5
BAB II LANDASAN TEORI
Ker agaman bahasa yang mencer minkan ker agaman masyar akat dapat ter l ihat pada salah satu segi bahasa yang dinamakan t ut ur sapa. Semua bahasa
mempunyai apa yang disebut sist em t ut ur sapa, yakni si stem yang memper tautkan seper angkat kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang di pakai untuk menyebut dan
memanggil par a pel aku dalam suatu per isti wa bahasa Kr idal aksana 1982:14. Dalam penel itian i ni, par a pelaku per istiwa bahasa adal ah pedagang, pembeli, dan
per tutur annya.
2.1 Sistem Sapaan
Si st em sapaan yang digunakan di dalam masyar akat ber lainan ter gantung pada budaya l okal . Istilah ini dikenal dengan addr ess t er ms. Beber apa bangsa ada
yang menggunakan gelar t it le – T, nama depan fir st name – FN, nama belakang atau nama keluar ga l ast name – LN, nama akr ab nickname, kombinasi beber apa
unsur tadi, atau bahkan tanpa istilah apapun. Ber bagai ti ngkatan sapaan dal am bahasa Inggr is menurut penelitian Br own
dan For d adal ah sebagai ber ikut: 1.
TLN FN asimetris menggambar kan kekuasaan yang tidak seimbang.
2. TLN simetr is menggambar kan ketidaksei mbangan dan ketidakakr aban.
3. FN simetris menggambar kan per samaan der ajat dan keakr aban.
4. TLN simetr is berubah menjadi FN dimulai oleh or ang yang lebih ber kuasa
dalam suatu hubungan. 5.
T seper ti sebutan Pr ofesor , Dokter , menggambar kan tingkatan pekerjaan
yang meni adakan hubungan pribadi. TLN lebih akr ab dar ipada T. 6.
FNLN merupakan per nyataan kekuasaan terhadap l awan bicar a. FNLN
mengur angi keakr aban dar i FN. 7.
FN dengan diminutif digunakan dalam hubungan yang sangat akr ab.
8. Sebutan sayang pet name seper ti Honey digunakan dalam hubungan yang
lebih akr ab lagi. Dalam lingkungan manapun, ketika seseor ang dihadapkan pada str uktur
hir ar ki s, ada sapaan-sapaan ter tentu yang har us dipahami. Setiap or ang yang ber ada
6 di bagi an bawah hir ar ki akan mengur angi per bedaan status dar i or ang yang ber ada
di atas, namun sebaliknya or ang yang ber ada di bagian atas hi rar ki akan tetap memper besar per bedaan itu. Setiap anggota kelompok hi rar ki menggunakan istilah
sapaan tertentu, misalnya kelompok di bagian bawah hir ar ki l ebih menyukai istilah- istilah yang menunjukkan keakraban, sedangkan kelompok atas memi lih
menggunakan istilah-i sti lah for mal . Dar i hasil-hasil penelitian mengenai istilah sapaan ini, Robinson mengajukan
hipotesis bahwa istilah-i st ilah tersebut selalu ber hubungan dengan status sosi al seseor ang, tingkat keakr aban, istilah yang ber ti ngkat, dan str uktur sosi al
masyar akat Wardhaugh 2006:260-83. Dalam bahasa Indonesi a ter dapat sembilan jenis kata sapaan, yaitu:
1.
Kata ganti, seper ti aku, engkau, kamu, ia, kami, kit a, mer eka, beliau, dsb.
2. Nama diri, nama orang yang dipakai untuk semua pel aku.
3. Istilah kekerabatan, seper ti bapak, ibu, saudar a, paman, adik, dsb. Sebagai
kata sapaan i stilah keker abatan tidak hanya dipakai ter batas di antar a or ang-or ang ber ker abat, tetapi juga dengan or ang lain.
4. Gelar dan pangkat, seper ti dokt er , sust er , gur u, kol onel, jender al, dll.
5. Bentuk pe + V er bal atau k ata pelaku, seper ti pembaca, pendengar ,
penont on, penumpang, dll.
6. Bentuk Nominal + ku, seper ti Tuhanku, kekasihku, Mir aku, bangsaku, dsb.
7. Kata-kata deiksis atau penunjuk, yaitu sini, sit u, ini .
8. Nominal kata benda atau yang dibendakan lain, seper ti t uan, nyonya,
nona, encik, Yang Mulia, dsb.
9. Ciri zer o atau nol, misal nya or ang yang ber kata: “Mau ke mana?” – kata
sapaan ‘saudar a’ itu tidak disebut tetapi dimenger ti or ang. Tiadanya suatu bentuk, tetapi maknanya ada i t u disebut cir i zer o Kr idal aksana 1982:14-15.
2.2 Batasan Penelitian