19
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka
Luka merupakan kerusakan dari integritas epitelial pada kulit dan mungkin disertai oleh gangguan struktur dan fungsi dari jaringan kulit normal Enoch Leaper, 2005.
Berdasarkan waktu dan sifatnya untuk sembuh, luka dapat dibagi menjadi dua yaitu luka akut dan luka kronis Enoch Leaper, 2005. Luka kronis merupakan luka yang tidak dapat
sembuh dalam waktu dan sifat yang sewajarnya Enoch Leaper, 2007. Luka dapat sembuh dalam 5-10 hari pada luka akut. Pada luka kronis terjadi perpanjangan pada satu
atau lebih pada fase penyembuhan luka Velnar, 2009. Salah satu penyebab luka menjadi kronis adalah diabetes Enoch Leaper, 2007. Penyembuhan luka merupakan proses
fisiologis yang penting bagi hemostasis jaringan, namun ini dapat juga berupa ganguan dari penyakit dan berbagai patologi Shaw Martin, 2009. Proses penyembuhan luka secara
umum ada empat fase yang saling tumpang tindih, secara urut fasenya adalah fase koagulasi, inflamasi, proliferasi dan remodelling Hamed et al., 2014; Guo DiPietro, 2010.
Koagulasi terjadi pertama kali ketika luka. Ketika terjadi luka platelet beragregasi pada tempat luka agar memfasilitasi pembentukan fibrin yang akan bertranformasi menjadi
matriks sementara dengan memasukan fibronectin Hamed et al., 2014. Fibronectin merupakan glikoprotein adhesive yang berguna dalam memediasi sel untuk merekat,
menyebar dan bermigrasi menuju tempat luka, serta meningkatkan sensitivitas sel tertentu seperti sel endotelial untuk menghasilkan growth factor Enoch Leaper, 2007.
Pada fase inflamasi terjadi ekstravasasi dari neutrofil dan makrofag ke dalam luka dan fagositosis dari debris pengotor dan mikroorganisme oportunistik. Sel inflamasi
menyekresikan proinflamatory sitokin seperti TGF- β1, monocyte chemoattractant protein-
1, colony stimulating factor, interleukin IL-1, tumor necrosis factor TNF- α, dan growth
factor seperti PDGF, vascular endotelial growth factor VEGF, dan insulin like growth factor-1 Hamed et al., 2014. Growth factor, sitokin, dan stimulus fagosit mengatur sekresi
dan sintesis dari metalloproteinase Enoch Leaper, 2005. Yang termasuk metalloproteinase pada pembentukan luka yaitu gelatinase atau MMP-9, collagenase, dan
stromelisins Enoch Leaper, 2005.
Dalam fase proliferasi ada proses epitelisasi, fibroplasia, angiogenesis, dan kontraksi Hamed et al., 2014. Fibroblast merupakan komponen yang berguna dalam pembentukan
matriks ekstraseluler Enoch Leaper, 2007. Kondisi hipoksia merupakan stimulus poten untuk terjadi angiogenesis, selain itu angiogenesis juga dipacu oleh growth factor yang
disekresikan oleh makrofag yang keluar Hamed et al., 2014. Pembentukan dari jaringan granulasi granulation tissue memungkinkan terjadinya epitalisasi dan penutupan luka
Hamed et al., 2014. Kolagen dihasilkan oleh fibroblast serta karena adanya stimulasi dari monosit yang dihasilkan pada proses inflamasi Enoch Leaper, 2005.
Pada fase remodelling terdapat proses penghentian inflamasi, proses pembentukan parut, pengembalian morfologi jaringan normal, pengenalan dari matriks kolagen bersama
garis tegangan kulit. Sel yang sudah tidak diperlukan lagi dihilangkan secara apoptosis Hamed et al., 2014.
2.2 Luka Diabetes
20 Pada penderita diabetes, proses penyembuhan luka terganggu pada semua fasenya
sehingga menjadi luka kronis. Diabetes menderegulasi keseimbangan koagulasi cairan darah yang mengakibatkan gangguan secara makro dan mikrovaskular serta menyebabkan
pendarahan berlebih setelah pembentukan lesi. Terganggunya pembentukan matriks sementara provisional matrix menyebabkan terganggunya pembentukan jarigan granulasi
granulation tissue, epitalisasi dari wound bed, angiogenesis, serta penutupan luka. Epitelisasi tidak dapat terbentuk karena kurangnya jumlah fibronectin. Hal ini mengganggu
pembentukan matriks sementara dan meningkatkan intensitas dan durasi dari respon inflamasi. Respon inflamasi yang berlebihan ini menyebabkan sekresi protease yang
berlebihan pada luka diabetes kronis Hamed et al., 2014. Protease yang dihasilkan pada luka kronis adalah metalloproteinases tipe 9 MMP-9 Enoch Leaper, 2005. Menurut
McLennan et al.2008, kadar glukosa yang tinggi pada penderita diabetes meningkatkan jumlah MMP-9. Selain itu peningkatan ekspresi MMP-9 juga diinduksi oleh prostaglandin
E2 PGE
2
Yen et al., 2016. MMP-9 merupakan gelatinase atau kolagenase tipe IV yang mendegradasi kolagen
amorf dan fibronectin Enoch Leaper, 2005. MMP diatur secara ketat dalam tubuh karena potensi dalam merusak kolagen dan menyebabkan ganguan penyembuhan luka. Dalam
hubungannya mendorong inflamasi, hal-hal yang dilakukan oleh MMP-9 adalah memotong IL-8 untuk meningkatkan sifat netrofil chemoattractant, aktivasi dari pro IL-
1β menjadi IL- 1 β aktif, pengubahan dari akumulasi IL-1α di luka untuk mempengaruhi sintesis dan
degradasinya, degradasi dari inhibitor serine protease, aktivasi dari bentuk laten dari TGF- β untuk meningkatkan bioaktivitasnya namun menurunkan stabilitasnya, serta meningkatkan
aktivitas sitokin McLennan et al., 2008.
2.3 Ibuprofen
Gambar 1. Struktur kimia ibuprofen Katzung et al., 2012.
Ibuprofen merupakan turunan dari asam fenilpropionat Katzung et al., 2012. Beberapa efek yang dimiliki oleh ibuprofen adalah sebagai anti-inflamasi, analgesik, dan
antipiretik Harvey et al., 2009. Obat ini menghambat siklooksigenasi 1 dan 2 secara reversibel yang kemudian menghambat pembentukan prostaglandin namun tidak
menghambat leukotrien Harvey et al., 2009. Dengan dosis 2400 mg perhari, ibuprofen setara dengan 4 gram aspirin dalam hal efek anti-inflamasi. Krim ibuprofen dapat terserap
dalam jaringan penghubung seperti kolagen dan otot serta dapat menjadi perwatan dalam penyakit osteoartritis. 400 mg ibuprofen dapat memberikan rasa lega dan kemanjuran yang
baik pada rasa sakit setelah operasi gigi Katzung et al., 2012.
Berikut merupakan sifat fisika kimia dari ibuprofen: 1.
bentuk fisik: kristal solid; PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21 2.
kelarutan dalam air: tidak larut dalam air dingin; 3.
kelarutan: ~2 mgml dalam PBS pH=7,2; ~45 mgml dalam EtOH, DMSO, DMF Chayman Chemical Company, 2014;
4. pKa = 4,91 National Center for Biotechnology Information, 2016
5. Log P= 3,5 National Center for Biotechnology Information, 2016.
Gambar 2. Skema penghambatan pembentukan prostanoid oleh NSAID Ricciotti FitzGerald, 2011.
2.4 Prostaglandin