.2 Penutur Perempuan k epada Petutur Laki-lak i

10 Pegawai : Teu aya oge… Pemil ik : Kamar i kan geus datang bar angna, naha euweuh? Pegawai : Sigana mah dicandak ka Bandung, Ni. Data 2 menunjukkan var iasi sapaan yang berbeda dar i data sebelumnya. Penutur, dalam hal ini pemilik toko, memanggi l pegawainya dengan sapaan Ai. Ai pada awal nya mengacu pada kata r ayi yang ar tinya adik. Namun ki ni Ai seri ngkali digunakan sebagai nama khas per empuan Sunda. Ada dua kemungkinan dalam sapaan Ai dalam per cakapan ini, per tama bahwa pegawai toko ter sebut ber nama Ai, kedua bahwa pemil ik toko menganggap si pegawai seper ti adiknya sendir i sehingga disapa Ai. Dengan demikian, peneli ti dapat menggolongkan sapaan ter sebut ke dalam poin 2 dar i jenis sapaan menur ut Kr idalaksana, yaitu nama dir i, at au ke dalam poin 3, yai tu istilah keker abatan. Di lain pihak, pegawai toko memanggil pemili k toko dengan sapaan Uni. Sapaan Uni adalah sapaan khas suku Padang yang ar t inya adalah ‘kakak per empuan’. Seper ti hal nya sapaan Mbak dalam bahasa Jawa, sapaan Uni pada awalnya khusus digunakan di dal am keluar ga untuk or ang-or ang yang ber kerabat. Kini, sapaan Uni lebih bebas digunakan untuk menyapa per empuan yang berdarah Padang, meskipun tidak memil iki hubungan keker abatan. Anali si s r espons petutur pada per cakapan ini dil akukan dengan memper hatikan faktor usia dan st atus penutur -petutur. Pegawai toko yang ber suku Sunda memanggil pemi lik toko yang ber suku Padang dengan sapaan Uni. Uni atau kakak perempuan digunakan oleh petutur pegawai t oko dengan alasan bahwa pemilik toko ber usia l ebih tua dar inya dan stat usnya sebagai pemi lik toko har us mendapat penghormatan. Jadi, sapaan Uni yang sehar usnya mer upakan istilah keker abatan bergeser fungsinya.

3.2 .2 Penutur Perempuan k epada Petutur Laki-lak i

Data per cakapan yang didapat dengan kr iter ia ini ber jumlah 2 buah. Data 3 Lokasi : di sebuah l apak buah-buahan Penutur : pembel i Petutur : pedagang buah Si tuasi tutur : Seor ang per empuan membeli dukuh kemudian meminta kembalian kepada pedagangnya. 11 Pembeli : Sabar aha sadayana teh? Pedagang : Lima belas r ebu, T eh. Pembeli : Ieu... angsul an. Pedagang : Duh, T eh… teu gaduh ar tos alit? Teu acan ngalar isan i eu teh. Pembeli : Teu aya deui da, Mang. Pedagang : Sakedap nya, T eh, ur ang r ir onkeun heula. Pada data 3, penutur pembel i memanggil petutur dengan sapaan Mang Emang. Sapaan i ni ter masuk ke dal am istil ah keker abatan dalam bahasa Sunda, yaitu sapaan untuk adi k bapak atau ibu. Namun, sapaan ini juga ser ingkali digunakan oleh masyar akat Sunda untuk memanggi l par a pedagang bar ang maupun jasa. Pada per cakapan ini, penutur menyebut Mang dengan maksud memanggil pedagang buah sebagaimana biasa pedagang lainnya disapa oleh masyar akat Sunda. Petutur menyapa penutur dengan sapaan Teh Teteh. Sapaan ini pun ter masuk ke dalam istilah keker abatan dalam bahasa Sunda. Sapaan Tet eh digunakan untuk memanggil kakak per empuan. Tet eh dalam masyar akat Sunda mengalami per luasan makna sehingga kini digunakan bukan hanya untuk menyapa kakak perempuan, tetapi juga untuk menyapa per empuan pada umumnya yang ber usia dewasa sekitar 20-30 tahun. Respons pedagang buah sebagai petutur dal am percakapan di atas menyapa penutur dengan sapaan Tet eh mungkin di sebabkan penampilan penutur sebagai pembeli buah tampak seper ti per empuan dewasa, dalam hal i ni tidak tampak seper ti ibu-ibu pada umumnya. Faktor usia ber per an di si ni. Oleh sebab itu petutur ti dak menyebut dengan sapaan Ibu at aupun Neng. Data 4 Lokasi : di sebuah l apak buah-buahan Penutur : pembel i Petutur : pedagang buah Si tuasi tutur : Seor ang per empuan hendak membeli r ambutan. Setelah di ci ci pi buah r ambutan itu r asanya masam sehingga ia ti dak jadi membeli. Pembeli : Sabar aha r ambutan? Pedagang : Sapuluh r ebu tilu iket, Neng. sok cobian ar amis geur a, Neng. Pembeli : mencicipi r ambutan Haseum ah r ambutanna ge… Pedagang : Ah pir aku, Neng, sakitu amis? Bade sabar aha kilo, Neng? Pembeli : Moal ah, sugan teh ami s. Pedagang : Cobian deui nu pal ih dieu geur a yeuh... amis ieu mah. Pembeli : Moal ah... 12 Pada per cakapan di atas, penutur pembeli t idak menyebut sapaan untuk petutur , ini mer upakan ci ri zer o atau nol . Meskipun tidak digunakan kata sapaan apapun, namun petutur pedagang menger ti bahwa tuturan petutur ditujukan kepadanya, ter utama dengan tutur an-tutur an seper ti “Sabar aha r ambut an?”, “Moal ah… ”, dan seter usnya. Petutur, yaitu pedagang buah, menggunakan sapaan Neng untuk memanggil pembelinya. Seper ti telah di jelaskan pada anali si s data 1, sapaan Neng di gunakan untuk memanggil per empuan yang r elatif masih muda, di batas usi a r emaja. Respons pet utur dengan memanggi l penutur dengan sapaan Neng memper lihatkan bahwa faktor usia si pembeli yang berper an dal am per i sti wa tutur ini. Petutur menganggap penutur lebih muda darinya dar i segi usia dan penampil an.

3.2 .3 Penutur Laki-laki kepada Petutur Perempuan