Rep I 0,538 0,532 98,84

0,83 Rep II 0,538 0,539 100,26

Rep II 0,538 0,532 98,84

Sedang

Rep I 3,229 3,294 102,01

1,83 Rep II 3,229 3,347 103,67

Rep II 3,229 3,416 105,80

Tinggi

Rep I 5,382 5,581 103,71

2,42 Rep II 5,382 5,819 108,11

Rep II 5,382 5,826 108,26 Keterangan:

Rep = Replikasi

CV = Coefficient Variation


(24)

8

Nilai perolehan kembali berkisar antara 98,84-108,26% (Tabel III), hasil ini masih memenuhi rentang persyaratan yang ditetapkan oleh Association of Official Analytical Chemist (AOAC) untuk sampel dengan konsentrasi 1 µg/ml yaitu sebesar 80-110% sehingga dapat dikatakan bahwa metode ini akurat (AOAC, 2016). Presisi merupakan ukuran kedekatan antar serangkaian hasil analisis pada 9 kali penetapan kadar dengan 3 konsentrasi yang berbeda (ICH, 1996). Konsep presisi diukur sebagai koefisien variasi. Dari pengukuran didapatkan hasil CV sebesar 0,83-2,42 %, hasil ini masih memenuhi rentang pesyaratan yang ditetapkan yaitu sebesar 11% (AOAC, 2016). Dari hasil linearitas, akurasi dan presisi menunjukan bahwa metode ini valid sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini.

Pengujian Disolusi Campuran Fisik dan Dispersi Padat

Metode yang digunakan untuk uji disolusi menggunakan metode dayung, volume media sebanyak 500 mL dengan suhu 37±0,5oC. Tujuan pengujian ini adalah untuk melihat pelepasan campuran fisik dan dispersi padat secara in vitro. Untuk obat yang tidak larut dalam air atau sedikit larut maka direkomendasikan penambahan SLS (US FDA, 1997). Wang et al, (1997) melakukan penelitian stabilitas kurkumin pada pH 3-10 dan menunjukan hasil bahwa kurkumin paling stabil dalam pH 6,0, oleh sebab itu dalam pengujian ini digunakan dapar fosfat pH 6,0.

Proses terjadinya disolusi dispersi padat mulai terjadi pada menit ke 3, yang secara simultan terus menerus terdisolusi hingga 120 menit. Profil disolusi (Gambar 2) menunjukan bahwa sediaan dispersi padat mengalami peningkatan disolusi dibandingkan campuran fisik, hal ini terjadi pada semua drug load. Kemudian dilakukan uji statistik untuk melihat signifikansi perbedaan tiap drug load menggunakan data disolusi efisiensi (DE) 120 menit. DE merupakan perbandingan luas dibawah kurva disolusi dengan luas segi empat seratus persen zat aktif larut dalam medium pada saat tertentu (Fudholi, 2013). Hasil uji statistik menunjukan perbedaan peningkatan disolusi yang signifikan pada drug load 10, 20, dan 30% masing-masing sebesar 1,93; 2,95 ; 2,38 kali campuran fisik (p value < 0,05). Presentase disolusi paling besar terjadi pada drug load 30%.


(25)

9

Gambar 2. Grafik hubungan ekstrak kunyit-manitol yang terdisolusi dalam waktu (n=3) Keterangan :

CF = Campuran Fisik ekstrak kunyit-manitol DP = Dispersi Padat ekstrak kunyit-manitol

Perbedaan profil disolusi ini terjadi karena perbedaan proses awal pembuatan keduanya. Pada pembentukan dispersi padat, dilakukan pelarutan terlebih dahulu sehingga terjadi pengecilan ukuran partikel. Pencampuran antara ekstrak kunyit dan manitol, membuat ekstrak kunyit terabsorpsi sebagai fine particle pada permukaan pembawa. Semakin kecil ukuran partikel maka luas permukaan spesifiknya akan semakin besar, sehingga luas kontak dengan medium akan semakin besar dan meningkatkan kemampuan keterbasahan serta dispersibilitas ekstrak kunyit, sehingga akan mempercepat disolusinya (Yadav et al, 2011). Sedangkan campuran fisik pembuatannya hanya di lakukan pencampuran ekstrak dan manitol dengan pengadukan ringan, campuran fisik tersebut memiliki kelarutan yang lebih rendah karena ukuran partikelnya masih besar. Selain itu, pembawa manitol memiliki kelarutan yang sangat tinggi dalam air (1 : 5,5) (Rowe et al, 2009) , ketika terpapar oleh medium disolusi maka dengan akan mudah membentuk kanal air dan terdisolusi. (Wan et al, 2011). Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sistem dispersi padat dengan pembawa manitol mampu meningkatkan disolusi kurkumin.

Pengaruh proporsi kadar ekstrak kunyit terhadap disolusi kurkumin

Pengaruh proporsi kadar ekstrak kunyit terhadap disolusi kurkumin dapat dilihat dengan membandingkan nilai disolusi efisiensi (DE) sediaan dispersi padat dengan waktu

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00

0 20 40 60 80 100 120

% Te rd is o lu si Waktu (menit)

Kurva Rata-rata % terdisolusi VS waktu (menit)


(26)

10

yang sama (Tabel IV), pada penelitian ini diamati pada menit ke-120 kemudian dilakukan uji statistik.

Tabel IV. Hasil Perhitungan Disolusi Efisiensi menit ke 120 Sampel (n=3)

Drug Load 10% Drug Load 20% Drug Load 30%

18.41 33.06 34.56

16.91 29.56 36.47

20.14 30.99 36.82

x± SD (%) 18.49±1.62 31.20 ± 1.76 35.95±1.22

Berdasarkan uji ANOVA terdapat perbedaan nilai disolusi efisiensi (DE) menit 120 pada tiap drug load. Semakin besar drug load ekstrak kunyit dalam sistem dispersi padat, semakin besar pula nilai disolusi efisiensi (DE) ( p value < 0,05). Hal ini menunjukan adanya pengaruh drug load ekstrak kunyit terhadap disolusi kurkumin.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Srinarong et al (2010) adanya peningkatan drug load obat BCS kelas II terhadap pembawa hidrofilik dapat menyebabkan penurunan kecepatan disolusi. Namun pada penelitian ini didapatkan hasil yang berbeda, bahwa dengan peningkatan drug load ekstrak kunyit menunjukan peningkatan disolusi kurkumin. Peristiwa ini terjadi karena kurkumin dalam sistem dispersi padat manitol tidak mengalami kristalisasi dan tidak menunjukan pembentukan aglomerasi partikel menjadi ukuran yang lebih besar. Semakin besar drug load maka jumlah kurkumin semakin banyak, sehingga jumlah kurkumin yang terdisolusi juga semakin banyak dibanding drug load yang lebih kecil.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa formulasi ekstrak kunyit dalam sistem dispersi padat manitol dapat meningkatkan disolusi kurkumin secara signifikan dibandingkan dengan campuran fisik pada drug load yang sama (p value < 0,05) dan hasil menunjukan bahwa dispersi padat dengan kandungan ekstrak kunyit 30% memiliki nilai disolusi efisiensi (DE) yang paling besar dibandingkan dengan formula lainnya yaitu sebesar35,95±1,22 .

SARAN

Dalam penelitian lebih lanjut diperlukan adanya penyeragaman ukuran partikel antara ekstrak kunyit dan manitol untuk mengoptimalkan proses homogenisasi terkait uji drug load. Salah satu cara menyeragamkan ukuran partikel adalah dengan cara pengayakan.


(27)

11

DAFTAR PUSTAKA

Arisandi, Y., and Andriani,Y., 2009.Khasiat Berbagai Tanaman untuk Pengobatan. Jakarta: Eska Medika, 256-259.

AOAC, 2016. AOAC - Guidelines for Standard Method Performance Requirement. Journal of AOAC International and Official Method of Analysis, 9.

Balasaheb,P., Teli, B., and Birajdar, A., 2014. Solid Dispersion: An Overview on Solubility of Poorly Water Soluble Drug. Int J Pharm Bio Sci, 5(3), 7-25.

Chattopadhyay, I., Biswas, K., Bandyopadhyay, U., and Banerjee, R.K., 2004. Tumeric and Curcumin: Biological Actions and Medical Applications. Current Science, 87(1), 44-53.

Chiou, W. and Riegelman S., 1971. Pharmaceutical Application of Solid Dispersion System. Journal of Pharmaceutical Sciences, 60(9), 1-22.

Dokumetzidis, A. and Panos, M., 2006. A century of dissolution research: From Noyes and Whitney to the Biopharmaceutics Classification System. International Journal of Pharmaceutic 321:1-11.

Faizal, M., 2012. Spektrofotometri,http://53453920/Referensi-Spektrofotomer-Terlengkap, diakses pada tanggal 12 April 2016.

Fudholi, A., 2013. Disolusi & Pelepasan Obat In Vitro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 4-5,31,41-81,137-143.

Gandjar, I.G. and Rohman, A., 2012. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar,465-476.

Q2 (R1); ICH, 1996. ICH Q2 (R1) - Validation of Analytical Procedures. International Conference on Harmonisation.

Jantarat, C., 2012. Bioavailability Enhancement Techniques of Herbal Medicine: A Case Example of Curcumin. Int J Pharm Sci., 5 (1), 493-500.

J.Chirag., Satyanand, T., Dadarwal, P., Mangukia, D., Pravin,Y., Sojitra, I, et al., 2013. A Recent Approach for Solubility and Bioavailability Enhancement:Solid Dispersion.Journal of Drug Discovery and Therapeutics., 1(4), 34-39.

Kaur, H and Gurpreet K., 2014. A Critical Appraisal of Solubility Enhancement Tehniques of Polyphenols. Journal of Pharmaceutics., 1-15.

Lawrence J.,Moore E.,Port L.,Danchin M.,2009. Paracetamol As A Risk Factor for Allergic Disorders. The lancet., 119-119.


(28)

12

Madgulkar, A., Bandivekar, M., Shid, T., and Rao, S., 2015. Sugar as Solid Dispersion Carrier to Improve Solubility and Dissolution of the BCS Class II drug: Clotrimazol. Drug Dev Ind Pharm, Early Online., 1:11.

Nikghalb, L.A., Gurinder, S., Gaurav, S and Kimia F.K, 2012. Solid Dispersion: Methods and Polymers to Increase the Solubility of Poorly Soluble Drugs.Journal of Applied Pharmaceutical Science., 2 (10), 170-175.

Rasenack N., Hante R. N., Hartenhauer, H., and Müller B., 2003. Microcrystals for Dissolution Rate Enhancement of Poorly Water-Soluble Drugs. Int J Pharm. 254, 137-45.

Ravindran, K.Nirmal, and K.Sivaraman,2007. Tumeric the Genus of Curcuma. CRC Press Taylor & Francais Group, 23,321-323.

Rohman, A., 2011. Mini Review Analysis of Curcuminoids in Food and Pharmaceutical Products. International Food Research Jounal., 19(1), 19-27.

Sharma, K.., S.S. Agrawal., and Monica, G., 2012. Development and Validation of UV Spectrophotometric method for the estimation of Curcumin in Bulk Drug and Pharmaceutical Dosage Form. International Journal of Drug Development and Research., 4 (2), 375-380.

Srinarong, P., Kouwen, S., Visser, M.R., Hinrichs, W.L.J., and Frijlink, H.W., 2010. Effect of Drug-carrier Interaction on the Dissolution Behaviour of Solid Dispersion Tablets. Pharmaceutical Development and Technology., 15 (5), 460-468.

Sridhar,I., Abha D., Bhagyasri,J., Vandana, W., and Jesal D, 2013. Solid Dispersion: an Approach to Enhance Solubility of Poor Water Soluble Drug. Journal of Scientific and Innovative Research, 2(3), 685-694.

Sumiati, A., 2004. Khasiat Kunyit, http://www.annehira.com, diakses tanggal 2 April 2016. US FDA, 1997. Guidance for Industry. Dissolution Testing of Immediate Release Solid Oral Dosage Form. Departement of Health and Human Service Food and Drug Administration.

Wan, S., Yinqian, S., Xiuxiang, Q., and Fengping, T., 2012. Improved Bioavailability of Poorly Water Soluble Drug Curcumin in Cellulose Acetat Solid Dispersion. AAPS PharmSciTech., 13(1), 159-166.

Yadav, P. S., Vikas, K., Udaya, P.S., Hans R.B., and B. Mazumber., 2011. Physicocemical Characterizationm and in vitro Dissolution Studies of Solid Dispersions of Ketoprofen with PVP K30 and D-mannitol. Saudi Pharmaceutical Journal., (21), 77-84.


(29)

13 LAMPIRAN


(30)

14

LAMPIRAN DATA

Lampiran 2. Perhitungan rendemen dispersi padat dan pengujian drug load

Rumus perhitungan rendemen = B k

����� ���� ��� x 100%

Contoh cara perhitungan = ,

��� x 100% = 88, 14%

Tabel I. Contoh perhitungan rendemen dispersi padat

Berat total (g) Berat akhir (g) Rendemen (%)

DP 10% EK 5 4,407 88, 14

M

DP 20% EK 5 3,506 70,12

M

DP 30% EK 5 3,344 66,88

M Keterangan :

- DP = Dispersi Padat - EK = Ekstrak Kunyit - M = Manitol

Tabel II . Hasil pengujian drug load (n=3)

Sampel Rata-rata (%) SD (%)

CF 10% 10,67 0,15

CF 20% 15,98 0,75

CF 30% 25,73 0,46

DP 10% 11,70 0,05

DP 20% 20,32 1,19

DP 30% 24,29 0,22

Keterangan:

- CF = Campuran Fisik - DP = Dispersi Padat


(31)

15

Lampiran 3. Data pengujian kelarutan campuran fisik dan dispersi padat. Tabel I. Data kelarutan campuran fisik dan dispersi padat (n=3)

Sampel Rata-rata (µg/mL) SD (µg/mL)

CF 10% 0,060 0,01

DP 10% 0,216 0,01

CF 20% 0,093 0,01

DP 20% 0,269 0,01

CF 30% 0,129 0,01

DP 30% 0,491 0,01

Keterangan:

- CF = Campuran Fisik - DP = Dispersi Padat

Lampiran 4. Uji statistik kelarutan campuran fisik dan dispersi padat

Gambar 1. Contoh uji statistik Shapiro Wilk uji kelarutan dispersi padat dan campuran fisik


(32)

16

Gambar 2. Contoh uji statistik variansi uji kelarutan dispersi padat dan campuran fisik

Gambar 3. Contoh uji statistik unpaired T-test uji kelarutan dispersi padat dan campuran fisik


(33)

17

Lampiran 5. Hasil Perhitungan Linearitas, Akurasi dan Presisi

1. Data perhitungan parameter linearitas (n=3)

Gambar 1. Kurva baku kurkumin dalam medium disolusi Keterangan :

a 0,0015 b 0,1307 R 0,998

Gambar 2. Hasil pengolahan data linearitas kurva baku kurkumin dalam medium disolusi y = 0.1307x + 0.0015

R² = 0.9963

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

0 2 4 6 8

A

bsorbansi

Konsentrasi (µg/mL)


(34)

18

Gambar 3. Grafik hubungan konsentrasi VS absorbansi baku kurkumin dalam methanol (n=3)

Keterangan: A 0,006 B 0,1591 R 0,998

Gambar 4. Hasil pengolahan data linearitas kurva baku kurkumin dalam metanol (n=3) y = 0.1591x - 0.006

R² = 0.9973

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

0 2 4 6

A

bsorbansi

Konsentrasi (µg/mL)


(35)

19

2. Data perhitungan parameter akurasi

Data parameter akurasi dihitung berdasarkan perolehan kembali ( % recovery ): Rumus perhitungan % recovery =K

K y x %

Contoh perhitungan = , µ�/��

, µ�/�� x 100%

= 98,84% Tabel I. Hasil perhitungan akurasi (n=3)

Konsentrasi sebenarnya (µg/mL)

Konsentrasi

perhitungan (µg/mL) % recovery

Rata-rata (%)

0,538 0,532 98,84

99,31

0,538 0,539 100,26

0,538 0,532 98,84

3,229 3,294 102,01

103,82

3,229 3,347 103,67

3,229 3,416 105,80

5,382 5,581 103,71

106,69

5,382 5,819 108,11

5,382 5,826 108,26

3. Data perhitungan parameter presisi

Data parameter presisi dihitung berdasaran koefisien variasi (CV): Rumus perhitungan CV = ��

�̅ x 100% Contoh perhitungan = ,

,

̅̅̅̅̅̅̅̅ x 100% = 0,83

Tabel II. Hasil perhitungan presisi (n=3) Konsetrasi sebenarnya (µg/mL) Konsentrasi perhitungan (µg/mL) Rata-rata

(µg/mL) SD CV (%)

0,538 0,532

0,534 0,004 0,83

0,538 0,539

0,538 0,532

3,229 3,294

3,352 0,061 1,83

3,229 3,347

3,229 3,416

5,382 5,581

5,742 0,139 2,42

5,382 5,819


(36)

20

Lampiran 6. Penimbangan sampel dan pengujian disolusi, Tabel I. Penimbangan kapsul dispersi padat dan campuran fisik

Campuran Fisik Dispersi Padat

Sampel Berat

(mg)

Rata-rata

(mg) Sampel

Berat (mg)

Rata-rata (mg) CF 10%

Rep I 501

501,67 DP 10%

Rep I 505 503,33

Rep II 502 Rep II 503

Rep III 502 Rep III 502

CF 20%

Rep I 500

501,33 DP 20%

Rep I 504 501,67

Rep II 503 Rep II 500

Rep III 501 Rep III 501

CF 30%

Rep I 500

501 DP 30%

Rep I 503 501,33

Rep II 503 Rep II 501

Rep III 500 Rep III 500

Keterangan:

- CF = Campuran Fisik - DP = Dispersi Padat - Rep = Replikasi

Tabel II. Contoh hasil data uji disolusi campuran fisik 10% Waktu

(menit)

Replikasi I Replikasi II Replikasi III C (µg/mL) D (%) C (µg/mL) D (%) C (µg/mL) D (%)

0 0 0 0 0 0 0

10 6,676 6,23 5,337 4,98 5,107 4,77

15 7,823 7,30 7,096 6,63 7,249 6,77

30 9,545 8,91 9,277 8,66 7,708 7,20

45 11,228 10,48 10,233 9,55 9,927 9,27

60 11,496 10,73 12,146 11,34 11,993 11,20

90 16,354 15,27 17,425 16,27 15,360 14,34

120 18,956 17,70 19,491 18,20 18,573 17,34

Keterangan :

- C = konsentrasi kurkumin dalam medium disolusi - D = jumlah sampel yang terdisolusi per waktu (%)

Tabel III. Contoh hasil perhitungan data uji disolusi campuran fisik 10% Waktu (menit) Replikasi I (%) Replikasi II (%) Replikasi III (%) Rata-rata

(%) SD CV (%)

0 0 0 0 0 0 0

10 6,23 4,35 4,17 4,92 1,14 23,19

15 7,30 5,72 5,83 6,28 0,89 14,09

30 8,91 7,40 6,19 7,50 1,36 18,18

45 10,48 8,15 7,91 8,85 1,42 16,09

60 10,73 9,63 9,51 9,96 0,68 6,78

90 15,27 13,72 12,12 13,70 1,58 11,50


(37)

21

Tabel IV. Contoh hasil data uji disolusi dispersi padat 10% Waktu

(menit)

Replikasi I Replikasi II Replikasi III C (µg/mL) D (%) C (µg/mL) D (%) C(µg/mL) D (%)

0 0 0 0 0 0 0

10 9,889 8,40 11,955 10,15 13,064 11,09

15 12,108 10,28 10,616 9,01 12,643 10,73

30 16,775 14,24 12,950 10,99 22,016 18,69

45 21,595 18,33 21,748 18,46 24,617 20,90

60 24,809 21,06 22,437 19,05 30,011 25,48

90 27,219 23,11 22,475 19,08 26,301 22,33

120 30,432 25,84 32,957 27,98 30,585 25,97

Keterangan :

- C = konsentrasi kurkumin dalam medium disolusi - D = jumlah sampel yang terdisolusi per waktu (%)

Tabel V. Contoh hasil perhitungan data uji disolusi dispersi padatn 10% Waktu (menit) Replikasi I (%) Replikasi II (%) Replikasi III (%) Rata-rata

(%) SD CV (%)

0 0 0 0 0 0 0

10 7,15 8,60 9,38 8,38 1,13 13,52

15 8,71 7,66 9,09 8,49 0,74 8,71

30 11,99 9,30 15,68 12,32 3,20 25,97

45 15,38 15,49 17,51 16,13 1,20 7,42

60 17,64 15,97 21,30 18,30 2,72 14,88

90 19,34 16,00 18,69 18,01 1,77 9,82

120 21,59 23,37 21,70 22,22 1,00 4,48

Gambar 1. Grafik hubungan jumlah kurkumin terdisolusi (%) dalam waktu (menit) (n=3) 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

0 20 40 60 80 100 120 140

% Te rd is o lu si Waktu (menit)

Kurva Rata-rata % terdisolusi VS waktu (menit)


(38)

22 Lampiran 7. Perhitungan parameter uji disolusi (n=3)

Perhitungan AUC (Area Under Curve) didapatkan dengan metode trapezoid. Perhitungan nilai disolusi efisiensi menggunakan rumus sebagai berikut :

DE = yy

t x %

DE : Disolusi Efisiensi pada saat t

y : Luas dibawah kurva zat aktif terlarut pada saat t

y t : Luas segi empat 100% zat aktif terlarut dalam medium untuk waktu t (Fudholi, 2013)

Tabel I. Contoh data hasil perhitungan AUC (Area under Curve ) dan disolusi efisiensi (DE) campuran fisik 10%

Waktu

(menit) Rep I Rep II Rep III AUC I AUC II AUC III DE I DE II DE III Rata-Rata SD

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00

10 6,23 4,98 4,77 31,165 24,914 23,843 3,12 2,49 2,38 2,66 0,40

15 7,30 6,63 6,77 33,844 29,021 28,843 4,33 3,60 3,51 3,81 0,45

30 8,91 8,66 7,20 121,624 114,658 104,746 6,22 5,62 5,25 5,70 0,49

45 10,48 9,55 9,27 145,466 136,625 123,499 7,38 6,78 6,24 6,80 0,57

60 10,73 11,34 11,20 159,129 156,717 153,503 8,19 7,70 7,24 7,71 0,47

90 15,27 16,27 14,34 390,053 414,163 383,088 9,79 9,73 9,08 9,54 0,39


(39)

23

Tabel II. Contoh data hasil perhitungan AUC ((Area under Curve ) disolusi efisiensi (DE) dispersi padat 10%

Waktu

(menit) Rep I Rep II Rep III AUC I AUC II AUC III DE I DE II DE III Rata-Rata SD

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

10 4,76 5,62 5,62 23,821 28,120 28,120 2,38 2,81 2,81 2,67 0,25

15 6,70 6,39 6,82 28,657 30,031 31,105 3,50 3,88 3,95 3,77 0,24

30 9,23 6,77 8,23 119,465 98,689 112,838 5,73 5,23 5,74 5,56 0,29

45 9,71 10,02 8,56 142,033 125,913 125,913 6,98 6,28 6,62 6,63 0,35

60 12,36 11,50 11,83 165,496 161,377 152,959 7,99 7,40 7,52 7,64 0,31

90 11,79 13,19 14,01 362,157 370,396 387,591 9,35 9,05 9,32 9,24 0,16

120 15,53 16,61 16,66 409,800 447,055 459,951 10,43 10,51 10,82 10,59 0,21

Keterangan:

- Rep = Replikasi dari data % terdisolusi.

- AUC = Area Under Curve ( Area dibawah kurva) - DE = Disolusi Efisiensi


(40)

24

Lampiran 8. Uji statistik disolusi efisiensi menit 120 campuran fisik dan dispersi padat

Gambar 1. Contoh uji statistik Shapiro Wilk DE 120 menit dispersi padat dan campuran fisik


(41)

25

Gambar 3. Contoh uji statistik unpaired T-test DE menit 120 dispersi padat dan campuran fisik


(42)

26

Lampiran 9. Uji statistik ANOVA disolusi efisiensi dsipersi padat menit 120.

Gambar 1. Contoh uji statistik Shapiro Wilk DE 120 menit dispersi padat drug load 10, 20 dan 30%

Gambar 2. Contoh uji statistik ANOVA DE menit 120 dispersi padat drug load 10, 20 dan 30%


(43)

27

LAMPIRAN FOTO

Lampiran 10. Uji Disolusi Campuran Fisik dan Ektrak Dispersi Padat Kunyit-Manitol

Gambar 1. Sampel campuran fisik dan dispersi padat

Gambar 2. Dissolution tester beserta chambernya


(44)

28

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi dengan judul “Pengaruh Formulasi Ekstrak Kunyit dalam Sistem Dispersi Padat Manitol Terhadap Disolusi Kurkumin” memiliki nama lengkap Nadia Okky Luciana yang kerap dipanggil Inad, merupakan anak pertama dari 3 bersaudara pasangan Wahyu Hadi Wibowo and Alm. Sari Soerjani. Penulis lahir di Sukoharjo, 22 Oktober 1994.

Pendidikan formal yang telah ditempuh yaitu TK Berita Hidup (1999-2000), melanjutkan pendidikan tingkat Sekolah Dasar di SDN Sayangan No. 244 Surakarta (2000-2006), Pendidikan Sekolah Menengah Pertama ditempuh di SMP N 1 Surakarta (2006-2009), dan kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah di SMK Farmasi Nasional Surakarta. Penulis pernah bekerja di PT Konimex selama 1 tahun (2012) dan melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Selama kuliah, penulis merupakan seorang aktivis organisasi dan kegiatan di Fakultas Farmasi. Penulis pernah menjadi koordinator Divisi Publikasi dan Informasi DPMF 2014/2015, koordinator Divisi Penelitian dan Pengembangan BEMF 2014/2015, mendapat dana hibah DIKTI dalam penelitian “Pemanfaatan limbah kulit udang windu (Peneaus Monodon) sebagai bahan baku pembuatan gel kitosan gel anti luka” (2015) dan pernah menjadi peserta oral presentation di Asia Pasific Pharmaceutical Symposium 2016.


(1)

23

Tabel II. Contoh data hasil perhitungan AUC ((Area under Curve ) disolusi efisiensi (DE) dispersi padat 10% Waktu

(menit) Rep I Rep II Rep III AUC I AUC II AUC III DE I DE II DE III Rata-Rata SD

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

10 4,76 5,62 5,62 23,821 28,120 28,120 2,38 2,81 2,81 2,67 0,25

15 6,70 6,39 6,82 28,657 30,031 31,105 3,50 3,88 3,95 3,77 0,24

30 9,23 6,77 8,23 119,465 98,689 112,838 5,73 5,23 5,74 5,56 0,29

45 9,71 10,02 8,56 142,033 125,913 125,913 6,98 6,28 6,62 6,63 0,35

60 12,36 11,50 11,83 165,496 161,377 152,959 7,99 7,40 7,52 7,64 0,31

90 11,79 13,19 14,01 362,157 370,396 387,591 9,35 9,05 9,32 9,24 0,16

120 15,53 16,61 16,66 409,800 447,055 459,951 10,43 10,51 10,82 10,59 0,21

Keterangan:

- Rep = Replikasi dari data % terdisolusi.

- AUC = Area Under Curve ( Area dibawah kurva) - DE = Disolusi Efisiensi


(2)

24

Lampiran 8. Uji statistik disolusi efisiensi menit 120 campuran fisik dan dispersi padat

Gambar 1. Contoh uji statistik Shapiro Wilk DE 120 menit dispersi padat dan campuran fisik


(3)

25

Gambar 3. Contoh uji statistik unpaired T-test DE menit 120 dispersi padat dan campuran fisik


(4)

26

Lampiran 9. Uji statistik ANOVA disolusi efisiensi dsipersi padat menit 120.

Gambar 1. Contoh uji statistik Shapiro Wilk DE 120 menit dispersi padat drug load 10, 20 dan 30%

Gambar 2. Contoh uji statistik ANOVA DE menit 120 dispersi padat drug load 10, 20 dan 30%


(5)

27

LAMPIRAN FOTO

Lampiran 10. Uji Disolusi Campuran Fisik dan Ektrak Dispersi Padat Kunyit-Manitol

Gambar 1. Sampel campuran fisik dan dispersi padat

Gambar 2. Dissolution tester beserta chambernya


(6)

28

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi dengan judul “Pengaruh Formulasi Ekstrak

Kunyit dalam Sistem Dispersi Padat Manitol Terhadap Disolusi

Kurkumin” memiliki nama lengkap Nadia Okky Luciana yang kerap dipanggil Inad, merupakan anak pertama dari 3 bersaudara pasangan Wahyu Hadi Wibowo and Alm. Sari Soerjani. Penulis lahir di Sukoharjo, 22 Oktober 1994.

Pendidikan formal yang telah ditempuh yaitu TK Berita Hidup (1999-2000), melanjutkan pendidikan tingkat Sekolah Dasar di SDN Sayangan No. 244 Surakarta (2000-2006), Pendidikan Sekolah Menengah Pertama ditempuh di SMP N 1 Surakarta (2006-2009), dan kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah di SMK Farmasi Nasional Surakarta. Penulis pernah bekerja di PT Konimex selama 1 tahun (2012) dan melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Selama kuliah, penulis merupakan seorang aktivis organisasi dan kegiatan di Fakultas Farmasi. Penulis pernah menjadi koordinator Divisi Publikasi dan Informasi DPMF 2014/2015, koordinator Divisi Penelitian dan Pengembangan BEMF 2014/2015,

mendapat dana hibah DIKTI dalam penelitian “Pemanfaatan limbah kulit udang windu

(Peneaus Monodon) sebagai bahan baku pembuatan gel kitosan gel anti luka” (2015) dan


Dokumen yang terkait

Pengaruh rasio ekstrak temulawak / polietilen glikol (PEG) 4000 dalam sistem dispersi padat dengan metode pelelehan-pelarutan terhadap disolusi kurkumin.

0 2 51

Pengaruh rasio polivinil pirolidon K30 / Kitosan dalam sistem dispersi padat ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) terhadap disolusi kurkumin.

2 7 60

Pengaruh rasio poloxamer 407/Kitosan dalam sistem dispersi padat ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) terhadap disolusi kurkumin.

0 2 64

Pengaruh formulasi ekstrak kunyit dalam sistem dispersi padat manitol terhadap disolusi kurkumin.

0 3 46

Pengaruh rasio poloxamer 407 Kitosan dalam sistem dispersi padat ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) terhadap disolusi kurkumin

2 2 62

Pengaruh perbedaan rasio Poloxamer 407 : Manitol dalam dispersi padat ekstrak kunyit terhadap disolusi kurkumin : metode penguapan pelarut menggunakan Spray Dryer - USD Repository

0 0 61

Perbedaan Drug Load dalam dispersi padat ekstrak kunyit-Poloxamer407 terhadap Disolusi Kurkumin : metode penguapan pelarut menggunakan Spray Dryer - USD Repository

0 0 58

Perbedaan poloxamer 407:PVA dalam sistem dispersi padat ekstrak kunyit terhadap disolusi kurkumin: aplikasi metode penguapan pelarut menggunakan rotary evaporator - USD Repository

0 1 57

Perbedaan poloxamer 407:PVA dalam sistem dispersi padat ekstrak kunyit terhadap disolusi kurkumin: aplikasi metode peenguapan pelarut menggunakan spray dryer - USD Repository

0 6 51

Pengaruh perbedaan rasio peg 6000:manitol dalam dispersi padat ekstrak kunyit terhadap disolusi kurkumin : aplikasi metode peleburan-pelarutan - USD Repository

0 11 59