Strategi Komunikasi Instruksional Dosen Melalui Proses Belajar Mengajar dalam Memotivasi Mahasiswa di Unikom

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh :

RINJANI SARASWATI PUTRI

NIM. 41809023

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA B A N D U N G


(2)

(3)

(4)

LEMBAR PENGESAHAN ……….. i

LEMBAR PERNYATAAN ………. ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ……….... iii

ABSTRAK ……….……….. iv

ABSTRACT………. v

KATA PENGANTAR………. vi

DAFTAR ISI……… x

DAFTAR TABEL……… xv

DAFTAR GAMBAR……….... xvi

DAFTAR LAMPIRAN……… xvii

BAB I PENDAHULUAN 1 1.1.Latar Belakang Masalah………..………..……… 1

1.2.Rumusan Masalah ..……….. 7

1.2.1. Rumusan Masalah Makro ………. 7

1.2.2. Rumusan Masalah Mikro ………. 7

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian………..….………….. 8

1.3.1. Maksud Penelitian………. 8

1.3.2. Tujuan Penelitian………... 8

1.4.Kegunaan Penelitian………. 8

1.4.1. Kegunaan Teoritis………. 8

1.4.2. Kegunaan Praktis………... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 11

2.1. Tinjauan Penelitian Sejenis Yang Relevan ………... 11

2.2. Tinjauan Pustaka………..…. 13

2.2.1.Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi.……….. 13

2.2.2.1. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi...………..….. 13

2.2.2.2. Fungsi Komunikasi Antar Pribadi ………..…..… 15

2.2.2.Tinjauan Tentang Komunikasi Pendidikan ……….. 16 1


(5)

2.2.4.2. Definisi Mengajar ………. 23

2.2.4.3. Tujuan Belajar……….. 24

2.2.4.4. Tipe –Tipe Belajar ……… 24

2.2.4.5. Teori Belajar ………. 27

2.2.5.Tinjauan Motivasi ………. 32

2.2.5.1. Definisi Motivasi ………...….. 32

2.2.5.2. Fungsi Motivasi Dalam Belajar ………...… 33

2.2.5.3. Teori Motivasi ………. 34

2.2.6.Tinjauan Dosen ……… 38

2.2.6.1. Definisi Dosen ………. 38

2.2.6.2. Karakteristik Dosen……….. 38

2.2.7.Tinjauan Mahasiswa ……….……….… 41

2.2.7.1. Definisi Mahasiswa ……….……….. 41

2.2.7.2. Karakteristik Mahasiswa ……… 41

2.3. Kerangka Pemikiran……….……… 44

2.3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis ………. 44

2.3.2.Kerangka Pemikiran Konseptual ……….. 46

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 49 3.1. Objek Penelitian ……… 49

3.1.1.Sejarah Universitas Komputer Indonesia ……….. 49

3.1.2.Visi, Misi, Tujuan dan Motto Universitas Komputer Indonesia52 3.1.2.1. Visi ………. 52

3.1.2.2. Misi ……… 52

3.1.2.3. Tujuan ……… 52

3.1.2.4. Motto ………. 53

3.1.2.5. Budaya ……….. 53

3.1.2.6. Logo Universitas Komputer Indonesia ………. 53

3.1.2.7. Pimpinan Universitas ……… 55

3.1.2.8. Pimpinan Fakultas ……… 55

3.1.2.9. Direktorat ………. 56

3.1.2.10. Senat Universitas ……….. 56 3.1.2.11. Biro Administrasi Umum Universitas Komputer


(6)

3.2.2.Teknik Pengumpulan Data ……… 63

3.2.2.1. Studi Pustaka ……….. 63

3.2.2.2. Studi Lapangan ………. 64

3.2.3.Uji Keabsahan Data ……… 66

3.2.4.Teknik Penentuan Informan ……… 69

3.2.4.1. Obyek Penellitian………... 69

3.2.4.2. Informan Penelitian………. 70

3.2.4.3. Informan Pendukung……… 71

3.2.5.Teknik Analisa Data………. 72

3.2.6.Lokasi dan Waktu Penelitian……… 75

3.2.6.1. Lokasi Penelitian………. 75

3.2.6.2. Waktu Penelitian………. 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 78 4.1. Deskripsi Identitas Informan dan Informan Pendukung ……….. 81

4.1.1. Informan Penelitian ……….. 82

4.1.2. Informan Penelitian Pendukung ……….. 95

2 Deskripsi Hasil Penelitian ……….. 106

3 Pembahasan Hasil Penelitian ………. 116

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 120

5.1. Kesimpulan……….. 120

5.2. Saran………. 121

DAFTAR PUSTAKA………... 124

LAMPIRAN – LAMPIRAN ……….. 127

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……… 200


(7)

Tabel 3.2. Data Informan ……… 71

Tabel 3.3. Data Informan Pendukung ……...…………...………... 72

Tabel 3.4. Jadwal Penelitian ………...………. 76

Tabel 4.1 Jadwal Wawancara Informan ……… 81

Tabel 4.2 Jadwal Wawancara Informan Pendukung ……… 95


(8)

Gambar 3.2. Struktur Organisasi Universitas Komputer Indonesia .…..……… 59

Gambar 3.3. Alur Model Analisa Data……..……….. 75

Gambar 4.1. Informan Penelitian (Andrias Darmayadi.,S.Ip.,M.Si) ……… 82

Gambar 4.2. Informan Penelitian (Yully Ambarsih Ekawardhani)………... 85

Gambar 4.3. Informan Penelitian (Lia Warlina)……… 89

Gambar 4.4. Informan Pendukung (Raisa Dara) ………... 95

Gambar 4.5. Informan Pendukung (Dhania Ayu Nugraha) ………... 100

Gambar 4.6. Informan Pendukung (Dr.Ely Suhayat.,M.Si) ……….……….. 101


(9)

128

Lampiran 2 : Surat Research………. 129

Lampiran 3 : Berita Acara Bimbingan………. 130

Lampiran 4 : Lembar Revisi Usulan Penelitian ………... 131

Lampiran 5 : Lembar Revisi Skripsi………… ………... 132

Lampiran 6 : Pedoman Wawancara………. 133

Lampiran 7 : Transkrip Wawancara Informan………. 134

Lampiran 8 : Transkrip Wawancara Informan Pendukung ………….. 166

Lampiran 9 : Transkrip Observasi ……….. 188

Lampiran 10 : Dokumentasi ……….. 197


(10)

vi Bismilahirrohmanirrohim.

Bismilahirrohmanirrohim. Bismilahirrohmanirrohim. Bismilahirrohmanirrohim. Assalamualaikum

Assalamualaikum Assalamualaikum

Assalamualaikum Wr.Wr.Wr.Wr. Wb.Wb.Wb.Wb.

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah, serta kelancaran dan kemudahan sehingga dapat terselesaikannya penelitian skripsi ini. Penyusunan skripsi ini yang berjudul STRATEGISTRATEGISTRATEGI KOMUNIKASISTRATEGI KOMUNIKASIKOMUNIKASIKOMUNIKASI DOSENDOSEN MELALUIDOSENDOSEN MELALUIMELALUIMELALUI PROSESPROSESPROSESPROSES BELAJAR

BELAJAR BELAJAR

BELAJAR MENGAJARMENGAJARMENGAJARMENGAJAR DALAMDALAMDALAMDALAM MEMOTIVASIMEMOTIVASIMEMOTIVASIMEMOTIVASI BELAJARBELAJARBELAJARBELAJAR MAHASISWA

MAHASISWA MAHASISWA

MAHASISWA DIDIDIDI UNIKOMUNIKOMUNIKOMUNIKOM dirasakan masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan karena keterbatasan pengalaman dan kemampuan peneliti. Oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun, agar lebih baik lagi pada kesempatan mendatang.

Peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ibu,dan Papih, yang peneliti sayangi, yang senantiasa memberikan doa dan dukungan kepada peneliti dari awal hingga akhir proses penyusunan Skripsi ini.

Skripsi ini dapat berjalan dengan lancar atas bantuan banyak pihak-pihak yang membantu dalam penyusunan penelitian. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada, Yang terhormat.:


(11)

vii peneliti kuliah.

2. Prof.Prof.Prof.Prof. Dr.Dr.Dr.Dr. SamugyoSamugyoSamugyoSamugyo IbnuIbnuIbnuIbnu RedjoRedjoRedjoRedjo....,,,, Drs.,Drs.,Drs.,Drs., M.AM.AM.AM.A sssselaku Dekan FISIP Universitas Komputer Indonesia Bandung, yang telah mengeluarkan Surat Penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti.

3. Drs.Drs.Drs.Drs. ManapManapManapManap Solihat.,Solihat.,Solihat.,Solihat., M.SiM.SiM.SiM.Si sssselaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan pengarahan dan pandangan sebelum dan sesudah peneliti melaksanakan Skripsi.

4. MellyMellyMellyMelly MaulinMaulinMaulinMaulin P.,P., S.Sos.P.,P., S.Sos.S.Sos.S.Sos. M.SiM.SiM.SiM.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia Bandung yang juga sebagai dosen yang telah banyak memberikan motivasi, pengetahuan dan berbagi ilmu serta wawasan selama peneliti melakukan perkuliahan.

5. SangraSangraSangraSangra JulianoJulianoJulianoJuliano Prakasa.,Prakasa.,Prakasa.,Prakasa., S.I.komS.I.komS.I.komS.I.kom.,M.I.kom.,M.I.kom.,M.I.kom.,M.I.kom sssselaku Dosen wali IK-1 2009 yang banyak memberikan motivasi, dorongan, serta semangat kepada peneliti dari awal perkuliahan hingga akhir proses penyusunan Skripsi ini. 6. Rismawaty,Rismawaty,Rismawaty,Rismawaty, S.Sos.,S.Sos.,S.Sos.,S.Sos., M.Si.M.Si.M.Si.M.Si.,,,, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

banyak meluangkan waktu, pikiran, dan kesempatan untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran kepada peneliti

7. Khususnya Kepada seluruh dosen di lingkungan Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP yakni,,,, InggarInggarInggarInggar Prayoga,Prayoga,Prayoga,Prayoga, S.I.Kom.,S.I.Kom., AdiyanaS.I.Kom.,S.I.Kom., AdiyanaAdiyanaAdiyana Slamet.,Slamet.,Slamet.,Slamet., S.IP.,


(12)

viii

peneliti sebutkan satu persatu. Yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada peneliti selama perkuliahan berlangsung.

8. RatnaRatnaRatnaRatna WidiastiWidiastiWidiastiWidiasti.,.,.,.,A.mdA.mdA.mdA.md Selaku Sekretaris Dekan FISIP Universtas Komputer Indonesia Bandung Yang telah membantu semua keperluan peneliti sebelum dan sesudah peneliti menyusun skripsi ini.

9. AstriAstriAstriAstri IkawatiIkawatiIkawatiIkawati.,.,.,.,A.md.KomA.md.KomA.md.KomA.md.Kom selaku Staf Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universtas Komputer Indonesia Bandung yang telah membantu semua keperluan peneliti sebelum dan sesudah peneliti menyusun Skripsi ini.

10.AgusAgusAgusAgus Riyanto.,S.T.,M.TRiyanto.,S.T.,M.TRiyanto.,S.T.,M.TRiyanto.,S.T.,M.T dandandandan Dr.ElyDr.ElyDr.ElyDr.Ely Suhayati.,M.SiSuhayati.,M.SiSuhayati.,M.SiSuhayati.,M.Si selaku kepala Bagian Biro Administrasi Umum dan Direktur Quality Assurance UNIKOM yang telah membantu keperluan peneliti selama penelitian berlangsung dan menyusun skripsi ini.

11.UntukUntukUntukUntuk KakakuKakakuKakakuKakaku RonyRonyRonyRony Setiawan,Setiawan, RatihSetiawan,Setiawan, RatihRatihRatih Setiawati,Setiawati,Setiawati,Setiawati, GunawanGunawanGunawanGunawan NugrahaNugrahaNugrahaNugraha dan

dandandan keponakankukeponakankukeponakankukeponakanku ShigyShigyShigyShigy FakhirahFakhirahFakhirahFakhirah Nugraha,Nugraha,Nugraha,Nugraha,terima kasih banyak untuk segala doa, motivasi, dukungan dan bantuan materi yang dapat mempelancar dalam penulisan Skripsi ini.

12.YudhaYudhaYudhaYudha MaulanaMaulanaMaulanaMaulana seseorang yang telah setia menemani peneliti dalam suka maupun duka serta selalu memberikan motivasi dan doa.

13.Rio,Rio,Rio,Rio, Ovi,Ovi,Ovi,Ovi, Seni,Seni,Seni,Seni, RioRioRioRio Rahadian,Rahadian,Rahadian,Rahadian, Riezka,Riezka,Riezka,Riezka, sahabat terbaikku yang telah membantu dalam segala hal.


(13)

ix

15.KakKakKakKak Fanny,Fanny,Fanny,Fanny, KakKakKak Nines,Kak Nines,Nines,Nines, KakKakKakKak Adhin,Adhin, KakAdhin,Adhin, KakKakKak Indra,Indra,Indra,Indra, KakKakKakKak Duane,Duane,Duane,Duane, MbaMbaMbaMba Anggit,

Anggit,Anggit,Anggit, yang telah memberikan semangat, doa dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

16.RekanRekanRekanRekan –––– rekanrekanrekanrekan TIMTIM ProtokolerTIMTIM ProtokolerProtokolerProtokoler UNIKOMUNIKOMUNIKOMUNIKOM yang selalu memberi dukungan, inspirasi dan motivasi bagi peneliti.

17.Rekan-rekanRekan-rekanRekan-rekanRekan-rekan HimpunanHimpunanHimpunanHimpunan MahasiswaMahasiswaMahasiswaMahasiswa IKIKIKIK && PR&&PRPRPR PeriodePeriodePeriodePeriode 2010-20112010-20112010-20112010-2011 dandandandan 2011-2012

2011-20122011-20122011-2012.

18.Lukman,Lukman,Lukman,Lukman, Irman,Irman,Irman,Irman, EllyEllyEllyElly Salimah,Salimah, Ria,Salimah,Salimah, Ria,Ria,Ria, Alina,Alina,Alina,Alina, FisaFisaFisaFisa dan seluruh adik– adikku yang selalu memberikan motivasi dan dukungan.

19.SemuaSemuaSemuaSemua pihakpihakpihakpihak yang telah membantu sebelum dan selama pelaksanaan skripsi yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian skripsi ini masih diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, guna penyempurnaan skripsi ini , peneliti selalu terbuka untuk kritik dan saran yang membangun.

Akhir kata, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Jerih payah yang tak ternilai ini akan peneliti jadikan sebagai motivasi di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Bandung, Bandung,

Bandung, AgustusAgustusAgustusAgustus 2013201320132013 Peneliti

Peneliti Peneliti Peneliti


(14)

(15)

DAF DAF

DAFDAF TARTARTARTAR PUSTAKAPUSTAKAPUSTAKAPUSTAKA

A.M, Sardiman. 2012. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Ardianto, Elvinaro. 2010. Metode Penelitian untuk Public Relations Kuantitatif Dan Kualitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Bungin, M Burhan. 2003. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Budyatna, Muhammad dan Ganiem Mona Leila. Teori Komunikasi Antar Pribadi. 2011. Jakarta:Kencana

Effendy, Onong, Uchjana. 2007. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Hamidi, 2010. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM press. Hasibuan,S.P,Malayu.2010.Organisasi dan Motivasi.Jakarta: Bumi Aksara.

Iriantara, Yosal dan Syaripudin Usep. 2013. Komunikasi Pendidikan. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya. Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Muhammad, Ali. 2008. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Mulyana, Deddy. 2008. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyatiningsih, Endang. 2012. Metode Penelitian Terapan. Bandung : CV Alfabeta

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. YogYakarta : LKis Yogyakarta Putra, Nusa. 2011. Penelitian Kualitatif : Proses dan Aplikasi. Jakarta : Indeks Sugiyono, 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta

Sugiyono. 2009. Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.Bandung : Alfabeta


(16)

Yusuf, Pawit M. 2010. Komunikasi Instruksional. Jakarta : Bumi Aksara.

Yamin, Martinis. 2012. Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik. Jakarta : referensi.

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo,

Wrench.S.Jason, at all.2009.Communication, Affect and Learning In Classroom 3rdEdition.United States America

Sumber Sumber Sumber

Sumber lainnyalainnyalainnyalainnya ::::

---- PenelusuranPenelusuranPenelusuranPenelusuran DataDataDataDataOn-LineOn-LineOn-LineOn-Line

http://bahasa.kompasiana.com/2012/08/31/komunikasi-antar-pribadi-483316.html (Minggu/31/03/2013, 21:45)

http://kuliahonline.unikom.ac.id (Minggu/31/03/2013, 21:55)

http://kutacane-online.blogspot.com/2011/11/pengertian-guru-dosen-dan-guru-besar.html (Minggu/31/03/2013, 21:55)

http://nenu666.blogspot.com/2011/12/definisi-mahasiswa.html (Minggu/31/03/2013, 22:15)

http://sbektiistiyanto.files.wordpress.com/2008/02/penerapan-komunikasi-instruksional-di-playgroup-topkids.pdf (sabtu,13/04/13, 23:40)

http://skripsipsikologipendidikan.blogspot.com/2012/10/karakteristik-dosen-ideal.html (Minggu/07/04/2013, 22:50)

http://www.trigonalworld.com/2010/12/pengertiandefinisi-belajar-dan-mengajar.html(Senin/21/05/2013, 20:40) http://ojiekinenjourney.blogspot.com/2012/09/teknik-teknik-komunikasi.html (Minggu/20/05/2013, 22:30) http://www.cuapcuapkita.com/berita-279-karakteristik-mahasiswa.html (Rabu/3/7/2013,03:20) http://dewifitriana.blogspot.com/2010/10/karakteristik-mahasiswa.html (Rabu/3/7/2013,03:30)

---- JurnalJurnalJurnalJurnal IlmiahIlmiahIlmiahIlmiah ::::

Zakiah,Kiki dan Umar,Muthiah. 2005. Komunikasi Instruksional Dalam Proses Pembelajaran Mahasiswa. UNISBA

Skripsi Skripsi Skripsi Skripsi


(17)

1. Hartanti, Budi, Stefani.2012. Komunikasi Instruksional Pada Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) “Anak-Anak Ceria” Bandung (Studi Deskriptif Mengenai Komunikasi Instruksional Melalui Permainan Edukatif Logico Primo Pada Paud“Anak-Anak Ceria” Bandung).Fisip Unikom

2. Riyandhy, Dicky, Rizky.2011. Strategi Komunikasi Guru Smp Negeri 1 Margaasih Bandung Melalui Program Ednik (Edukasi Elektronik) Dalam Menigkatkan Motivasi Belajar Siswanya. Fisip Unikom


(18)

(19)

Lampiran Lampiran LampiranLampiran 1111 Surat

Surat Surat


(20)

Lampiran Lampiran LampiranLampiran 2222 Surat

Surat Surat


(21)

Lampiran Lampiran LampiranLampiran 3333 Berita

Berita Berita


(22)

Lampiran Lampiran LampiranLampiran 4444 Lembar

Lembar Lembar


(23)

Lampiran Lampiran LampiranLampiran 5555 Lembar

Lembar Lembar


(24)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru atau dosen sebagai pegangan utama. Di Indonesia proses belajar mengajar sangat beragam, namun tidak sedikit, dosen memberikan pengajaran secara satu arah saja. Sebenarnya proses belajar mengajar hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui media tertentu ke penerima pesan.

Pesan, sumber pesan, media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran atau materi pengajaran yang ada dalam kurikulum akan disampaikan oleh dosen kepada mahasiswanya, pesan tersebut sebaiknya diolah dengan sebaik mungkin oleh dosen agar mahasiswa dengan mudah mengerti mengenai materi yang disampaikan oleh dosen tersebut.

Sumber pesan yang digunakan sebagai dasar dalam materi yang diajarkan oleh dosen bisa berasal dari buku – buku yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, dari internet dan bahkan pengalaman – pengalaman yang telah dialami oleh dosen tersebut ataupun mahasiswa. Dan media merupakan suatu alat atau perantara yang berguna untuk memudahkan dan mendukung para dosen didalam proses interaksi belajar mengajar dan memudahkan mahasiswa dalam menerima materi yang disampaikan oleh


(25)

dosen tersebut.

Seperti yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy didalam bukunya yang berjudul ilmu komunikasi teori dan praktek, Laswell mengatakan :

who says what in which channel to whom with what effect?”

(Effendy,2007:10)

Menurut Laswell dalam proses komunikasi, dikenal dengan adanya unsur komunikator, komunikan, pesan, media, dan efek. Hubungan antara komunikator dengan komunikan biasanya karena mengintegrasikan sesuatu yang dikenal dengan istilah pesan (message). Kemudian untuk menyampaikan atau mengontakkan pesan itu diperlukan adanya media atau saluran (channel). Dan setelah disampailan komunikator membutuhkan adanya efek dari pesan tersebut. Ketika ke lima unsur itu ada berarti manusia telah melakukan proses komunikasi.

Di dalam proses komunikasi yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa di dalam proses belajar mengajar maka akan terjadi interaksi komunikasi instruksional antara dosen dan mahasiswa, sehingga selama proses belajar mengajar diperlukan adanya strategi komunikasi agar tidak terjadi konflik atau kesalah pahaman dalam menyampaikan pesan disaat berinteraksi. Selain itu. istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Berbagai macam strategi yang digunakan dosen dalam proses komunikasi terhadap mahasiswa melalui pertimbangan – pertimbangan tertentu misalnya pertimbangan interaksi dosen dan mahasiswa maka strategi yang perlu


(26)

digunakan yaitu strategi belajar mengajar tatap muka, dan startegi belajar mengajar melalui media, dan berbagai strategi komunikasi lainnya.

Ketika melakukan interaksi selama proses belajar mengajar seorang dosen tidak hanya melakukan percakapan biasa dengan mahasiswanya, namun seorang dosen sebaiknya mampu menggunakan strategi komunikasi instruksional agar mahasiswa dapat bergerak sesuai dengan arahan yang telah diberikan oleh dosen. Komunikasi instruksional ini mempunyai tujuan pendidikan yang harus dicapai, dalam pelaksanaan kegiatannya komunikasi instruksional mempunyai fungsi manajemen instruksional dan fungsi pengembangan instruksional.

Peneliti memilih objek penelitian di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung, karena sebagai universitas komputer terbesar di Indonesia yang memiliki ribuan mahasiswa dengan berbagai karakter dan motivasi belajar yang berbeda. Sehingga peneliti ingin mengetahui bagaimana strategi komunikasi instruksional yang dilakukan oleh para dosen UNIKOM ketika mereka melakukan proses belajar mengajar di kelas agar mahasiswanya dapat termotivasi untuk belajar lebih giat dan lulus kuliah tepat pada waktunya.

Motivasi belajar setiap mahasiswa berbeda – beda, ada mahasiswa yang berfikir bahwa kuliah hanya sebagai formalitas, kuliah hanya sekedar untuk mengisi absensi agar bisa mengikuti ujian, kuliah hanya untuk bertemu teman, serta ada pula mahasiswa yang hanya sekedar ingin lulus tanpa menghiraukan nilai, apbila dilihat dari tingkah lakunya banyak sekali


(27)

mahasiswa yang masuk kelas sering terlambat, sering membolos, ketika dilaksanakan kuis bahkan ujian banyak yang mencontek, mengerjakan tugas individu ataupun kelompok tidak dengan sungguh – sungguh, berperan pasif dikelas, mengantuk dan mengobrol ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung, serta tidak memperdulikan dosen yang sedang mengajar, sehingga mengakibatkan situasi kelas yang tidak kondusif, dan lain sebagainya. Namun masih banyak pula mahasiswa yang memiliki tingkat motivasi belajar yang tinggi yang sangat memperhatikan setiap mata kuliah yang diajarkan oleh dosen.

Berdasarkan fenomena motivasi belajar mahasiswa tersebut, perlu diperhatikan pula aspek pengajaran dari dosen yang bersangkutan. Masing -masing dosen memiliki cara mengajar tersendiri, dikarenakan sudah tidak ada lagi pelatihan - pelatihan secara khusus bagi para dosen baru di UNIKOM untuk proses mengajar, strategi mengajar, menyusun silabi, dan lain sebagainya. Sehingga dosen di UNIKOM menggunakan metode komunikasi dan strategi belajar mengajar berdasarkan pengalaman – pengalaman yang dialami ketika menjadi mahasiswa ataupun sharing kepada dosen – dosen lain yang telah lebih banyak pengalaman mengajar, memperhatikan teknik komunikasi padasaat proses belajar mengajar, serta taktik komunikasi pada saat proses belajar mengajar agar mahasiswa termotivasi untuk belajar lebih giat.

Motivasi dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi – kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin


(28)

melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu tumbuh dari dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan penggerak didalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah dan tujuan yang dikehendaki mahasiswa itu dapat tercapai.

Fungsi dari motivasi yaitu mendorong manusia untuk berbuat sesuatu, artinya motivasi bisa dijadikan sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang dikerjakan, kemudian menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, motivasi dapat memeberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya, dan menyelesaikan perbuatan, yaitu menentukan perbuatan - perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisikan perbuatan - perbuatan yang akan bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dengan pelajaran tersebut dan semangat untuk belajar. Mahasiswa ynag mempunyai motivasi yang kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Tetapi jika mahasiswa tidak memiliki motivasi yang kuat, kecuali karena paksaan atau sekedar seremonial maka tidak akan


(29)

menjadi pribadi yang berhasil atau gagal karena kekurangan motivasi. Hasil belajar akan optimal apabila ada motivasi yang tepat.

Dalam interkasinya dosen senantiasa mencoba bermacam strategi komunikasi instruksional untuk memotivasi mahasiswanya. Dosen yang baik menerapkan metode positif untuk memotivasi mahasiswanya sehingga mereka bersemangat untuk belajar, merasa dihargai, mau bekerja giat, mengikuti peraturan, terus tinggal dan meyelesaikan pendidikannya serta mempelajari nilai – nilai dan keterampilan hidup. Tidak ada formula ajaib untuk memotivasi mahasiswa. Meskipun demikian, sebanyak apapun tingkat motivasi siswa akan dapat berubah oleh keadaan atau kejadian baik maupun buruk yang terjadi dikelas maupun diluar kelas.

Sebagai bagian dari perguruan tinggi atau universitas, dosen memegang peranan yang utama dalam proses transformasi ilmu pengetahuan. Dosen merupakan pihak yang paling bertanggung jawab dalam menciptakan suasana kampus yang ilmiah. Ini bukanlah suatu harapan yang berlebihan, karena dosen merupakan “tantangan pertama” yang setiap hari selalu bertatap muka secara langsung dengan mahasiswa. Di dalam kehidupan kampus inilah dosen mengarahkan, membina dan mengembangkan potensi ilmiah mahasiswa, dalam proses belajar mengajarnya didalam kelas dosen akan mempertajam analisis dan kepekaan mahasiswa terhadap problematika sosial serta memperluas nuansa berpikirnya.

Seorang dosen juga diharapkan dapat memberikan motivasi kepada mahasiswanya agar giat belajar, memberikan perhatian serta pengertian


(30)

kepada mahasiswa, bahwa maksud dari pembelajaran diantaranya mengetahui suatu kecakapan atau konsep yang sebelumnya tidak pernah diketahui, disiplin, dapat mengerjakan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat berbuat, baik tingkah laku maupun keterampilan, mengembangkan pemahaman konsep maupun sikap dan tingkah laku, mendorong mahasiswa untuk berefleksi kritis tentang dunia dan sekitarnya, serta dapat memahami dan menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dengan menggunakan strategi komunikasi instruksional.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti merumuskan masalah dan membaginya menjadi rumusan masalah makro dan mikro.

a. Rumusan Masalah Makro

Rumusan masalah makro dari penelitian ini adalah Bagaimana strategi komunikasi instruksional dosen melalui proses belajar mengajar dalam memotivasi belajar mahasiswa di UNIKOM?

b. Rumusan Masalah Mikro

Rumusan masalah mikro dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana metode komunikasi dosen melalui proses belajar mengajar dalam memotivasi belajar mahasiswa di UNIKOM?

2. Bagaimana teknik komunikasi dosen melaluiproses belajar mengajar dalam memotivasi belajar mahasiswa di UNIKOM?

3. Bagaimana taktik komunikasi dosen melalui proses belajar mengajar dalam memotivasi belajar mahasiswa di UNIKOM?


(31)

1.3. Maksud dan tujuan penelitian 1.3.1. Maksud penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas dan mendeskripsikan mengenai strategi komunikasi instruksional yang dilakukan dosen pada saat proses belajar mengajar di kelas agar mahasiswa di UNIKOM dapat termotivasi untuk belajar lebih giat.

1.3.2. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui metode komunikasi dosen melalui proses belajar mengajar dalam memotivasi belajar mahasiswa di UNIKOM.

2. Untuk mengetahui teknik komunikasi dosen melalui proses belajar mengajar dalam memotivasi belajar mahasiswa di UNIKOM.

3. Untuk mengetahui taktik komunikasi dosen melalui proses belajar mengajar dalam memotivasi belajar mahasiswa di UNIKOM.

1.4. Kegunaan penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini digunakan sebagai proses untuk mengetahui strategi komunikasi instruksional yang digunakan dosen pada saat proses belajar mengajar baik itu dalam metode komunikasi, teknik komunikasi, serta taktik komunikasi yang digunakan dosen pada saat mengajar, serta untuk mengetahui dengan menggunakan strategi komunikasi instruksional tersebut mahasiswa di UNIKOM dapat termotivasi untuk belajar lebih giat.

1.4.2. Kegunaan Praktis


(32)

Dijadikan sebagai bahan pengalaman dan pengetahuan khususnya mengenai strategi komunikasi instruksional seorang dosen di Universitas Komputer Indonesia dalam proses belajar mengajar agar mahasiswa dapat termotivasi untuk belajar lebih giat, sehingga mahasiswa mendapatkan pengetahuan lebih banyak, memahami materi serta dapat membentuk sikap mahasiswa.

b. Universitas

Penelitian ini diharapkan berguna bagi program studi Ilmu Komunikasi maupun Universitas Komputer Indonesia secara keseluruhan, serta diharapkan dapat menjadi bahan pengembangan dan penerapan Ilmu Komunikasi juga sebagai bahan perbandingan pengembangan bagi penelitian sejenis lainnya untuk masa yang akan datang. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata bagi program studi Ilmu Komunikasi maupun Universitas dan segenap aktivitasnya dalam pengembangan Dosen.

c. Masyarakat

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang dapat digunakan untuk strategi komunikasi instruksional yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat mememotivasi peserta didik. Serta dapat memberikan masukan dan bahan informasi bagi mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya.


(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Penelitian Sejenis Yang Relevan

Dalam tinjauan pustaka, peneliti mengawali dengan menelaah penelitian sejenis relevan yang berkaitan serta relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Dengan demikian, peneliti mendapatkan rujukan pendukung, pelengkap serta pembanding dalam menyusun skripsi ini sehingga lebih memadai. Selain itu, telaah pada penelitian sejenis yang relevan berguna untuk memberikan gambaran awal mengenai kajian terkait dengan masalah dalam penelitian ini.

Berikut ini adalah tabel penelitian yang relevan mengenai komunikasi antar pribadi dan komunikasi instruksional:

Tabel 2.1

Penelitian yang relevan No. Judul Penelitian Nama Peneliti Metode yang Digunakan Hasil Penelitian Perbedaan dengan Penelitian Skripsi ini 1. Komunikasi Instruksional Pada Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) “Anak-Anak Ceria” Bandung (Studi Deskriptif Mengenai Stevani Budi Hartanti (Skripsi), Program Studi Ilmu Komunikasi Bidang Kajian Ilmu Humas, UNIKOM Kualitatif, Deskriptif komunikasi instruksional melalui permainan edukatif logico primo pada PAUD Anak-Anak Ceria tidak melalui proses penaksiran perilaku Penelitian Stefani lebih meneliti mengenai komunikasi instruksional melaui permainan, sedangkan penelitian ini lebih meneliti mengenai proses belajar mengajar di


(34)

Komunikasi Instruksional Melalui Permainan Edukatif Logico Primo Pada Paud “Anak-Anak Ceria” Bandung) mula dikarenakan siswa yang masih berada pada fase anak awal dan fase keserasian sekolah dimana emosi dan kemampuan siswa masih berada di fase yang belum stabil sehingga sulit untuk dilakukan suatu penaksiran. kelas 2. Strategi komunikasi guru SMP Negeri 1 Margaasih bandung melalui program Ednik (edukasi elektronik) dalam Menigkatkan motivasi belajar Siswanya Rizky dicky riyandhy, (Skripsi), Program Studi Ilmu Komunikasi Bidang Kajian Ilmu Humas, UNIKOM Kualitatif, deskriptif Menunjukkan adanya hubungan antara strategi komunikasi antara Guru SMP Negeri 1 Margaasih Bandung dengan peningkatan motivasi siswa belajarnya Penelitian Rizky mengukur bagaimana program Ednik ini dapat memotivasi belajar siswa nya, sedangkan penelitian ini mengukur strategi komunikasi instruksional dalam proses belajar mengajar. 3. Komunikasi Instruksional dalam Proses Pembelajaran Mahasiswa Kiki Zakiah dan Muthiah Umar (Jurnal Ilmiah) Kuantitatif, deskriptif Spesifikasi isi dan tujuan instruksional sebagai pengalaman belajar

Penelitian Kiki Zakiah dan Muthiah Umar lebih meneliti proses


(35)

mahasiswa Unisba masih rendah. Rata-rata mahasiswa Unisba cukup mengalami penambahan pengetahuan setelah mengikuti perkuliahan dan mencapai tujuan instruksional yang cukup berarti. pembelajaran mahasiswa UNISBA sedangkan penelitian ini lebih meneliti cara dosen mengajar melalui proses belajar

mengajar di UNIKOM .

2.2. Tinjauan Pustaka

2.2.1. Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi

2.2.1.1. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communication) merupakan komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang. Penyampaian pesan oleh satu orang dan penerima pesan satu orang atau sekelompok kecil orang dengan berbagai dampaknya dan peluang untuk memberikan umpan balik segera.

Pemikiran ini diwakili oleh Bittner (1985 : 10) yang menerangkan bahwa Komunikasi Antarpribadi berlangsung apabila pengirim


(36)

menyampaikan informasi berupa kata – kata kepada penerima dengan menggunakan medium suara manusia (human voice).

Sementara Barlund mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai pertemuan antara dua, tiga orang, atau mungkin empat orang, yang terjadi sangat spontan dan tidak berstruktur. Barnlund sebagaimana dikutip oleh Alo Liliweri (1991) mengemukakan beberapa ciri untuk mengenali Komunikasi Antarpribadi, sebagai berikut :

a. Bersifat spontan;

b.Tidak mempunyai struktur;

c. Terjadi secara kebetulan;

d.Tidak mengejar tujuan yang telah di rencanakan;

e. Identitas keanggotaannya tidak jelas;

f. Dapat terjadi hanya sambil lalu.

Hubungan diadik mengartikan KAP sebagai komunikasi yang berlangsung antara dua orang yang mempunyai hubungan mantap dan jelas. Komunikasi tatap muka antara suami dan istri, pramuniaga dengan pembeli merupakan bentuk komunikasi diadik. Definisi hubungan diadik ini dapat diperluas sehingga mencakup sekelompok kecil orang. Pemikiran mengenai bentuk hubungan diadik dikemukakan oleh Laing, Phillipson, dan Lee (1991:117).

Mereka menyatakan untuk memahami perilaku seseorang, harus mengikutsertakan paling tidak dua orang peserta dalam situasi bersama. Hubungan diadik ini harus menggambarkan interaksi dan pengalaman bersama mereka.

Trenholm dan Jensen (1995:26) mendefinisikan komunikasi Antarpribadi sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara


(37)

tatap muka. Nama lain dari komunikasi ini adalah komunikasi diadik (dyadic). Komunikasi diadik biasanya bersifat spontan dan informal. Partisipan satu dengan yang lain saling menerima umpan balik secara maksimal. Partisipan berperan secara fleksibel sebagai pengirim dan penerima.1

2.2.1.2. Fungsi Komunikasi Antar Pribadi

Menurut definisinya, fungsi sebagai tujuan dimana komunikasi digunakan untuk mecapai tujuan tersebut. Fungsi utama komunikasi ialah mengendalikan lingkungan guna memperoleh imbalan – imbalan tertentu berupa fisik, ekonomi, dan sosial. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa komunikasi insani atau human community baik yang non-antarpribadi maupun yang antarpribadi semuanya mengenai pengendalian lingkungan guna mendapatkan imbalan seperti dalam bentuk, fisik, ekonomi, dan sosial. (Miller & Steinberg, 1975).

Keberhasilan yang relatif dalam melakukan pengendalian lingkungan melalui komunikasi menambah kemungkinan menjadi bahagia, kehidupan pribadi yang produktif. Kegagalan relatif mengarah kepada ketidak bahagiaan akhirnya bisa terjadi krisis isentitas diri.

Sedangkan yang dimaksud dengan imbalan ialah setiap akibat berupa perolehan fisik, ekonomi, dan sosial yang dinilai positif. Imbalan berupa hal– hal yang menyenangkan seperti yang diperoleh atasan tadi yang bukan


(38)

berupa nilai materi berupa senyuman dengan wajah yang menyenangkan sebagai rasa terima kasih kepada pihak lain. Rasa puas apabila dapat menolong orang dalam kesusahan sebagai imbalan dalam bentuk sosial.

Seperti yang dikatakan Miller dan Steinberg (1975) yang dikutip dari buku Muhammad Budyana, pengendalian lingkungan dalam dibedakan menjadi dua tingkatan, yaitu :

a. Hasil yang diperoleh sesuai dengan apa yang diinginkan yang

dinamakan compliance.

b. Hasil yang diperoleh mencerminkan adanya kompromi dari

keinginan semula bagi pihak – pihak yang terlibat, yang dinamakan penyelesaian konflik (conflict resolution). (Budyana, 2011:27-28)

2.2.2.Tinjauan Komunikasi Pendidikan

Komunikasi pendidikan adalah proses perjalanan pesan atau informasi yang menambah bidang atau peristiwa – peristiwa pendidikan. Komunikasi ini sifatnya tidak netral lagi, tetapi sudah dipola untuk memperlancar tujuan – tujuan pendidikan. (Yusuf,2010:35)

Setiap orang tua, baik sebagai ayah, ibu, ataupun wali, bahkan mereka yang berkedudukan sebagai “orang tua” (senior, bak dalam ilmu, status sosial, maupun dalam usia) di lingkungan masyarakatnya, mempunyai keinginan memberiwejangan kepada yang lebih muda. Bentuk wejangan ini bisa bermacam – macam, salah satunya nasihat.

Konsep pendidikan ini sejalan dengan pernyataan bahwa masalah pendidikan itu pelaksanaannya berada dalam tanggung jawab bersama


(39)

antara pemerintah, masyarakat, dan orang tua. Mereka bekerja sesuai dengan fungsinya masing – masing. Pemerintah dengan segala perangkatnya menyelenggarakan pendidikan dengan cara memberi contoh, sementara lingkungan atau kondisi masyarakat hendaknya memungkinkan bertumbuh suburnya pemikiran – pemikiran yang berisfat kreatif, berinisiatif, dan mendorong warganya untuk berkemauan keras yang produktif, tidak hanya pasif dan menerima nasib. Sedangkan dari belakang orang tua sanggup memberi kekuatan dan dukungan kepada pelaksanaan pendidikan dalam rangka berupaya menggapai kehidupan untuk persiapan di masa depan.

Bentuk komunikasi pendidikan pun sudah ada sejak zaman kenabian. Salah satu contohnya orang tua bernama Luqman memberi nasihat kepada anaknya supaya menjadi anak yang baik dengan berpedoman Al-quran. Contoh tersebut menggambarkan proses yang terjadi dalam suasana edukatif, yaitu suasana yang dirancang khusus untuk berupaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yakni tujuan menjadi orang yang baik dan bertakwa kepada Allah SWT.

Komunikasi dalam pendidikan merupakan unsur yang sangat penting kedudukannya. Bahkan ia sangat besar peranannya dalam menentukan keberhasilan pendidikan yang bersangkutan. Orang sering berkata bahwa tinggi rendahnya suatu capaian mutu pendidikan dipengaruhi oleh dua factor komunikasi ini, khususnya komunikasi pendidikan.


(40)

sekolah), tampak jelas adanya peran komunikasi yang sangat menonjol. Proses belajar mengajarnya sebagian besar terjadi karena proses komunikasi, baik yang berlangsung secara intrapersonal maupun seara antarpersona. Pertama (intrapersona), tampak pada kejadian berpikir, mempersepsi, menginga, dan mengindra. Hal demikian dijalani oleh semuaorang. Sedangkan yang kedua (antarpersona) ialah bentuk komunikasi yang berproses dari adanya ide atau gagasan informasi seseorang kepada orang lain. (Yusuf, 2010:51 – 53)

2.2.3. Tinjauan Komunikasi Instruksional

2.2.3.1. Definisi Komunikasi Insruksional

Komunikasi mampu menyentuh segala aspek kehidupan kita. Begitupun dalam berbagai komunikasi pendidikan yang memiliki sub bidang lain yaitu komunikasi instruksional. Pawit M.Yusuf menyatakan bahwa :

“Komunikasi instruksional lebih merupakan bagian kecil dari komunikasi pendidikan. Ia merupakan proses komunikasi yang dipola dan dirancang secara khusus untuk mengubah perilaku sasaran dalam komunitas tertentu ke arah yang lebih baik”. (Yusuf,2010:2)

Untuk lebih memahami pengertian mengenai komunikasi instruksional, terdapat beberapa contoh turunan dalam memahami komunikasi instruksional yaitu:

1. Komunikasi yang berlangsung dalam suasana kerumunan dapat terjadi suatu komunikasi yang tidak terkendali atau tidak beraturan namun jenis komunikasi ini bersifat


(41)

netral, artinya tidak mempunyai maksud-maksud tertentu secara khusus.

2. Disamping itu, ada pun komunikasi yang dapat terjadi dalam suasana tertentu seperti suasanan pendidikan dimana kondisi yang tercipta tidak lagi bebas, melainkan terkendali dan dikondisikan untuk tujuan – tujuan pendidikan. Komunikasi pendidikan dirancang secara khusus untuk mencapai tujuantujuan pendidikan, yaitu dalam rangka upaya mendewasakan anak manusia supaya bisa hidup mandiri di kemudian hari.

3. Turunan yang lebih sempit dari komunikasi pendidikan yaitu komunikasi instruksional dimana situasi, kondisi, lingkungan, metode dan termasuk bahasa yang digunakan oleh komunikator sengaja dipersiapkan secara khusus untuk mencapai efek perubahan perilaku pada diri sasaran. (Yusuf, 2010 :4)

Secara sederhana, instruksional berasal dari kata instruction yang memiliki arti pembelajaran atau pengajaran. Webster’s Third International Dictionary of The English Language mencantumkan kata instruksional (dari kata instruct) dengan arti memberikan pengetahuan atau informasi khusus dengan maksud melatih berbagai bidang khusus, memberikan keahlian atau pengetahuan dalam berbagai bidang seni atau spesialisasi


(42)

tertentu. Dan dapat bermakna lain yang berkaitan dengan komando atau perintah.

Pengajar (komunikator) dan pelajar (komunikan atau sasaran) sama– sama melakukan interaksi psikologis yang nanti diterapkan bisa berdampak pada berubahnya pengetahuan, sikap, dan keterampilan di pihak komunikan. Proses interaksi psikologis ini berlangsung paling tidak antara dua orang dengan cara berkomunikasi. Dalam situasi formal, proses ini terjadi ketika sang komunikator berupaya mebantu terjadi proses perubahan tadi, atau proses belajar dipihak sasaran atau komunikan. Teknik atau alat untuk melaksanakan proses ini adalah komunikasi, yaitu komunikasi instruksional.(Yusuf,2010:65)

Kegiatan instruksional pada intinya juga adalah proses pembantuan agar terjadi perubahan perilaku pada pihak sasaran. Prinsip – prinsip komunikasi dalam hal ini tetap berlaku. Apaila dilihat dari luar, memang yang namanya komunikasi adalah peristiwa yang berlangsung (terjadi) manakala orang memberikan arti kepada setia perilaku orang lain, baik langsung, maupun menggunakan media. Terjadinya komunikasi memang belum menjamin adanya proses instruksional karena yang terakhir ini prosesnya sudah mulai teknis dan bertujuan, malah juga terkontrol, sebab pengadaaanya diupayakan atau disengaja.

Akan tetapi sebaliknya, kegiatan instruksional merupakan proses komunikasi, atau setidaknya peristiwa komunikasi sedang berlangsung, tetapi tidak terjadi proses instruksionalnya, dan sebagai akibatnya, proses


(43)

belajarnya pun tidak ada di dalamnya. Contoh sebaliknya ialah kuliah berjalan dengan lancar sementara mahasiswanya aktif mendengarkannya serta memerhatikannya, kemudian memahami isi perkuliahan tadi. Disini terjadi proses instruksional dan proses komunikasinya pun ada karena kuliah adalah salah satu bentuk komunikasi. (Yusuf, 2010:68-69)

2.2.3.2. Fungsi dan Manfaat Komunikasi Instruksional

Komunikasi instruksional mempunyai fungsi edkuatif, atau tepatnya mengacu pada fungsi edukatif dari fungsi komunikasi secara keseluruhan. Namun, bukan berarti fungsi – fungsi lain terabaikan, komunikasi instruksional merukan dari komunikasi secara keseluruhan. Bahkan, apabila dikaitkan dengan bidang pendidikan sekalipun, dia merupakan subset dari komunikasi secara keseluruhan.

Komunikasi instruksional ini mempunyai tujuan yang harus dilaksanakan dicapai, dalam pelaksanaan kegiatan yang mempunyai fungsi manajemen instruksional dan fungsi pengembangan instruksional. Yang pertama merupakan pengelolaan organisasi dan pengelolaan personel, sedangkan yang kedua mempunyai fungsi riset teori, desain, produk, evaluasi, seleksi logistik, pemanfaatan, penyebaran. Kesemua fungsi tersebut diarahkan kepada optimalisasi pemanfaatan komponen – komponen sumber – sumber belajar (sumber informasi edukatif) dalam rangka berupa memberhasilkan proses belajar secara tuntas.


(44)

Adapun manfaat dari komunikasi instruksional antara lain efek perubahan perilaku, yang terjadi sebagai hasil konstrulsi instruksional, bisa dikontrol atau dikenalkan dengan baik. Berhasil atau tidaknya tujuan -tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Paling tidak bisa dipantau melalui kegiatan evaluasi yang juga meruapakn fungsi perkembangan. Lebih – lebih apabila kegiatan instruksional dan media instruksional, manfaatnya akan semakin nyata.

2.2.4. Tinjauan Proses Belajar Mengajar

2.2.4.1. Makna Belajar

Beberapa teori menjelaskan mtentang belajar, aliran – aliran teori belajar sbekedar mengarahkan dan memilah jenis teori belajar mana yang menjadi pijakan melakukan kegiatan belajar. Belajar umumnya diartikan sebagai proses perubahan perilau seseorang setelah mempelajari objek (pengetahuan, sikap, atau keterampilan tertentu).

Hal ini identik dengan pandangan Good dan Brophy sebagaimana yang dikutip oleh Uno daam bukunya teori motivasi dan pengukurannya (2012), yang menyatakan bahwa :

“Belajar merupakan suatu proses atau interaksi yang dilakukan seseorang dalam memperoleh sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri.” (Uno, 2012:15)

Pendapat senada dikemukakan oleh Galloway yang menyatakan bahwa “Belajar sebagai suatu proses atau interaksi yang dilakukan seseorang yang relatif cenderung tetap sebagai akibat adanya penguatan (reinforcement)”. (Uno, 2012:15)


(45)

Dari kedua pandangan diatas terungkap bahwa belajar adalah pemerolehan pengalaman baru oleh seseorang dalam bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap, sebagai akibat dari adanya proses dalam bentuk interaksi belajar terahadap suatu objek (pengetahuan) atau melalui suatu penguatan.

2.2.4.2. Definisi Mengajar

Mengajar artinya memindahkan sebagian pengetahuan pengajar kepada murid – muridnya. Namun, arti lain telah dijelaskan oleh Sardiman A.M di dalam bukunya Interaksi dan motivasi belajar dan mengajar adalah:

“Mengajar adalah kegiatan penyediaaan kondisi yan merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar/ subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku maupun perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi”(Sardiman, 2012:3).

Usman (1994:3) mengemukakan bahwa mengajar adalah :

“Membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan terjadinya proses belajar”. Hamalik (2001:44-53) mengemukakan, mengajar dapat diartikan sebagai :

“(1) menyampaikan pengetahuan kepada siswa, (2) mewariskan kebudayaan kepada generasi muda, (3) usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa, (4) memberikan bimbingan belajar kepada murid, (5) kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik, (6) suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari”.2


(46)

Berbeda dengan pendapat Moston yang dikutip oleh Abdul Majid, beranggapan bahwa mengajar adalah :

“Serangkaian hubungan yang berkesinambungan antara guru dengan siswa, yaitu: (1) Mencoba mencapai keserasian antara apa yang diniatkan, dengan apa yang sebenarnya terjadi maksud = perbautan (intent = action), (2) masalah yang bertentangan tentang metode mengajar. (Majid, 2013:274)

2.2.4.3. Tujuan Belajar

Dalam usaha mencapai tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif. System lingkungan belajar ini sendiri terdiri atau dipengaruhi oleh berbagai komponen. Komponen –komponen system itu saling memengaruhi secara bervariasi sehingga setiap peristiwa belajar memiliki tujuannya masing – masing. Tujuan belajar itu ada tiga jenis, yaitu :

1. Untuk mendapatkan pengetahuan

2. Penanaman konsep dan keterampilan

3. Pembentukan sikap

2.2.4.4. Tipe – Tipe belajar

Dalam praktek pengajaran penggunaan suatu dasar teori untuk segala situasi merupakan tindakan kurang bijaksana. Tidak ada suatu teori belajar pun cocok untuk segala situasi. Karena masing – masing mempunyai landasan yang berbeda dan tertentu. Menurut Robert M Gagne belajar mempunyai delapan tipe. Ada hierarki dalam masing – masing tipe. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar diatasnya. Kedelapan tipe itu adalah :


(47)

a. Belajar Isyarat (Signal Learning)

Belajar isyarat mirip dengan conditioned respons atau respons bersyarat. Seperti menutup mulut dengan telunjuk, isyarat mengambil sikap tak bicara. Lambaiantangan, isyarat untuk dating mendekat, menutup mulut degngan telunjuk dan lambaian tangan adalah isyarat sedangkan diam dan datang adalah respons. Tipe belajar semacam ini dilakukan dengan merespons suatu isyarat. Jadi respons yang dilakukan itu bersifat umum, kabur dan emosional. Menurut Kimble (1961) bentuk belajar semacam ini biasanya bersifat tidak disadari, dalam arti respons diberikan secara tidak sadar,

b. Belajar Stimulus – Respons (Stimulus – Respons Learning)

Tipe belajar S-R, respons berisfat spesifik. 2 x 3 = 6 adalah bentuk hubungan S-R. Jadi belajar stimulus respons sama dengan teori asosiasi (S-R Bond). Setiap respons dapat diperkuat dengan penguatan (reinforcement).

c. Belajar Rangkaian (Chaining)

Rangkaian atau rantai dalam Chaining adalah semacam rangkaian antara berbagai S-Ryang bersifat segera. Hal ini terjadi dalam rangkaian motorik; seperti dalam mengikat tali sepatu, makan minum; atau gerakan verbal seperti ucapan selamat tinggal, bapak-ibu.

d. Asosiasi Verbal ( Verbal Assosiation)

Suatu kalimat “piramid itu berbangun limas” adalah contoh asosiasi verbal seseorang dapat menyatakan bahwa piramida berbangun limas bila


(48)

dia mengetahui berbagai bangun, seperti balok, kubus atau kerucut. Hubungan atau asosiasi verbal terbentuk bila unsur – unsurnya terdapat dalam urutan tertentu, yang satu mengikuti yang lain.

e. Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning)

Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian. Seperti membedakan beebagai bentuk wajah, binatang atau tumbuh – tumbuhan.

f. Belajar Konsep (Concept Learning)

Konsep merupakan simbol berfikir. Hal ini diperoleh dari hasil membuat tafsiran terhadap fakta atau realita dan hubungan antara berbagai fakta. Dengan konsep dapat digolongkan binatang bertulang belakang menurut ciri – cri khusus (kelas), seperti mamalia, reptilian, amphibian, burung dan ikan. Dapat pula digolongkan manusia berdasarkan ras (warna kulit) atau kebangsaan, suku bangsa atau hubungan keluarga. Kemampuan membentuk konsep ini terjadi bila orang dapat melakukan diskriminasi.

g. Belajar Aturan (Rule Kearning)

Hukum, dalil, atau rumus adalah rule (aturan). Tipe belajar ini banyak terdapat dalam semua pelajaran disekolah. Seperti : benda memuai bila dipanaskan, besar sebuah sudut segitiga sama dengan 180o.Belajar aturan

ternyata mirip dengak rangkaian verbal, terutama bila aturan itu diketahui artinya. Oleh karena itu setiap dalil atau rumus yang dipelajari harus dipahami artinya.


(49)

h. Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving Learning)

Memecahkan masalah adalah biasa dalam kehidupan. Ini memerlukan pemikiran. Upaya pemecahan masalah dapat dilakukan menghubungkan berbagai aturan yang relevan dengan masalah itu. Dalam memecahkan masalah diperlukan waktu, adakalanya disingkat adapaula lama. Juga sering kali harus dilalui berbagai langkah, seperti mengenal tiap unsur masalah itu, mencari hubungannya dengan aturan (rule) tertentu. Dalam segala langkah diperlukan pemikiran. Tampaknya pemecahan masalah terjadi dengan tiba - tiba (insight). Kesanggupan memecahkan masalah memperbesar kemampuan untuk memecahkan masalah – masalah lain. (Ali, 2008:25 – 27).

2.2.4.5. Teori Belajar

Perlunya seorang pengajar atau para pelaksana komunikasi instruksional lainnya mengetahui teori belajar ialah sebagaimana yang dinyatakan oleh Lingdren (1980) yang dikutip oleh Pawito. M Yusuf yaitu antara lain sebagai berikut:

1. Teori belajar dapat membantu pengajar (dan komunikator instruksional

lainnya) dalam memahami proses belajar yang terjadi pada manusia.

2. Melalui pemahaman teori belajar, pengajar dapat mengetahui kondisi

dan fakor yang dapat memengaruhi, memperlancar dan atau mengahambat proses belajar.


(50)

3. Teori belajar ini memungkinkan seorang pengajar dapat melakukan

prediksi yang cukup tepat mengenai hasil yang diharapkan pada suatu kegiatan belajar.

4. Teori belajar ini merupakan sumber hipotesis tentang proses belajar

yang dapat diuji kebenarannya melalui penelitian dan eksperimen sehingga hal ini dapat meningkatkan pemahaman seorang pengajar akan proses belajar mengajar yang terjadi.

5. Konsep dan prinsip serta hipotesis dalam teori belajar tersebut dapat

membantu pengajar meningkatkan penampilannya sebagai seorang pengajar atau komunikator instruksional yang efektif.

Teori – teori belajar dengan mengambil pendekatan dari teori – teori komunikasi juga banyak dipilih untuk pengayaan perspektif aplikasinya. Sebut saja misalnya teori – teori komunikasi seperti teori humanistik, behavioristik, dan lain sebagainya.

1. Teori Belajar Behavioristik

Teori ini memandang manusiasebagai produk lingkungan. Artinya, segala perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian - kejadian di dalam lingkungan sekitarnya. Behaviorisme mengungkapkan bahwa perilaku manusia itu banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Segala perilaku manusia itu banayak dipengaruhi oleh lingkungan. Belajar selanjutnya dokatakan sebagai proses perubahan perilaku berdasarkan paradigm S-R (stimulus – respon), yaitu suatu proses pemberian respon tertentu kepada stimulus yang datang dari luar.


(51)

Proses belajar dengan rumus S-R bisa berjalan dengan syarat adanya unsur seperti dorongan (drive), rangsangan (stimulus), respon, dan penguatan. Unsur yang pertama adalah dorongan, adalah suatu keinginan dalam diri seseorang untuk memenuhi suatu kebutuhan yang sedang dirasakannya.

Seorang anak merasakan adanya kebutuhan yang sedang dirasakannya. Seorang anak merasakan adanya kebutuhan akan bahan bacaan ringan untuk mengisi waktu senggangnya, maka ia terdorong untuk memenuhi kebutuhan itu.

Dalam sistem instruksional, rangsangan ini bisa terjadi pada pihak sasaran untuk bereaksi sesuai dengan keinginan komunikator, guru maupun instruktur. Proses belajar terjadi secara terus menerus apabila stimulus dan respons ini berjalan dengan lancar. Dia berproses secara rutin dan tampak seperti otomatis tanpa membicarakan hal – hal yang terjadi selama berlangsungnya proses tadi.

2. Teori Belajar Sosial dari A.Bandura

Teori belajar dari A. Bandura dengan teorinya yang dikenal dengan teori belajar sosial kata Bandura (dalam Bigge,1992), teori belajar sosial lebih menekankan kepada pentingnya pengamatan dan perilaku, sikap dan reaksi emosional seseorang dengan orang lain dalam lingkungannya. Komponen – komponen proses yang didasarkan pada belajar observasional dari Badura ini adalah :


(52)

a. Atensi, termasuk fenomena model – model dilihat dari aspek

pembedaannya, afeksinya, kompleksitasnya, nilai fungsionalnya. Selain itu, karakteristik pengamat misalnya kapasitas, seperti kapasitas penginderanya, tingkatan penonjolannya, perangkat persertualnya, dan penguatan masa lalunya.

b. Retensi, termasuk pengkodean simbol – simbol, organisasi kognisi,

detail simbol, detail gerak, dan lain-lain.

c. Reproduksi motorik, termasuk kemampuan fisik, pengamatan diri

atas reproduksi, akurasi dan umpan balik.

d. Motivasi, termasuk internal dan eksternal, juga penguatan diri.

3. Teori Belajar Kognitif

Teori ini berasal dari studi psikologi, khususnya psikologi kognitif. Dalam psikologi kognitif manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungannya sebagaimana anggapan aliran behaviorisme, tetapi ia dianggap sebagai makhluk yang berusaha memahami lingkungannya, makhluk yang selalu berpikir (homo sapiens). Istilah koginitif itu sendiri berasal dari kata lati cognoscere yang artinya mengetahui to know (Bigge 1984:171). Teori belajar kognitif ini banyak mempermasalahkan bagaimana orang memperoleh suatu pemahaman akan dirinya serta lingkungannya itu.

Teori belajar kognitif dari Burner, belajar kognitif merupajan suatu prses yang sejalan dengan perkembangan tiga tahap yang meliputi enactive,iconic,symbolic. Tahap enactive menunjukkan seorang anak secara aktif melakukan kegiatan dalam usahanya memahami lingkungannya. Perhatian anak tampak tunggal atau satu hal saja, misalnya anak asyik bermain simpul – simpul visual, namun belum


(53)

mampu menerangkan konsepnya. Sedangkan yang terakhir adalah simbolik menunjukkan seorang anak mulai menggunakan simbol – simbol yang lebih banyak daripada kedua tahap sebelumnya. Pada tahap ini seseorang telah mempunyai daya imajinasi yang tinggi, mampu menangkap simbol – simbol abstrak, dan belajarnya pun sudah menjadi prinsip yang mantap.

4. Teori Pengembangan Sosial dari L. Vygotsky

Kerangka teoritis utama dari teori pengembangan sosial L.Vygotsky bahwa faktor interaksi sosial memegang peranan yang fundamental dalam pengembangan kognisi anak. Fungsi – fungsi dari pengembangan budaya anak akan muncul dua kali, yakni pada level individual dan yang kedua ada pada level sosial. Semua fungsi tersebut pada akhirnya akan melahirkan hubungan timbal balik di antara individu. Teori ini mencoba menjelaskan kesadaran sebgai akhir dari produk sosialisasi seorang anak.

2.2.5. Tinjauan Motivasi

2.2.5.1. Definisi Motivasi

Motivasi berasl dari kata latin yaitu movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, khususnya kepada para bawahan atau pengikut. Menurut beberapa ahli psikolog, pada diri seseorang terdapat penentuan tingkah laku, yang bekerja untuk memengaruhi tingkah laku itu. Faktor penentu tersebut


(54)

adalah motivasi atau daya penggerak tingkah laku manusia. Misalnya, seseorang berkemauan keras atau kuat untuk mecapai tujuan.

Menurut Wayne F. Cascio motivasi adalah

“Suatu kekuatan yang dihasilkan dari keinginan seseorang untuk memuaskan kebutuhannya, (misalnya: rasa lapar, haus dan bermasyarakat)” (Hasibuan, 2010:95)

Seperti yang dikutip Uno, didalam buku Teori motivasi dan pengukurannya Wahosumidjo mengatakan bahwa

“Motivasi merupakan dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Pernyataan ahli tersebut, dapat diartikan bahwa yang dimaksud tujuan adalah sesuatu yang berada diluar diri manusia sehingga kegiatan manusia lebih terarah karena seseorang akan lebih bersemangat dan giat dalam berbuat sesuatu”.(Uno, 2012: 8)

Orang – orang yang mau bekerja dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan (fisik dan mental), baik itu kebutuhan yang disadari (conscious needs) maupun kebutuhan yang tidak di sadari (unconscious needs). Kebutuhan (needs) setiap orang adalah “sama” misalnya setiap orang butuh makan dan minum; tetapi keinginan (wants) dari setiap orang “tidak sama”, karena dipengaruhi selera, kebiasan, dan lingkungannya.

2.2.5.2. Fungsi Motivasi Dalam Belajar

Perlu ditegaskan bahwa motivasi bertalian dengan suatu tujuan yang berpengaruh pada aktivitas. Fungsi motivasi menurut Sardiman (2012) adalah


(55)

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni kea rah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan – perbuatan

apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan – perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. (Sardiman, 2012:85)

Disamping itu, ada fungsi – fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang mahasiswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

2.2.5.3. Teori Motivasi

Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudakan untuk memberikan uraian yang menuju pada apa


(56)

sebenarnya manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa. Landy dan Becker membuat pengelompokkan pendekatan teori motivasi ini menjadi 5 kategori, yaitu teori kebutuhan, teori penguatan, teori keadilan, teori harapan teori penetapan sasaran.

1. Teori Motivasi Abraham Maslow

Abraham Maslow mengemukakan pendapat pada dasarnya semua manusia memiliki 5 tingkatan yang berbentuk pyramid. Manusia memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkatan kebutuhan disebut dengan hierarki kebutuhan Maslow, yang dimulai dari kebutuhan biologis dasar samapai motif psikologis yang lebih kompleks yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringakt paling tidak harus terpenuhi sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.

Kebutuhan pokok tersebut dapat dijabarkan adalah sebagai berikut:

a. Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, haus dan sebagainya);

b. Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh

dari bahaya);

c. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki )berafiliasi

dengan orang lain, diterima,memiliki);

d. Kebutuhan penghargaan (berprestasi, kompetensi, dan

mendapatkan dukungan serta pengakuan);

e. Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif;

mengetahui, memahami, menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari


(57)

potensinya).

2. Teori Motivasi Herzberg

Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor tersebut adalah faktor higien (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higien memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidak puasan, termasuk didalamnya ada hubungan antara manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrensik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya penghargaan, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dan sebagainya (faktor intrinsik).

3. Faktor Motivasi Douglas Mc Greor

Teori X dan Y Mc Greor beranggapan bahwa manajer teori X memandang para pekerja sebagai pemalas yang tidak dapat diperbaiku, sedangkan teori Y memandang bekerja harus seimbang dengan istirahat dan bermain, dan bahwa orang – orang pada dasarnya cenderung untuk bekerja keras dan melakukan pekerjaan dengan baik. Teori bahwa seorang manajer itu mengayomi akan dengan jelas memengaruhi cara mereka menangani dan motivasi bawahan.

4. Faktor motivasi V- Room

Victor H. Vroom, yang dikutip dalam bukunya Abdul Madjid yang berjudul Strategi Pembelajaran menjelaskan suatu teori yang disebutnya “teori harapan”. Menurut teori ini, motivasi


(58)

merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seseorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diingankan tersebut. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkanya. Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive Theory of Motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan seseuatu yang ia yakini tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu :

a. Ekpektasi (harapan) keberhasilan terhadap suatu tugas;

b. Instrumentalis (nilai), yaitu penilaian tentang apa yang akan

terjadi jika berhasil ia dalam melakukan tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu;

c. Valensi (hasil),yaitu respons terhadap outcome seoerti persaan

positif, netral, negatuf. Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapan, sedangkan motivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan.

5. Acchievement Theory Mc Clelland

Dari Mc Clelland dikenal dengan teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi itu berbeda – beda sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestaasi. Mc Clelland menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan


(59)

manusia, yaitu:

a. Need for achievement (kebutuhan akan prestasi);

b. Need for affiliation (kebutuhan akan hubungan

sosial/hampir sama dengan social need yang dikemukakan Maslow);

c. Need for power (dorongan untuk mengatur).

6. Clayton Alderfer

Clayton Alderfer mengemukakan bahwa teori motivasi ERG yang didasarkan kepada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistance), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth). teori Alderfer dikenal sebagai teori ERG, E = eksistence (kebutuhan akan eksistensi), R = relatedness (kebutuhan untuk berhubungan edngan pihak lain), dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan).

2.2.6. Tinjauan Dosen

2.2.6.1. Definisi Dosen

Menurut uu no 14 tahun 2005 pasal 1 (satu) dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasi-kan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.3

2.2.6.2. Karakteristik Dosen


(60)

Menurut Milton Hildebrand dan Kenneth Feldman terdapat sepuluh karakter yang menggambarkan dosen ideal, karakter-karakter yang dimaksud sebagai berikut :

1. Gaya Mengajar Yang Merangsang Belajar

Dosen dapat menyajikan perkuliahan dengan cara yang menarik dan melibatkan mahasiswa dan Menggunakan humor untuk membantu mempertahankan perhatian mahasiswa.

2. Kemampuan Untuk Berkomunikasi Secara Jelas

Dosen bisa menyampaikan informasi apapun dengan cara yang jelas dan dapat difahami dan mampu merumuskan tujuan belajar dengan jelas dan memberitahukannya kepada mahasiswa

3. Menguasai Materi Kuliah Yang Dipegangnya

Dosen harus Memiliki pengetahuan yang cukup luas dan mendalam di bidang ilmu yang dikuliahkan dan Menghubungkan fakta-fakta dan konsep-konsep yang lebih penting kepada bidang studi yang berkaitan agar anak didik paham tentang mata pelajaran tersebut.

4. Siap dan Terorganisir

Dosen dapat merencanakan dengan baik kegiatan kuliah untuk satu semester, unit, minggu, sehari dan Memberikan silbaus yang berisi tujuan mata kuliah, bibliografi, tugas, laporan laboratorium, pekerjaan rumah, jadwal tes, tugas khusus, penilaian, dan pedoman.


(61)

Dosen merasa tertarik dan senang mengajar, dan menunjukkan hal itu dan Membuat belajar itu menjadi suatu pengalaman yang menyenangkan bagi mahasiswa.

6. Memiliki Kepedulian Pribadi Terhadap Mahasiswa

Dosen harus secara tulus menghormati keadaan mahasiswa dan menunjukkan sikap peduli, siap membantu serta dapat meluangkan waktu untuk anak didik yang membutuhkan bantuan

7. Ketrampilan Berinteraksi

Dosen mampu melihat kebutuhan mahasiswa dan selalu mengikuti perkembangan kemajuan setiap mahasiswa dan Secara akurat membaca dan mengomunikasikan sinyal-sinyal non-verbal.

8. Fleksibilitas, Kreativitas, Keterbukaan

Dosen bisa menggunakan berbagai ragam gaya dan metode penyajian kuliah dan dosen bisa terbuka terhadap kritik dan saran mahasiswa terhadap ide-ide, pendekatan dan metode mengajar baru

9. Memiliki Kepribadian Yang Kuat

Dosen harus memiliki integritas dan krjujuran dalam semua hubungannya dengan mahasiswa dan Mengemukakan di depan semua peraturan dan persyaratan khusus tanpa ada harapan yang disembunyikan.

10. Komitmen

Dosen bisa menunjukkan keingingan tulus mengajar sebagai poritas nomor satu.4


(62)

2.2.7.Tinjauan Mahasiswa

2.2.7.1. Definisi Mahasiswa

Definisi mahasiswa diambil dari suku kata pembentuknya. Maha dan Siswa, atau pelajar yang paling tinggi levelnya. Sebagai seorang pelajar tertinggi, tentu mahasiswa sudah terpelajar, sebab mereka tinggal menyempurnakan pembelajarannya hingga menjadi manusia terpelajar yang paripurna.5

2.2.7.2. Karakteristik Mahasiswa

1. Mahasiswa Orientasi Belajar (Study Oriented)

Tujuan utama mahasiswa ini yang penting nilai IPK(Index Prestasi Kumulatif) tinggi, tidak mau terlibat dalam organisasi atau kegiatan-kegiatan yang tidak berhubungan dengan kuliah karena menurutnya kegiatan tersebut dapat membuatnya sibuk sehingga dapat melalaikannya dari tugas kuliah dan akhirnya nilainya jatuh. Mahasiswa seperti ini biasanya sering ke perpustakaan, datang ke kampus paling awal, jarang sekali dia tidak masuk, dan kalau duduk selalu paling depan walaupun Dosen menyampaikan materi kuliah dengan membosankan (menurut mahasiswa yang lain). Dan mahasiswa seperti ini menjadi sumber terbaik saat ujian.


(63)

2. Mahasiswa Lab Oriented

Sebenarnya mahasiswa ini hampir sama dengan mahasiswa tipe pertama hanya saja mahasiswa ini lebih terbuka dengan kegiatan diluar perkuliahan, misalnya menjadi asisten lab. mahasiswa ini lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa tipe pertama Karena sebagai asisten lab berarti ia dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan. Tapi terkadang ia terlalu mementingkan lab.

3. Mahasiswa UKM Oriented

Mahasiswa tipe ini biasanya lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan UKM daripada kuliah. Bagi mahasiswa tipe ini kuliah adalah ekskul dan UKM adalah kuliah.

4. Mahasiswa Kupu-Kupu

Bagi mahasiswa ini yang penting berangkat kuliah, tandatangan absen, dan mendengarkan penjelasan dosen yang membosankan. Setelah perkuliahan selesai ya langsung pulang. Setiap hari berlangsung seperti itu. Menurutnya yang penting dia sudah menjalankan kewajibannya sebagai mahasiswa dan kewajibannya sebagai anak, yaitu rajin kuliah. Mungkin dalam hal perkuliahan di kelas mahasiswa ini termasuk mahasiswa yang pintar tapi hanyasebatas pintar di bidang akademik.


(64)

Sedangkan kemampuan lainnya kurang, misalnya dalam hal bersosialisasi dengan orang lain.6

5. Mahahsiswa Komunitas

Mahasiswa yang selalu percaya diri dengan gayanya. Tema yang sering diunggah pasti seputar komunitasnya. Bahkan ada juga mahasiswa yang bisanya nongkrong di kantin, tak tahu waktu, tempat, dan Mata Kuliahnya. Mahasiswa ini biasanya jarang masuk kelas. Hanya nongkrong, ngobrol dan jajan.

6. Mahasiswa Aktivis/Akvis Mahasiswa

Mahasiswa menganggap masalah akademisi (kampus) itu tidak sesulit masalah-masalah fenomena dan kontra sosial di masyarakat dan Pemerintahan. Maka, mereka jarang kuliah dengan alasan demonstrasi, audiensi, diskusi, rapat, kongres, dan sebagainya. Positifnya dari mahasiswa tipe ini biasanya orangnya cenderung kritis, wawasannya luas dibanding yang lain dan paham berorganisasi. Mereka selalu tampil di depan dalam hal isu-isu kekinian, keberaniannya beretorika, kemudian mampu mengkritisi kebijakan yang dinilai salah, menjadi kebanggaan tersendiri..7

2.3. Kerangka Pemikiran

6 htp://dewiitriana.blogspot.com/2010/10/karakterisik-mahasiswa.html 7 htp://www.cuapcuapkita.com/berita-279-karakterisik-mahasiswa.html


(1)

dilakukan agar mahasiswa mengetahui, dan menerima suatu paham atau keyakinan, dengan melakukan suatu perbuatan atau kegiatan dan lain sebagainya. Selanjutnya teknik komunikasi yang dilakukan adalah teknik komunikasi instruktif, teknik komunikasi ini dilakukan agar mahasiswa mengikuti suatu prosedur dan aturan-aturan tertentu, caranya dengan membuat kesepakatan aturan main dikelas pada saat proses belajar mengajar berlangsung sehingga mahasiswa dan dosen menjadi disiplin dan tanggung jawab dengan apa yang mereka telah sepakati. Selain itu memberitahukan materi yang akan disampaikan pada pertemuan selanjutnya sehingga mah asiswa mempersiapkan materi dan studi kasus untuk pertemuan selanjutnya.

c. Taktik komunikasi yang dilakukan adalah dengan tidak membuat jarak dengan mahasiswa agar mahasiswa dapat mengungkapkan pendapat mereka, mengupdate informasi, mereview materi sebelumnya,memberikan handout dan di dukung dengan menggunakan media komunikasi seperti buku – buku referensi, koran, internet, infokus dan laptop. Media dan teknologi digunakan agar mahasiswa bisa mengetahui berita yang sedang berkembang saat ini, mahasiswa lebih jelas dalam melihat materi dan lebih mudah dan tidak terlalu rumit untuk mengikuti materi perkuliahan yang sedang diajarkan, serta dapat memudahkan menuntun mahasiswa dalam mengikuti materi yang disajikan.

Pada saat observasi dilakukan peneliti menemukan beberapa keterkaitan dengan teori belajar observasional A. Bandura yaitu dimana atensi atau perhatian dari mahasiswa pada saat dosen tersebut mengajar, dimana mahasiswa akan memperhatikan dosen pada saat mengajar apabila dosen tersebut menggunakan metode komunikasi studi kasus, ceramah, dan serta ketika proses beljar mengajar tersebut berlangsung dengan tidak menegangkan,menyenangkan, suasana kelas nyaman, juga ketika dosen tersebut mengulas kembali materi di pertemuan sebelumnya, hal ini membuat mahasiswa dapat termotivasi untuk belajar lebih giat. Selanjutnya retensi yang dilakukan dosen pada proses belajar mengajar biasanya menggunakan gerakan tangan dan mimik wajah yang menyesuaikan


(2)

dengan materi yang disampaikan. Kemudian reproduksi motorik yang dimaksud yaitu kemampuan dosen UNIKOM dalam mengamati mahasiswanya pada saat mengerjakan tugas, akurasi dari hasil tugas tersebut dan umpan balik dari mahasiswa yang bisa terlihat dari kehadiran serta mendapat nilai yang bagus saat kuis.

Adapun motivasi yang diberikan oleh dosen pada saat proses belajar mengajar yaitu motivasi – motivasi yang mahasiswa dapatkan pada saat kuliah kelak akan terpakai di dunia bekerja, memberi motif untuk belajar, menentukan tujuan dan mengembangkan ambisi atau inspirasi untuk maju, selain itu dengan tidak membuat jarak antara mahasiswa dengan dosen, serta menghargai apa yang mahasiswa sampaikan, memberikan informasi mengenai materi yang akan disampaikan di pertemuan selanjutnya, sehingga membuat mahasiswa menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti proses belajar mengajar dikarenakan adanya rasa keingin tahuan akan materi belajar selanjutnya, merasa dihargai, dan mendapatkan pembelajaran yang berharga dari dosen.

IV. Simpulan

Setelah melalui proses observasi, wawancara, analisis, dan berbagai pembahasan, maka kesimpulan penelitian terhadap “Strategi Komunikasi Instruksional Dosen melalui Proses Belajar Mengajar Dalam Memotivasi Belajar Mahasiswa di UNIKOM” adalah sebagai berikut :

1. Metode Komunikasi instruksional yang digunakan Dosen UNIKOM dalam proses belajar mengajar adalah metode ceramah, diskusi perorang maupun kelompok, menggunakan gaya komunikasi yang tidak kaku, dan studi kasus pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

2. Teknik Komunikasi yang digunakan Dosen UNIKOM dalam proses belajar mengajar yaitu teknik komunikasi yang informatif, instruktif dan tidak menegangkan serta menyenangkan karena dapat membuat mahasiswa tertarik dan termotivasi untuk belajar lebih giat.


(3)

3. Taktik Komunikasi yang digunakan Dosen UNIKOM dalam proses belajar mengajar adalah mengupdate informasi, mereview materi sebelumnya, mamberikan handout, tidak membuat jarak antara mahasiswa dan dosen serta didukung dengan menggunakan media dan teknologi agar mahasiswa bisa mengetahui berita atau informasi yang sedang terjadi di kehidupan masyarakat, serta lebih jelas dalam melihat materi dan lebih memudahkan mahasiswa untuk mengikuti materi yang sedang diajarkan pada saat proses belajar mengajar berlangsung


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A.M, Sardiman. 2012. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Ardianto, Elvinaro. 2010. Metode Penelitian untuk Public Relations Kuantitatif Dan Kualitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Bungin, M Burhan. 2003. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Budyatna, Muhammad dan Ganiem Mona Leila. Teori Komunikasi Antar Pribadi. 2011. Jakarta:Kencana

Effendy, Onong, Uchjana. 2007. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Hamidi, 2010. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM press. Hasibuan,S.P,Malayu.2010.Organisasi dan Motivasi.Jakarta: Bumi Aksara.

Iriantara, Yosal dan Syaripudin Usep. 2013. Komunikasi Pendidikan. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya. Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Muhammad, Ali. 2008. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Mulyana, Deddy. 2008. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyatiningsih, Endang. 2012. Metode Penelitian Terapan. Bandung : CV Alfabeta Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. YogYakarta : LKis Yogyakarta Putra, Nusa. 2011. Penelitian Kualitatif : Proses dan Aplikasi. Jakarta : Indeks Sugiyono, 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta

Sugiyono. 2009. Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.Bandung : Alfabeta

Uno.B.Hamzah.2012.Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.


(5)

Yusuf, Pawit M. 2010. Komunikasi Instruksional. Jakarta : Bumi Aksara.

Yamin, Martinis. 2012. Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik. Jakarta : referensi. Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo,

Wrench.S.Jason, at all.2009.Communication, Affect and Learning In Classroom 3rd Edition. United States America

Sumber lainnya :

- Penelusuran Data On-Line

http://bahasa.kompasiana.com/2012/08/31/komunikasi-antar-pribadi-483316.html (Minggu/31/03/2013, 21:45)

http://kuliahonline.unikom.ac.id (Minggu/31/03/2013, 21:55)

http://kutacane-online.blogspot.com/2011/11/pengertian-guru-dosen-dan-guru-besar.html (Minggu/31/03/2013, 21:55)

http://nenu666.blogspot.com/2011/12/definisi-mahasiswa.html (Minggu/31/03/2013, 22:15)

http://sbektiistiyanto.files.wordpress.com/2008/02/penerapan-komunikasi-instruksional-di-playgroup-topkids.pdf (sabtu,13/04/13, 23:40)

http://skripsipsikologipendidikan.blogspot.com/2012/10/karakteristik-dosen-ideal.html (Minggu/07/04/2013, 22:50)

http://www.trigonalworld.com/2010/12/pengertiandefinisi-belajar-dan-mengajar.html(Senin/21/05/2013, 20:40)

http://ojiekinenjourney.blogspot.com/2012/09/teknik-teknik-komunikasi.html (Minggu/20/05/2013, 22:30)

http://www.cuapcuapkita.com/berita-279-karakteristik-mahasiswa.html (Rabu/3/7/2013,03:20)

http://dewifitriana.blogspot.com/2010/10/karakteristik-mahasiswa.html (Rabu/3/7/2013,03:30)


(6)

- Jurnal Ilmiah :

Zakiah,Kiki dan Umar,Muthiah. 2005. Komunikasi Instruksional Dalam Proses Pembelajaran Mahasiswa. UNISBA

Skripsi

1. Hartanti, Budi, Stefani.2012. Komunikasi Instruksional Pada Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) “Anak-Anak Ceria” Bandung (Studi Deskriptif Mengenai Komunikasi Instruksional Melalui Permainan Edukatif Logico Primo Pada Paud“Anak-Anak Ceria” Bandung).Fisip Unikom

2. Riyandhy, Dicky, Rizky.2011. Strategi Komunikasi Guru Smp Negeri 1 Margaasih Bandung Melalui Program Ednik (Edukasi Elektronik) Dalam Menigkatkan Motivasi Belajar Siswanya. Fisip Unikom


Dokumen yang terkait

Strategi Komunikasi Antarpersonal Guru Kepada Muridnya Di SMAN 23 Bandung Dalam Proses Belajar Mengajar Di Kelas (Studi Deskriptif Tentang Strategi Komunikasi Guru Kepada Muridnya Dalam Proses Belajar Mengajar)

1 9 1

Rancangan Instruksional : Upaya Meningkatkan Efektifitas Proses Belajar Mengajar

0 4 7

Pengaruh Proses Belajar Mengajar dalam Perspektif Komunikasi terhadap Kepuasan Komunikasi Mahasiswa Fisip USU (Studi Korelasi tentang Pengaruh Proses Belajar Mengajar dalam Perspektif Komunikasi Terhadap Kepuasan Komunikasi Mahasiswa Fisip USU)

0 4 87

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR DOSEN DAN POLA BELAJAR TERHADAP KEAKTIFAN MAHASISWA DALAM PROSES Persepsi Mahasiswa Tentang Keterampilan Mengajar Dosen Dan Pola Belajar Terhadap Keaktifan Mahasiswa Dalam Proses Pembelajaran Sistem Akunta

0 2 17

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR DOSEN DAN POLA BELAJAR TERHADAP KEAKTIFAN MAHASISWA DALAM PROSES Persepsi Mahasiswa Tentang Keterampilan Mengajar Dosen Dan Pola Belajar Terhadap Keaktifan Mahasiswa Dalam Proses Pembelajaran Sistem Akunta

0 4 18

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KETRAMPILAN MENGAJAR DOSEN DAN KOMUNIKASI ANTARA DOSEN Pengaruh Persepsi Mahasiswa Tentang Ketrampilan Mengajar Dosen Dan Komunikasi Antara Dosen Dengan Mahasiswa Terhadap Motivasi Belajar Statistika Perusahaan 1.

0 2 15

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KETRAMPILAN MENGAJAR DOSEN DAN KOMUNIKASI ANTARA DOSEN Pengaruh Persepsi Mahasiswa Tentang Ketrampilan Mengajar Dosen Dan Komunikasi Antara Dosen Dengan Mahasiswa Terhadap Motivasi Belajar Statistika Perusahaan 1.

0 3 20

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA ATAS KETERAMPILAN MENGAJAR DOSEN DAN KOMUNIKASI ANTARA DOSEN DAN PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA ATAS KETERAMPILAN MENGAJAR DOSEN DAN KOMUNIKASI ANTARA DOSEN DAN MAHASISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PROGDI PENDIDIKAN AKUN

0 0 17

EFEKTIVITAS PROSES BELAJAR MENGAJAR DOSEN PEREMPUAN TERHADAP ATRAKSI MEREKA PADA MAHASISWA DI UNIKOM BANDUNG

0 0 17

Komunikasi Instruksional dalam Proses Pembelajaran Mahasiswa

0 0 14