.3 Penutur Laki-laki kepada Petutur Perempuan

12 Pada per cakapan di atas, penutur pembeli t idak menyebut sapaan untuk petutur , ini mer upakan ci ri zer o atau nol . Meskipun tidak digunakan kata sapaan apapun, namun petutur pedagang menger ti bahwa tuturan petutur ditujukan kepadanya, ter utama dengan tutur an-tutur an seper ti “Sabar aha r ambut an?”, “Moal ah… ”, dan seter usnya. Petutur, yaitu pedagang buah, menggunakan sapaan Neng untuk memanggil pembelinya. Seper ti telah di jelaskan pada anali si s data 1, sapaan Neng di gunakan untuk memanggil per empuan yang r elatif masih muda, di batas usi a r emaja. Respons pet utur dengan memanggi l penutur dengan sapaan Neng memper lihatkan bahwa faktor usia si pembeli yang berper an dal am per i sti wa tutur ini. Petutur menganggap penutur lebih muda darinya dar i segi usia dan penampil an.

3.2 .3 Penutur Laki-laki kepada Petutur Perempuan

Peneliti menemukan 3 data per cakapan yang r elevan dengan klasifi kasi i ni. Data 5 Lokasi : di depan pasar Penutur : pedagang asongan Petutur : pedagang jamu gendong Si tuasi tutur : Di depan pasar ber kumpul empat or ang pedagang asongan yang sedang ber istir ahat. Di depan mer eka lewat seor ang pedagang jamu gendong. Asongan : Kamana? Jamu : Biasa we, ngur i ling. Asongan : Ais atuh, Ceu, bisi mar ur agan Jamu : Murag? Moal. Asongan : Kadieu heula, Ceu, Asep r ek ngajamu yeuh… Ah, si Euceu meni tambah cantik ajah… Jamu : Siah, ka kolot teh… Naon? Naksir ? Jamu naon? Asongan : Naksir anakna we, Ceu. Jamu : Siah, teu beunang ku aing mah… Data 5 memunculkan beber apa var iasi sapaan bar u yang belum muncul pada data anali si s sebelumnya. Penutur pedagang asongan menyapa pedagang j amu gendong dengan sapaan Ceu Euceu. Di dalam bahasa Sunda, sapaan ini ter masuk ke dal am i sti lah keker abatan yang di gunakan untuk menyapa per empuan yang l ebih tua, biasanya kakak atau kakak sepupu. Sebetulnya sapaan ini adalah var i asi dar i sapaan Tet eh yang tel ah dibahas sebel umnya. Sapaan Ceu Euceu yang di gunakan 13 oleh penutur menggambar kan bahwa petutur dianggap lebih tua oleh penutur dan patut dihor mati . Hal ini juga ditunjukkan dengan penyebutan nama atau nomina Asep oleh penutur yang mengacu pada dir inya sendir i. Meski pun penutur menggunakan sapaan Ceu kepada petutur , di dalam per cakapan tampak bahwa pembicar aan ter jadi antar a dua or ang yang sudah sal ing mengenal sebelumnya. Hal ini terbukti dengan tuturan ”Naksir anakna we, Ceu” yang di ujar kan oleh penutur, yang menj elaskan bahwa penutur mengetahui bahwa petutur memliki seor ang anak per empuan. Selain itu, tuturan ”Bi asa we, ngur il ing” yang diujar kan oleh petutur menjelaskan bahwa antar a penutur dan petutur sudah sali ng mengenal kebiasaan petutur yai tu ber kelil ing menjajakan jamunya. Sapaan Siah yang digunakan oleh petutur untuk menyapa penutur mer upakan kata ganti pr onomi na yang setar a dengan kamu dalam bahasa Indonesia. Sapaan Siah ini ter masuk ke dal am r egi ster fami liar bahkan cender ung kasar . Respons pet utur yang menggunakan sapaan Siah mencer minkan tingkat keakr aban antar a penutur -petutur. Ini juga menunjukkan bahwa penutur pedagang asongan ber usia lebi h muda dar ipada petutur. Data 6 Lokasi : di sebuah war ung kaki li ma Penutur : pembel i, suku Jawa Petutur : pedagang gor engan Si tuasi t utur : Ibu-ibu penjual gor engan sedang menggor eng dagangannya. Beberapa or ang ter lihat menikmati gor engan yang ada di sana. Di meja ter dapat ber bagai gor engan, seper ti pi sang gor eng, bal a-bal a, tahu isi, ci r eng, comr o. Seor ang pembel i yang sejak tadi memer hati kan ibu yang menggor eng ber tanya. Pembeli : Yang ini apa namanya, Bu? Penjual : Comr o, Jang Pembeli : Comr o ini dibuat dar i apa ya? Penjual : Sampeu, itu lho ubi pohon, t er us di dalamnya aya oncom geus dibumbuan pedes. Pembeli : Lha, gimana masukkan oncomnya? Penjual : Ya, sebelum digor eng, masi h basah gini di asupkeun oncomna, ter us dibuleudkeun, gini, baru digor eng, cobi we, enak lho, sama teh mani s haneut. 14 Per cakapan ini memunculkan dua sapaan yang ber beda jenisnya: Bu Ibu ter masuk ke dalam jenis sapaan i sti lah keker abat an, sedangkan Jang Ujang ter masuk jenis nominal yang biasanya di gunakan untuk menyebut laki-laki muda usia r emaja. Respons petutur di sini sangat menar ik untuk dianalisis. Faktor usia jelas sekal i per anannya. Petutur pedagang gor engan menganggap penutur pembeli masih tergolong usia r emaja, hal ini mungkin saja benar . Namun, hal yang menar ik adalah ketika respons ini dihubungkan dengan latar etns penutur yang kebetulan ber dar ah Jawa. Sapaan Jang tentu saja tidak tepat, kar ena pada umumnya panggilan untuk or ang yang ber asal dar i suku Jawa adalah Mas.

3.2 .4 Penutur Laki-laki kepada Petutur Laki-laki