9
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka Uraian dalam sub bab ini terdiri dari beberapa teori pendukung penelitian
adapun beberapa hal yang menjadi pembahasan peneliti adalah belajar dan pembelajaran, IPA, pendekatan saitifik, Lembar Kerja Siswa LKS, dan materi
macam-macam energi. 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan peoses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian Majid, 2014: 15. Perubahan ini
bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi
antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan anak dengan pendidik. Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada
konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang Majid, 2014: 16. Proses belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta
belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh sehingga konsep yang dipelajari akan
dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Belajar merupakan proses membangun
pengetahuan melalui
transformasi pengalaman,
sedangkan pembelajaran merupakan upaya yang sistematis dalam menata lingkungan belajar
guna menumbuhkan dan mengembangkan belajar peserta didik Jackson dalam Rusman, 2013: 252. Dari definisi beberapa ahli tersebut peneliti berpendapat
bahwa belajar adalah suatu proses untuk menemukan suatu informasi baru dengan tujuan untuk menambah wawasan atau pengetahuan yang telah
dimilikinya. Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial Daryanto, 2014: 41.Pembelajaran merupakan kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai
pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
melaksanakan aktivitas belajar mengajar Trianto dalam Daryanto, 2014: 41. Suatu kegiatan pembelajaran harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien Carey dalam Rusman, 2013: 132. Pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh
memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya Joyce Weil dalam Rusman, 2013: 133. Dari definisi beberapa
ahli tersebut peneliti berpendapat bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan perencanaan dalam belajar dan mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa
untuk mencapai suatau tujuan tertentu dalam proses pembelajaran 2.1.1.1 Cara Anak Belajar
Setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya teori perkembangan kognitif Piaget dalam
Majid, 2014: 9. Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman
terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman anak yang lebih khusus mengenai apa yang dilakukan ketika mereka memecahkan sebuah masalah
sehingga mereka dapat dibantu dengan perilaku yang cerdas Sternberg dalam Rusman, 2014: 12. Proses belajar siswa sebagai bagian dari kurikulum dan
pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor Rusman, 2014: 11. Belajar yang berpusat pada siswa dengan cara
mencari dan menemukan sendiri melalui pengalaman langsung secara kontekstual, yaitu dengan cara mengeksplorasi dan mengelaborasi pengalaman
belajarnya Rusman, 2014: 382.Dari definisi beberapa ahli tersebut peneliti berpendapat bahwa cara anak belajar berbeda-beda hal ini dikarenakan setiap anak
memiliki kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor yang berbeda pula. 2.1.2 Ilmu Pengetahuan Alam
Ditinjau dari fisiknya IPA adalah ilmu pengetahuan yang objek telaahnya adalah alam dengan segala isinya yaitu manusia, hewan, dan tumbuhan Daryanto,
2014: 160. IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik yang didalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala
alam Carin dalam Daryanto, 2014: 160. Ilmu pengetahuan alam berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan
11
pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak ada habis-habisnya Sumaji dalam Sani, 2013: 31. IPA dapat dipandang sebagai suatu
proses dari upaya manusia untuk memahami berbagai gejala alam Dardmojo, 1992: 5. Untuk ini diperlukan suatu tata cara tertentu yang sifatnya analitis,
cermat, lengkap serta menghubungkan gejala alam yang satu dengan gejala alam yang lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu sudut pandang yang baru
tentang objek yang diamatinya. IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam Nash dalam
Samatowa, 2011: 3. Cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkannya antara suatu fenomena dengan fenomena lain,
sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya. Berdasarkan definisi beberapa ahli tersebut, IPA dapat diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari tentang alam dan fenomena-fenomena alam yang terjadi di lingkungan sekitar.
2.1.2.1 Ilmu Pengetahuan Alam Sebagai Disiplin Ilmu Krisis dalam pendidikan IPA terletak pada tekanan-tekanan untuk
menegakkan pengakuan legitimasi akan pendidikan sains sebagai disiplin ilmu dan untuk mengajukan bukti akan kegunaan dan berharganya penelitian-penelitian
yang dihasilkannya Paul dalam Samatowa, 2011: 7. Meskipun pendidikan sains merupakan disiplin ilmu yang relatif masih muda sekitar 50 tahun, namun telah
berfungsi sebagai daerah liputan untuk studi lanjut dan penelitian bagi 65 perguruan tinggi di Amerika Serikat Yager dalam Samatowa, 2011: 8.
Berdasarkan definisi beberapa ahli tersebut, Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu merupakan pendidikan IPA berdasarkan bukti yang ada dan
berfungsi untuk penelitian lebih lanjut. 2.1.2.2 Pembelajaran Sains
Pembelajaran Sains menjadi berarti bila diajarkan sedemikian, sehingga anak menjalani suatu proses perubahan konsepsi Alverman dalam Samatowa,
2011: 8. Santa dalam Samatowa, 2011: 9 menyatakan “Anak butuh mengakui konsep atau penjelasan keilmuan yang bertentangan dengan teori yang mereka
miliki”. Mereka butuh dan yakin bahwa teori yang mereka miliki tidak lengkap, tidak cocok, atau tidak konsisten dengan kebutuhan eksperimen, dan bahwa
12
penjelasan ilmiah menyediakan alternatif yang lebih meyakinkan dan lebih berdaya. Pembelajaran sains dengan hafalan dan pemahaman konsep, anak harus
diberi kesempatan untuk mengembangkan sikap ingin tahu dan berbagai penjelasan logis Cullingford dalam Samatowa, 2011: 9. Pembelajaran Sains
akan dapat ditingkatkan, bila anak dapat lebih berkelakuan seperti seorang ilmuwan bagi diri mereka sendiri, dan jika mereka diperbolehkan serta disorong
untuk melakukan hal itu Claxton dalam Samatowa, 2011: 9. Mereka dapat memperoleh bahwa beberapa materi menjadi lebih mudah dan lebih
menyenangkan. Dari berbagai ide mengenai pembelajaran sains, kegiatan anak di kelas diantisipasi menjadi serupa dengan apa yang sesungguhnya dilakukan para
ilmuwan dalam percobaan mereka, namun dalam situasi yang berbeda. 2.1.2.3 Memberdayakan Anak dalam Pendidikan Sains
Berbagai penelitian yang dilakukan dalam bidang pendidikan sains saat ini lebih menekankan pada anak daripada gurunya dengan upaya yang lebih
menekankan bagaimana anak belajar sains Yager dalam Sumaji, 2003: 121 . Dari pandangan ini hasil belajar bukan semata-mata bergantung pada apa yang
disajikan guru, melainkan dipengaruhi oleh hasil interaksi antara berbagai informasi yang seharusnya diberikan kepada anak dan bagaimana anak mengolah
informasi berdasarkan pemahaman yang dimiliki sebelumnya. melalui kegiatan bertanya, anak akan berlatih menyampaikan gagasan dan memberikan respons
yang relevan terhadap suatu masalah yang dimunculkan Gall dalam Sumaji, 2003: 122. Bertanya merupakan ciri utama dalam sains yang telah menunjukkan
bahwa dengan berbagai pertanyaan yang diajukan, sains dapat dikembangkan. Dengan kegiatan bertanya bagi anak menjadi hal yang fundamental dalam
sains. Kemampuan siswa untuk memberi penjelasan tentang kemengapaan fenomena alam akan sangat berguna dalam memahami suatu masalah berkaitan
Cross dalam Sumaji, 2003: 122. Secara komprehensif betapa pentingnya pertanyaan “mengapa” dalam sains yang akan memberikan kesempatan bagi anak
untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menjelaskan sesuatu permasalahanIsaacs dalam Sumaji, 2003: 123. Dengan upaya yang lebih
menekankan bagaimana anak belajar, kita dapat melihat bahwa pembelajaran IPA di kelas dipandang sebagai sutu proses aktif, dan sangat dipengaruhi oleh apa
13
yang sebenarnya ingin dipelajari anak Samatowa, 2011: 8. Dari berbagai ide diatas peneliti menyimpulkan bahwa memberdayakan anak dalam pendidikan
sains proses belajar lebih difokuskan kepada anak dan anak diminta untuk berfikir kritis dengan bertanya pada guru, sehingga anak dapat memberikan
gagasan serta respons terhadap suatu permasalahan yang ada. 2.1.3 Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik adalah suatu proses pembelajaran yang telah dirancang sedemikian rupa agar peserta didik dapat aktif membangun konsep,
hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan bermacam-macam teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan Hosnan, 2014: 34
. Pendekatan saintifik
adalah suatu pendekatan dalam kegiatan pembelajaran yang lebih
mengutamakan kreatifitas dan penemuan peserta didik sehingga memperoleh pengalaman belajar berdasarkan kesadaran dan kepentingan peserta didik sendiri
Kokasih, 2014: 72. Model pembelajaran proses saintifik adalah suatu proses pembelajaran yang memadu peserta didik untuk memecahkan masalah melalui
kegiatan perencanaan yang matang, pengumpulan data yang cermat, dan analisis data yang teliti untuk menghasilkan sebuah kesimpulan Abidin, 2014: 125.
model saintifik proses adalah model pembelajaran yang dilandasi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang diorientasikan guna membina
kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah melalui serangkaian aktivitas inkuiri yang menuntut kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan
berkomunikasi dalam upaya meningkatkan pemahaman peserta didik Abidin, 2014: 127. Dari berbagai penjelasan mengenai pengertian pendekatan saintifik
di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah suatu pendekatan yang membantu siswa untuk memecahkan suatu masalah dengan
berfikir kreatif dan mandiri, siswa diminta untuk mencari informasi dengan tahapan-tahapan yang dimulai dari mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan
mengomunikasikan. Dan dalam pendekatan saintifik pembelajaran lebih berpusat pada siswa, guru hanya sebagai fasilitator dan mendampingi siswa
dalam mencari informasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2.1.3.1 Karakteristik Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik Karakteristik mengenai pembelajaran saintifik, yaitu materi pembelajaran
yang didapat dipahami dengan standar logika yang sesuai dengan taraf kedeasaannya sehingga peserta didik dapat mengkritisi, mengetahui cara
pemerolehannya, dan kelemahan-kelemahannya Kosasih, 2014: 72. Interaksi pembelajaran berlangsung secara terbuka dan objektif sehingga peserta didik
dapat mengemukakan pemikiran, perasaan, sikap, dan pengalamannya serta dapat mendorong peserta didik untuk selalu berpikir analistis dan kritis. Pembelajaran
dengan pendekatan saintifik memiliki beberapa karakteristik khusus dalam penerapannya Abidin, 2014: 129. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, objektif. Artinya pembelajaran dilakukan dengan suatu objek dan peserta didik memberikan penilaian secara objektif terhadap objek tersebut.
Kedua,faktual. Artinya pembelajaran dilakukan terhadap masalah-masalah faktual yang terjadi di sekitar sehingga peserta didik dibiasakan untuk menemukan fakta
yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Ketiga, sistematis. Artinya pembelajaran dilakukan atas tahapan belajar yang sistematis yang berfungsi
sebagai panduan dalam pelaksanaan pembelajaran. Keempat, bermetode. Artinya pembelajaran dilaksanakan berdasarkan metode pembelajaran ilmiah tertentu.
Kelima, cermat dan tepat. Artinya pembelajaran dilakukan untuk membina kecermatan dan ketetapan peserta didik dalam mengkaji sebuah fenomena atau
objek belajar tertentu. Keenam, logis. Artinya pembelajaran dilakukan dengan mengangkat hal yang masuk akal. Ketuju, aktual. Artinya pembelajaran dilakukan
dengan melibatkan konteks kehidupan anak sebagai sumber belajar yang bermakna. Kedelapan, disinterested. Artinya pembelajaran yang dilakukan dengan
tidak memihak melainkan didasarkan atas capaian belajar siswa yang sebenarnya. Kesembilan, unsupported opinion. Artinya pembelajaran tidak dilakukan untuk
menumbuhkan pendapat atau opini yang tidak disertai bukti-bukti nyata. Kesepuluh,verifikatif. Artinya hasil belajar yang diperoleh peserta didik dapat
diverivikasi kebenarannya dalam arti dikonfirmasikan, direvisi, dan diulang dengan cara yang sama atau berbeda.
15
2.1.3.2 Tujuan Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik Hosnan, 2014: 36
yaitu. 1 meningkatkan kemampuan intelek 2 membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik 3 menciptakan
kondisi pembelajaran yang membuat peserta didik merasa bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan 4 memperoleh hasil belajar yang tinggi 5 melatih
peserta didik mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah, 6 mengembangkan karakter peserta didik.
2.1.3.3 Kegiatan Pembelajaran Dalam Pendekatan Saintifik Seperti yang telah dibahas sebelumnya, berikut ini merupakan proses
pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik diuraikan sebgai berikut Abidin, 2014: 133.
1. Mengamati Pada awal pembelajaran kegiatan pertama yang harus dilakukan ialah
mengamati. Metode mengamati ini mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran atau meaningful learning. Metode ini memiliki keunggulan tertentu
seperti menyajikan media objek secara nyata, sehingga peserta didik tertarik dan tertantang serta mudah pelaksanaannya. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran
saintifik dilakukan dengan menempuh langkah-langkah berikut ini. 1 menentukan objek apa yang diamati 2 membuat pedoman observasi sesuai
dengan lingkup objek yang diamati 3 menentukan data-data yang akan diamati secara jelas, baik primer maupun sekunder 4 menentukan tempat pengamatan
objek yang akan diamati 5 menentukan secara jelas langkah-langkah pengamatan agar berjalan mudah dan lancar 6 menentukan cara dan melakukan
pencatatan hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, perekaman video, dan lainnya.
2. Menanya Dalam pendekatan saintifik, kegiatan kedua adalah kegiatan menanya.
Kegiatan belajar dari langkah ini ialah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan
informasi tambahan terhadap objek pengamatan yang telah diamati sebelumnya Hosnan, 2014: 137.
16
Dalam kegiatan bertanya, ada beberapa kriteria pertanyaan yang baik demi membina keterampilan peserta didik dalam mengajukan pertanyaan Abidin, 2014:
137. Kriteria pertanyaan ini ialah sebagai berikut. Singkat dan jelas, menginspirasi jawaban, memiliki fokus, bersifat probing atau divergen, bersifat validatif atau
penguatan, memberi kesempatan peserta didik untuk berfikir ulang, merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif, merangsang proses interaksi.
3. Menalar Kegiatan menalar adalah tahapan ketiga dalam pembelajaran saintifik. Istilah
menalar pada kurikulum 2013 diartikan sebagai istilah asosiasi yang merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam
peristiwa dan menjadikannya sebagai penggalan memori. Teori asosiasi sangat efektif dalam menanamkan sikap ilmiah dan motivasi kepada peserta didik
berkenaan dengan nilai-nilai intrinsik dari pembelajaran partisipatif. Daya menalar peserta didik dapat ditingkatkan melalui cara berikut ini Kemendikbud dalam
Abidin, 2014: 139. Pertama, guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap
seperti tuntutan kurikulum. Kedua, guru tidak banyak menerapkan metode ceramah, tetapi memberi instruksi singkat yang jelas, seperti contoh-contoh,baik dilakukan
sendiri maupun dengan cara simulasi. Ketiga, bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hirarkis, dimulai dari yang sederhana sampai ke yang kompleks.
Keempat, kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Keenam, setiap kesalahan atau kekeliruan segera dikoreksi atau
diperbaiki. Keenam,perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan peserta didik. Ketuju, evaluasi atau penilaian
didasarkan atas perilaku yang nyata atau otentik. Kedelapan, guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan memberikan tindakan pembelajaran
perbaikan. 4. Mencoba
Pada langkah keempat ini, peserta didik diwajibkan untuk melakukan percobaan, terutama untuk materi atau mata pelajaran yang sesuai, misalnya IPA.
Aplikasi metode mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Agar pelaksanaan
17
percobaan berjalan lancar guru wajib melakukan beberapa hal berikut ini. Pertama, guru hendaknya merumuskan tujuan kegiatan mencoba yang akan
dilaksanakan pada peserta didik. Kedua, guru bersama peserta didik mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan. Ketiga, guru bersama peserta
didik mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan. Keempat, guru harus memperhitungkan waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan mencoba. Kelima, guru
menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan peserta didik. Keenam, guru membicarakan masalah yang akan dilakukan percobaannya. Ketuju, membagi
kertas kerja kepada peserta didik. Kedelapan, peserta didik melakukan kegiatan mencoba dengan bimbingan guru. Kesembilan, guru mengumpulkan hasil kerja
siswa dan mengevaluasinya bila dianggap perlu didiskusikan. 5. Mengomunikasikan
Kegiatan mengomunikasikan ialah akhir pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Kegiatan ini menggunakan kemampuan menyampaikan hasil
kegiatan yang telah dilaksanakan baik secara lisan maupun tulisan. 2.1.4 Lembar Kerja Siswa LKS
2.1.4.1 Pengertian LKS LKS merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar kertas
yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan siswa, baik yang bersifat teoritis atau praktis, yang mengacu
kepada kompetensi dasar yang harus dicapai siswa dan penggunaannya tergantung dengan bahan ajar lain Prastowo, 2014: 268. Lembar kegiatan siswa adalah
lembaran-lembaran berisikan tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik yang memuat petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas yang
mengarah pada kompetensi dasar yang akan dicapai Majid, 2009: 176. Lembar kegiatan siswa merupakan panduan bagi peserta didik yang memuat sekumpulan
kegiatan mendasar yang harus dilakukan peserta didik untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator
pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh Trianto, 2010: 223. Lembar kegiatan siswa adalah lembaran yang berisi pedoman bagi peserta didik untuk
melakukan kegiatan terprogram pengamatan, eksperimen, dan pengajuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
pertanyaan sehingga peserta didik dapat melakukannya secara aktif Depdikbud dalam Trianto, 2011: 243.
Lembar kegiatan siswa dibagi dalam dua macam yaitu lembar kegiatan siswa berstruktur dan lembar kegiatan siswa tak berstruktur Ibrahim dalam
Trianto, 2011: 244. Lembar kegiatan siswa berstruktur adalah lembar kegiatan yang dirancang untuk membimbing siswa dalam suatu proses belajar mengajar
dengan atau tanpa bimbingan guru. Lembar kegiatan siswa tak berstruktur adalah lembar kegiatan yang berisi sarana untuk melatih, mengembangkan keterampilan,
dan menemukan konsep dalam suatu tema. Dari berbagai penjelasan LKS di atas dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan lembar kerja siswa yang berisi tentang
materi, soal, petunjuk, dan tugas yang ditujukan pada siswa agar siswa dapat lebih memahami materi yang telah dipelajari dan dapat digunakan sebagai buku
panduan dalam mengerjakan praktikum. 2.1.4.2 Fungsi LKS
Berdasarkan pengertian LKS pada dasarnya sudah dapat diterka apa saja fungsinya dalam kegiatan pembelajaran tematik Prastowo, 2014: 270. Namun
lebih jelasnya berikut ini akan diungkapkan bahwa LKS mempunyai empat fungsi yaitu. Pertama, LKS sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik
namun lebih mengaktifkan siswa. Kedua, LKS sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan. Ketiga,LKS
sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih. Dan keempat, LKS memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa.
2.1.4.3 Jenis-jenis LKS Setiap LKS disusun dengan materi dan tugas-tugas tertentu yang dikemas
sedemikian rupa untuk tujuan tertentu Karena adanya perbedaan maksud dan tujuan pengemasan materi pada masing-masing LKS tersebut, hal ini berakibat
pada jenis LKS yang bemacam-macam Prastowo, 2014: 271. Jika ditelusuri lebih lanjut, kita dapat menemukan lima jenis LKS yang umum digunakan oleh
siswa, yaitu: Pertama, LKS Penemuan membantu siswa menemukan sebuah konsep.
Sesuai dengan prinsip konstruktivisme, seseorang akan belajar jika ia aktif PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
mengkonstruksi pengetahuan di dalam otaknya. Ini merupakan salah satu karateristik pembelajaran tematik. Salah satu cara mengimplementasikannya di
kelas yaitu dengan cara mengemas materi pembelajaran dalam bentuk LKS. LKS jenis ini memuat apa yang harus dilakukan siswa, meliputi: melakukan,
mengamati, dan menganalisis. Rumuskan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa kemudian mintalah siswa untuk mengamati fenomena hasil kegiatannya,
dan berilah pertanyaan analisis yang membantu siswa mengaitkan fenomena yang diamati dengan konsep yang akan dibangun siswa dalam benaknya.
Kedua, LKS yang Aplikatif-Integratif Membantu Siswa Menerapkan dan Mengintegrasikan Berbagai Konsep yang Telah Ditemukan. Di dalam sebuah
pembelajaran, setelah siswa berhasil menemukan konsep, siswa selanjutnya kita latih untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari tersebut dalam kehidupan
sehari-hari. Berikut ini contoh LKS yang membantu siswa menerapkan cara merawat anggota tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Caranya dengan
memberikan tugas kepada mereka untuk bertanya dan menonton video. Kemudian meminta mereka berlatih mencuci tangan dan menggosok gigi. Dengan siswa
dilatih unruk mencuci tangan sebelum makan dan gosok gigi setelah makan, maka hal ini telah memberikan jalan bagi terimplementasikannya keterampilan merawat
anggota tubuh bagi siswa. Ketiga, LKS Penuntun berfungsi sebagai penuntun belajar. LKS
penuntun berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku. Siswa dapat mengerjakan LKS tersebut jika ia membaca buku, sehingga fungsi utama
LKS ini ialah membantu siswa mencari, menghafal, dan memahami materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku.
Keempat, LKS Penguatan Berfungsi sebagai Penguatan. LKS penguatan diberikan setelah siswa selesai mempelajari topik tertentu. Materi pembelajaran
yang dikemas di dalam LKS penguatan lebih menekankan dan mengarahkan kepada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam
buku ajar. LKS ini juga cocok untuk pengayaan. Kelima, LKS Praktikum Berfungsi sebagai Petunjuk Praktikum alih-alih
memisahkan petunjuk praktikum ke dalam buku tersendiri, kita dapat menggabungkan petunjuk praktikum ke dalam kumpulan LKS. Dengan demikian,
20
dalam bentuk LKS ini, petunjuk praktikum merupakan salah satu konten dari LKS.
2.1.4.4 Manfaat Lembar Kerja Siswa Suatu produk yang dibuat biasanya memiliki beberapa manfaat. Lembar
kerja siswa memiliki manfaat Lismawati, 2010: 40 sebagai berikut. 1 dapat dipelajari di mana saja dan kapan saja tanpa harus menggunakan alat
khusus. 2 dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar tentang fakta dan mampu menggali prinsip-prinsip umum dan abstrak dengan menggunakan
argumentasi yang realistis. 3 dapat memaparkan kata-kata, angka-angka, notasi musik, gambar dua dimensi, serta diagram dengan proses yang sangat cepat. 4
secara ekonomis lebih hemat dibandingkan dengan media pembelajaran yang lainnya.
2.1.5 Bentuk Energi Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja atau uasaha. Benda
bergerak artinya benda melakukan uasaha atau kerja, sehingga membutuhkan energi Herliani, 2003: 128 . Bentuk energi bermacam-macam, antara lain energi
kinetik atau energi gerak, energi listrik, energi panas kalor, energi cahaya,energi bunyi,energi kimia, dan energi potensial Sumantoro, 2009: 142. Energi
mempunyai sifat kekal, karena energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Energi hanya dapat diubah ke bentuk energi lain Saptorini, 2013:
39. Kehidupan manusia tidak terlepas dari energi. Karena energilah manusia dan seluruh mahluk di alam ini dapat hidup dan menjalankan proses kehidupannya.
Seluruh kehidupan manusia tidak terlepas dari energi. Karena energilah manusia dan seluruh mahluk di alam ini dapat hidup dan menjalankan proses
kehidupannya Parulian, 2011: 113. Energi ada bermacam-macam jenis atau bentuknya, antara lain energi cahaya, energi panas, energi gerak, energi bunyi,
energi listrik, dan energi kimia. Energi ada disekitar kita. Energi tidak dapat dilihat, tetapi pengaruhnya dapat dirasakan. Energi tidak dapat dimusnahkan,
tetapi dapat dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk energi lain Haryanto, 2013: 88. Dari beberapa definisi para ahli tersebut peneliti berpendapat bahwa energi
21
adalah kemampuan untuk melakukan usaha dan energi tidak dapat diciptakan serta dimusnahkan.
2.1.5.1 Macam-Macam Bentuk Energi Energi ada bermacam-macam jenis atau bentuknya Saptorini, 2013: 40,
antara lain: 1. Energi cahaya
Energi cahaya membantu kita melihat benda-benda di sekitar. Sumber energi cahaya di bumi adalah matahari. Karena adanya cahaya matahari, bumi
menjadi terang di siang hari. Pada malam hari tidak ada cahaya matahari sehingga buni menjadi gelap gulita. Pada malam hari tidak ada cahaya matahari sehingga
bumi menjadi gelap gulita. Untuk melihat kamu memerlukan alat penerangan, seperti lampu, lilin, lentera, obor, atau senter. Namun, energi cahaya dari alat-alat
penerangan tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan energi cahaya dari matahari.
2. Energi Panas Energi panas dan energi cahaya biasanya dihasilkan secara bersamaan.
Sumber energi panas terbesar adalah matahari Saptorini, 2013: 39. Adanya energi panas dari matahari menyebutkan suhu di bumi menjadi hangat sehingga
dapat dihuni pleh mahluk hidup. Energi panas matahari juga membuat baju dan makanan yang dijemur menjadi kering. Energi panas berasal dari benda bersuhu
tinggi. Panas dapat terjadi karena adanya sumber energi panas Parulian, 2011: 114. Sumber energi panas dapat berasal dari gesekan suatu benda, kompor yang
menyala api, panas matahari, dan uap panas. Energi panas dari matahari digunakan manusia untuk berbagai macam keperluan Sumantoro, 2009: 142.
Matahari merupakan sumber energi utama. Segala sesuatu yang dapat menghasilkan panas disbut sumber energi panas
Haryanto, 2013: 89. Lilin yang menyala menghasilkan panas. Api unggun menghasilkan panas, gesekan antara dua benda dapat menghasilkan panas. Ini
berarti bahwa lilin yang menyala, api unggun, dan gesekan antara dua benda merupakan sumber energi panas. Manusia membutuhkan panas untuk tetap
bertahan hidup Haryanto, 2013: 90. Beberapa manfaat energi panas adalah sebagai berikut. 1 panas matahari mempertahankan suhu atmosfer sehingga
22
panas di bumi sesuai untuk kehidupan mahluk hidup. 2 panas matahari memungkinkan terjdinya daur air dan perubahan musim di belahan bumi utara
dan selatan 3 panas matahari berguna untuk mengeringkan pakaian serta bermacam-macam bahan makanan, misalnya gabah, padi, ikan asin kerupuk, dan
garam 4 panas dari kompor digunakan untuk memasak makanan dan air. 3. Energi Bunyi
Berbagai bunyi yang kamu dengar itu dihasilkan oleh benda yang bergetar Parulian, 2011: 117. Benda yang bergetar dan menghasilkan bunyi itu disebut
sumber bunyi. Getaran lebih mudah dirasakan daripada diamati karena getaran berlangsung sangat cepat. Bunyi berasal dari benda yang bergetar. Getaran benda
menyebabkan udara di sekitar benda ikut bergetar sehingga terciptalah bunyi Saptorini, 2013: 40. Misalnya senar gitar akan menghasilkan bunyi saat dipetik.
Energi bunyi menyebabkan kita dapat mendengar berbagai suara misalnya orang berbicara, alat musik dimainkan, sirine berdengung, atau bel berdentang.
Benda yang dapat menghasilkan bunyi disebut sumber bunyi. Bunyi dapat timbul dengan berbagai macam cara Sumantoro, 2009: 150. Salah satu caranya
adalah dipukul. Jika meja dipukul dengan keras, akan muncul bunyi yang keras. Jika meja dipukul dengan pelan, bunyinya akan pelan. Getaran sumber bunyi
dapat merambat melalui benda perantara atau medium dalam bentuk gelombang bunyi. Bunyi dihasilkan oleh benda yang bergetar Herliani, 2003: 134. Getaran
karet gelang, penggaris plastik, garpu, dan pita suara menyebabkan terjadinya bunyi disebut sumber bunyi. Bunyi dapat merambat melalui udara, benda padat,
dan benda cair. Oleh karena itu kalian dapat mendengar suara melalui udara, dinding tembok, dan dalam air. Agar bunyi dapat didengar, maka ada tiga syarat
yang harus dipenuhi yaitu: ada sumber bunyi yang menghasilkan bunyi, ada perantara, dan ada pendengar yang menerima bunyi. Semua getaran benda yang
dapat mengahasilkan bunyi disebut sember bunyi Haryanto, 2013: 97. 4. Energi Listrik
Energi listrik merupakan energi serba guna karena dapat membuat berbagai peralatan bekerja, seperti komputer, televisi, radio, lemari pendingin,
lampu, penanak nasi, setrika, dan kipas angin Saptorini, 2013: 40. Adanya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
energi listrik juga menyebabkan kita tidak kegelapan di malam hari. Peralatan yang dapat berfungsi karena energi listrik membantu meringankan pekerjaan kita
sehari-hari, seperti mesin cuci dan penanak nasi. Peralatan listrik juga dapat membuat hidup kita lebih nyaman, misalnya AC air conditioner dan kipas angin
yang mendinginkan tubuh di saat cuaca panas. 5. Energi Kimia
Energi kimia adalah energi yang tersimpan dalam bentuk bahan kimia, seperti makanan dan baterai Saptorini, 2013: 40. Dengan mengonsumsi
makanan kita mendapatkan energi untuk melakukan kegiatan sehari-hari. energi kimia juga terdapat pada baterai. Baterai membuat peralatan yang memerlukan
energi listrik kecil dapat bekerja, seperti senter, radio, arloji, jam dinding, dan mainan. Jika kita tidak makan seharian maka tubuh kita akan lemas. Energi kimia
juga terdapat pada makanan yang kita konsumsi sehari-hari. 6. Energi Gerak
Energi gerak dihasilkan oleh angin dan air Saptorini, 2013: 39. Energi gerak dari angin dapat membuat berbagai benda bergerak, misalnya kincir angin
dan perahu layar. Energi gerak dari angin juga dapat merusak, misalnya dapat membuat batang pohon menjadi tumbang. Selain angin, energi gerak juga dapat
dihasilkan dari air yang mengalir. Energi gerak dari air yang mengalir membuat berbagai benda, seperti kincir air dan perahu bergerak energi gerak dari air juga
dapat menyebabkan kerugian manusia, misalnya banjir yang dapat merusak berbagai bangunan dan menewaskan manusia. Benda-benda dapat bergerak
karena adanya energi Sumantoro, 2009: 163.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian pengembangan LKS IPA menggunakan pendekatan saintifik
merupakan hal baru sehingga sedikit yang dapat digunakan sebagai sumber penelitian yang relevan. Berikut ini enam penelitian relevan yang sesuai dengan
penelitian berjudul “ Pengembangan LKS IPA Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Siswa Kelas 1V Materi Bentuk Energi”.
Bailaen 2016 mengembangkan LKS menggunakan pendekatan saintifik subtema tugasku sebagai umat beragama untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.
24
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan RD. Penelitian ini bertujuan untuk 1 mengembangkan produk berupa LKS
menggunakan pendekatan saintifik pada subtema Tugasku sebagai umat beragama untuk siswa kelas II SD Negeri Kalasan I 2 mendeskripsikan kualitas produk
prosedur LKS menggunakan pendekatan saintifik pada subtema Tugasku sebagai umat bergama untuk siswa kelas II SD Negeri Kalasan I. Hasil penelitian dalam
tahap pengembangan menunjukan bahwa kualitas produk LKS oleh dua Pakar Kurikulum SD 2013 dan media LKS masing-masing ialah, Pakar Kurikulum SD
2013 dan Media LKS memberikan skor 4,00 dengan kategori “Baik” dan Pakar Kurikulum SD 2013 dan Media LKS B memberikan skor 4,06 dengan kategori
“Baik”. Kualitas produk LKS oleh dua orang guru kelas II SD masing-masing ialah, Guru Kelas II SD Negeri Kalasan 1 memberikan skor 3,56 dengan kategori
“Baik”. Berdasarkan hasil validasi aspek tersebut oleh Pakar Kurikulum SD 2013 dan Media LKS serta Guru Kelas II SD Negeri Kalasan 1, penelitian
pengembangan ini menghasilkan produk berupa LKS dengan memperoleh skor rata-rata 3,73. Berdasarkan hal ini menunjukkan Lembar Kerja Siswa
menggunakan pendekatan saintifik yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk uji coba dalam kegiatan pembelajaran di kelas II sekolah dasar.
Irna 2016 mengembangkan LKS berbasis kecerdasan ganda subtema kebersamaan dalam keberagaman untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.Jenis
penelitian yang digunakan adalah pengembangan RD. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu produk berupa LKS berbasis Kecerdasan
Ganda pada subtema Kebersamaan dalam Keberagaman untuk siswa kelas IV sekolah dasar. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil dari validasi dua ahli
LKS berbasis kecerdasan ganda tersebut menghasilkan skor 3,85 baik dan 3,95 sangat baik. Validasi dari dua guru kelas IV SD menghasilkan skor 4,0 baik
dan 4,05 baik. LKS berbasis kecerdasan ganda tersebut menghasilkan rata-rata skor 3,96 dari rentang skor 1-
5 dan termasuk dalam kategori “baik”. hal ini menunjukkan LKS berbasis kecerdasan ganda yang dikembangkan sudah layak
digunakan untuk uji coba dalam kegiatan pembelajaran di kelas 1V sekolah dasar dengan revisi sesuai saran.
25
Mustofa 2016 mengembangkan LKS berbasis observasi pada taman sekolah sebagai sumber belajar sains. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian dan pengembangan RD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan pengembangan LKS berbasis observasi pada taman sekolah sebagai
sumber belajar Sains di SD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian kelayakan LKS oleh: pakar materi sebesar 90 sangat layak, pakar desain
sebesar 96 sangat layak, dan guru sebesar 93,18 sangat layak. Hasil pengujian LKS pada kelas skala kecil kelas IVB menunjukkan: rerata aktivitas
siswa sebesar 100, siswa tuntas belajar sebanyak 92,11, dengan rerata nilai sebesar 7,84. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
pengembangan LKS berbasis observasi taman sekolah, layak untuk digunakan sebagai bahan ajar sains di SD N 1 Tinjomoyo Semarang.
Afifah 2016 mengembangkan LKS IPA berbasis metode percobaan. jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan RD.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan LKS berbasis metode percobaan dan efektifitas LKS IPA berbasis metode percobaan serta peningkatan
hasil belajar siswa dengan menggunakan LKS berbasis metode percobaan IPA dalam pembelajaran. Hasil penelitian menunjukan bahwa validasi penyajian LKS
melalui angket oleh ahli media dengan presentase 62 , dengan kriteria cukup dari ahli materi dengan presentase 61 dengan kriteria cukup. Hasil angket
aktifitas siswa dengan presentase 80 dengan tanggapan dari guru terhadap LKS berbasis metode percobaan sebesar 91, tanggapan siswa sebesar 81 dan
ketuntasan hasil belajar dengan 70. Hasil pretest dengan rata-rata 69 dan postets dengan rata-rata 76, sehingga dalam pembelajaran mengalami peningkatan
100. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengembangan LKS berbasis metode percobaan kelas IV SD dapat digunakan dan meningkatkan prestasi
belajar siswa dengan menggunakan pretest dan posttest. Lombo 2016 mengembangkan LKS menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah mengacu kurikulum 2013 subtema Indonesiaku bangsa yang berbudaya untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian dan pengembangan RD. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu produk berupa LKS berbasis model PBM mengacu kurikulum
26
2013. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa validasi berpedoman pada 12 aspek LKS seperti 1 Identitas atau judul LKS, 2 Kompetensi Dasar yang akan dicapai,
3 Waktu penyelesaian, 4 Peralatan atau bahan yang dibutuhkan, 5 Informasi singkat, 6 Langkah kerja, 7 Tugas yang harus dilakukan, 8 laporan yang harus
dikerjakan, 9 Masalah yang ditampilkan, 10 Aspek yang dikembangkan, 11 Penggunaan EYD, dan 12 Tampilan LKS. Menunjukkan bahwa LKS model
PBM mengacu Kurikulum SD 2013 subtema Indonesiaku bangsa yang berbudaya untuk model PBM yang dikembangkan sudah layak untuk digunakan.
Shalikhah 2016 mengembangkan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk melatih keterampilan proses sains siswa kelas IV Sekolah Dasar.
Penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan RD.Penelitian ini bertujuan untuk 1 mengembangkan LKS IPA berbasis pendekatan
saintifikpada materi Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit untuk SDMI kelas IV, 2 mengetahui proses pengembangan LKS IPA, 3 mengetahui
kualitas LKS IPA, 4 mengetahui dampak penggunaan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik terhadap keterampilan proses sains siswa. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa validasi ahli materi, kualitas produk LKS IPA memperoleh persentase penilaian 75 dengan kategori baik. Hasil validasi ahli media
memperoleh persentase penilaian 91,25 dengan kategori sangat baik. Hasil penilaian teman sejawat dan guru memperoleh persentase penilaian 92,66
dengan kategori sangat baik. Hasil observasi keterampilan proses sains siswa yang menggunakan LKS IPA berbasis pendekatan saintifikdengan siswa yang tidak
menggunakan LKS berbasis saintifik terdapat perbedaan secara signifikan, yaitu sig 0,01 0,05. Hal ini membuktikan bahwa siswa yang menggunakan poduk LKS
IPA berbasis saintifikdapat meningkatkan keterampilan proses sains dan produk LKS IPA layak digunakan sebagai media pembelajaran IPA di SD.
Berdasarkan penelitian relevan di atas, peneliti mengembangkan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik materi macam-macam energi. LKS yang dibuat
berdasarkan model Dick Carey yang telah dimodifikasi menjadi delapan tahapan. Keenam penelitian tersebut relevan terhadap penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti sehingga dapat menjadi referensi tentang penelitian yang berjudul “ pengembangan lembar kerja siswa IPA berbasis pendekatan saintifik
27
Yang diteliti adalah LKS IPA , Pendekatan saintifik, bentuk energi
kelas IV
Lombo 2016
LKS, kurikulum 2013, siswa kelas V SD
untuk siswa kelas 1V materi macam- macam energi”. LKS yang dikembangkan
oleh peneliti memiliki empat karakteristik yaitu mengarahkan siswa untuk aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran di dalam kelas, mengajak siswa untuk
mencari informasi dari berbagai macam sumber yang beragam seperi di lingkungan sekolah, rumah, dan masyarakat, mengarahkan siswa untuk
membangun konsepnya secara mandiri, dan mengarahkan siswa untuk melakukan lima tahapan dalam pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya, menalar,
mencoba, dan mengomunikasikan.
Bagan 2.1 Literature map hasil penelitian yang relevan. 2.3 Kerangka Berpikir
Dalam proses belajar dan mengajar di sekolah seringkali kita jumpai berbagai macam strategi, metode, atau model pembelajaran yang dilakukan oleh
guru untuk membantu siswa dalam proses belajar di kelas. Ada banyak cara yang dilakukan oleh guru untuk mempermudah dalam menyampaikan materi di dalam
kelas agar siswa dapat memahami materi yang telah diberikan. Disini peneliti
Irna 2016
LKS, Subtema Kebersamaan Dalam Keberagaman, Siswa
Kelas IV SD.
Bailaen 2016
LKS, pendekatan saintifik, siswa kelas II SD
Mustofa 2016
LKS, Berbasis Observasi Pada Taman Sekolah Sebagai Sumber
BelajarSains, kelas IV SD.
Afifah 2015
LKS, IPA, siswa kelas IV SD.
Shalikhah 2016
LKS, IPA, pendekatan saintifik,Sains siswa kelas IV
SD.
28
meneliti pengembangan LKS berbasis pendekatan saintifik untuk siswa sekolah dasar.Penggunaan lembar kerja siswa untuk siswa Sekolah Dasar sangat
membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari fungsi, tujuan, jenis-jenis, dan karakteristik LKS yang sesuai dengan tujuan kompetensi
yang akan dicapai oleh siswa. Pengembangan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik terdiri dari beberapa tahap yaitu mengamati, menanya, menalar,
mencoba, dan mengomunikasikan. Pengembangan LKS berbasis pendekatan saintifik memfokuskan siswa untuk belajar secara mandiri, kritis, dan dapat
menemukan sendiri informasi dari berbagai macam sumber yang didapat. LKS IPA dengan materi macam-macam energi berisi tentang energi yang
ada di lingkungan sekitar dan manfaat energi untuk kehidupan sehari-hari. Ada enam bentuk energi yang dibahas oleh peneliti yaitu energi panas, energi cahaya,
energi listrik, energi bunyi, energi kimia, dan energi gerak. Dalam LKS berbasis pendekatan saintifik siswa diminta untuk aktif dalam bertanya, melakukan
observasi dan pengamatan secara langsung terhadap benda-benda yang ada di sekitar, menalar dengan mengembangkan informasi yang telah didapat dari
berbagai macam sumber, melakukan uji coba dengan melakukan kegiatan praktikum dengan panduan atau petunjuk yang ada pada LKS, dan
mengomunikasikan hasil pekerjaan yang telah dilakukan kepada guru dan teman. Oleh karena itu pengembangan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik sangat
membantu guru dalam menyampaikan materi dalam proses pembelajaran serta dapat mengetahui sejauh mana siswa paham akan materi yang disampaikan oleh
guru. 2.4 Pertanyaan Penelitian
2.4.1 Bagaimana langkah-langkah pengembangan produk LKS IPA berbasis pendekatan saintifik materi macam-macam energi untuk siswa kelas IV SD
tahun ajaran 20162017? 2.4.2 Bagaimana hasil validasi ahli terhadap pengembangan produk LKS IPA
berbasis pendekatan saintifik materi macam-macam energi untuk siswa kelas IV SD tahun ajaran 20162017?
29
2.4.3.Bagaimana kualitas produk LKS IPA berbasis pendekatan saintifik materimacam-macam energi untuk siswa kelas IVSD tahun ajaran
20162017? 2.4.4.Bagaimana dampak penggunaan produk LKS IPA berbasis pendekatan
saintifik materi macam-macam energi terhadap hasil belajar siswa pada ujicoba lapangan terbatas?
2.4.5. Bagaimana dampak penggunaan produk LKS IPA berbasis pendekatan saintifik materi macam-macam energi terhadap hasil peningkatan nilai
siswa pada uji coba lapangan terbatas? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
BAB III METODE PENELITIAN