Perbedaan poloxamer 407:PVA dalam sistem dispersi padat ekstrak kunyit terhadap disolusi kurkumin: aplikasi metode peenguapan pelarut menggunakan spray dryer - USD Repository

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERBEDAAN POLOXAMER 407:PVA DALAM DISPERSI PADAT
EKSTRAK KUNYIT TERHADAP DISOLUSI KURKUMIN : APLIKASI
METODE PENGUAPAN PELARUT MENGGUNAKAN SPRAY DRYER

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Diajukan oleh:
Yansen Purwanto
NIM : 158114112

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Halaman Judul

PERBEDAAN POLOXAMER 407:PVA DALAM DISPERSI PADAT
EKSTRAK KUNYIT TERHADAP DISOLUSI KURKUMIN : APLIKASI
METODE PENGUAPAN PELARUT MENGGUNAKAN SPRAY DRYER

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Diajukan oleh:
Yansen Purwanto
NIM : 158114112

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018




i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI




iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI



v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan
penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Perbedaan Poloxamer 407:PVA dalam Dispersi Padat Ekstrak Kunyit Terhadap
Disolusi Kurkumin : Aplikasi Metode Penguapan Pelarut Menggunakan Spray
Dryer. Skripsi ini disusun guna sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi (S.Farm.). Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan tepat

waktu, antara lain:
1. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
2. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing dan dosen
penguji pada skripsi ini, atas waktu, wawasan, bimbingan mulai dari
penyusunan proposal, proses penelitian dan penyusunan naskah skripsi, serta
penyediaan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian.
3. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt. atas diperbolehkannya bergabung dalam
penelitian payung “Formulasi Dispersi Padat Ekstrak Kunyit Terstandar untuk
Meningkatkan Disolusi dan Bioavailabilitas Kurkumin”.
4. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, Apt.. dan Ibu Wahyuning Setyani, M.Sc., Apt.
selaku dosen penguji pada skripsi ini yang telah memberikan saran dan
bimbingan mulai dari penyusunan proposal hingga penyusunan skripsi ini.
5. Nacalai Tesque, Inc. Jepang selaku supplier standar kurkumin.
6. PT. Phytochemindo Reksa selaku supplier ekstrak kunyit.
7. PT. Konimex selaku supplier Poloxamer 407.
8. Pak Bima Windura, Pak Wagiran, Pas Musrifin, dan seluruh laboran atas
segala bantuan yang diberikan selama menyelesaikan penelitian.




vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9. Papa, Mama, dan kedua kakak Stefanus dan Andreas atas dukungannya selama
dalam pembuatan naskah skripsi ini.
10. Rekan seperjuangan skripsi kurkumin, Anggita, Melody, Vivi, Monica,
Glenys, Nia, Tata, dan Elsa.
11. Semua pihak yang telah membantu proses penyusunan skripsi namun tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari dalam pembuatan skripsi ini terdapat banyak keslahan
dan kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata
penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Yogyakarta , 9 Desember 2018
Penulis




vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................. v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................... vi
PRAKATA ............................................................................................................vii
DAFTAR ISI........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... xi
INTISARI ............................................................................................................. xii
ABSTRACT........................................................................................................ xiii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

METODOLOGI ....................................................................................................... 3
HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 6
KESIMPULAN ..................................................................................................... 12
SARAN ................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14
LAMPIRAN .......................................................................................................... 16
BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................... 37



viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL
Tabel I.

Formula Dispersi Padat dan Campuran Fisik ........................................ 5

Tabel II.


Hasil Akurasi dan Presisi ....................................................................... 8

Tabel III. Hasil Uji Drug Load Campuran Fisik dan Dispersi Padat .................... 9
Tabel IV. Hasil Uji Kelarutan Dispersi Padat (DP) dan Campuran Fisik (CF) ..... 9
Tabel V.



Hasil Perhitungan Disolusi Efisiensi Menit ke 20 ............................... 12

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kurva Hubungan Antara Konsentrasi vs Absorbansi ........................... 7
Gambar 2. Grafik Kelarutan Campuran Fisik dan Dispersi Padat (n=3) .............. 10
Gambar 3. Kurva % Terdisolusi Campuran Fisik dan Dispersi Padat ................... 11
Gambar 4. Grafik % DE pada menit ke 120 ......................................................... 12




x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analysis (COA) ekstrak kunyit .................................. 16
Lampiran 2. Product Information Standar Kurkumin .......................................... 17
Lampiran 3. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Kurkumin Dalam
Medium Disolusi .................................................................................................. 18
Lampiran 4. Kurva Baku Kurkumin Dalam Metanol ........................................... 21
Lampiran 5. Hasil Verifikasi Akurasi dan Presisi ............................................... 22
Lampiran 6. Pembuatan Dispersi Padat ............................................................... 23
Lampiran 7. Tabel Association of Official Analytical Chemist (AOAC) ............ 23
Lampiran 8. Penetapan Kadar Kurkuminoid pada Serbuk Ekstrak Kunyit .......... 24
Lampiran 9. Statistika Uji Kelarutan ................................................................... 25
Lampiran 10. Data disolusi DP dan CF ................................................................ 28
Lampiran 11. Statistika Uji DisolusI ................................................................... 29

Lampiran 12. Statistika DE120 Antar Formula Dispersi Padat ........................... 30
Lampiran 13. Dokumentasi Peneltian .................................................................. 34



xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

INTISARI
Kurkumin merupakan kandungan utama yang terdapat di kunyit (Curcuma
longa L). Kurkumin mempunyai banyak manfaat baik digunakan untuk industri
makanan maupun kesehatan. Kurkumin termasuk dalam BCS kelas II yang
mempunyai permasalahan dalam kelarutan namun tidak dengan permeabilitas.
Rendahnya kelarutan kurkumin menyebabkan rendahnya kecepatan disolusi dan
mengakibatkan rendahnya bioavaibilitas kurkumin setelah pemberian oral. Oleh
karena itu, penelitian ini berupaya untuk meningkatkan profil disolusi kurkumin
dengan penambahan poloxamer 407:PVA (PolyVinly Alcohol) dengan sistem
dispersi padat.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan profil disolusi

kurkumin dalam DP (Dispersi Padat) ekstrak kunyit dengan berbagai rasio
poloxamer 407:PVA. DP (Dispersi Padat) ekstrak kunyit poloxamer 407 : PVA
dibuat dengan proporsi ekstrak kunyit sebesar 30% (1:4; 1:6; 1:8) dengan metode
penguapan pelarut menggunakan spray dryer. Hasil penelitian ini menunjukkan
formulasi DP (Dispersi Padat) ekstrak kunyit poloxamer 407 : PVA memberikan
peningkatan disolusi kurkumin dibandingkan dengan CF (Campuran Fisik)
dengan rasio poloxamer 407: PVA sebesar 1:6 menunjukkan DE120 paling tinggi
yaitu 67,48±10,02%. Peningkatan PVA terhadap Poloxamer 407 memberikan
peningkatan disolusi namun peningkatan terjadi pada rasio tertentu yaitu 1:6
(Poloxamer 407: PVA).
Kata kunci : kurkumin, disolusi, dispersi padat, poloxamer 407, PVA (Poly Vinly
Alcohol)



xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Curcumin is the main content found in turmeric (Curcuma longa L)
Curcumin has many benefits both used for the food industry and health. Curcumin
belongs to BCS class II which encountered bioavaibility problem due to its poor
aquous solubility. Therefore, this study seeks to increase the dissolution profile of
curcumin with the addition of poloxamer 407: PVA (polyvinyl Alcohol) with a
solid dispersion system.
The purpose of this study was to determine the differences in curcumin
dissolution profiles in SD (Solid Dispersion) turmeric extract with various
poloxamer 407 ratios: PVA. SD (Solid Dispersion) Poloxamer 407 turmeric
extract: PVA is made with a proportion of 30% turmeric extract (1: 4; 1: 6; 1: 8)
using a solvent evaporation method using a spray dryer. The results of this study
showed SD formulation (Solid Dispersion) of turmeric extract poloxamer 407:
PVA gave an increase in dissolution of curcumin compared to PM (Physical
Mixture) with a ratio of poloxamer 407: PVA of 1: 6 showed DE120 at the
highest at 67.48 ± 10.02 %. The increase in PVA for Poloxamer 407 provides a
dissolution increase. However, the ratio PVA/Poloxamer was applied only to 1:6
( Poloxamer 407:PVA).
Keywords: curcumin, dissolution, solid dispersion, poloxamer 407, PVA
(polyvinyl Alcohol)



xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENDAHULUAN
Kurkumin merupakan senyawa yang mempunyai biaovaibilitas rendah jika
dikonsumsi secara oral. Oleh karena itu, efek farmakologisnya tidak dapat
mencapai kadar yang maksimal. Data menunjukkan bahwa kurkumin memiliki
bioavailabilitas yang relatif rendah dan kelarutannya yang buruk dalam pelarut
air. Kurkumin diberikan secara oral dengan dosis 2 g / kg pada tikus, konsentrasi
serum maksimum 1,35 ± 0,23 µg / mL diamati pada waktu 0,83 jam, sedangkan
pada manusia, kurkumin dosis yang sama tidak terdeteksi atau sangat rendah
dengan kadar 0,006 ± 0,005 µg / mL kurkumin pada 1 jam serum darah manusia
(Prasad et al., 2014). Keamanan kurkumin sudah terbukti dari beberapa uji klinik
phase I yang melaporkan bahwa kurkumin dapat ditoleransi sampai 12 g/hari
(Goel et al., 2008).
Kurkumin termasuk dalam Biopharmaceutical Classification System
(BCS) kelas II. Obat BCS kelas II dapat digambarkan dengan laju disolusi suatu
senyawa. Kelarutan kurkumin dalam air sangat rendah yaitu 11ng/ml pada pH 5,0
(Hu et al., 2015) sehingga dibutuhkan sebuah carrier yang lebih hidrofilik.
Menurut persamaan Noyes-Whitney, faktor-faktor yang mempengaruhi laju
disolusi obat didefinisikan sebagai luas permukaan efektif, koefisien difusi,
ketebalan lapisan difusi, saturasi kelarutan, jumlah obat terlarut, dan volume
media disolusi. Peningkatan kelarutan saturasi dan luas permukaan efektif
memiliki dampak positif pada laju disolusi obat pengurangan ukuran partikel, self
emulsification, modifikasi pH, dan amorphization dianggap efektif untuk
meningkatkan disolusi obat-obatan BCS kelas II.
Cara meningkatkan laju disolusi kurkumin salah satunya dengan metode
dispersi padat. Dispersi padat dapat memperbaiki profil disolusi obat. Mekanisme
dispersi padat dalam peningkatan disolusi dengan cara meningkatkan area luas
permukaan dengan memperkecil partikel sehingga meningkatkan kelarutan jenuh
(Cs) yang memberi efek solubilisasi pada obat (Singh et al., 2010). Meningkatkan
laju disolusi rasional untuk melihat bioavabilitas karena tingkat disolusi obat
memberikan pengaruh yang besar pada penyerapannya oleh saluran pencernaan.
Ketersediaan hayati yang rendah dari produk dikarenakan disolusi yang buruk
dalam cairan pencernaan (Shinkuma et al., 1984).
Peneliti memilih menggunakan metode dispersi padat karena mudah
mendapatkan hasil, dan sudah terbukti dapat digunakan diberbagai macam produk
yang mempunyai bioavaibilitas rendah (reabilitas tinggi) (Vasconcelos et al.,
2007; Nguyen et al., 2015). Keterbatasan metode dispersi padat adalah drug load
yang kecil (Teixeira et al., 2016). Drugload yang kecil dapat diatasi dengan
menaikan frekuensi pemberian untuk mencapai kadar teraupetik pasien, namun
peningkatan frekuensi pemberian kurang efektif. Oleh karena itu, penelitian ini



1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menggunakan drug load 30% agar meningkatkan patient compliance sehingga
kadar obat dalam darah secara per oral dapat mencapai dosis tertentu hanya
dengan jumlah serbuk yang lebih sedikit. Pemilihan drugload berdasarkan
penelitian sebelumnya bahwa drugload 30% mempunyai presentase disolusi
terbaik yaitu 35,95±1,22 % (Luciana, 2016). Selain itu terdapat banyak penelitian
yang menggunakan sistem dispersi padat terhadap obat yang mempunyai
kecenderungan kristalisasi (Baghel et al., 2016).
Carrier dispersi padat dapat terdiri dari Polyethylene glycol (PEG),
Polyvinylpyrrolidone
(PVP),
Hydroxypropylmethylcellulose
phthalate
(HPMCP)
 , Urea, Sugar, dan Other carriers. Peneliti memilih carrier PVA
(Polyvinyl alcohol) karena larut dalam air dan tidak larut dalam kebanyakan
pelarut organik dan hanya sedikit larut dalam etanol. PVA mempunyai melting
point 180 - 190℃ (Brough et al., 2016a). Polivinil alkohol (PVA) tidak hanya
dianggap sebagai polimer hidrofilik tidak beracun tapi juga larut dalam air dan
memiliki kemampuan untuk membentuk film. Demikian juga, ia memiliki sifat
fisik dan kimia yang cocok sebagai carrier. Penambahan Poloxamer 407
digunakan untuk menurunkan tegangan permukaan antara obat dan pelarut,
peningkatan karakteristik pembasahan (Savić et al., 2006).
Pemilihan pembawa yang ideal menjadi faktor keberhasilan formulasi,
maka dalam penelitian ini digunakan PVA (PolyVinyl Alcohol) dan Poloxamer
407 karena merupakan suatu polimer hidrofilik dan dapat menurunkan tegangan
permukaan antara curcumin dengan carrier. Peneliti melihat bahwa belum adanya
penelitian dengan menggunakan ekstrak kunyit menggunakan rasio Poloxamer
407:PVA yang diteliti. Pencegahan terhadap terbentuknya kristalisasi dari
senyawa pada proses dispersi padat juga dapat dilakukan (Chan et al., 2015)
sehingga pemilihan ratio Poloxamer 407:PVA harus optimal / adekuat agar tidak
terjadi rekristalisasi. Kristalin yang terbentuk akan menyebabkan penurunan
kelarutan dibanding dengan bentuk amorfnya. Dispersi padat dalam penelitian ini
dibuat dengan metode spray drying. Metode spray drying merupakan salah satu
metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan laju disolusi. Uji disolusi
digunakan untuk memastikan bahwa dengan adanya Polxymaer 407:PVA
(PolyVinyl Alcohol) dalam dispersi padat mampu meningkatkan laju disolusi
ekstrak kunyit. Berdasarkan landasan teori penulis mendapatkan hipotesis bahwa
terdapat perbedaan profil disolusi kurkumin dalam sistem dispersi padat ekstrak
kunyit dengan berbagai rasio Poloxamer 407:PVA, dimana semakin tinggi
konsentrasi PVA maka laju disolusi meningkat.



2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik (Mettler
Toledo), mortar dan stemper, shaker (Innova 2000), mikropipet (Socorex),
makropipet disolusi (Socorex), alat uji disolusi (Guoming RC-6D Dissolustion
Tester), ayakan nomer mesh 60, spray dryer (BUCHI Mini spray dryer B-290),
®
alat-alat gelas (Pyrex Iwaki Glass ), yellowtip dan bluetip, stainless steel spoon,
centrifuge (Gemmy Industrial Cprp. PLC-05), tabung centrifuge,
spektrofotometer UV-Visibel (Shimadzu UV-1800), hotplate magnetic stirrer
(Wilten & Co), pH – meter (Wissenschaflich-Technische Werkstaten), ekstrak
kunyit terstandar (PT. Phytochemindo Reksa) yang mengandung kurkumin
sebesar 97,191% (ditetapkan dengan spektrofotometer di Laboratorium Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma), metanol p.a. (Merck), etanol 96%, akuades,
cangkang kapsul keras ukuran 00 (Kapsulindo Nusantara), alumiunium foil, PVA,
Poloxamer 407 (PT Konimex), Sodium Lauryl Suphate (SLS) (Merck) dan sodium
dihydrogen phosphate dehydrate/NaH2PO4 (Merck).
Pembuatan Larutan Baku Kurkumin
1. Larutan Stok Kurkumin (Konsentrasi 1000 µg/ml)
Standar kurkumin ditimbang seksama kurang lebih 1,0 mg dilarutkan
dalam metanol sebanyak 1 mL dalam wadah terlindung cahaya.

2. Larutan Intermediet (Konsentrasi 10 µg/ml )
Larutan stok kurkumin diambil sebanyak 0,05 mL kemudian dilarutkan
dengan 5,0 mL metanol dalam wadah terlindung cahaya. 

Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum (λ Maksimum)
1. Panjang Gelombang Serapan Maksimum
Kurkumin dengan Pelarut Medium 
 Disolusi
 Larutan intermediet
kurkumin diambil sebanyak 1,0 mL; 1,5 mL; dan 2,5 
 mL, lalu masingmasing dimasukkan ke dalam labu takar 5,0 ml kemudian diencerkan
dengan medium disolusi (dapar fosfat pH 6,0 dan SLS 0,5 %). Larutan ini
diukur dengan menggunakan spektrofotometer visible pada panjang
gelombang antara 400-600 nm. 

2. Panjang Gelombang Serapan Maksimum
Kurkumin dengan Pelarut Metanol Larutan intermediet kurkumin
diambil sebanyak 0,25 mL; 1,5 mL; dan 2,5 mL, lalu masing-masing
dimasukkan ke dalam labu takar 5,0 ml kemudian diencerkan dengan
metanol. Larutan ini diukur dengan menggunakan 
 spektrofotometer
visible pada panjang gelombang antara 400-600 nm. 




3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pembuatan Medium Disolusi
Medium disolusi yang digunakan yaitu 0,5 %(b/v) sodium lauryl sulfate dalam 20
mM dapar fosfat pH 6,0
Pembuatan Kurva Baku Kurkumin
1. Pembuatan Kurva Baku Kurkumin dalam Medium Disolusi

Larutan intermediet kurkumin dibuat seri konsentrasi yaitu 0,0098;
0,0197; 0,0394; 0,0787; 0,0984; 0,197; 0,394; 0,492; 0,984; 1,968; 2,953;
3,937; 4,922; 6,400 µg/mL dalam labu takar 5,0 mL dengan pelarut
medium disolusi. Replikasi sebanyak tiga kali. Larutan ini diukur
absorbansinya pada λ maksimum. Persamaan kurva baku didapat dengan
menghitung regresi linear.
2. Pembuatan Kurva Baku Kurkumin dalam Metanol
Larutan intermediet kurkumin dibuat seri konsentrasi yaitu 0,488;
0,978; 1,955; 2,938; 3,910; dan 4,888 µg/mL dalam labu takar 5,0 mL
dengan pelarut metanol. Replikasi sebanyak tiga kali. Larutan ini diukur
absorbansinya pada λ maksimum (421 nm) (Setthacheewakul et al., 2010).
Persamaan kurva baku didapat dengan menghitung regresi linear.
Verifikasi Metode Analisis
Verifikasi metode analisis dilakukan dengan penetapan parameter akurasi,
presisi, dan linearitas. Akurasi dihitung dari nilai persen perolehan kembali (%
recovery), presisi dinyatakan dengan nilai koefisien variasi (KV), sementara
linearitas ditentukan dengan nilai koefisien korelasi (r) persamaan regresi linear
dari tiga replikasi kurva baku.
Linearitas 
 Larutan seri baku dibuat dengan rentang konsentrasi 0,010;
0,020; 0,039; 0,079; 0,098; 0,1969; 0,394; 0,492; 0,984; 1,969; 2,953; 3,937;
4,922; 6,398 µg/mL dalam labu takar 5,0 mL dengan medium disolusi. Replikasi
dilakukkan sebanyak tiga kali. Serapan diukur pada λ maksimum, lalu dianalisis
dengan Least Square Analysis. 

Penetapan Akurasi dan Presisi
 Larutan intermediet kurkumin dibuat
larutan seri dengan konsentrasi 
 1,968; 2,953; 4,922 µg/mL dalam labu takar 5,0
mL dengan pelarut medium disolusi. Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali, lalu
dihitung nilai % recovery dan KV-nya. 

Pembuatan Dispersi Padat Ekstrak Kunyit dengan Variasi Rasio Poloxamer
407 / PVA.
Dispersi padat Poloxamer/PVA dibuat menjadi 3 rasio. Dispersi padat
dibuat dengan cara ekstrak kunyit dilarutkan dalam etanol 96%, sedangkan PVA



4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dilarutkan dengan akuades yang dipanaskan. Kedua larutan dicampurkan dengan
pengadukan dan pemanasan 40°C. Larutan dikeringkan menggunakan spray dryer
dengan parameter operasi: suhu inlet 125°C, suhu outlet 80°C, feeding solution 810 % , dan 2 way noozle. Serbuk yang didapat di timbang untuk dihitung hasil
perolehan kembali (rendemen) kemudian disimpan dalam desikator.
Tabel I. Formula Dispersi Padat
Formula (%b/b)
I
II
Ekstrak kunyit (gram)
6
6
Poloxamer 407 (gram)
2,8
2
PVA (gram)
11,2
12
Rasio poloxamer 407 : PVA
1:4
1:6
Bobot total (gram)
20
20
Bahan

III
6
1,56
12,44
1:8
20

Uji Drug Load

Dispersi padat dan campuran fisik masing-masing ditimbang sebanyak
10,0 mg, dilarutkan dengan metanol p.a dalam labu takar 10 mL hingga batas
tanda, di-stirrer hingga larut, kemudian di sentrifuge, ambil supernatan lalu
diukur absorbansinya dan dihitung kadarnya dengan menggunakan persamaan
kurva baku metanol. Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali.
Uji Kelarutan
Dispersi padat dan campuran fisik masing-masing ditimbang sebanyak
20,0 mg, lalu dilarutkan dalam 20,0 mL dapar fosfat pH 6,0 di dalam Erlenmeyer,
diaduk menggunakan shaker dengan kecepatan 75 rpm selama 48 jam di suhu
ruangan dalam wadah tertutup dan terlindung dari cahaya (Sharma et al., 2013).
Setelah itu, sampel di sentrifuge diambil supernatan, diukur absorbansinya
kemudian data yang diperoleh diuji statistik untuk melihat signifikansi perbedaan
tiap drug load.
Uji Disolusi
Kapsul yang berisikan 500,0 mg serbuk ekstrak kunyit Poloxamer
407/PVA dilakukan pengujian disolusi menggunakan alat disolusi tipe 2 (dayung)
yang mengandung 0,5% SLS dalam 20 mM dapar fosfat pH 6,0. Kecepatan
paddle diatur 75 rpm dalam suhu 37 ± 0,5°C (USP, 1995). Cuplikan diambil
sebanyak 5 mL pada menit ke-10, 20, 30, 45, 60, 90,dan 120 menit. Sampel yang
diambil, digantikan dengan 5 mL medium disolusi yang baru pada suhu yang
sama.



5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pengukuran kadar kurkumin terdisolusi
Sebanyak 5,0 mL cuplikan yang telah diambil kemudian di-centrifuge
dengan kecepatan 6000 rpm selama 5 menit, lalu supernatan diencerkan dengan
medium disolusi dalam labu takar 10 mL kemudian diukur absorbansinya dan
dihitung kadarnya.
Analisis Hasil Uji Kelarutan dan Uji Disolusi
Profil disolusi kurkumin dalam sistem dispersi padat dan campuran fisik
dihitung nilai efisiensi disolusi (DE120) dengan metode trapezoid.
𝐷𝐸% =

% ()%
+ (*++%

𝑥100%)----------------------------- (1)

𝐷𝐸% : Dissolution efficiency pada saat t
Ydt : Luas di bawah kurva zat aktif terlarut pada saat t
Y100
: Luas segiempat 100% zat aktif larut dalam medium untuk waktu t
(Fudohli, 2013)

Data hasil uji kelarutan dan uji disolusi yang diperoleh kemudian diuji
menggunakan Shapiro Wilk untuk melihat distribusi data, bila data terdistribusi
normal selanjutnya dilakukan unpaired t-test dan jika data terdistribusi tidak
normal dilakukan uji Mann-Whitney. Sedangkan untuk melihat signifikansi
pengaruh formulasi kandungan ekstrak kunyit terhadap disolusi kurkumin diuji
dengan menggunakan ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan profil disolusi kurkumin
dalam sistem dispersi padat dengan berbagai macam rasio Poloxamer 407:PVA
(1:4), (1;6), dan (1:8) dengan drug load 30%. Pemilihan drug load 30% agar
dapat meningkatkan patient compliance sehingga kadar obat dalam darah secara
per oral dapat mencapai dosis tertentu hanya dengan jumlah serbuk yang lebih
sedikit. Pada penelitian ini pembuatan dispersi padat menggunakan metode
penguapan pelarut, dimana penghilangan pelarut menggunakan metode spray
drying.
Jumlah rendemen yang didapatkan spray drying formula 1, formula 2,
dan formula 3 masing- masing yaitu 2,0374g, 2,2618g, dan 2,8901g, maka
didaptkan hasil nilai rendemen 43,35%, 48,276%, dan 62,06% (Lampiran 6).
Perbedaan cara pengambilan hasil spray dryer akan mempengaruhi hasil nilai
rendemen yang didapatkan.



6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Verifikasi Metode Analisis
Verifikasi metode analisis bertujuan untuk memastikan bahwa metode
yang digunakan pada penelitian ini valid. Verifikasi yang dilakukan dalam
penelitian ini berupa linearitas, akurasi, dan presisi. Pada penelitian ini didapatkan
panjang gelombang maksimum yaitu 421nm untuk pelarut methanol dan 429nm
untuk pelarut medium disolusi.
1
0,9

y = 0,1279x + 0,0009
R² = 0,99736

0,8

Absorbansi

0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0,000

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

Konsentrasi Kurkumin (µg/mL)

Gambar 1. Kurva baku kurkumin dalam medium disolusi
Linearitas digunakan untuk melihat keaslian suatu metode dengan cara
pengukuran berbagai macam konsentrasi zat pada suatu kurva baku yang dilihat
dengan nilai kolerasi (r) (Rohman, 2009). Linearitas ditentukan dengan nilai
koefisien korelasi (r) persamaan regreasi linear dari tiga replikasi kurva baku
(ICH, 2005). Pada penelitian ini didapatkan persamaan baku y= 0,1279x+0,009
dengan nilai kolerasi r = 0,9987. Menurut AOAC (2002), suatu metode dapat
diterima jika mempunyai koefisien kolerasi r > 0,99.
Akurasi adalah kurang yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis
dengan kadar analit yang sebenarnya. Menurut AOAC (2016), syarat nilai %
recovery yang dapat diterima untuk konsentrasi 0,1 µg/mL hingga 10 µg/mL
adalah dalam rentang batas 80-110%. Pada penelitian ini didapatkan hasil % nilai
recovery 86-95%.
Presisi merupakan ukuran nilai keterulangan hasil analisis secara berulang
pada sampel. Menurut AOAC (2016) syarat CV untuk konsentrasi 1 – 10 µg/mL
yaitu < 7,3%. CV yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu 0,72- 1,4 sehingga
dapat dikatakan penelitian ini sudah memenuhi persyaratan linearitas, akurasi, dan
presisi metode menurut AOAC.



7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel II. Perhitungan Parameter Akurasi dan Presisi (n=3)
Konsentrasi
Konsentrasi
Perolehan
Keterangan
Teoritis
Perhitungan
Kembali (%)
(𝜇g/mL)
(𝜇g/mL)
Replikasi I
1,97
1,71
86,07
Rendah
Replikasi II
1,97
1,79
90,95
Replikasi III
1,97
1,88
95,72
Replikasi I
2,95
2,71
91,88
Sedang
Replikasi II
2,95
2,75
93,20
Replikasi III
2,95
2,74
92,67
Replikasi I
4,92
4,46
90,71
Tinggi
Replikasi II
4,92
4,59
93,25
Replikasi III
4,92
4,55
92,46

CV (%)
4,79

0,72

1,41

Uji Drug Load
Uji drug load bertujuan untuk mengetahui jumlah kandungan zat aktif
(Kurkumin) serta mengetahui adanya kehilangan zat aktif selama proses preparasi.
Pada penelitian ini semua formula CF dan DP dibuat dengan proporsi ekstrak
kunyit 30%. Pada uji drug load, didapatkan hasil rata-rata drug load untuk CF 1
sebesar 2,89% dan untuk DP 1 sebesar 1,27% untuk CF 2, 1,58% untuk DP 2,
3,78% untuk CF 3 0,94%, dan untuk DP 3 2,62% (Tabel III). Semua sampel
sudah memenuhi syarat homogenitas, CV yang masih bisa diterima adalah < 5%
(Corazza et al., 2015) sedangkan pada CF pencampuran dilakukan hanya dengan
pengadukan. Hasil yang didapat berdasarkan % recovery DP mempunyai hasil
yang lebih besar dibanding CF, salah satu penyebab hasil ini karena DP
mengalami berbagai macam intervensi saat pembuatan dispersi padat yang
berpengaruh terhadap kelarutannya, dimana DP lebih terlarut dibandingkan CF
sehingga memungkinkan DP memiliki hasil drug load yang lebih besar. Perolehan
CV yang cukup besar pada CF juga dapat diakibatkan saat pengayakan dimana
banyak partikel yang tidak lolos sehingga dapat mempengaruhi homogenitas.



8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel III. Hasil Uji Drug Load Dispersi Padat (DP) dan Campuran Fisik (CF)
Sampel
CF
CF
CF
DP
DP
DP
Formula I Formula Formula Formula I
Formula
Formula
II
III
II
III
Replikasi I
28,07
25,99
28,42
28,62
27,49
29
Replikasi II
26,53
26,37
27,77
28,18
29,52
30,13
Replikasi III
27,66
25,55
26,56
27,90
27,90
30,31
Drug Load
29.12
29,13
29,08
28,95
29,01
29,19
Sebenarnya
(%)
0,79
0,41
0,94
0,36
1,07
0,79
x ± SD (%)
CV (%)
Rata-rata
Recovery (%)

2,89
94,17

1,58
89,15

3,43
94,85

1,27
97,51

3,78
97,57

2,62
102,36

Uji Kelarutan
Uji kelarutan bertujuan untuk membandingkan kelarutan antara dispersi
padat dan campuran fisik pada medium disolusi. Hasil uji kelarutan ditunjukkan
pada Tabel IV. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat peningkatan kelarutan
secara signifikan (pCF2>CF1>DP1>CF3>DP3. Peneliti mengamati bahwa dengan
rasio tertentu yaitu 1:6 didapatkan bahwa kapsul dapat pecah dengan cepat.
Sedangkan pada formula 1 dan 3 kapsul akan terosi secara perlahan dan tidak
semua serbuk DP mampu terlarut setelah 120 menit dalam medium disolusi.
Formula dengan rasio PVA tertentu akan mempengaruhi pecahnya kapsul dalam
medium disolusi. Oleh karena itu, formula 1 tidak mempunyai ikatan PVA dan
Poloxamer 407 yang cukup adekuat sehingga menyebabkan rendah nya disolusi
sedangkan pada formula 3 yang mempunyai penambahan PVA terbanyak juga
tidak menghasilkan hasil yang lebih baik.
Pada formula 1 dan 3 terjadi kemungkinan peristiwa pembentukan dispersi
padat yang menghasilkan partikel amorf sering dikaitkan dengan mobilitas
molekul tinggi. Akibatnya, ketika partikel dengan mobilitas molekuler tinggi



10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dimasukkan ke dalam medium disolusi, aglomerasi atau larutan rekristalisasi yang
dimediasi ekstensif dari obat ini. Efek ini dapat dilihat melalui pengurangan
konsentrasi obat. Tingkat pengurangan konsentrasi obat setelah profil lonjakan
awal menyiratkan kecenderungan rekristalisasi / aglomerasi yang jelas dalam
sistem SD. Alih-alih menghasilkan sistem disolusi yang diperbaiki,
kecenderungan ini dapat memperburuk proses rekristalisasi dan mengarah pada
aglomerasi atau pengendapan ekstensif yang akhirnya mengimbangi manfaat
"keuntungan amorf". Kemudian, obat dan pembawa dapat melepaskan sebagai
satu kesatuan yang menyebabkan pelepasan obat yang lebih lambat pada tahap
selanjutnya. Salah satu penyebab nya adanya paparan kelembaban, konsep ini
juga dikenal konsep spring and parachute (Chan et al., 2015; Baghel et al.,
2016).
140,00
120,00
cf1

100,00

dp1

80,00

cf2
60,00
dp2
40,00

cf3

20,00

dp3

0,00
0

10

20

30

45

60

90

120

-20,00

Gambar 3. Kurva waktu (menit) vs rata –rata persen terdisolusi (%)
Pada formula 3 juga terdapat penambahan PVA yang paling tinggi
diantara formula yang lain sehingga dapat meningkatkan kapasitas gelling.
Meningkatnya kapasitas gelling ini disebabkan adanya interaksi antara poloxamer
407 dengan PVA dimana terjadi penurunan suhu terbentuknya PVA menjadi gel
saat terjadi kenaikan penambahan PVA dengan proporsi Poloxamer 407 yang
tetap. Penambahan PVA yang banyak juga dapat meningkatkan viskositas suatu
sediaan, dimana akan berpengaruh terhadap kecepatan disolusi suatu sediaan.
Viskositas akan berbanding terbalik dengan kecepatan disolusi, maka semakin
kental suatu cairan akan memperburuk disolusi dalam sebuah medium (Taheri et
al., 2011; Erfani Jabarian et al., 2013).
Dalam pemilihan carrier ada beberapa hal yang harus diperhatikan selain
faktor kelarutan yaitu interaksi carrier antara Poloxamer 407 dan PVA. Selain itu



11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ada pula faktor kapasitas difusi yang juga mempengaruhi kecepatan disolusi. Oleh
karena itu, jika suatu cairan mempunyai viskositas yang tinggi juga akan
mempunyai kapasitas difusi yang rendah yang dapat mempengaruhi kecepatan
disolusi (Erfani Jabarian et al., 2013).
90,00
Dissolution Efficiency (%)

80,00
70,00
60,00
50,00

CF

40,00

DP

30,00
20,00
10,00
0,00
Formula 1

Formula 2

Formula 3

Gambar 4. Grafik % DE pada menit ke 120
Tabel V. Hasil Perhitungan Disolusi Efisiensi Menit ke 120
Sampel (n=3)
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
DE 120 ± SD (%)

Formula I
23,56
30,84
33,08
29,16±4,98

Formula II
75,28
56,18
70,96
67,48±10,02

Formula III
10,66
10,34
9,75
10,25±0,47

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa formulasi dispersi
padat ekstrak kunyit formula 2 dengan perbandingan 1:6 poloxamer 407 dan PVA
mampu meningkatkan disolusi kurkumin dibandingkan dengan campuran fisik
secara signifikan (p < 0,05). Terjadi peningkatan kelarutan kurkumin dan 𝐷𝐸*6+
secara signifikan pada peningkatan rasio poloxamer 407:PVA. DP dengan rasio
1:6 memiliki nilai 𝐷𝐸*6+ paling besar 67,48±10,02



12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SARAN
Dapat dilakukan beberapa uji karakterisasi dispersi padat seperti Particle
Size Analyzer, Differential Scanning Calorimetry, X-Ray Diffraction, Scanning
Electron Microscopy untuk melihat ukuran partikel yang terbuat dalam sistem
dispersi padat.



13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA
AOAC (2002) ‘AOAC Guidelines for Single Laboratory Validation of Chemical
Methods for Dietary Supplements and Botanicals’, pp. 1–38.
AOAC (2016) ‘Guidelines for Standard Method Performance Requirements’,
AOAC International, pp. 1–18.
Baghel, S., Cathcart, H. and Reilly, N. J. O. (2016) ‘Polymeric Amorphous Solid
Dispersions : A Review of Amorphization, Crystallization, Stabilization,
Solid-State Characterization, and Aqueous Solubilization of
Biopharmaceutical Classification System Class II Drugs’, Journal of
Pharmaceutical
Sciences.
Elsevier
Ltd,
pp.
1–18.
doi:
10.1016/j.xphs.2015.10.008.
British Pharmacopoeia, 2011. British Pharmacopoeia. The British Pharmacopoeia
Commission, London.
Brough, C., Miller, D.A., Keen, J.M., Kucera, S.A., Lubda, D., and Williams,
R.O., 2016. Use of Polyvinyl Alcohol as a Solubility-Enhancing Polymer
for Poorly Water Soluble Drug Delivery (Part 1). AAPS PharmSciTech, 17
(1), 167–179.
Chan, S.-Y., Chung, Y.-Y., Cheah, X.-Z., Tan, E.Y.-L., and Quah, J., 2015. The
characterization and dissolution performances of spray dried solid
dispersion of ketoprofen in hydrophilic carriers. Asian Journal of
Pharmaceutical Sciences, 10 (5), 372–385.
Chiou, W . I. N. L. and Riegelmant, S. (1971) ‘Pharmaceutical sciences
Pharmaceutical Applications of Solid’, Journal of Pharmaceutical
Sciences, 60(9), pp. 1281–1302.
Erfani Jabarian, L., Rouini, M.R., Atyabi, F., Foroumadi, A., Nassiri, S.M., and
Dinarvand, R., 2013. In vitro and in vivo evaluation of an in situ gel
forming system for the delivery of PEGylated octreotide. European
Journal of Pharmaceutical Sciences, 48 (1–2), 87–96.
Fudholi, A., 2013. Disolusi & Pelepasan in Vitro, Pustaka Pelajar, hal.137-143.
Goel, A., Kunnumakkara, A.B., and Aggarwal, B.B., 2008. Curcumin as
“Curecumin”: From kitchen to clinic. Biochemical Pharmacology, 75 (4),
787–809.
Gurusamy, S. Vi. K. and Nath, D. M. (2006) ‘Preparation, Characterization and in
Vitro Dissolution Studies of Solid Systems of Valdecoxib with Chitosan’,
Chem. Pharm. Bull., 54(8), pp. 1102–1106.
Hu, L., Shi, Y., Li, J.H., Gao, N., Ji, J., Niu, F., Chen, Q., Yang, X., and Wang, S.,
2015. Enhancement of Oral Bioavailability of Curcumin by a Novel Solid
Dispersion System. AAPS PharmSciTech, 16 (6), 1327–1334.



14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ICH, 2005, ICH Harmonised Tripartite Guidline : Validation of Analytical
Procedures: Text and Methodology Q2 (R1).
Luciana, N.O., 2016. Pengaruh Formulasi Ekstrak Kunyit dalam Sistem Dispersi
Padat Manitol terhadap Disolusi Kurkumin. Sanata Dharma University,
14–15.
Nguyen, T.N.-G., Tran, P.H.-L., Tran, T.V., Vo, T.V., and Truong-DinhTran, T.,
2015. Development of a modified – solid dispersion in an uncommon
approach of melting method facilitating properties of a swellable
polymer to enhance drug dissolution. International Journal of
Pharmaceutics, 484 (1–2), 228–234.
Prasad, S., Tyagi, A.K., and Aggarwal, B.B., 2014. Recent Developments in
Delivery, Bioavailability, Absorption and Metabolism of Curcumin: the
Golden Pigment from Golden Spice. Cancer Research and Treatment, 46
(1), 2–18
Rohman, A., 2009. Kromatografi untuk Analisis Obat, Cetakan I, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 217-235
Savić, R., Eisenberg, A., and Maysinger, D., 2006. Block copolymer micelles as
delivery vehicles of hydrophobic drugs: Micelle–cell interactions. Journal
of Drug Targeting, 14 (6), 343–355.
Setthacheewakul, S., Mahattanadul, S., Phadoongsombut, N., Pichayakorn, W.,
and Wiwattanapatapee, R., 2010. Development and evaluation of selfmicroemulsifying liquid and pellet formulations of curcumin, and
absorption studies in rats. European Journal of Pharmaceutics and
Biopharmaceutics, 76 (3), 475–485.
Shinkuma, D., Hamaguchi, T., Yamanaka, Y., and Mizuno, N., 1984. Correlation
between dissolution rate and bioavailability of different commercial
mefenamic acid capsules. International Journal of Pharmaceutics, 21 (2),
187–200.
Singh, G., Kapoor, I.P.S., Singh, P., de Heluani, C.S., de Lampasona, M.P., and
Catalan, C.A.N., 2010. Comparative study of chemical composition and
antioxidant activity of fresh and dry rhizomes of turmeric (Curcuma
longa Linn.). Food and Chemical Toxicology, 48 (4), 1026–1031.
Teixeira, C.C.C., Mendonça, L.M., Bergamaschi, M.M., Queiroz, R.H.C., Souza,
G.E.P., Antunes, L.M.G., and Freitas, L.A.P., 2016. Microparticles
Containing Curcumin Solid Dispersion: Stability, Bioavailability and
Anti-Inflammatory Activity. AAPS PharmSciTech, 17 (2), 252–261.
Vasconcelos, T., Sarmento, B., and Costa, P., 2007. Solid dispersions as strategy
to improve oral bioavailability of poor water soluble drugs. Drug
Discovery Today, 12 (23–24), 1068–1075.
Wang, Y. J. et al. (1997) ‘Stability of curcumin in buffer solutions and
characterization of its degradation products’, Journal of Pharmaceutical
and Biomedical Analysis, 15(12), pp. 1867–1876.



15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analysis (COA) ekstrak kunyit



16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 2. Product Information Standar Kurkumin



17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
a. Scanning Panjang Gelombang Maksimum Konsentrasi Rendah dalam Medium
Disolusi

=
c.)

(r)
c.j

o
o

$
o

o

@

o
x.

o
N

;

B

o

(o

N

O
O

O
O
(o

O

o
C)

()
()

q)

O

O)

O

G

O
O

I

LO

E

tr

o
o.
o

O
O
O

LO

E,

$

?

o.
(U
l-

o

O
O
O
O
$

tr
J-L-

{-,

o
o

o.

a

O

(E

-Lo

o



o
o
ci

o
(o
o

o
o
n
O
SqV

18

o
o
N

O

C)

O
o
O ()

O m
O

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b.Scanning Panjang Gelombang Maksimum Konsentrasi Sedang dalam Medium
Disolusi

f.O

o
o

s
$

o

O

E

@

o
N

i

o

E

=o)
E

(o

N

O
O
O
O
(o

O
O

O
Lr)
6

0)

O
O

O)

o

O
O
()

E

c

JJ

l-

o
CL
o

O
o
o

t

LO

?
CL

(E

l-

o

O
O
O
O
$

E

J
L

*J
C)

o

o.

a
(E

-Lo

o



tr

o
o
oq

o
o
q
o

o
o
n
o
SqV

19

o
o
ct
o

o
O
O

o

O
O
O
LO

co

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Scanning Panjang Gelombang Maksimum Konsentrasi Tinggi dalam Medium
Disolusi

o
\t
$
o

co

@

o
N

(g

o

o

;o

E
c

,9
!

(o

N

o
o
o
@

o
O
O
|r)

o

O

o
o
O

r)

E
.C

g

l-

o
o

c)
O

CL

te

O
q)
$

-CL
(E

L

o

O
O
O
c)
$

E
J
l-

{r,

o
o

o.

a

o

L

@

o

o



O
O

G

:

o
o
q
o

O
O

n

O

,SqV

20

O
O
N
O

O O
O o
O co

o

0)

o

o-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4. Kurva Baku Kurkumin dalam Metanol

0,8
y = 0,146x + 0,0193
R² = 0,99322

0,7

Absorbansi

0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0

1

2

3

Konsentrasi (µg/mL)



21

4

5

6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 5. Akurasi presisi



22

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 6. Pembuatan Dispersi Padat
a. Penimbangan Bahan dalam Pembuatan Dispersi Padat Masing-Masing
Proporsi Ekstrak
b. Perhitungan Rendemen Dispersi Padat Formula 1 (1:4) , Formula 2 (1:6),
dan Formula 3 (1:8)
Rumus perhitungan rendemen =

789:% :;

Dokumen yang terkait

Pengaruh rasio poloxamer 407/Kitosan dalam sistem dispersi padat ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) terhadap disolusi kurkumin.

0 2 64

Pengaruh formulasi ekstrak kunyit dalam sistem dispersi padat manitol terhadap disolusi kurkumin.

0 3 46

Pengaruh rasio poloxamer 407 Kitosan dalam sistem dispersi padat ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) terhadap disolusi kurkumin

2 2 62

Pengaruh formulasi ekstrak kunyit dalam sistem dispersi padat manitol terhadap disolusi kurkumin

1 1 44

Pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi dispersi padat spray dried isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma donestica C 95)-HPMC E-5 - USD Repository

0 2 118

Pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi dispersi padat spray dried isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica C-95)-HPMC E-15 - USD Repository

0 0 89

Pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi dispersi padat spray dried isolat ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica C-95)-PVP K-25 - USD Repository

0 1 102

Pengaruh perbedaan rasio Poloxamer 407 : Manitol dalam dispersi padat ekstrak kunyit terhadap disolusi kurkumin : metode penguapan pelarut menggunakan Spray Dryer - USD Repository

0 0 61

Perbedaan Drug Load dalam dispersi padat ekstrak kunyit-Poloxamer407 terhadap Disolusi Kurkumin : metode penguapan pelarut menggunakan Spray Dryer - USD Repository

0 0 58

Perbedaan poloxamer 407:PVA dalam sistem dispersi padat ekstrak kunyit terhadap disolusi kurkumin: aplikasi metode penguapan pelarut menggunakan rotary evaporator - USD Repository

0 1 57