Mengorganisasi Peserta Didik untuk Meneliti Membimbing Penyelidikan Peserta Didik secara Mandiri maupun Kelompok

71 Ilmu Pengetahuan Alam

b. Mengorganisasi Peserta Didik untuk Meneliti

Problem Based Learning PBL menghendaki guru untuk mengembangkan keterampilan bekerja sama antarpeserta didik, membantu peserta didik untuk menyelidiki permasalahan bersama-sama, membantu peserta didik merencanakan penyelidikan mereka dan membuat pelaporannya. Dengan demikian, diharapkan pembelajaran selanjutnya dilakukan secara berkelompok. Pembentukan kelompok ini dapat dilakukan atas dasar alasan- alasan tertentu, misalnya berdasarkan tingkat kemampuan, keragaman ras, etnis, atau jenis kelamin. Dapat pula ditentukan atas dasar kesamaan minat atau berdasarkan persahabatan yang sudah terjalin sebelumnya. Guru dapat menentukan kelompok atas dasar apapun, namun yang terpenting adalah guru perlu memberikan alasan yang kuat tentang pembentukan kelompok tersebut. Setelah pembentukan kelompok, guru dan peserta didik menentukan subtopik-subtopik yang spesiik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwalnya. Masalah yang umum dapat dibagi-bagi, misalnya topik cuaca, dapat dibagi menjadi hujan asam, badai, awan, dan sebagainya. Akumulasi dari semua kegiatan tersebut diharapkan akan menghasilkan pemecahan masalah terhadap masalah umum tersebut. Untuk proyek yang besar dan memerlukan waktu cukup panjang, perlu dibuat jadwal rinci. Guru hendaknya mengupayakan semua peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan penyelidikan.

c. Membimbing Penyelidikan Peserta Didik secara Mandiri maupun Kelompok

Penyelidikan dalam PBL dapat dilakukan peserta didik secara mandiri, berpasangan, atau berkelompok. Sekalipun setiap masalah dapat dilakukan dengan teknik penyelidikan yang berbeda, pada umumnya PBL melibatkan kegiatan pengumpulan data dan eksperimentasi, berhipotesis dan menjelaskannya, serta memberikan pemecahan masalahnya. 1 Pengumpulan Data dan Eksperimentasi Guru hendaknya membantu peserta didik mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan mengajukan pertanyaan agar peserta didik memikirkan masalah dan mencari informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah. Peserta didik perlu dibelajarkan bagaimana menjadi penyelidik yang aktif dan bagaimana menggunakan model-model yang sesuai dengan permasalahan yang sedang dikaji, misalnya wawancara, observasi, mengukur, atau membuat catatan. Peserta didik juga perlu dibelajarkan bagaimana etika penyelidikan yang benar. Tahap ini sangat penting, karena peserta didik mengumpukan informasi yang cukup untuk menciptakan ide- 72 Buku Guru Kelas VIII SMPMTs Petunjuk Umum ide, diupayakan tidak hanya berupa kegiatan mencari jawaban dalam buku, meskipun Niederhofer 1999 menyatakan bahwa buku bacaan merupakan tahap awal dalam mencari informasi. 2 Mengembangkan Hipotesis, Menjelaskan, dan Memberikan Pemecahan Setelah peserta didik mengumpulkan cukup data dan melakukan penyelidikan pada masalah yang dikaji, peserta didik akan mulai menyampaikan hipotesis, penjelasan, dan solusi pemecahan masalah. Pada tahap ini, guru mendorong peserta didik mengungkap semua idenya dan guru menerima sepenuhnya. Seperti halnya pada tahap pengumpulan data dan eksperimentasi, guru juga mengajukan pertanyaan yang membuat peserta didik berpikir tentang kelayakan hipotesis dan pemecahan masalah yang mereka ajukan, serta tentang kualitas informasi yang mereka kumpulkan. Beberapa contoh pertanyaan yang dapat diajukan pada tahap ini: ”Apa yang perlu kalian ketahui agar kalian merasa yakin bahwa solusi kalian memang yang terbaik?“, atau ”Apa yang dapat kalian lakukan untuk menguji kelayakan solusi kalian?“, atau ”Apa solusi lain yang dapat kalian usulkan?“ Selama tahap penyelidikan, guru semestinya selalu siap memberikan bantuan tanpa mencampuri kegiatan peserta didik. Pada proyek tertentu dan untuk peserta didik tertentu, guru perlu di dekat peserta didik untuk membantu menemukan bahan dan mengingatkan mereka tentang tugas yang harus mereka selesaikan. Namun, guru mungkin dapat membiarkan peserta didik tertentu untuk berinisiatif sendiri. Mengapa mereka menerima penjelasan tertentu dibanding yang lainnya? Mengapa mereka menolak penjelasan tertentu? Apakah mereka mengubah pikiran tentang suatu permasalahan selama proses penyelidikan? Apa yang menyebabkan terjadinya perubahan itu? Apa yang akan mereka lakukan di masa yang akan datang? Dan sebagainya. Pada penerapan PBL, adakalanya guru menemui beberapa permasalahan terutama terkait dengan peserta didik yang “lambat belajar”. Kemungkinan terdapat peserta didik yang kurang memiliki keterampilan bekerja secara mandiri. Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan guru Arends, 2008. ƒ Memberi lebih banyak arahan tentang keterampilan investigasi penyelidikan, seperti cara menemukan informasi, menarik inferensi dari data yang ada, dan menganalisis hipotesis terutama hipotesis yang berlawanan. ƒ Meluangkan lebih banyak waktu untuk menjelaskan PBL dan harapan atas hasil kerja peserta didik. ƒ Meluangkan lebih banyak waktu untuk peserta didik pada setiap tahapan penyelidikan. ƒ Menetapkan jadwal yang lebih teliti untuk memeriksa kemajuan penyelidikan, dan menanyakan tanggung jawab peserta didik atas penyelesaian tugasnya. 73 Ilmu Pengetahuan Alam Mendampingi peserta didik “lambat belajar” dalam pengembangan keterampilan penyelidikan merupakan pengalaman tersendiri bagi guru, dan apabila berhasil, mungkin merupakan salah satu pengalaman paling mengesankan bagi guru. Mungkin juga ada kendala lain dalam pelaksanaan PBL, misalnya sekolah kurang memiliki perpustakaan dan sumber daya teknologi yang terbatas, terbatasnya jam pelajaran, dan lainnya. Semuanya memerlukan kreativitas guru dalam memecahkan masalah yang ada.

C. Pembelajaran Berbasis Proyek Project Based Learning

1. Pengertian Project based learning

Project Based Learning PjBL dapat diterjemahkan menjadi pembelajaran berbasis proyek. Untuk membedakan dengan problem based learning PBL, Project based learning disingkat dengan PjBL. Istilah PjBL project based learning memang sering dipertukarbalikkan dengan problem based learning PBL. Seringkali keduanya juga sama-sama disingkat dengan PBL, sehingga makin rancu, meskipun sebenarnya di antara keduanya berbeda. Keduanya menekankan lingkungan belajar peserta didik aktif, kerja kelompok kolaboratif, dan teknik evaluasi autentik authentic assessment. Perbedaannya terletak pada perbedaan objek. Project Based Learning PjBL dan Problem Based Learning PBL memiliki beberapa kesamaan karakteristik. Keduanya adalah model pembelajaran yang dimaksudkan untuk melibatkan peserta didik di dalam tugas-tugas autentik dan dunia nyata agar dapat memperluas belajar mereka. Peserta didik diberi tugas proyek atau problem yang open-ended dengan lebih dari satu pendekatan atau jawaban. Kedua model ini juga dinyatakan sebagai model yang student-centered, dan menempatkan peranan guru sebagai fasilitator. Peserta didik dilibatkan dalam PjBL atau PBL, bekerja di dalam kelompok secara kolaboratif dan didorong mencari berbagai informasi dari berbagai sumber yang berhubungan dengan proyek atau masalah yang dikerjakan. Model ini menekankan pengukuran hasil belajar autentik dengan basis unjuk kerja performance-based assessment. Project Based Learning PjBL adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan suatu proyek dalam proses pembelajaran. Proyek yang dikerjakan oleh peserta didik dapat berupa proyek mandiri atau kelompok dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu, menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan. Proyek tersebut berfokus pada pemecahan masalah yang berhubungan dengan kehidupan peserta didik. Pembelajaran berbasis proyek merupakan bagian dari model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik student- centered.