Perbedaan poloxamer 407:PVA dalam sistem dispersi padat ekstrak kunyit terhadap disolusi kurkumin: aplikasi metode penguapan pelarut menggunakan rotary evaporator - USD Repository

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERBEDAAN POLOXAMER 407:PVA DALAM SISTEM DISPERSI PADAT
EKSTRAK KUNYIT TERHADAP DISOLUSI KURKUMIN: APLIKASI
METODE PENGUAPAN PELARUT MENGGUNAKAN ROTARY
EVAPORATOR

SKRIPSI

Oleh:
Melody Grace Natalie
NIM : 158114122

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas penyertaan-Nya, akhirnya
naskah skripsi dengan judul “Perbedaan Poloxamer 407:PVA dalam Sistem
Dispersi Padat Ekstrak Kunyit terhadap Disolusi Kurkumin: Aplikasi Metode
Penguapan Pelarut Menggunakan Rotary Evaporator” ini dapat diselesaikan
dengan baik. Skripsi ini merupakan bagan dari penelitian Ibu Dr. Dewi Setyaningsih,
Apt. yang berjudul “Pengaruh Pembawa terhadap Profil Disolusi Kurkumin dalam
Dispersi Padat Ekstrak Kunyit dengan Berbagai Pembawa dan Kajian Stabilitas
Kurkumin” berdasarkan SK No. Far/055/V/2018/ST/D.
Dalam proses pembuatan skripsi ini, tentunya banyak sekali pihak yang
berkontribusi memberikan bantuan, bimbingan, serta dukungan yang tak hentihentinya. Oleh karena itu penulis hendak mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Yustina Sri Hartini, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma dan dosen penguji atas segala bantuan, kritik dan saran selama proses
penyusunan proposal dan naskah skripsi.
2. Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing utama yang telah
mengizinkan untuk mengikuti proyek penelitian payung “Pengaruh Pembawa
terhadap Profil Disolusi Kurkumin dalam Dispersi Padat Ekstrak Kunyit
dengan Berbagai Pembawa dan Kajian Stabilitas Kurkumin” serta atas
bimbingan, kritik, dan saran mulai dari penyusunan proposal, proses penelitian,
hingga penyusunan naskah skripsi, dan juga dukungan dalam bentuk
penyediaan alat dan bahan penelitian.

3. Wahyuning Setyani, M.Sc., Apt selaku dosen penguji atas segala bantuan,
kritik, dan saran selama proses penyusunan proposal dan naskah skripsi.
4. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma atas semua
bimbingan, pengajaran, serta ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama
masa perkuliahan.
5. Bapak Bima Widura, Bapak Wagiran, Bapak Musrifin, Bapak Bimo Putranto,
dan seluruh laboran yang telah membantu dan mendukung penulis selama
proses penelitian
6. PT. Phytochemindo Reksa sebagai supplier ekstrak kunyit dan PT. Konimex
sebagai supplier poloxamer 407
7. Kedua orang tua serta kakak dan adik penulis yang terus memberikan dukungan
baik secara moril maupun materiil kepada penulis.
8. Tim skripsi Kurkumin 2018 yang selalu berkolaborasi serta mendukung satu
sama lain mulai dari proses awal hingga penyelesaian skripsi ini.

vi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


vii


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................................. v
PRAKATA................................................................................................................... vi
DAFTAR ISI............................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL........................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................ xi
INTISARI ................................................................................................................... xii
ABSTRACT............................................................................................................... xiii
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

METODOLOGI ............................................................................................................ 3
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................... 6
KESIMPULAN ........................................................................................................... 14
SARAN ....................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15
LAMPIRAN................................................................................................................ 19
BIOGRAFI PENULIS ................................................................................................ 44



viii


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL
Tabel I. Rasio Poloxamer 407:PVA.............................................................................. 5
Tabel II. Data Akurasi dan Presisi ............................................................................... 8
Tabel III. Hasil Uji Drug Load Campuran Fisik dan Dispersi Padat ........................... 9



ix


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kurva Konsentrasi Kurkumin vs Absorbansi ............................................ 7
Gambar 2. Grafik Kelarutan Campuran Fisik dan Dispersi Padat ................................ 9
Gambar 3. Grafik Persen Terdisolusi Campuran Fisik dan Dispersi Padat ............... 11
Gambar 4. Grafik Nilai DE120 ..................................................................................... 13

x


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran 1. Daftar Singkatan .................................................................................... 19
Lampiran 2. Certificate of Analysis Ekstrak Kunyit .................................................. 20
Lampiran 3. Product Information Standar Kurkumin ................................................. 21
Lampiran 4. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Medium Disolusi ............. 22
Lampiran 5. Kurva Baku dalam Medium Disolusi .................................................... 25
Lampiran 6. Kurva Baku dalam Metanol .................................................................. 26
Lampiran 7. Pembuatan Dispersi Padat ...................................................................... 27
Lampiran 8. Pembuatan Campuran Fisik ................................................................... 27
Lampiran 9. Statistik Uji Kelarutan ........................................................................... 28
Lampiran 10. Uji Disolusi .......................................................................................... 32
Lampiran 11. Statistika Uji Disolusi DE menit ke 120 .............................................. 37
Lamprian 12. Dokumentasi Penelitian ....................................................................... 42


xi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


INTISARI


Kunyit (Curcuma longa L.) mengandung senyawa kurkuminoid dengan
komponen terbesar adalah kurkumin. Kurkumin termasuk dalam BCS kelas II yang
memiliki kelarutan rendah namun permeabilitasnya tinggi, sehingga akibatnya
bioavaibilitas per oral rendah. Peningkatan kelarutan dapat meningkatkan
bioavaibilitas. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan profil
disolusi kurkumin adalah dispersi padat. Dispersi padat dapat mempertahankan obat
dalam bentuk amorf. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan laju
disolusi oleh karena adanya perbedaan rasio poloxamer 407:polivinil alkohol (PVA)
pada sistem dispersi padat ekstrak kunyit.
Pembuatan dispersi padat yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penguapan pelarut menggunakan rotary evaporator. Pada penelitian ini, parameter
yang diukur yaitu drug load, kelarutan, dan disolusi dalam medium disolusi 0,5%
sodium lauryl sulfate dalam 20 mM sodium phosphate buffer. Analisis sampel
dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasil yang didapatkan: 1)
Pembentukan dispersi padat memberikan peningkatan disolusi dibandingkan dengan
kontrol (campuran fisik). 2) Semakin tinggi komposisi PVA terhadap poloxamer 407
laju disolusi kurkumin semakin rendah. Profil disolusi diamati sampai menit ke-120

dan dihitung nilai dissolution efficiencynya. Dispersi padat dengan rasio poloxamer
407:PVA (1:4) menunjukkan dissolution efficiency (DE) paling tinggi sebesar 84,50 ±
3,78.
Kata kunci: kurkumin, disolusi, dispersi padat, poloxamer 407, PVA, solvent
evaporation.

xii


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Turmeric (Curcuma longa L.) contains curcuminoid with the largest component
is curcumin. Curcumin belongs to BCS II class, which has low solubility but high
permeability, resulting in low oral bioavailability. Increased solubility will increase
bioavailability. One method of the promosing method to increase the dissolution profile
of curcumin is solid dispersion. Solid dispersion maintains the drug in amorphous form.
This study aims to determine the difference in dissolution rate due to the difference in
the ratio of poloxamer 407: polyvinyl alcohol (PVA) to the solid dispersion system of

turmeric extract.
Solid dispersion in this study involved solvent evaporation method using a
rotary evaporator. In this study, the measured parameters were drug load, solubility,
and dissolution in medium dissolution (0.5% sodium lauryl sulfate in 20 mM sodium
phosphate buffer). The results demonstrate: 1) The formation of solid dispersion
provides an increase in dissolution compared to the control (physical mixture). 2) The
higher PVA to poloxamer 407 ratio resulting lower dissolution rate of curcumin.
Dissolution profile was observed until 120 minutes and observed by the value of
dissolution efficiency. Solid dispersion with poloxamer 407 ratio: PVA (1: 4) shows
the highest dissolution efficiency (DE) of 84.50 ± 3.78.
Keywords: curcumin, dissolution, solid dispersion, poloxamer 407, PVA, solvent
evaporation.

xiii


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENDAHULUAN
Kunyit (Curcuma longa Linn.) merupakan tanaman yang masuk ke dalam

family Zingiberaceae dan banyak tumbuh di daerah hutan di Asia, seperti India,
Indonesia, Indochina, dan beberapa pulau di Pasifik (Jayaprakasha et al., 2005). Kunyit
mengandung tiga zat aktif utama yaitu kurkumin, demetoksikurkumin, dan
bisdemetoksikurkumin (Ashraf et al., 2015). Kurkumin merupakan senyawa fenolik
yang berwarna kuning (Naksuriya et al., 2014) dan telah ditetapkan aman oleh Food
and Drug Administration (FDA) (Gupta et al., 2012). Studi menunjukkan bahwa
kurkumin memiliki efek sitoprotektif, antioksidan, antiinflamasi, antikanker,
antimutagenik, antimikroba, serta dapat mencegah Alzheimer (Pulido-Moran et al.,
2016).
Dalam Biopharmaceutics Classification System (BCS), kurkumin termasuk
dalam BCS kelas II. Obat-obatan yang masuk ke dalam BCS kelas II merupakan obat
yang memiliki sifat kurang larut dalam air namun memiliki permeabilitas membran
yang tinggi (Wan et al., 2012). Parameter utama atau rate limiting step yang dapat
digunakan untuk menentukan bioavaibilitas obat BCS kelas II adalah disolusi (Wang,
et al., 2015). Kurkumin merupakan senyawa hidrofobik dengan kelarutan dalam media
aqueous (pH 5.0) hanya 11 ng/mL yang menyebabkan bioavaibilitas per oral yang
rendah (hanya 1% pada tikus) (Hu et al., 2015).
Strategi untuk meningkatkan bioavaibilitas obat BCS kelas II adalah dengan
meningkatkan laju disolusinya. Laju disolusi merupakan kecepatan pelepasan zat aktif
obat keluar dari sediaannya ke dalam larutan dalam saluran pencernaan. Peningkatan
disolusi dapat mencerminkan kenaikan bioavaibilitas karena disolusi memberikan
pengaruh yang besar terhadap penyerapan pada saluran pencernaan (Shinkuma et al.,
1984).
Dispersi padat adalah dispersi dari satu atau lebih bahan aktif dalam pembawa
inert atau matriks kristalin atau amorf (Sridhar et al., 2013). Mekanisme peningkatan
disolusi sistem dispersi padat adalah adanya pengurangan ukuran partikel,
meningkatkan kelarutan jenuh (Cs), memberi efek solubilisasi pada obat, serta
meningkatkan kemampuan untuk dibasahi (Chow et al., 2015). Hal ini dijelaskan
melalui persamaan Noyes-Whitney, yaitu dC/dt (laju disolusi obat) dapat ditingkatkan
melalui peningkatan A (luas permukaan partikel) dan Cs (kadar obat dalam stagnant
layer) (Ansel, et al., 2005). Pemilihan teknik dan karier mempengaruhi pembentukan
dispersi padat yang stabil (Teixeira et al., 2016).
Salah satu karier yang dapat digunakan adalah polimer. Polimer yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah polyvinyl alcohol (PVA). PVA merupakan

1


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

senyawa polimer sintesis yang larut dalam air, memiliki hidrofilisitas yang tinggi,
fleksibel serta biokompatibel (El-Nashar et al., 2016). Penelitian pembuatan dispersi
padat dengan menggunakan PVA sudah terbukti dapat meningkatkan solubilitas dan
bioavaibilitas obat itraconazole yang termasuk dalam BCS class II dengan drug load
20% dengan nilai AUC sebesar 640±89 mg.menit (Brough et al., 2016). Kekurangan
dari penggunaan polimer sebagai metode dispersi padat generasi kedua adalah masih
adanya kemungkinan terjadinya kristalisasi. Oleh karena hal tersebut, pencegahan
terhadap terbentuknya kristalisasi dari senyawa pada proses dispersi padat juga perlu
untuk dilakukan. Kristalin yang terbentuk akan menyebabkan penurunan kelarutan
dibanding dengan bentuk amorfnya (Vasconcelos et al., 2007; Chan et al., 2015).
Penggunaan surfaktan yang termasuk dalam generasi ketiga dari dispersi
padat ke dalam sistem dapat mencegah terbentuknya kristalisasi dalam proses
pembuatan. Surfaktan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah poloxamer
407. Poloxamer 407 merupakan surfaktan non-ionik kopolimer dan dapat
meningkatkan disolusi kurkumin dengan cara menurunkan tegangan permukaan
antarmuka dari partikel kurkumin dan sebagai agen pembasah, sehingga penyebaran
kurkumin di dalam polimer lebih mudah dan kelarutan serta disolusi obat dapat
meningkat (Chaudhari and Dugar, 2017). Surfaktan berfungsi untuk meningkatkan laju
disolusi obat yang kurang larut air melalui pembentukan dispersi padat sistem terner,
yaitu sistem yang terdiri dari obat, polimer, dan surfaktan (Kakran et al., 2013). Sistem
dispersi terner memiliki peningkatan disolusi lebih tinggi dibandingkan dengan sistem
dispersi biner (Bhowmik et al., 2013). Pada penelitian ini, kami mengkombinasikan
poloxamer 407 sebagai surfaktan dan PVA sebagai polimer.
Dispersi padat sistem terner PVA dan poloxamer 407 belum pernah dilakukan
pada ekstrak kunyit (Curcuma longa), sehingga peneliti ingin mengetahui rasio karier
dalam dispersi padat ekstrak kunyit terhadap disolusi kurkumin. Rasio poloxamer 407
terhadap PVA penting karena interaksi yang terjadi pada sistem terner dapat
menyebabkan terjadinya rekristalisasi, sehingga dampak terhadap stabilitas bentuk
amorf harus sangat diperhatikan agar didapatkan peningkatkan laju disolusi yang
optimal (Chaudhari and Dugar, 2017). Penggunaan rotary evaporator dalam metode
solvent evaporation dapat mengurangi resiko dekomposisi obat karena suhu yang
digunakan rendah, yaitu kurang dari 80oC (Savjani et al., 2012; Kumar et al., 2015),
dan juga rendemen yang didapatkan cukup besar yaitu sebesar 66,88% - 88,14%
(Luciana, 2016). Berdasarkan landasan teori, dapat dihipotesiskan bahwa terdapat
perbedaan profil disolusi kurkumin dalam sistem dispersi padat ekstrak kunyit dengan
berbagai rasio poloxamer 407:PVA, dimana semakin tinggi konsentrasi PVA maka laju
disolusi akan meningkat.

2


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

METODOLOGI
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas (Pyrex Iwaki),
effendorf, timbangan analitik (Mettler Toledo), hotplate magnetic stirrer (Wilten &
Co), ayakan No.mesh 60, labu alas bulat (Duran Schott), rotary evaporator (Buchi),
pompa vakum (Gast Doa-P504-BN), oven vakum (Brouwer), mortir dan stamper,
mikropipet (Socorex), makropipet (Socorex), dry box (DB 38-28), spektrofotometer
UV-Visibel (Shimadzu UV-800), pH meter (SI Analytics Lab 850), vortex (Scientific,
Inc G-56E), shaker (Innova 2100), alat uji disolusi tipe dayung (Guoming RC-6D), dan
centrifuge (Gemmy PLC-05). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
standar kurkumin (Nacalay, Japan), ekstrak kunyit terstandar yang mengandung
kurkuminoid sebesar 97,56% (PT.Phytochemindo Reksa), poloxamer-407
(PT.Konimex), Polyvinyl Alcohol (PVA) (PT.Konimex), metanol p.a (Merck), etanol
96%, akuades (laboratorium Kimia Organik Universitas Sanata Dharma), cangkang
kapsul keras ukuran 00, Sodium Lauryl Suphate (SLS) (Merck) dan dapar fosfat pH 6,0
sebagai medium disolusi.
Pembuatan Larutan Baku Kurkumin
Standar kurkumin ditimbang seksama sebanyak 1,0 mg, kemudian dimasukkan
ke dalam effendorf dan dilarutkan dengan 1 ml metanol p.a, di-vortex hingga larut.
Pembuatan Larutan Intermediet
Larutan stok kurkumin diambil sebanyak 0,1 ml, dimasukkan ke dalam labu
ukur 5,0 ml, dan diencerkan dengan metanol p.a hingga batas tanda.
Pembuatan Medium Disolusi
Medium disolusi yang digunakan yaitu 0,5% (b/v) sodium lauryl sulfate dalam
20 mM dapar fosfat pH 6,0.
Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum dalam Medium Disolusi
Larutan intermediet kurkumin diambil sebanyak 1,0 ml; 1,5 ml dan 2,5 ml,
dimasukkan dalam labu ukur 5,0 mL dan ditambahkan medium disolusi p.a hingga
batas tanda. Absorbansi diukur dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada
panjang gelombang antara 400-600 nm, dan didapatkan panjang gelombang maksimal.
Pengukuran dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.

3


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum dalam Metanol
Larutan intermediet kurkumin diambil sebanyak 0,25 ml; 1,5 ml dan 2,5 ml,
dimasukkan dalam labu ukur 5,0 mL dan ditambahkan metanol p.a hingga batas tanda.
Absorbansi diukur dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang
gelombang antara 400-600 nm, dan didapatkan panjang gelombang maksimal.
Pengukuran dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.
Pembuatan Kurva Baku Kurkumin dalam Medium Disolusi
Larutan intermediet kurkumin dibuat dengan konsentrasi 0,010; 0,020; 0,039;
0,079; 0,098; 0,1969; 0,394; 0,492; 0,984; 1,969; 2,953; 3,937; 4,922; 6,398 (µg/mL).
Larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 429 nm.
Pembuatan Kurva Baku kurkumin dalam Metanol
Larutan intermediet kurkumin dibuat dengan konsentrasi 0,488; 0,978; 1,955;
2,938; 3,910; dan 4,888 (µg/mL). Larutan diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 421 nm (Sharma et al., 2012).
Verifikasi Metode Analisis
1. Akurasi dan Presisi
Larutan intermediet kurkumin dibuat dengan konsentrasi 1,968; 2,953;
4,922 (µg/mL). Serapan diukur pada panjang gelombang 429 nm dan direplikasi
sebanyak 3 kali.
2. Linearitas
Larutan intermediet kurkumin dibuat dengan konsentrasi 0,010; 0,020;
0,039; 0,079; 0,098; 0,1969; 0,394; 0,492; 0,984; 1,969; 2,953; 3,937; 4,922; 6,398
(µg/mL). Larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 429 nm dan
direplikasi sebanyak 3 kali. Linearitas dievaluasi dengan least square analysis.
Pembuatan Dispersi Padat
Dasar pemilihan formula dalam penelitian ini berdasarkan formula optimum
dari jurnal Bhyan, et al. tentang dispersi padat Nifedipine dan PVP K30-Poloxamer
407 (Bhyan, et al., 2014). Drug load yang digunakan dalam penelitian adalah 30%.
Total formula yang digunakan dalam pembuatan dispersi padat adalah 5 gram.

4


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel I. Rasio Poloxamer 407:PVA
Formula (%b/b)
Bahan
I
II
Ekstrak kunyit (gram)
2,4
2,4
Poloxamer 407 (gram)
1,12
0,8
PVA (gram)
4,48
4,8
Rasio Poloxamer 407:PVA
1:4
1:6

III
2,4
0,62
5,0
1:8

Pembuatan Campuran Fisik
Ekstrak kunyit (serbuk) dan Poloxamer 407 (serbuk)-PVA (serbuk) ditimbang
masing-masing sesuai dengan formula pada tabel 2 dicampur hingga homogen dengan
mortir dan stemper. Campuran lalu diayak dengan ayakan nomor mesh 50 (Hu et al.,
2015).
Uji Drug Load
Uji drug load dilakukan dengan melarutkan 10,0 mg dalam metanol p.a dan divortex 10 menit, kemudian larutan disaring dengan kertas saring. Larutan tersebut
diukur absorbansinya pada panjang gelombang serapan maksimal kurkumin dalam
metanol, dan dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.
Uji Kelarutan
Uji kelarutan dapat dilakukan dengan metode spektrofotometri. Ekstrak kunyit
(sampel) ditimbang sebanyak 20,0 mg, lalu dilarutkan dalam dapar fosfat pH 6,0 dalam
erlenmeyer. Campuran diaduk dengan menggunakan shaker selama 48 jam di suhu
ruangan dan terlindung dari cahaya. Hasil penyaringan diukur absorbansinya pada
panjang gelombang maksimum dan dilakukan replikasi sebanyak 3 kali (Ajay, 2012).
Uji Disolusi
Masing-masing formula dispersi padat dan campuran fisik ditimbang
sebanyak 500,0 mg kemudian dimasukkan ke dalam kapsul kosong 00. Uji disolusi
dilakukan dengan melarutkan dispersi padat dan campuran fisik ke dalam medium
solusi, yaitu 0,5% Sodium Lauryl Sulfat (SLS) dalam 20 mM buffer fosfat. Pengujian
dilakukan berdasarkan panduan uji disolusi pada USP dengan alat uji disolusi tipe 2
USP yaitu dayung (paddle) dengan volume medium disolusi 500 ml, kecepatan putar
75 rpm dan temperatur selama pengujian diatur 37±0.5oC. Sebelum uji disolusi,
kapsul diberi pemberat dengan tujuan agar kapsul tenggelam. Sebanyak 1 ml cuplikan
diambil pada interval waktu tertentu, yaitu 10, 20, 30, 45, 60, 90, dan 120 menit.

5


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Cuplikan medium yang diambil diganti dengan yang baru dan jumlah yang sama.
Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali. Hasil dari uji disolusi diolah sehingga
didapatkan dissolution efficiency. DE dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut:
%

𝐷𝐸% =
.

𝑌𝑑𝑡
𝑥100%
𝑌100𝑡
(Persamaan 1)

𝐷𝐸%
Ydt
Y100

: Dissolution efficiency pada saat t
: Luas di bawah kurva zat aktif terlarut pada saat t
: Luas segiempat 100% zat aktif larut dalam medium untuk waktu t
(Fudholi, 2013).

Analisis Statistik
Analisis statistik dilakukan pada uji kelarutan dan uji disolusi pada dispersi
padat dan campuran fisik. Pada uji disolusi, analisis statistik dilakukan dengan melihat
perbedaan profil disolusi (DE120) diantara dispersi padat dan campuran fisik serta tiap
formula dispersi padat.
Uji yang dilakukan yaitu uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk.
Apabila data yang dihasilkan normal, data kemudian diuji signifikansinya dengan Uji
T untuk dua data. Jika data tidak normal maka pengujian dilakukan dengan uji statistik
non parametrik yaitu uji Mann-Whitney untuk dua data atau uji Kruskal-Wallis untuk
data lebih dari dua pada taraf kepercayaan 95%. Data dikatakan berbeda bermakna jika
nilai p0,99.
2. Akurasi dan Presisi
Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan kadar hasil
analisis dengan kadar analit sebenarnya dan dinyatakan sebagai nilai perolehan
kembali (recovery). Presisi adalah ukuran derajat kesesuaian antara hasil uji
individual yang didapat dari pengukuran sampel yang homogen dan dinyatakan
sebagai nilai koefisien variasi (CV) (Gandjar dan Rohman, 2007). Metode
dinyatakan baik apabila nilai CV yang didapatkan
DP 2 > DP 3 > CF 2 > CF 3. Semua DP memiliki rata-rata persen terdisolusi yang lebih
tinggi dari CF pada masing-masing formulanya, namun pada DP formula 2 dan 3 hasil
rata-rata persen terdisolusinya lebih rendah dibanding CF 1. Dari hal tersebut, dapat
disimpulkan bahwa secara umum pembuatan dispersi padat dapat meningkatkan
disolusi pada pengamatan sampai menit ke 120.
Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa nilai rata-rata persen terdisolusi
pada menit ke-120 pengamatan DP1 > DP 2 > DP 3 (114,01% > 51,60% > 39,47%)
dan CF1 > CF 2 > CF 3 (85,60% > 25,48% > 27,71%). Hal ini menunjukkan bahwa
rasio PVA terhadap poloxamer berpengaruh pada disolusi, di mana dengan
meningkatnya PVA terhadap poloxamer 407, maka persen terdisolusi akan menurun.
Penurunan pada formula 2 dan 3 disebabkan karena adanya penambahan PVA yang
memiliki kemampuan membentuk lapisan gel (Ghoshal et al. 2012) sehingga proses
disolusi berjalan lebih lambat karena tebalnya lapisan difusi. Selain hal tersebut,
ditemukan juga bahwa adanya kecenderungan bahwa hasil disolusi pada CF dan DP
formula 2 dan 3 sama.
Hipotesis menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi PVA maka persen
terdisolusi akan meningkat. Dari penelitian ini ditemukan bahwa ada faktor lain di luar
kelarutan karier dalam air yang harus diperhatikan saat memilih karier untuk
pembuatan dispersi padat. Faktor tersebut adalah potensi interaksi antara karier dan
kapasitas difusi dari sistem. Penelitian yang dilakukan oleh Jabarian (2012)
menyatakan bahwa poloxamer merupakan bahan yang thermoresponsive dan dapat
membentuk gel saat diproses dengan panas. Penambahan PVA dalam formula
digunakan untuk menurunkan konsentrasi poloxamer sehingga dapat memperoleh
kapasitas pembentukan gel yang lebih baik dan pada suhu 37oC dapat terbentuk gel
(semi-solid). Penggabungan antara poloxamer 407 dan PVA menyebabkan terjadinya
interaksi. Peningkatan suhu menghasilkan interaksi yang lebih kuat pada gel (Erfani
Jabarian et al. 2013). Adanya penambahan PVA menyebabkan gelling temperature
menurun (Taheri et al. 2011). Proses pembuatan dispersi padat metode penguapan suhu
dengan rotary evaporator menggunakan suhu 50oC, sehingga hal ini memfasilitasi
terjadinya pembentukan gel. Bentuk gel memiliki viskositas yang lebih tinggi sehingga

12


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Rata-rata DE120 (%)

menyebabkan kapasitas difusi menurun. Hal ini akan mempengaruhi hasil disolusi, di
mana semakin tinggi viskositas, maka disolusi akan turun (Braun and Parrott 1972).
Dissolution efficiency (DE) digunakan karena dapat memberikan gambaran
profil disolusi yang dapat dikomparasi. Perbandingan tidak dilakukan per titik waktu
karena yang apabila yang dibandingkan adalah jumlah konsentrasi zat aktif yang larut
pada satu waktu pengamatan, maka akan diperoleh hasil yang berbeda pada waktu yang
lain (Fudholi, 2013). Proses disolusi ditandai dengan pecahnya kapsul yang terjadi
kurang dari 3 menit, kemudian diamati sampai menit ke-120. Nilai rata-rata persen
terdisolusi yang didapat kemudian dihitung nilai AUC dan DE-nya. Nilai DE120 yang
didapat kemudian diuji secara statistik yang diawali dari uji normalitas data. Nilai DE
dari dispersi padat dan campuran fisik formula 1, 2, dan 3 semua terdistribusi normal,
sehingga untuk melihat signifikansi dilakukan dengan uji F dan uji T. Profil disolusi
formula 1, 2, dan 3 yang dihasilkan menunjukkan terjadi peningkatan persen terdisolusi
yang signifikan (p

Dokumen yang terkait

Pengaruh rasio poloxamer 407/Kitosan dalam sistem dispersi padat ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) terhadap disolusi kurkumin.

0 2 64

Pengaruh formulasi ekstrak kunyit dalam sistem dispersi padat manitol terhadap disolusi kurkumin.

0 3 46

Pengaruh rasio ekstrak temulawak/Polietilen Glikol (PEG) 6000 dalam sistem dispersi padat dengan metode pelelehan-pelarutan terhadap disolusi kurkumin.

1 2 57

Pengaruh rasio poloxamer 407 Kitosan dalam sistem dispersi padat ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) terhadap disolusi kurkumin

2 2 62

Pengaruh formulasi ekstrak kunyit dalam sistem dispersi padat manitol terhadap disolusi kurkumin

1 1 44

Pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi dispersi padat spray dried isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica C-95)-HPMC E-15 - USD Repository

0 0 89

Pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi dispersi padat spray dried isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica C-95)-PVP K-25 - USD Repository

0 1 102

Pengaruh proporsi Drug Load terhadap profil disolusi dispersi padat kurkumin ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam polivinil pirolidon dengan vaccum rotary evaporator - USD Repository

0 0 88

Pengaruh perbedaan rasio Poloxamer 407 : Manitol dalam dispersi padat ekstrak kunyit terhadap disolusi kurkumin : metode penguapan pelarut menggunakan Spray Dryer - USD Repository

0 0 61

Perbedaan Drug Load dalam dispersi padat ekstrak kunyit-Poloxamer407 terhadap Disolusi Kurkumin : metode penguapan pelarut menggunakan Spray Dryer - USD Repository

0 0 58