Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV SD materi Sifat-Sifat Cahaya.

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) IPA BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS IV SD

MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA.

Julison Halawa Universistas Sanata Dharma

2017

Latar belakang penelitian ini adalah kurangnya ketersediaan dan penggunaan LKS yang mampu mengaktifkan siswa dalam belajar pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Penelitian dilaksanakan pada sampel yaitu SD Negeri Perumnas Condongcatur pada siswa kelas IV tahun ajaran 2016/2017. Tujuan penelitian adalah untuk mengembangkan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik materi sifat-sifat cahaya dengan berpedoman pada LKS yang sudah ada yang mengacu pada kurikulum 2013, kemudian mengembangkan LKS tesebut dengan kualitas baik.

Metode yang digunakan dalam peneltian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Model yang digunakan adalah model Dick & Carey (dalam Setiyosari, 2013). Model tersebut dimodifikasi ke dalam delapan langkah pengembangan yaitu, analisis kebutuhan, merumuskan tujuan, mengembangkan instrument, mengembangkan strategi, mengembangkan isi LKS, evaluasi formatif, revisi, dan evaluasi sumatif.

Hasil penelitian menujukkan bahwa LKS berbasis pendekatan saintifik yang memiliki warna dan gambar yang menarik serta karakteristik yang menuntun siswa untuk belajar secara mandiri dan kreatif. Validasi LKS oleh ahli menunjukkan kualitas sangat baik dengan rerata skor dari masing-masing ahli adalah 3,79 dan 3,82. Uji coba lapangan terbatas menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa post-test lebih tinggi diri pada pretest dengan selisih rerata nilai sebesar 46,6 %. Dengan demikian, LKS berbasis pendekatan saintifik yang telah dikembangkan dari LKS yang sudah ada dengan mengacu pada kurikulum 2013, memiliki kualitas yang sangat baik dan membantu siswa dalam mempelajari materi sifat-sifat cahaya pada mata pelajaran IPA.


(2)

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF SCIENCE WORKSHEET FOR ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS GRADE IV BASED ON SCIENTIFIC APPROACH

WITH MATERIAL CHARACTERISTICS OF LIGHT.

Julison Halawa Universistas Sanata Dharma

2017

The background of this study the lack of availability and the use of worksheets that were able to activate the students' learning in science subjects with material characteristics of light. The experiment was conducted on a sample in SD Negeri Perumnas Condongcatur in the fourth grade students of the school year 2016/2017. The purpose of this research to develop science worksheet based on scientific approach with the material characteristics of light guided by the existing worksheet referring to the curriculum in 2013, and then develop a proficiency level of worksheet with good quality.

The method in this research used research and development (R & D). The model used is the model of Dick & Carey in Setiyosari (2013). The model was modified into eight steps, namely development, requirements analysis, formulating objectives, developing instruments, develop a strategy, develop the content of worksheet, formative evaluation, revision, and summative evaluation.

The results showed that science worksheet based scientific approaches that have attractive colours and pictures as well as the characteristics that lead students to learn independently and creatively. Worksheet validation by experts showed excellent quality with a mean score of each expert is 3.79 and 3.82. Limited field trial showed that the value obtained student higher post-test themselves on the pre-test with the difference in the average value of 46.6%. Thus, it can be concluded that science worksheet based scientific approaches that have been developed from existing worksheet referring to the curriculum in 2013, has a very good quality and assist students in learning the material characteristics of light in science subjects. Keywords: research and development, worksheet, science, scientific approach, characteristics of light.


(3)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) IPA

BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS IV SD MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Julison Halawa NIM: 131134202

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(4)

i PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) IPA

BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS IV SD MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Julison Halawa NIM: 131134202

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

 Tuhan Yesus Kristus yang telah menuntun, menolong, dan mecukupkan segala keperluanku sampai saat ini.

 Bapak Yeoh Seng Eng selaku President Leader of Care Channels International (CCI) yang telah memberikan dukungan dari awal kuliah hingga proses ini selesai.

 Ibu Pdt. Sara Sapan dan segenap keluarga besar Sekolah Tinggi Theologia Injil Bhakti Caraka (STTIBC) Batam, yang tidak pernah lelah mendoakan segala kelancaran perkuliahan saya.

 Bapak Yudhanto Edi Hastomo selaku team leader di CCI Yogyakarta dan Timor Leste beserta kak Janette dan seluruh staf yang selalu memberikan dukungan untuk saya.

 Care Channels International dan PPHBC dari Singapore, yang telah mensponsori seluruh biaya perkuliahan sampai selesai.

 Kepada adik saya Ina Forus Halawa yang selalu memberi dukungan disaat ada kesulitan.

 Kepada seluruh keluarga besar saya, saudara-saudara saya yang ada di pulau Nias, yang tidak pernah berhenti memberikan dukungan untuk saya.

 Keluarga mba Imelda dan mas Danar yang yang telah memberikan kemudahan bagi saya untuk masalah tempat tinggal sehingga saya bisa menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

 Teman-teman payung PGSD yang selalu bekerjasama dengan baik dan telah memberi dukungan serta semangat untuk saya.

 Segala pihak yang telah mendukung dan membantu dalam setiap proses penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak bisa diucapkan satu per satu


(8)

v

MOTTO

“ Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikian firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan


(9)

(10)

(11)

viii

ABSTRAK

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) IPA BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS IV SD

MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA.

Julison Halawa Universistas Sanata Dharma

2017

Latar belakang penelitian ini adalah kurangnya ketersediaan dan penggunaan LKS yang mampu mengaktifkan siswa dalam belajar pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Penelitian dilaksanakan pada sampel yaitu SD Negeri Perumnas Condongcatur pada siswa kelas IV tahun ajaran 2016/2017. Tujuan penelitian adalah untuk mengembangkan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik materi sifat-sifat cahaya dengan berpedoman pada LKS yang sudah ada yang mengacu pada kurikulum 2013, kemudian mengembangkan LKS tesebut dengan kualitas baik.

Metode yang digunakan dalam peneltian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Model yang digunakan adalah model Dick & Carey (dalam Setiyosari, 2013). Model tersebut dimodifikasi ke dalam delapan langkah pengembangan yaitu, analisis kebutuhan, merumuskan tujuan, mengembangkan instrument, mengembangkan strategi, mengembangkan isi LKS, evaluasi formatif, revisi, dan evaluasi sumatif.

Hasil penelitian menujukkan bahwa LKS berbasis pendekatan saintifik yang memiliki warna dan gambar yang menarik serta karakteristik yang menuntun siswa untuk belajar secara mandiri dan kreatif. Validasi LKS oleh ahli menunjukkan kualitas sangat baik dengan rerata skor dari masing-masing ahli adalah 3,79 dan 3,82. Uji coba lapangan terbatas menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa post-test lebih tinggi diri pada pretest dengan selisih rerata nilai sebesar 46,6 %. Dengan demikian, LKS berbasis pendekatan saintifik yang telah dikembangkan dari LKS yang sudah ada dengan mengacu pada kurikulum 2013, memiliki kualitas yang sangat baik dan membantu siswa dalam mempelajari materi sifat-sifat cahaya pada mata pelajaran IPA.

Kata Kunci: penelitian dan pengembangan, LKS, IPA, Pendekatan Saintifik,


(12)

ix

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF SCIENCE WORKSHEET FOR ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS GRADE IV BASED ON SCIENTIFIC APPROACH

WITH MATERIAL CHARACTERISTICS OF LIGHT.

Julison Halawa Universistas Sanata Dharma

2017

The background of this study the lack of availability and the use of worksheets that were able to activate the students' learning in science subjects with material characteristics of light. The experiment was conducted on a sample in SD Negeri Perumnas Condongcatur in the fourth grade students of the school year 2016/2017. The purpose of this research to develop science worksheet based on scientific approach with the material characteristics of light guided by the existing worksheet referring to the curriculum in 2013, and then develop a proficiency level of worksheet with good quality.

The method in this research used research and development (R & D). The model used is the model of Dick & Carey in Setiyosari (2013). The model was modified into eight steps, namely development, requirements analysis, formulating objectives, developing instruments, develop a strategy, develop the content of worksheet, formative evaluation, revision, and summative evaluation.

The results showed that science worksheet based scientific approaches that have attractive colours and pictures as well as the characteristics that lead students to learn independently and creatively. Worksheet validation by experts showed excellent quality with a mean score of each expert is 3.79 and 3.82. Limited field trial showed that the value obtained student higher post-test themselves on the pre-test with the difference in the average value of 46.6%. Thus, it can be concluded that science worksheet based scientific approaches that have been developed from existing worksheet referring to the curriculum in 2013, has a very good quality and assist students in learning the material characteristics of light in science subjects. Keywords: research and development, worksheet, science, scientific approach, characteristics of light.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya dalam penyelesaikan skripsi yang berjudul pengembangan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik kelas IV SD materi sifat-sifat cahay dengan tepat waktu. Skiripsi ini merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada banyak pihak yang membantu penyelesaian skripsi ini. Ucapan terimakasih peneliti ucapkan kepada:

1. Rohandi, Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Christiyanti Aprinastuti, M.Pd. Selaku Kaprodi PGSD.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. Selaku Wakaprodi PGSD.

4. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. Selaku Dosen pembimbing I yang mendampingi dan memotivasi saya selama proses penelitian dan penulisan skripsi.

5. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. Selaku Dosen pembimbing II yang mendampingi dan memotivasi saya selama proses penelitian dan penulisan skripsi.

6. Ir. Sri Agustini, S., M.Pd. dan Sartini S.Pd yang membantu dalam proses validasi instrumen.

7. Mukija, S.Pd. SD. Kepala SD N Perumnas Condongcatur yang telah memberikan ijin dan kesempatan dalam pelaksanaan penelitian.

8. Sartini, S.Pd. Wali kelas IVA yang telah memberi ijin untuk melakukan uji coba lapangan terbatas produk LKS pada siswa. Segenap guru SD N Perumnas Condongcatur yang telah membantu dalam proses pengujian instrumen.

9. Siswa-siswi SD N Perumnas Condongcatur yang telah mebantu dalam uji coba lapangan terbatas.

10.Bapak dan Ibu karyawan sekretariat prodi PGSD yang senantiasa membantu dalam proses perkuliahan dan skripsi.


(14)

(15)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYTAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.4.1 Untuk Sekolah ... 8

1.4.2 Untuk Guru ... 8

1.4.3 Untuk Siswa ... 8

1.4.4 Untuk Peneliti ... 8

1.4.5 Untuk Prodi PGSD ... 9

1.5 Spesifikasi Produk ... 9

1.6 Definisi Operasional... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

2.1 Kajian Pustaka ... 12

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung ... 12

2.1.1.1Teori Belajar Konstruktivisme ... 12 Halaman


(16)

xiii

2.1.1.2 Teori Belajar Piaget... 12

2.1.1.3 Teori Belajar Vygotsky ... 13

2.1.1.4 Belajar dan Pembelajaran ... 14

2.1.1.5 Hasil Belajar ... 16

2.2 Pembelajaran IPA di SD ... 16

2.2.1 Hakikat IPA ... 16

2.2.2 Tujuan Pmebelajaran IPA SD ... 17

2.3 Pendekatan Saintifik ... 18

2.3.1 Pengertian Pendekatan Saintifik ... 18

2.3.2 Ciri Karakteristik Pendekatan Saintifik ... 19

2.4 Lembar Kerja Siswa ... 21

2.4.1 Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 21

2.4.2 Fungsi, Tujuan, dan Kegunaan LKS ... 22

2.4.3 Jenis-jenis LKS ... 23

2.4.4 Unsur-unsur LKS ... 23

2.4.5 Langkah-langkah Pengembangan LKS ... 23

2.5 Sifat-sifat Cahaya ... 25

2.5.1 Pengertian ... 25

2.5.2 Sifat-sifat Cahaya ... 25

2.5.2.1 Cahaya Merambat Lurus ... 25

2.5.2.2 Cahaya Dapat Menembus Benda Bening ... 25

2.5.2.3 Cahaya Dapat Dipantulkan ... 25

2.5.2.4 Cahaya Dapat Dibiaskan ... 26

2.6 Penelitian yang Relevan ... 26

2.7 Kerangka Berpikir ... 30

2.8 Pertanyaan Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Setting Penelitian ... 32


(17)

xiv

3.2.2 Objek Penelitian ... 33

3.2.3 Lokasi Penelitian ... 33

3.2.4 Waktu Penelitian ... 33

3.3 Rancangan Penelitian ... 33

3.4 Prosedur Penelitian ... 37

3.4.1 Analisis Kebutuhan ... 39

3.4.1.1 Analisis Pembelajaran ... 39

3.4.1.2 Analisis Siswa ... 39

3.4.2 Merumuskan Tujuan Khusus ... 40

3.4.3 Mengembangkan Instrumen ... 40

3.4.4 Mengembangakan Strategi ... 40

3.4.5 Mengembangkan Isi LKS ... 41

3.4.6 Evaluasi Formatif ... 41

3.4.7 Revisi ... 41

3.4.8 Evaluasi Sumatif ... 41

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.5.1 Observasi ... 42

3.5.2 Wawancara ... 42

3.5.3 Kuesioner ... 43

3.5.4 Tes ... 44

3.6 Instrumen Tes ... 44

3.6.1 Pedoman Observasi ... 44

3.6.2 Pedoman Wawancara ... 45

3.6.2.1 Wawancara Kepala Sekolah ... 45

3.6.2.2 Wawancara Guru Kelas IV ... 46

3.6.2.3 Wawancara Siswa Kelas IV ... 47

3.6.3 Kuesioner ... 48

3.6.3.1 Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 48

3.6.3.2 Kuesioner Validasi Produk ... 49


(18)

xv

3.7 Triangulasi ... 53

3.8 Teknik Analisis Data ... 54

3.8.1 Analisis Data Kuantitatif ... 55

3.8.2 Analisis Data Kualitatif ... 58

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN ... 60

4.1 Hasil Penelitian ... 60

4.1.1 Deskripsi Potensi Masalah ... 60

4.1.1.1 Identifikasi Potensi ... 60

4.1.1.2 Identifikasi Masalah ... 60

4.1.2 Proses Pengembangan LKS ... 68

4.1.2.1 Analisis Kebutuhan ... 68

4.1.2.2. Merumuskan Tujuan Khusus ... 69

4.1.2.3 Mengembangkan Instrumen ... 70

4.1.2.4 Mengembangkan Strategi... 72

4.1.2.5 Mengembangkan Isi LKS ... 72

4.1.2.6 Evaluasi Formatif ... 79

4.1.2.7 Revisi ... 79

4.1.2.8 Evaluasi Sumatif ... 80

4.1.3 Kualitas LKS ... 80

4.2 Pembahasan ... 83

BAB V PENUTUP ... 90

5.1 Kesimpulan ... 90

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 90

5.3 Saran ... 91


(19)

xvi

DAFTAR TABEL ... 44

Tabel 3.1 Kisi-kisi observasi pembelajaran IPA kelas IV ... 44

Tabel 3.2 Kisi-kisi wawancara dengan kepala sekolah ... 45

Tabel 3.3. Pedoman wawancara dengan guru kelas IV ... 46

Tabel 3.4 Pedoman wawancara siswa kelas IV ... 47

Tabel 3.5 Kisi-kisi kuesioner terbuka guru ... 48

Tabel 3.6 Kisi-kisi kuesioner tertutup guru... 48

Tabel 3.7 Kisi-kisi kuesioner siswa terbuka ... 48

Tabel 3.8 Kisi-kisi kuesioner siswa tertutup ... 48

Tabel 3.9 Kisi-kisi validasi produk ... 49

Tabel 3.10 Kisi-kisi instrumen soal tes pilihan ganda ... 50

Tabel 3.11 Aspek penilaian validasi instrumen ... 52

Tabel 3.12 Tabel konversi data kuantitatif ke kualitatif ... 57

Tabel 3.13 Tabel kategorisasi skor rerata hasil penilaian instrumen ... 57

Tabel 4.1 Jenis dan tujuan instrumen ... 70

Tabel 4.2 hasil perhitungan validitas soal pilihan ganda ... 71

Tabel 4.3 Reliabilitas soal pilihan ganda ... 71

Tabel 4.4 Pemetaan KI, KD, dan Indikator serta tujuan ... 72

Tabel 4.5 Hasil revisi LKS berdasarkan komentar ahli dan siswa ... 80

Tabel 4.6 Hasil skor penilaian ahli ... 81

Tabel 4.7 Hasil komentar siswa setelah menggunakan LKS ... 81


(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR ... 30

Gambar 2.1 Penelitian yang Relevan ... 30

Gambar 3.1 Langkah-langkah penelitian dan pengembangan Dick & carey... 34

Gambar 3.2 Prosedur pengembangan ... 38

Gambar 3.3 Triangulasi teknik pengumpulan data analisis kebutuhan... 53

Gambar 3.4 Triangulasi sumber data ... 54

Gambar 3.5 Rumus perhitungan rerata hasil penilaian dengan skala Likert... 56

Gambar 3.6 Rumus perhitungan presentasi jawaban pada kuesioner ... 57

Gambar 3.7 Rumus perhitungan nilai pretest dan posttest ... 58

Gambar 4.1 Triangulasi sumber data wawancara identifikasi masalah ... 64

Gambar 4.2 triangulasi teknik pengumpulan data... 67

Gambar 4.3 kegiatan mengamati... 75

Gambar 4.4 Kegiatan menanya ... 75

Gambar 4.5 Kegiatan menalar... 76

Gambar 4.6 Kegiatan mencoba ... 76

Gambar 4.7 Kegiatan mengkomunikasikan ... 77

Gambar 4.8 Kegiatan wawancara ... 78

Gambar 4.9 Kegiatan studi pustaka ... 78

Gambar 4.10 Rumus perhitungan pretest dan posttest ... 80

Gambar 4.11 Grafik perbedaan nilai pretest dan posttest pada masing-masing siswa ... 82


(21)

xviii

Daftar Lampiran ... 95

Lampiran 1 ... 95

Lampiran 1.1 Lembar hasil validasi pedoman Observasi ... 95

Lampiran 1.2 Lembar Hasil Observasi Pembelajaran IPA ... 96

Lampiran 1.3 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah Oleh Ahli ... 97

Lampiran 1.4 Transkrip Wawancara dengan Kepala Sekolah ... 99

Lampiran 1.5 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru oleh Ahli ... 100

Lampiran 1.6 Transkrip Wawancara dengan Guru ... 102

Lampiran 1.7 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara Siswa oleh Ahli ... 104

Lampiran 1.8 Transkrip Wawancara dengan Siswa ... 106

Lampiran 2 Instrumen Analisis Kebutuhan ... 107

Lampiran 2.1 Lembar Hasil Pengisian Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru ... 107

Lampiran 2.2 Lembar Hasil Pengisisan Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ... 111

Lampiran 3 Instrumen Test ... 113

Lampiran 3.1 Lembar Hasil Pengerjaan Soal Tes Oleh Siswa Dalam Uji Empiris ... 113

Lampiran 3.2 Output SPSS Perhitungan Instrumen ... 116

Lampiran 3.3 Lembar Hasil Pengerjaan Pretest ... 118

Lampiran 3.4 Lembar Hasil Pengerjaan Posttest ... 121

Lampiran 4 Validasi Produk ... 124

Lampiran 4.1 Lembar Validasi Kuesioner Produk Oleh Ahli... 124

Lampiran 4.2 Lembar Hasil Validasi LKS Oleh Ahli... 128

Lampiran 5 Surat Penelitian ... 138

Lampiran 5.1 Surat Ijin Penelitian (Kampus) ... 138

Lampiran 5.2 Surat Keterangan Telah melakukan Penelitian ... 139

Lampiran 6 Foto kegiatan Ujicoba Lapangan Terbatas ... 140


(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

Uraian dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk, dan defenisi operasional.

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam mencerdaskan bangsa. Pendidikan yang baik akan melahirkan generasi bangsa yang berkarakter dan bertanggung jawab. Beberapa ahli memberi defenisi tentang pendidikan. (Triwiyanto, 2014: 23) menjelaskan pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah, dan di luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi kemampuan-kemampuan individu, agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat. (Dalam Soyomukti, 2015: 21, 30) menjelaskan pendidikan dalam arti luas pendidikan adalah proses untuk meberikan manusia berbagai macam situasi yang bertujuan memberdayakan diri. Dalam arti sempit, pendidikan merupan pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga tempat mendidik (mengajar). Dalam hal ini pendidikan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang disengaja untuk mencapai tujuan tertentu dan melibatkan beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Soeratman (1981: 7) menyebutkan terdapat tiga tugas pusat pendidikan yaitu, 1) alam keluarga, pusat pendidikan yang pertama dan yang terpenting. Tugasnya mendidik budi pekerti dan laku sosial, 2) alam perguruan, pusat pendidikan yang berkewajiban mengusahakan kecerdasan pikiran dan memberi ilmu pengetahuan, dan 3) alam pemuda, membantu pendidik baik yang menuju kepada kecerdasan jiwa maupun budi pekerti. Melalui pendidikan, manusia berharap nilai-nilai kemanusiaan diwariskan, bukan sekedar diwariskan melainkan menginternalisasi dalam watak dan kepribadian. Salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan adalah kurikulum.

Konsep dasar kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapi tujuan pendidikan sekaligus merupakan pedoman dalam melaksanakan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan (Arifin, 2011: 1-3). Kurikulum harus sesuai


(23)

2 dengan UUD 1945 sehingga menggambarkan falsafah atau pandangan hidup suatu bangsa. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari kurikulum, untuk itu setiap mata pelajaran dikembangkan berdasarkan kurikulum yang ada.

Hidayat (2013: 112 – 113) mengatakan bahwa Kurikulum 2013 melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup komptensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Kurikulum 2013 memiliki gaya penyampaian yang berbeda, dalam penyampaiannya semua disampaikan dengan satu kesatuan yang utuh dalam sebuah kemasan tema. Kemasan tema mancakup beberapa muatan pelajaran di dalamnya antara lain: Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, PKn, Agama, dan SBK. Kurikulum 2013 mampunyai 4 aspek atau 4 kompetensi Inti yang dipelajari oleh siswa, kompetensi inti 1 dan 2 menyangkut diri sendiri dan sosial sedangkan 3 dan 4 tentang pengetahuan dan keterampilan. Acuan dan prinsip penyusunan kurikulum 2013 mengacu pada pasal 36 Undang-undang No. 20 tahun 2003, yang menyatakan bahwa penyusunan kurikulum harus memperhatikan peningkatan iman dan takwa; peningkatan akhlak mulia; peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik; keragaman potensi daerah dan lingkungan; tuntutan pembangunandaerah dan nasional; tuntutan dunia kerja; perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; agama; dinamika perkembangan global; dan persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan (Abdullah, 2014: 45).

Kurikulum 2013 dalam pelaksanaannya memiliki ciri menggunakan tematik integratif, pendekatan saintifik, dan penilaian autentik. Tematik integratif ini menyatukan muatan pembelajaran dalam satu tema. Pendekatan saintifik memiliki ciri khas dengan 5 tahapannya (5 M ) yakni mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan, sedangkan penilaian autentik yaitu mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tentu di dalam pelaksanaan kurikulum ada beberapa pihak yang berperan.

Guru merupakan pemeran utama dalam dunia pendidikan. Guru bertugas untuk mengelola pembelajaran di dalam kelas untuk memberikan peluang kepada siswa pada proses pembelajaran dengan baik. Pembelajaran yang efektif akan


(24)

3 terwujud apabila guru mampu mengajak siswa berperan aktif pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Belajar bukanlah sekedar mentrasfer ilmu kepada siswa, namun dibutuhkan keterlibatan siswa secara aktif sehingga ilmu yang didapat bukan hanya sekedar teori tetapi juga secara praktik. Model, metode, dan pendekatan pada pembelajaran merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam membantu guru melaksankan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Model pembelajaran digunakan agar siswa belajar secara mandiri dan guru hanya sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran. Siswa perlu mencari tahu sendiri apa yang dipelajari sehingga mereka mudah memahami dan mengingat inti dari pembelajaran tersebut. Dalam hal ini, proses belajar mengajar tidah hanya berlangsung di dalam ruang kelas saja, namun siswa juga dapat belajar melalui lingkungan sekitar dan mempelajari setiap permasalahan-permasalahan yang terjadi. Selain model, pendekatan sangat dibutuhkan di dalam proses pembelajaran. Salah satu pendekatan yang bisa digunakan dalam kegiatan belajar adalah pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapannya (Hosnan, 2014: 34). Melalui pendekatan sanintifik peserta didik diharapkan dapat berperan aktif serta belajar secara mandiri untuk menggali dan menemukan setiap potensi yang dimilikinya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada guru mengenai pendekatan saintifik, guru masih belum menerapkan lima tahapan pendekatan saintifik secara utuh, karena keterbatasan waktu dan juga pemahaman siswa yang beragam. Guru juga masih kesulitan memahami tahapan-tahapan dalam pendekatan saintifik.

IPA merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam, terjemahan dari

Natural Science atau Sciences. Science (sains) artinya ilmu pengetahuan (Iskandar,

1997: 2). IPA merupakan salah satu matapelajaran yang dipelajari pada setiap jenjang pendidikan, salah satunya adalah SD. Sebagai sekumpulan pengetahuan, sains merupakan susunan sistematis hasil temuan yang dilakukan para ilmuwan. Hasil temuan tersebut berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori maupun model ke dalam kumpulan pengetahuan sesuai dengan bidang kajiannya, misalnya biologi, kimia,


(25)

4 fisika, dan sebagainya (Fatonah, 2014: 6). IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah (Winaputra, dalam Samatowa, 2011: 3). Materi dalam pelajaran IPA SD sangat beragam, salah satunya adalah materi tentang sifat-sifat cahaya yang dipelajari oleh siswa pada semester pertama.

Materi sifat-sifat cahaya ada begitu banyak sehingga perlu adanya upaya tersendiri untuk mengajarkan materi tersebut kepada siswa. Pembelajaran hendaknya dilakukan dengan multistragtegi dan multi media sehingga memberikan pengalaman belajar yang beragam bagi siswa (Susanto, 2013: 158). Pada kenyataannya, pembelajaran IPA masih dilakukan dengan metode yang kurang beragam. Hal yang serupa peneliti temui di SD N Perumnas Condongcatur. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada pembelajaran IPA, guru masih banyak menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas kepada siswa dalam pembelajaran. Guru menggunakan sumber belajar berupa buku cetak dan LKS khusus untuk guru. Guru menuliskan di papan tulis dengan menggunakan Board Marker tanpa melakukan suatu percobaan atau membawa media konkrit untuk ditunjukkan kepada siswa. Para siswa pun cenderung pasif dan kurang tertarik dalam pembelajaran. Selain itu dengan metode ceramah, pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan cenderung rendah. Hal tersebut dapat diketahui ketika guru bertanya kepada siswa mengenai pembelajaran yang telah disampikan, sebagian besar siswa hanya diam dan tidak menjawab. Ketidak sediaan alat peraga membuat siswa semakin tidak memahami inti dari materi pelajaran yang disampaikan.

Berdasarkan tahap perkembangan kognitif Piaget, siswa Sekolah Dasar (SD) berada pada tahap operasional konkret (Wiyani, 2013: 38). Siswa SD sudah mamppu berpikir mengenai urutan sebab akibat dan mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan cara yang bervariasi. Proses pemikiran pada tahap operasional konkret diarahkan pada kejadian riil yang diamati oleh anak. Anak dapat memecahkan permasalahan yang kompleks selama permasalahan tersebut konkret dan tidak abstrak (Hergenhahn & Olson, 2010: 320). Berdasarkan dari urain di atas, penggunaan model, metode, dan pendekatan pada pembelajaran akan membantu


(26)

5 siswa menemukan konsep pembelajarannya secara mandiri. Penggunaan media dan sumber belajar berupa LKS yang menuntun siswa untuk belajar secara mandiri akan lebih efektif. Selain belajr secara mandiri, siswa juga dapat berperan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, dalam hal ini siswa sendirilah yang mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapinya, guru hanya berperan sebagai fasilitator bagi siswa. Berdasarkan hasil observasi pada pembelajaran di kelas, guru masih banyak mendominasi pembelajaran, siswa belum terlihat secara mandiri melakukan sebuah pengamatan terhadap objek yang diteliti.

Selain menggunakan model dalam pembelajaran, guru juga menggunakan LKS. LKS digunakan untuk membantu peserta didik dalam melakukan tugas di dalam kelas maupun di luar kelas. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan guru melaui wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti di SD N Perumnas Condongcatur, peneliti menemukan bahawa di SD tersebut telah menggunakan LKS, namun LKS tersebut masih berisi dengan materi pelajaran dan soal-soal. Seringkali guru hanya meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal yang terdapat dalam LKS tersebut. LKS yang digunakan siswa selama ini belum mengaktifkan siswa dalam mengikuti pembelajaran, siswa dengan sangat mudah mengerjakan soal-soal yang terdapat di dalam LKS karena terdapat materi pembelajaran. Seringkali siswa mengerajakan LKS tersebut sebagai pekerjaan rumah (PR) yang guru tidak tahu apakah siswa yang bersangkutan benar-benar mengerjakannya atau tidak.

Berdasarkan permasalahan mengenai materi sifat-sifat cahaya pada matapelajaran IPA, kebutuhan LKS dalam pembelajaran dan hasil penelitian mengenai pendekatan saintifik yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada paparan di atas, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan (Research and Development). Peneliti melakukan penelitian dan pengembangan LKS pembelajaran IPA pada materi sifat-sifat cahaya. LKS dikembangkan berdasarkan LKS yang telah ada dan yang biasa digunakan oleh siswa dalam kurikulum 2013. Pengembangan tersebut dengan menerapkan lima tahapan pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Selain lima tahapan pendekatan saintifik, LKS yang


(27)

6 dikembangkan juga memiliki ciri khusus, yaitu (1) LKS yang mengaktifkan siswa melakukan berbagai kegiatan pembelajaran, (2) LKS mengajak siswa untuk mencari sumber informasi yang beragam di sekolah, di rumah, dan ligkungan masyarakat, (3) LKS yang mengarahkan siswa untuk membangun konsep secara mandiri, dan (4) LKS yang mengarahkan siswa untuk melaksanakan lima tahapan pendekatan saintifik. Penelitian dan pengembangan ini dibatasi pada tahapan menghasilkan prototipe atau bentuk dasar produk LKS IPA yang diuji cobakan secara ilmiah melalui uji coba lapangan terbatas.

LKS yang dikembangkan oleh peneliti sama halnya dengan penelitian terdahulu yang dapat menunjukkan bahwa penelitian ini masih relevan untuk dilaksanakan, yakni penelitian yang dilakukan oleh Mbetu (2016) bertujuan untuk menghasilkan produk berupa Lembar Kerja Siswa menggunakan pendekatan saintifik pada subtema bermain di rumah teman untuk siswa kelas II sekolah dasar. Berdasarkan hasil validasi dua pakar kurikulum SD menghasilkan skor 3,44 (baik) dan 3,93 (baik). Lembar kerja siswa tersebut memperoleh rerata skor 3,81 dengan

kategori “baik”. Hal ini menunjukkan Lembar Kerja Siswa menggunakan Pendekatan

Saintifik yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk uji coba dalam kegiatan pembelajaran di kelas II sekolah dasar. Penelitian yang dilakukan oleh Mustofa (2013) bertujuan untuk menghasilkan produk berupa LKS berbasis observasi. Hasil pengujian LKS pada kelas skala kecil kelas menunjukan rata-rata aktivitas siswa sebesar 94,6 %, siswa tuntas belajar sebanyak 90%, dengan rata-rata nilai sebesar 7,08. Berdasarkan hasil penilaian, dapat disimpulkan bahwa pengembangan LKS berbasis observasi taman sekolah, layak untuk digunakan sebagai bahan ajar sains di SDN 1 Tinjomoyo Semarang. Penelitian yang dilakukan oleh Prastiwi (2014) bertujuan untuk menghasilkan produk berupa LKS berbasis pendekatan scientific. Hasil uji coba dalam tahap pengembangan menunjukkan bahwa rata-rata keseluruhan penilaian kinerja dan produk dari setiap sekolah adalah 3,7 sehingga dapat dikategorikan baik. Kriteria kinerja dan produk siswa yang dinilai dalam penelitian ini meliputi kegiatan mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta. Penelitian yang dilakukan oleh Ningtyas (2015)


(28)

7 bertujuan untuk mengetahui kualitas media LKS berbasis metode percobaan ditinjau dari aspek desain dan aspek penyajian, Hasil kualitas materi ditinjau dari aspek isi menurut ahli materi 1 dan ahli materi 2 memperoleh skor 92% dan 87% dengan rata-rata skor 89,5% memiliki kriteria baik sekali. Kualitas materi ditinjau dari aspek pembelajaran berbasis percobaan menurut ahli materi 1 dan ahli materi 2 memperoleh skor 92% dan 85% dengan rata-rata skor 88,5% memiliki kriteria baik sekali. Penelitian yang dilakukan oleh Edeltrudis (2012) bertujuan untuk mengembangkan LKS dengan menggunakan pendekatan saintifik pada pembelajaran, Hasil validasi LKS menggunakan pendekatan saintifik tersebut menghasilkan rerata skor 4,01 dari rentang skor 1-5 dan termasuk dalam kategori “baik”. Hal ini menunjukkan LKS menggunakan pendekatan saintifik yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk uji coba dalam kegiatan pembelajaran di kelas II sekolah dasar dengan revisi yang sesuai saran. Penelitian yang dilakukan oleh Bulan (2012) bertujuan untuk mengembangkan LKS dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKS bergambar layak digunakan untuk pembelajaran materi cara menjaga kerukunan untuk kelas V sekolah dasar. Hal tersebut ditunjukkan oleh kualitas LKS yang termasuk dalam kategori “Baik” dengan rata-rata skor sebesar 3,8 dan 4,09 lembar kerja siswa layak untuk digunakan.

Dari keenam penelitian terdahulu, maka memiliki kesamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama mengembangakn LKS dengan menggunakan pendekatan saintifik, tetapi pada penelitian ini, peneliti mengembangkan LKS berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV SD materi sifat-sifat cahaya. Penelitian ini dibatasi pada tahapan evaluasi sumatif atau pengolahan data berdasarkan hasil uji coba lapangan terbatas.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi Memahami sifat-sifat cahaya melalui pengamatan?


(29)

8 2. Bagaimana kualitas Lembar Kerja Siwa (LKS) IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi Memahami sifat-sifat cahaya melalui pengamatan?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengembangkan Lembar Kerja Siwa (LKS) IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi sifat-sifat cahaya melalui pengamatan. 2. Mengetahui kualitas LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas

IV materi sifat-sifat cahaya melalui pengamatan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Untuk sekolah

Sekolah memiliki tambahan khasanah pengetahuan tentang LKS yang baik digunakan dalam proses pembelajaran. Sekolah dapat mengembangkan sendiri LKS IPA berbasis pendekatan saintifik sehingga memiliki variasi yang berbeda.

1.4.2 Untuk Guru

Guru mitra dapat mengetahui cara mengembangkan dan memvalidasi LKS IPA berbasis pendekatan saintifik. Guru juga dapat mengembangkan LKS yang lain dengan menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik.

1.4.3 Untuk siswa

Siswa kelas IV SD dapat mempelajari materi sifat-sifat cahaya dengan baik dengan menggunakan LKS yang telah dikembangkan dan melewati serangkaian uji coba secara ilmiah. Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang mampu mengaktifkan ranah kognitif, afektif, psikomotorik, berikut pemanfaatan indera secara maksimal, serta sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing. Siswa dapat mengalami pembelajaran dengan memanfaatkan LKS berbasis pendekatan saintifik yang telah didesain sesuai dengan 5 langkah pendekatan saitifik. Menuntun siswa untuk belajar secara mandiri, aktif, kreatif, dan menyenangkan.


(30)

9 1.4.4 Untuk peneliti

Peneliti mendapatkan pengalaman secara langsung tentang bagaimana cara mengembangkan LKS IPA dengan berbasis pendekatan saintifik untuk siswa Sekolah Dasar. Peneliti juga mendapatkan pengalaman melakukan proses pengembangan dan validasi prosuk LKS berbasis pendekatan saintifik. Peneliti mendapatkan wawasan dan bekal untuk mengembangkan sendiri barbagai LKS lainnya berbasis pendekatan saintifik.

1.4.5 Untuk Prodi PGSD

Prodi PGSD memiliki pengalaman penelitian kolaboratif dengan metode

research and development yang melibatkan dosen, mahasiswa, guru dan siswa di SD

mitra. Dengan LKS yang telah dikembangkan, diuji dan divalidasi, prodi PGSD memiliki LKS berbasis pendekatan saintifik yang semakin beragam.

1.5 Spesifikasi Produk

LKS IPA berbasis pendekatan saintifik memiliki ciri-ciri harus menarik, bergambar, berwarna, menuntun siswa dalam melakukan setiap tahapan kegiatan, dan mengaktifkan siswa dalam belajar. LKS yang akan dikembangkan untuk memfasilitasi siswa dalam memahami konsep pembelajaran IPA khususnya pada

materi “Sifat-sifat Cahaya” dengan pendekatan saintifik. LKS IPA dengan pendekatan saintifik dirasa cukup menarik untuk mengaktifkan dan menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar, khususnya belajar tentang materi sifat-sifat cahaya. LKS yang dirancang khusus untuk mempelajari materi satu Kompetensi Dasar yang memuat beberapa indikator. Siswa akan belajar secara mandiri dengan menggunakan LKS tersebut.

LKS dirancang berdasarkan kajian SK dan KD kurikulum 2013 dengan menggunakan pendekatan saintifik dan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan dilakukan terlebih dahulu untuk mendapatkan desain LKS yang sesuai dengan keinginan siswa. Dalam pembuatan LKS ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, seperti penggunaan warna, jenis kertas, penggunaan gambar, ketebalan huruf dan juga besar kecilnya huruf. Untuk mengetahui semua itu, perlu


(31)

10 melakukan analisis kebutuhan dengann cara melakukan wawancara kepada siswa kelas IV SD.

Produk LKS yang dihasilkan didesain berbentuk buku dengan menggunakan program Microsoft Word. LKS yang dikembangkan berdasarkan pemetaan tema SK dan KD serta indikator. Sampul luar LKS didesain dengan menggunakan program

Corel Draw. Pemberian warna pada sampul dibuat sesuai dengan hasil dari analisis

kebutuhan siswa melalui wawancara. Format yang digunakan adalah font Comic Sans

MS, spasi 1,5 dan ukuran huruf 12, dan dicetak dengan menggunakan kertas HVS A4

80 gram.

Materi yang dibahas dalam LKS adalah materi sifat-sifat cahaya. Materi tersebut dibuat menjadi 4 macam kegiatan sesuai dengan sifat-sifat cahaya. Yang

pertama adalah cahaya merambat lurus, kedua cahaya menembus benda bening, ketiga cahaya dapat dibiaskan, dan keempat cahaya dapat dipantulkan. Setiap

kegiatan, dibuat sesuai dengan 5 langkah pendekatan saintifik (mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan). Setiap kegiatan dilengkapi dengan langkah-langkah yang menuntun siswa untuk melakukan kegiatan selanjutnya, selain itu, juga dilengkapi dengan bahan dan alat-alat yang mudah didapatkan ketika siswa melakukan percobaan. Setiap tahapan percobaan telah diberi panduan berupa langkah-langkah yang harus dilakukan oleh siswa ketika melakukan sebuah kegiatan eksperimen baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Selain dilengkapi dengan panduan, LKS ini juga memiliki gambar-gambar untuk terlihat lebih menarik sehingga siswa tidak merasa bosan ketika mengerjakannya. Disetiap lembar kegiatan telah diberi tempat untuk siswa menulis hasil pengamatan, pertanyaan-pertanyaan, dan perobaan yang telah mereka lakukan sehingga siswa tidak lagi memerlukan buku tulis yang lain untuk menuliskan hasil kegiata mereka.

1.6 Defenisi Operasional

1.6.1 Belajar adalah suatu proses yang dilakukan melalui interaksi dengan lingkungan untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, memperbaiki sikap dan mengokohkan kepribadian.


(32)

11 1.6.2 Pembelajaran adalah suatu proses yang dipersiapkan untuk mendukung siswa

dalam belajar agar dapat belajar secara optimal.

1.6.3 Saintifik adalah merupakan suatu pendekatan yang memberikan kesempatan dan peluang bagi siswa seluas mungkin untuk mengeksplor atau mengembangkan pola pikir yang imajinatif dan kritis, hal ini dapat membantu para siswa untuk memecahkan masalah terhadap fenomena-fenomena yang terjadi.

1.6.4 Perkembangan anak adalah proses perubahan yang terjadi pada anak baik secara fisik maupun psikis dan berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan.

1.6.5 LKS adalah media dimana siswa dapat melakukan berbagai aktivitas belajar yang berisi dengan soal-soal latihan dan langkah-langkah kegiatan lainnya. 1.6.6 LKS berbasis pendekatan saintifik adalah LKS yang berisi dengan

langkah-langkah kegiatan yang menuntun dan mengaktifkan siswa dalam melakukan setiap aktifitas belajar sesuai dengan lima tahapan pendekatan saintifik (mengamati, menanya, menalar, mencoba,dan mengkomunikasikan).

1.6.7 Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang memperlajari tentang peristiwa-peristiwa atau fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar.

1.6.8 Sifat-sifat cahaya adalah suatu peristiwa alam yang terjadi yang dapat kita amati setiap saat.


(33)

12

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka

Uraian dalam bab ini terdiri dari kajian pustaka, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir.

2.1.1 Teori-teori yang mendukung

2.1.1.1 Teori Belajar Konstruktivisme

Teori belajar bermanfaat untuk menjelaskan teori-teori tentang belajar. Teori yang dijelaskan pada bagian ini adalah teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan persepektif psikologi dan filosofis yang memandan bahwa masing-masing individu membangun sebagian besar dari apa yang mereka pelajari dan pahami (Bruning, dkk dalam Schunk, 2012: 320). Pengaruh besar yang mendorong munculnya teori konstruktivisme adala teori Piaget dan Vygotsky.

2.1.1.2 Teori belajar Piaget

Anak mengalami perkembangan kognitif yang bertahap. Tingkat perkembangan kognitif anak menurut Piaget (Susanto, 2013: 77) yaitu periode berpikir motorik sensorik yang mulai sejak lahir sampai kira-kira umur 2 tahun. Periode berpikir praoperasional konkrit dimulai kira-kira umur 2 tahun sampai 7 tahun. Periode berpikir operasional konkret dimulai kira-kira umur 7 tahun sampai umur 11 tahun, periode berpikir operasional formal dimulai sejak umur 11 tahun sampai dewasa.

Anak SD (7-11 tahun) berada pada tahap operasional konkrit dimana anak belajar melalui pengalaman nyata untuk memahmai hal-hal yang abstrak seperti konsep-konsep matematika. Pada tahap operasional konkrit, siswa sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya volume dan jumlah. Siswa juga sudah memiliki kemampuan memahami cara mengombinasikan beberapa golongan benda yang bervariasi tingkatannya (Susanto, 2013: 77). Selain itu, siswa sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa konkrit. Pada tahap operasional konkrit, siswa mengembangkan kemampuan untuk mempertahankan (konservasi), kemampuan mengelompokkan secara memadai,


(34)

13 melakukan pengurutan ( mengurutkan dari yang terkecil sampai paling besar dan sebaliknya), dan mengenai konsep angka. Selama tahap ini, proses pemikiran diarahkan pada kejadian riil yang diamati oleh siswa (Hergenhahn & Matthew, 2008: 320). Dengan demikian, siswa dapat melakukan operasi pemecahan masalah yang agak kompleks selama masalah itu konkret dan tidak abstrak.

2.1.1.3 Teori belajar Vygotsky

Seperti teori Piaget, Vygotsky juga merupakan teori konstruktivis. Vygotsky menempatkan lebih banyak penekanan pada lingkungan sosial sebgai fasilitator perkembangan dan pembelajaran (Tudge & Scrimsher dalam Schunk, 2012: 337). Vygotsky menganggap bahwa lingkungan sosial sangat penting bagi pembelajaran. Interaksi-interaksisosial mengubah atau mentrasformasi pengalaman-pengalaman belajar. Aktivitas sosial adalah sebuah fenomena yang membantu menjelaskan perubahan-perubahan dalam pikiran sadar dan membentuk teori psikologis yang manyatukan perilaku dan pikiran.

Konsep pokok dalam teori Vygotsky adalah Zone of Proximal Development (ZPD) atau zona pengembangan proksimal. ZPD adalah perbedaan antara apayang dapat dilakukan sendiri oleh siswa dana pa yang dapat mereka lakukan dengan bantuan orang lain (Schunk, 2012: 341). Interaksi orang dewasa (guru) dan teman sebaya dalam ZPD mendorong perkembangan kognitif. Tugas utama guru adalah mengatur lingkungan pembelajaran sehingga siswa dapat membangun pengetahuannya. Peran guru disini adalah menyajikan sebuah lingkungan yang mendukung, bukan menyajikan penjelasan materi dan menyediakan jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan.

Inti teori Vygotsky yaitu bahwa fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi memiliki asal-usul dalam kehidupan sosial sejak anak berinteraksi dengan orang dewasa yang memiliki pengalaman dalam masyarkat seperti orang tua, guru, orang yang memiliki keahlian, teman sebaya dan sebagainya. Dalam padangan Vygotsky, budaya dieksternalisasikan dalam kognisi individual dalam perlengkapan diri mereka, yang tidak hanya hal-hal fisik dalam kebudayaan (Surya, 2015: 153). Perubahan


(35)

14 kognitif terjadi dalam kawasan perkembangan terdekat melalui interaksi anak dengan orang dewasa melalui berbagai perlengkapan nilai-nilai, keyakinan, dan budaya. 2.1.1.4 Belajar dan pembelajaran

Belajar dalam pandangan para kognitivistik adalah dipadang sebagai proses

aktif individu dalam memproses informasi (Bruer;O’neil dan Perez; 2003 dalam Kurniawan, 2014: 2). Belajar pada hakikatnya merupakan proses kognitif yang mendapat dukungan dari fungsi ranah psikomotor. Fungsi ranah psikomotor dalam hal ini meliputi: mendengar, melihat, mengucap. Apapun manifestasi belajar yang dilakukan siswa hampir dapat dipastikan selalu melibatkan fungsi ranah akalnya yang intensitas penggunaanya tentu berbeda dengan peristiwa lainnya (Syah, 2001: 94, dalam Kurniawan, 2014: 4).

Belajar adalah perubahan kemampuan manusia yang terjadi melalui proses pembelajaran terus-menerus, yang bukan hanya disebabkan oleh pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila dengan stimulus pembelajaran dengan isi ingatannya mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perilakunya berubah dari sebelum pembelajaran dengan sesudah mengalami pembelajaran. Belajar dipengaruhi oleh faktor internal (dalam diri siswa) dan faktor eksternal (lingkungan pembelajaran) yang keduanya saling berinteraksi (Yao, 2015: 55). Belajar juga dapat didefenisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (Gage dalam Ratna Willis, 1989: 11).

Konstruktivisme menyatakan bahwa siswa membentuk pemahaman-pemahamannya sendiri mengenai suatu pengetahuan dan keterampilan (Schunk, 2012: 387). Pembentukan pengetahuan menurut teori konstruktivisme memandang bahwa sisfat aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitif ini, siswa menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh siswa sendiri. Asumsi utama konstruktivisme adalah manusia merupakan siswa aktif yang mengembangkan pengetahuan bagi dirinya sendiri (Schunk, 2012: 322-324). Siswalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan guru atau orang lain. Dengan demikian, belajar


(36)

15 merupakan proses yang dialami oleh siswa melalui pengalaman langsung untuk membangun pegetahuan, sikap, dan keterampilan dengan cara berinteraksi dengan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.

Kualitas belajar seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor (Kurniawan, 2014:22). Menurut Syah (dalam Kurniawan, 2014: 22) dengan merujuk pada teori belajar kognitif, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan yang digunakan. Faktor-faktor ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Yang pertama faktor internal terdiri atas unsur jasmaniah (fisiologis) dan rohaniah (Psikologis) pebelajar. Unsur jasmaniah yaitu kondisi umum sistem otot (tonus) dan kondisi dari organ-organ khusus terutama pancaindera. Panca indera adalah tempat masuknya pesan ke dalam sensory register, kuat lemahnya kemampuan panca indera akan mempengaruhi atau menentukan kuat tidaknya pesan yang masuk kedalam

sensory register dan pengolahan arus informasi dalam sistem memori.

Yang kedua adalah faktor eksternal faktor-faktor yang ada di lingkungan diri pebelajar yang meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. Lingkungan sosial yaitu keluarga, guru, dan staf sekolah, masyarakat, dan teman ikut berpengaruh juga terhadap kualitas belajar individu. Kemudian lingkungan eksternal yang masuk kategori non sosial diantranya yaitu keadaan rumah, sekolah, peralatan dan alam. Faktor yang ketiga adalah faktor pendekatan belajar. Pendekatan beajar yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi pelajaran. Strategi bagaimana yang digunakan pebelajar ini akan berpengaruh terhadap kualitas belajar (Kurniawan, 2014: 23).

Pembelajaran adalah seperangkat proses internal setiap individu sebagai hasil mentransformasi stimulus eksternal dalam lingkungan individu. Kondisi eksternal yang diperlukan dapat berupa rangsangan yang dapat diterima indera. Kondisi eksternal tersebut disebut dengan media dan sumber belajar. (Gane, dalam Yao, 2015: 55).


(37)

16 2.1.1.5 Hasil belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar-mengajar tentang mata pelajaran tertentu (Supratiknya, 2012: 5). Hasil belajar merupakan terbangunnya pengetahuan-pengetahuan baru melalui interaksi dengan lingkungan. Hasil belajar diperoleh siswa secara aktif dan mandiri.

Hasil belajar yang diperoleh melalui proses belajar dapat berupa kemampuan baru sama sekali maupun penyempurnaan atau pengembangandari suatu kemampuan yang telah dimiliki (Winkel, 2004: 61). Misalnya, seorang anak belajar berenang pada waktu dia duduk di bangku sekolah dasar dengan mengikuti pelajaran renang yang diselenggarakan oleh Sekolah. Pada waktu menjadi siswa Sekolah Menengah Pertama, anak itu dapat mempelajari beberapa gaya berenang yang lain seperti gaya kupu-kupu

Kingsley membedakan hasil belajar siswa (individu) menjadi tiga jenis yaitu: 1) keterampilan dan kebiasaaan, 2) pengetahuan dan pengertian, 3) sikap dan cita-cita. Setiap golongan bisa diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah (Sudjana, 1989: 45, dalam Deni Kurniawan, 2014: 9).

2.2 Pembelajaran IPA di SD

2.2.1 Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah merupakan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya, (Darmojo dalam Samatowa, 2011:2). Sains atau IPA adalah pengetahuan yang mempelajari, menjelaskan, serta menginvestigasi fenomena alam dengan segala aspeknya yang bersifat emperis (Putra, 2013:51). Kemudian Wisudawati dan Sulistyowati (2014: 22) menambahkan bahwa IPA merupakan ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempeljari fenomena alam yang faktual (factual), baik berupa kenyataan (reality) atau kejadian (event). (Fowler dalam Ahmadi, 2008: 1) bahwa IPA adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi. Dari apa yang telah dijelaskan oleh para ahli


(38)

17 tersebut dapat dijelaskan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan gejala-gejala alam yang terjadi disekitar kita dan tersusun secara sistematis dan nyata melalui berbagai percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia sendiri. Dalam hal ini, pembelajaran IPA memuat berbagai macam kegiatan dan aktivitas yang dapat mengaktifkan siswa untuk melakukan penelitian danbereksperimen.

Wisudawati dan Sulistiyowati (2014: 24) mengatakan hakikat IPA memiliki 4 unsur utama, yaitu:

2.2.1.1 Sikap: IPA memunculkan rasa ingin tau tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat.

2.2.1.2 Proses: Proses pemecahan masalah pada IPA memungkinkan adanya prosedur yang runtut dan sistematis melalui metode ilmiah, produk, sikap, dan aplikasi. Metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.

2.2.1.3 Produk: IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. 2.2.1.4 Apilikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan

sehari-hari.

2.2.2 Tujuan pembelajaran IPA SD

Tujuan-tujuan pembelajaran IPA di SD ditandai sebagai sesuatu yang diharpkan dan yang akan dicapai oleh siswa setelah melalui berbagai proses dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar. Tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan diawal pembelajaran sebagai suatu acuan untuk kegiatan pembelajaran dan proses penilaian (Samatowa, 2011: 6). Tujuan pembelajaran IPA SD di antaranya adalah sebagai berikut:

2.2.2.1IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya hal itu tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Artinya disini IPA merupakan suatu dasar teknologi yang penting bagi suatu bangsa.

2.2.2.2Bila IPA diajarkan menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang melatih/mengembangkan kemampuan berpikir kritis.


(39)

18 2.2.2.3Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan sendiri oleh anak, maka IPA

tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka.

2.2.2.4Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

2.3 Pendekatan Saintifik

2.3.1 Pengertian pendekatan saintifik

Pendekatan saintifik atau ilmiah merupakan suatu pendekatan yang memberikan kesempatan dan peluang bagi siswa seluas mungkin untuk mengeksplor atau mengembangkan pola pikir yang imajinatif dan kritis, hal ini dapat membantu para siswa untuk memecahkan masalah terhadap fenomena-fenomena yang terjadi. Pendekatan saintifik sendiri menurut beberapa sumber buku hampir sama diantaranya menurut (Fadillah, 2014:176) menjelaskan pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan mengkomunikasikan (communicating).

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep hukum atau prinsip yang ditemukan (Hosnan 2014: 34).

Pada penjelasan pertama tidak menyatakan secara rinci kegiatan awal yang akan dilakukan hanya memuat 5 kegiatan utama yang akan dilakukan oleh siswa. Berbeda dengan penjelasan yang kedua lebih detail kegiatan yang akan dilakukan. Namun dari apa yang sudah dijelaskan oleh kedua ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran dimana siswa lebih aktif untuk melakukan kegiatan di kelas maupun di luar kelas dengan cara mengamati sesuatu untuk menmukan masalah, kemudian menanya apa yang sudah


(40)

19 mereka amati setelah itu mencoba untuk mendapatkan fakta yang sesungguhnya dan menalar serta mengkomunikasikannya di depan kelas.

Langkah-langkah dalam pendekatan saintifik ini pada dasarnya merujuk pada model penelitian yang dilakukan oleh Bacon ( dalam Putra, 1561-1626). Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut a) Mengidentifikasi masalah (dari fakta yang ditemukan, b) Mengumpulkan data sesuai permasalahan yang ditemukan, c) Memilah data yang sesuai dengan permasalahan yang ada, c) Merumuskan hipotesis, d) Menguji hipotesis dengan mencari data yang lebih akurat dan faktual, dan c) Menguji keakuratan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya agar bisa menentukan tindakan apa yang akan dilakukan selanjutnya.

2.3.2 Ciri Karakteristik Pendekatan Saintifik

Pendekatan saitifik ini memiliki bebrapa ciri, ciri yang utama yaitu proses dalam pembelajaran mengacu pada cara kerja atau metode ilmiahnya. Sedangkan karakteristik kegiatan dalam pendekatan saintifik adalah mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membuat jejaring. Kegiatan mengamati ini memacu rasa ingin tau siswa terhadap sesuatu permasalahan, mendorong siswa untuk selalu aktif dalam berpikir dan membantu siswa untuk aktif dalam bertanya (Majid 2014: 211). Proses mengamati ini sendiri dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan indra, namun juga dapat dilakukan melalui bantuan peraralatan atau media yang akan digunakan, seperti mikroskop, kaca pembesar termometer dan masih banyak lagi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah berikut:

2.3.2.1Menemukan objek yang akan diamati atau diobservasi.

2.3.2.2Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi.

2.3.2.3Menemukan secara jelas data-data yang akan diobservasi.

2.3.2.4Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.


(41)

20 Kedua kegiatan dalam menanya, peran guru dalam hal ini sangat penting untuk mengeksplorasi segala pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki oleh siswa dan melatih siswa untuk berpikir secara spontan. Pada kegiatan ini alangkah lebih baik apabila guru menggali kemampuan siswa dalam bertanya. Kegiatan menanya dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 menurut adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai kepertanyaan bersifat hipotetik) (Daryanto, 2014: 65). Kegiatan bertanya atau menanya sendiri mempunyai fungsi, fungsi-fungsinya tersebut adalah sebagai berikut (Majid, 2013: 216):

1. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.

2. Mendorong dan menginspirasi siswa untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan bentuk dirinya sendiri.

3. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan rancangan atau solusi.

4. Membangkitkan keterampilan dalam berbicara siswa, mengajukan pertanyaan dan memberi jawaban secara logis.

5. Mendorong partisipasi siswa dalam berdiskusi, beragumen, mengembangkan kemampuan berpikir dan menarik kesimpulan.

Ketiga adalah mencoba, dalam kegiatan ini dapat dipadukan dengan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik melalui memparaktekkan, mengolah, menyajikan dan lain-lain. Kegiatan mencoba dapat dilakukan bersama dengan guru melakukan eksperimen sederhana bersama dengan siswa, baik di dalam maupun di luar kelas. Sebelum melakukan eksperimen guru harus memperhatikan tahapan-tahapan dalam melakukan kegiatan atau percobaan.

Keempat menalar, dalam kegiatan ini guru dapat membantu para siswa untuk berpikir logis dan sistematis terhadap apa yang mereka observasi. Menalar dapat mendukung pengambilan keputusan dan kesimpulan dalam melakukan suatu kegiatan eksperimen. Kegiatan menalar, mengasosiasi dapat memberikan kesempatan kepada


(42)

21 siswa untuk memahami materi secara secara keseluruhan dan membuat sebuah kesimpulan dengan singkat dan jelas.

Untuk yang terakhir yaitu mengkomunikasikan dapat dilakukan setelah siswa melakukan percobaan. Kegiatan mengkomunikasikan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi (Daryanto, 2014: 80). Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa tersebut. Dari penjelasan mengenai langkah-langkah pendekatan saintifik tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan sebuah pendekatan yang mampu memberikan kesempatan kepada siswa seluas-luasnya untuk mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan, kelima aspek tersebut dikembangkan oleh siswa sendiri melalui pengalaman yang dialami selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

2.4 Lembar Kerja Siswa (LKS)

2.4.1 Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan siswa atau lembaran kegiatan yang berisi petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas (Daryanto, 2014: 175-176). Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dapat berupa teori atau prakatik. Struktur penyusunan LKS secara umum antara lain judul, matapelajaran, semester, tempat, petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, indikator, informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, dan penilaian.

Lembar kerja siswa merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa, baik bersifat teoretis dan/atau praktis, yang mengacu kepada kompetensi dasar yang harus dicapai siswa, dan penggunaannya tergantung dengan bahan ajar lain (Prastowo, 2014: 268-269). Dari kedua pendapat ahli tersebut di atas bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan lembaran cetak yang berisi tugas-tugas baik yang bersifat teori maupun prkatis yang harus dikerjakan oleh siswa baik di sekolah maupun di rumah. Lembar Kerja Siswa


(43)

22 (LKS) tidak hanya saja berisi dengan teori-teori, namun di LKS juga terdapat berbagai soal-soal latihan untuk menguji atau mengetahui sejauh mana siswa memahami sebuah materi yang telah mereka pelajari.

2.4.2 Fungsi, tujuan, dan Kegunaan LKS dalam pembelajaran tematik

Andriani (dalam Prastowo, 2014: 270) menyebutkan bahwa LKS memiliki fungsi, tujuan, dan manfaat yang berbeda-beda selama pembelajaran. Di bawah ini akan diuraikan fungsi, tujuan, dan manfaat dari adanya Lembar Kerja Siswa. Lembar Kerja Siswa mempunyai empat fungsi, yaitu (1) LKS sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik namun lebih mengaktifkan siswa, (2) LKS sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami matei yang diberikan, (3) LKS sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya akan tugas untuk berlatih. (4) LKS memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa.

Adriani (dalam Prastowo 2014: 270) mengungkapkan bahwa, ada empat poin penting yang menjadi tujuan penyusunan LKS, yaitu: (1) menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan; (2) menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan; (3) melatih kemandirian siswa; (4) memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada siswa.

LKS banyak manfaat bagi pembelajaran tematik, diantarnya melalui LKS kita mendapatkan kesempatan untuk memancing siswa agar secara aktif terlibat dengan materi yang dibahas (Prastowo, 2014: 270). Salah satu metode yang yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan hasil yang optimal dari pemanfaatan LKS yaitu dengan menerapkan berbagai metode; (1) survey. Pada kegiatan survei, siswa membaca secara sepintas keseluruhan materi, termasuk membaca ringkasan materi jika ringkasan diberikan. (2) question. Pada kegiatan ini, siswa diminta untuk menuliskan beberapa pertanyaanyang harus mereka jawab sendiri pada saat membacamateri yang diberikan. (3) read. Untuk tahap membaca, siswa kita rangsang untuk memerhatikan pengorganisasian materi, membubuhkan tanda tangan khusus pada materi yang diberikan. (4) recite. Tahap recite atau meringkas menuntut siswa


(44)

23 untuk menguji diri mereka sendiri pada saat membaca dan siswa diminta untuk meringkas materi dalam kalimat mereka senidiri. (5) tahap review. Pada tahap review, siswa diminta sesegera mungkinmelihat kembali materi yang sudah selesai dipelajari sesaat setelah selesai mempelajari materi tersebut.

2.4.3 Jenis-jenis LKS

LKS yang disusun dengan materi dan tugas-tugas tertentu yang dikemas sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Karena adanya perbedaan maksud dan tujuan pengemasan materi pada masing-masing LKS tersebut, hal ini berakibat pada jenis LKS yang bermacam-macam (Prastwo, 2014: 271) lima jenis LKS yang biasa digunakan oleh siswa di antaranya:

2.4.3.1LKS penemuan (membantu siswa menemukan suatu konsep)

2.4.3.2Sesuai dengan prinsip konstruktivisme, seseorang akan belajar jika ia aktif mengkonstruksi pengetahuan di dalam otaknya.

2.4.3.3LKS yang aplikatif-integratif (membantu siswa menerapkan dan mengintergrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan)

2.4.3.4LKS yang penuntun (berfungsi sebagai penutun belajar) 2.4.3.5LKS yang penguatan (berfungsi sebagai penguatan)

2.4.3.6LKS yang praktikum (berfungsi sebagai petunjuk praktikum)

2.4.4 Unsur-unsur LKS

LKS terdiri dari enam unsur tama meliputi: judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, tugas atau langkah kerja, dan penilaian. Secara lebih spesifik, format LKS meliputi delapan unsur, yaitu: judul, kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan ata bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan (Prastowo, 2014: 273-274). 2.4.5 Langkah-langkah pengembangan LKS

Untuk mengembangkan LKS yang baik, ada 4 langkah yang perlu ditempuh, yaitu pertama, penentuan tujuan pembelajaran; kedua, pengumpulan materi; ketiga,


(45)

24 penyususnan elemen/unsur-unsur; dan keempat, pemeriksaan dan penyempurnaan (Prastowo, 2014: 280 – 283).

2.4.5.1Tentukan tujuan pemebelajaran yang akan breakdown ke dalam LKS. Dalam langkah ini, kita harus menentukan desain menurut tujuan pembelajaran. Perhatikan variable ukuran, kepadatan halaman, penomoran halaman, dan kejelasan.

2.4.5.2Pengumpulan materi. Pada langkah pengumpulan materi in hal terpenting yang perlu dilakukan adalah menentukan materi dan tugas yang akan dimasukan dalam LKS.

2.4.5.3Penyusunan elemen atau unsur-unsur LKS. Pada bagian inilah, kita mengintegrasikan desain (hasil dari langkah-langkah pertama) dengan tugas ( sebagai hasil dari langkah kedua). Hasilnya kita dapat memeperoleh produk LKS yang baik.

2.4.5.4Pemeriksaan dan penyempurnaan. Apabila kita berhasil melakukan langakah ketiga, tidak berarti kita dapat langsung memberikan LKS tersebut kepada siswa. Sebelum diberikan kepada siswa, hal yang penting untuk dilakukan melakasanakan pengecekkan kembali terhadap LKS yang sudah dikembangkan. Ada empat variabel yang penting untuk dicermati sebelum LKS dibagikan ke siswa, yaitu: pertama, kesesuaian desain dengan tujuan pembelajaran yang berangkat dari kompetensi dasar.pastikan bahwadesain yang kita tentukan dapat mengakomodasi pencapaian tujuan pembelajaran. Kedua, kesesuaian materi dan tujuan pembelajaran. Pastikan bahawa materi yang dimasukkan kedalam LKS (baik itu materi yang kita kembangkan sendiri ataupun materi yang kita dapatkan dari bahan yang sudah ada) sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditentukan. Ketiga, kesesuain elemen atau unsur dengan tujuan pembelajaran. Pastikan bahwa tugas dan latihan yang kita berikan menunjang pencapaian tujuan pembelajaran, dan keempat, kejelasan penyampaian. Apakah LKS mudah dibaca, apakah tersedia cukup ruang untuk mengerajakan tugas yang diminta.


(46)

25

2.5 Sifat-sifat Cahaya

2.5.1 Pengertian

Cahaya adalah bentuk energi yang dapat kita lihat dengan mata. Cahaya berasal dari radiasi elektromagnetik yang merambat dengan cepat. Cahaya berasal dari sumber cahaya, misalnya matahari, apai, lampu dan senter. Beberapa hewan juga dapat menghasilkan cahaya, misalnya kunang-kunang dan ikan lantera (Haryanto, 2013: 157).

2.5.2 Sifat-sifat cahaya

Cahaya memiliki sifat. Sifat-sifat cahaya itu banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Sifat-sifat cahaya antara lain merambat lurus, dapat menembus benda bening, dapat dipantulkan, dan dapat dibiaskan.

2.5.2.1 Cahaya merambat lurus

Cahaya merambat lurus dapat diperhatikan melalui sinar matahari yang masuk kedalam ruangan melalui celah-celah rumah yang gelap tampak seperti garis-garis putih yang lurus. Selain itu juga cahaya sifat cahaya merambat lurus dapat dilihat pada cahaya lampu mobil atau senter di malam hari.

2.5.2.2 Cahaya dapat menembus benda bening

Benda-benda yang dapat ditembus oleh cahaya disebut benda bening. Contoh benda yang dapat ditembus oleh cahaya adalah botol, air jernih.

2.5.2.3 Cahaya dapat dipantulkan

Bendan-benda yang dapat memantulkan cahaya adalah benda yang memiliki permukaan licin. Cermin mempnyai permukaan yang licin atau menggilap. Cermin dapat membentuk bayangan benda. Bayangan benda itu tampak sama seperti benda asli. Hal itu terjadi karena permukaan licin pada cermin sehingga dapat menghasilkan pemantulan teratur. Berdasarkan permukaan nya, cermin dapat digolngkan menjadi tiga, yaitu cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung.

2.5.2.4 Cahaya dapat dibiaskan

Jika cahaya merambat melalui dua medium (zat perantara) yang berbeda, misalnya dari udara ke air, cahaya tersebut mengalami pembiasan atau pembelokkan.kerapatan medium berbeda-beda. Keraptan gelas bening lebih besar


(47)

26 dari pada kerapatan air jernih. Kerapatan air jernih lebih besar dari kerapatan udara (Haryanto, 2013: 165).

Saat cahaya merambat melalui daun Zat (medium) yang berbeda kerapatannya, cahaya dibiaskan atau dibelokkan.

a) Jika cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati gris normal. Misalnya, cahaya yang merambat dari udara ke air.

b) Jika cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat, cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Misalnya, cahaya merambat dari kaca ke udara.

Garis normal adalah garis maya yang tegak lurus pada bidang batas kedua zat. Dari keterangan tersebut dapat dipahami penyebab sebagian pensil yang dimasukkan ke dalam air terlihat seperti patah. Hal ini terjadi karena bagian pensil yang tercelup tersebut terlihat lebih tinggi dari kedudukan yang sebenarnya. Cahaya dari bagian pensil yang tercelup, ketika keluar ke udara di bidang batas dibiaskan menjauhi garis normal sehingga sebagian pensil tersebut terlihat lebih tinggi.

2.6 Penelitian Yang Relevan

Dalam penelitian ini peneliti mencoba mencari informasi dengan menggunakan sumber-sumber lain yang ada berkaitan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian lain. Berikut ini adalah penelitian relevan yang dikutip dari penelitian sikripsi penelitian dan pengembangan menggunakan pendekatan saintifik dan pengembangan lembar kerja siswa.

Desinta (2016) bertujuan untuk meneliti pengembangan LKS Menggunakan pendekatan saintifik pada subtema bermain di rumah teman untuk siswa kelas dua (II) SD Negeri Kalasan I. Berdasarkan hasil validasi dua pakar kurikulum SD 2013 menunjukkan skor 3,87 (baik) dan 4,00 (baik), dua guru SD kelas II menghasilkan skor 3,44 (baik) dan 3,93 (baik). Lembar kerja siswa tersebut memperoleh rerata skor


(48)

27 menggunakan Pendekatan Saintifik yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk uji coba dalam kegiatan pembelajaran di kelas II sekolah dasar.

Dalla (2016) bertujuan untuk meneliti pengembangan LKS menggunakan pendekatan saintifik pada subtema hidup rukun di rumah untuk siswa kelas dua (II) SD Negeri Kalasan I. Berdasarkan hasil validasi dua pakar kurikulum 2013 SD dan media LKS menghasilkan skor 4,0 (Baik) dan 4,06 (Baik), dua guru kelas II SD menghasilkan skor 3,75 (Baik) dan 3,68 (Baik). Lembar Kerja Siswa tersebut memperoleh rerata skor 3,87 dari rentang skor 1-5 dengan kategori “Baik”. Hal ini menunjukkan lembar kerja siswa menggunakan pendekatan saintifik yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk uji coba dengan revisi sesuai saran dalam kegiatan pembelajaran di kelas II sekolah dasar.

Rachmiyati (2016) bertujuan untuk meneliti pengembangan LKS menggunakan pendekatan saintifik subtema tugas-tugas sekolahku untuk siswa kelas dua (II) Sekolah Dasar. Berdasarkan hasil validasi dua pakar kurikulum 2013 SD dan media LKS menghasilkan skor 4,56 (Sangat Baik) dan 4,5 (Sangat Baik), dua guru kelas II SD menghasilkan skor 4,0 (Baik) dan 3,75 (Baik). Lembar Kerja Siswa tersebut memperoleh rerata skor 4,20 dari rentang skor 1-5 dengan kategori “Baik”. Hal ini menunjukkan lembar kerja siswa menggunakan pendekatan saintifik yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk uji coba dengan revisi sesuai saran dalam kegiatan pembelajaran di kelas II sekolah dasar.

Ningtyas (2015) bertujuan untuk meneliti pengembangan LKS berbasis metode percobaan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas V di Sekolah Dasar. Hasil penelitian pengembangan kualitas media ditinjau dari aspek desain menurut ahli materi 1 dan ahli materi 2 memperoleh skor 92% dan 90% dengan rata-rata skor 91% memiliki kriteria baik sekali. Kualitas ahli media ditinjau dari aspek penyajian menurut ahli media 1 dan ahli media 2 memperoleh skor 89% dan 87% dengan rata-rata skor 88% dengan kriteria baik sekali. Hasil kualitas materi ditinjau dari aspek isi menurut ahli materi 1 dan ahli materi 2 memperoleh skor 92% dan 87% dengan rata-rata skor 89,5% memiliki kriteria baik sekali. Kualitas materi ditinjau dari aspek pembelajaran berbasis percobaan menurut ahli materi 1 dan ahli materi 2


(49)

28 memperoleh skor 92% dan 85% dengan rata-rata skor 88,5% memiliki kriteria baik

sekali. Rata-rata hasil evaluasi kelas kontrol memiliki kriteria cukup yaitu 65,45%

dan rata-rata hasil evaluasi kelas eksperimen memiliki kriteria baik sekali yaitu 85,96%. Hasil dari uji normalitas memperoleh nilai signifikansi 0,897 dan 0,797 > 0,05 data berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas memperoleh nilai signifikansi 0,856 > 0,05 data bersifat homogen. Hasil uji hipotesis pada uji t diperoleh nilai signifikansinya adalah 0,000 < 0,05. Maka dapat disimpulkan ada perbedaan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ada perbedaan nilai antara kelas kontrol dan kelas eksperimen yang menggunakan LKS berbasis metode percobaan.

Kasih (2012) bertujuan untuk meneliti pengembangan LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah mengacu kurikulum 2013 pada subtema cara menjaga kerukunan untuk kelas V sekolah dasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan LKS dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKS bergambar layak digunakan untuk pembelajaran materi cara menjaga kerukunan untuk kelas V sekolah dasar. Hal tersebut ditunjukkan oleh: (1) hasil dari penilaian ahli materi, kualitas LKS ditinjau dari identitas atau judul LKS, kompetensi dasar yang akan dicapai waktu penyelesaian, peralatan atau bahan yang dibutuhkan, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan laporan yang ahrus dikerjakan, masalah yang ditampilkan, aspek yang dikembangkan penguasaan EYD dan bagaimana tampilan dari LKS tersebut termasuk dalam kategori “Baik” dengan rata-rata skor sebesar 3,8 dan 4,09 lembar kerja siswa layak untuk digunakan.

Edeltrudis (2012) bertujuan untuk meneliti pengembangan LKS menggunakan pendekatan sanitifik pada subtema hewan di sekitarku untuk siswa kelas dua sekolah dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahawa LKS dengan menggunakan pendekatan saintifik layak digunakan dengan validasi berpedoman pada 16 aspek yaitu (1) kelengkapan unsur-unsur LKS, (2) rumusan petunjuk/instruksi LKS, (3) rumusan kegiatan pembelajaran dalam LKS, (4) ketercapaian indicator/tujuan pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran, (5) bahasa yang digunakan dalam LKS, (6) tampilan LKS, (7) penggunaan kata Tanya mengapa dan bagaimana dalam LKS, (8) menanya,


(50)

29 (9) mengamati, (10) mencoba, (11) menganalisis, (12) menalar, (13) mengomunikasikan, (14) keterpaduan antar mata pelajaran, (15) suasana pembelajaran, dan (16) reflekasi. Hasil validasi dua ahli media LKS menghasilkan skor 3,93 (baik) dan 4,06 (baik). Validasi dari dua guru kelas menghasilkan skor 4,12 (baik) dan 3,93 (baik). LKS menggunakan pendekatan saintifik tersebut menghasilkan rerata skor 4,01 dari rentang skor 1-5 dan termasuk dalam kategori

“baik”. Hal ini menunjukkan LKS menggunakan pendekatan saintifik yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk uji coba dalamkegiatan pembelajaran di kelas II sekolah dasar dengan revisi yang sesuai saran.

Berdasarkan penelitian di atas dapat dilihat kesamaan dan perbedaannya. Penelitian yang dilkaukan oleh Prasiwi berkaitan dengan penggunaan pendeketan saintifik pada pembelajaran IPA materi pemanfaatan energi siswa kelas IV. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Yasni berkaitan dengan pengembangan Lembar Kerja Siwa (LKS) dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada siswa sekolah dasar. Kemudian penelitian yang di lakukan oleh Edeltrudis berkaitan dengan penelitian pengembangan LKS menggunakan pendekatan saintifik pada subtema hewan di sekitarku untuk siswa kelas II SD.


(51)

30 3.6 Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 Penelitian yang Relevan

2.7 Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyusun kerangka berpikir tentang pengembangan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV SD materi daur hidup jenis makhluk hidup. Seiring dengan dicanangkannya inovasi pendidikan dalam bidang kurikulum yang mengacu pada kurikulum 2013, diharapkan dapat memberikan perubahan positif pada proses pembelajaran dan cara belajar yang lebih ideal. Tentunya harapan tersebut harus didukung dengan ketersediaan LKS yang layak dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan guru dalam mengelola kegiatan belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Keterbatasan media pembelajaran, yaitu penggunaan lembar kegiatan siswa (LKS) sebagai sumber belajar, sarana pembelajaran yang belum sebanding dengan jumlah siswa sehingga pembelajaran berpusat pada guru, berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini menjadi pertimbangan untuk mengembangkan pembelajaran. Perencanaan

Desinta (2016)

LKS, Pendekatan Saintifik, Subtema bermain di Rumah teman Kelas II

Ningtyas (2015)

LKS, Metode Percobaan, IPA, Kelas V

Edeltrudis (2012) pengembangan LKS menggunakan pendekatan Sanitifik pada subtema hewan di sekitarku untuk siswa kelas dua

sekolah dasar Rachmayani (2016)

LKS, Pendekatan Saintifik,

Subtema Tugas-tugas

Sekolahku, Kelas II Dalla (2016)

LKS, Pendekatan Saintifik, Subtema Hidup Rukun di Rumah, Kelas II

Kasih (2012) melakukan penelitian “pengembangan lembar kerja siswa kelas V sekolah dasar”


(52)

31 pembelajaran yang efektif dan terpadu dilakukan dengan memperhatikan karakteristik siswa, standar dan tujuan pembelajaran, strategi, media dan kesesuaian konteks pembelajaran serta evaluasi hasil belajar siswa. Pengelolaan strategi pembelajaran melalui pemilihan metode mengajar tertentu dalam mencapai tujuan pembelajaran akan mempengaruhi media yang digunakan.

Lembar kerja siswa (LKS) berbasis pendekatan saintifik dapat menjawab kebutuhan guru dan siswa. Pendekatan saintifik sangat menekankan pada keaktifan siswa dalam lingkungan belajar yang sudah dirancang sedemikian rupa dengan memberikan ruang kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik

kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.

Berdasarkan studi literatur yang dilakukan oleh peneliti guru memiliki kesulitan dalam menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran. LKS yang digunakan oleh guru dan siswa masih berisi materi

3.8 Pertanyaan Penelitian

3.7.1 Bagaimana proses pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi Sifat-sifat Cahaya?

3.7.2 Bagaimana kualitas Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi Mendeskripsikan Sifat-sifat Cahaya? 3.7.3 Bagaimana peningkatan hasil tes setelah menggunakan Lembar Kerja Siswa

(LKS) IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa SD kelas IV materi sifat-sifat cahaya.

3.7.4 Bagaimana dampak Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis pemdekatan saintifik untuk siswa SD kelas IV materi sifat-sifat cahaya.


(1)

138 Lampiran 5 Surat Penelitian


(2)

139 Lampiran 5.2 Surat keterangan telah melakukan penelitian


(3)

140 Lampiran 6 Foto Kegiatan Uji Coba Lapangan Terbatas


(4)

(5)

142 Lampiran 7 Kurikulum Vitae

CURRICULUM VITAE

Julison Halawa adalah anak keenam dari tujuh bersaudara. Lahir di Nias pada tanggal 12 Juli 1986. Pendidikan dasar diperoleh di SD N 08 Hilimbaruzo dan lulus pada tahun 1999. Pendidikan menengah pertama di SMP N 1 Idanogawo dan lulus pada tahun 2003. Setelah lulus dari sekolah menengah pertama, berhenti sejenak karena beberapa hal. Namun pada tahun 2005 kembali melanjutkan pendidikan Menengah Atas di SMA N 1 Idanogawo, namun pada semester ke dua ditahun pertama berhenti karena kondisi pulau Nias sedang di guncang gempa. Pada tahun 2007-2008, penelitimengikuti ujian persamaan atau paket C yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota Batam yang bertempat di SMA N 1 Sekupang, Batam. Mulai dari tahun 2008 – 2013 peneliti bekerja disebuah organisasi kemanusiaan dari Singapore yaitu Care Channels International (CCI) yang ditempatkan di Timor Leste. peneliti tercatat sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Selama menempuh pendidikan di PGSD, peneliti mengikuti berbagai macam kegiatan di luar perkuliahan. Berikut daftar kegiatan yang pernah diikuti oleh peneliti. 1. Anggota paduan suara mahasiswa Cantus Firmus Universitas Sanata Dharma

mulai tahun 2013.

2. Juara 2 lomba musikalisasi puisi pada Malam Kreatif PGSD.

3. Ikut serta dalam konser Paduan Suara Mahasiswa Cantus Firmus yang bertemakan “CELEBRASEUM”.


(6)

143 5. Anggota panitia P3K pada Inisiasi Prodi PGSD Tahun 2015

6. Master of Ceremoni (MC) pada kegiatan Story Telling and Writing Contest tahun 2015

7. Anggota panitia keamanan pada kegiatan Pekan Ilmiah Fakultas tahun 2016. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir yang berjudul “Pengembangan LKS IPA Berbasis Pendekatan Saintifik untuk Siswa Kelas IV SD Materi Sifat-sifat Cahaya”.