Perhitungan Tingkat Implementasi Program K3 Warna Hijau Warna Kuning Warna Merah

2.3. Perhitungan Tingkat Implementasi Program K3

Suatu pencapaian tingkat implementasi dinyatakan dalam 3 kategori yaitu: kategori merah, kategori kuning, kategori hijau. Dimana penentuan kategori pencapaian tingkat implementasi ini merujuk pada konsep Traffic Light System dalam pengukuran suatu kinerja. Traffic Light System menunjukkan apakah score dari suatu indikator kinerja memerlukan suatu perbaikan atau tidak. Sedangkan kisaran nilai indikator kinerja untuk kategori merah, kuning, dan hijau mengacu pada peraturan Mentri Tenaga Kerja Nomor: PER.05MEN1996. Indikator dari Traffic Light System ini di representasikan dengan beberapa warna sebagai berikut :

a. Warna Hijau

Achievement dari suatu indikator kinerja sudah tercapai. Kisaran nilai indikator suatu kinerja untuk kategori ini adalah 85-100.

b. Warna Kuning

Achievement dari suatu indikator kinerja belum tercapai, meskipun suatu nilainya sudah mendakati target. Jadi pihak manajemen harus berhati-hati dengan adanya suatu kemungkinan. Suatu kisaran nilai indikator kinerja untuk kategori ini adalah 60-84 .

c. Warna Merah

Achievement dari suatu indikator benar-benar dibawah terget yang telah ditentukan dan masih memerlukan perbaikan dengan segera. Maka nilai kisaran indikator ini adalah 0-59. Perhitungan tingkat implementasi dimulai dengan menghitung rata-rata tiap responden, kemudian menghitung rata-rata nilai tiap kategori pada checklist program. Selanjutnya nilai rata-rata tersebut dinormalkan dengan rumus normalisasi De Boer sebagai berikut : Achivement kategori penilaian = 100 min min x imum skala maksimum skala imum skala aktual nilai   pencapaian tingkat implementasi K3 : Implementasi K3 = Σ Achivement kategori penilaian Σ Implentasi K3 indikator keberhasilan program K3 yang dapat dikategorikan dalam tiga kelompok seperti ditunjukkan dalam tabel 2.1. Tabel 2.1. kategori kecelakaan kerja Kategori Parameter penilaian Keterangan Hijau Kuning Merah Terjadi kecelakaan ringan injuries Terjadi kecelakaan sedang illnesses Terjadi kecelakaan berat fatalities Luka ringan atau sakit ringan tidak kehilangan hari kerja Sakit dengan perawatan intensif kehilangan hari kerja Meninggal cacat seumur hidup tidak mampu kerja Tabel 2.2. Tabel Tingkat Implementasi K3 Kategori Pencapaian Tingkat Pencapaian Keterangan Hijau 85 - 100 Suatu indikator kinerja yang menunjukan tingkat implementasi dari program K3 telah mencapai target dan berhak mendapat bendera emas sesuai PER.05MEN1996. Kuning 60 - 84 Suatu indikator kinerja yang menunjukan tingkat implementasi dari program K3 telah mendakati target dan berhak mendapat bendera perak sesuai PER.05MEN1996. Merah 0 - 59 Suatu indikator kinerja yang menunjukan telah terjadi pelanggaran peraturan perundangan dan dikenai tindakan hukum sesuai PER.05MEN1996. Penentuan level tingkat implementasi program K3 dilakukan dengan memetakan tingkat implementasi dan tingkat kecelakaan kerja ke dalam tabel tingkat implementasi kecelakaan. Tabel tersebut memetakan pengukuran dalam 6 level implementasi, level 1 menunjukkan tingkat tertinggi dan level 6 merupakan level terendah. Tabel 2.3. tabel tingkat implementasi-kecelakaan Level 1 Aman nyaman Level 2 Cukup aman Level 4 Rawan Level 2 Cukup aman Level 3 Hati-hati Level 5 Berbahaya Level 4 Rawan Level 5 Berbahaya Level 6 Sangat berbahaya Sumber : Peraturan Mentri Tenaga Kerja Nomer : PER.05Men1996 Asfahl 1999 menyatakan bahwa tidak tersedianya data kuantitatif untuk mendukung analisis cost – benefit menyisakan permasalahan baru bagi manajer keselamatan dan kesehatan kerja, komite keselamatan atau pihak lain yang bertanggung jawab untuk membuat keputusan berkaitan dengan perbaikan keselamatan dan kesehatan kerja. Beberapa daftar rangking atau skala dibutuhkan untuk membedakan antara Hazards yang serius dan Hazards yang kecil minor sehingga keputusan rasional bisa dibuat untuk mengeliminasi 4 kategori Hazards atau pelanggaran standar sebagai berikut: a. imminent danger Bahaya yang sangat dekat b. Serious violations Pelanggaran serius c. Nonserious violations Pelanggaran yang tidak serius d. De minimus violations Bahaya yang sangat dekat “imminent dange” adalah situasi dimana kematian atau kecelakaan fisik yang serius bisa terjadi secara tiba-tiba. Masalah waktu merupakan hal yang penting essenc pada situasi seperti ini dan prosedur menghindari kecelakaan yang baku sudah sangat terlambat melindungi pekerja. Menurut standar OSHA, pemilik usaha harus memindahkan pekerja dari lokasi kerja yang berada dalam situasi imminent tersebut sesegera mungkin. Sebaliknya “De minimus violations” merupakan pelanggaran teknis yang tidak memberi beban terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, biasanya kondisi seperti ini tidak menyebabkan pemberian sangsi. Memang harus disadari, sangatlah sulit untuk menyusun kategori bahaya secara tegas clear cut categories pada setiap lokasi kerja, tetapi agaknya akan lebih realistis apabila disusun beberapa tipe rangking subjektif untuk Hazards di tempat kerja. Asfahl 1999, membuat sebuah skala dari 1 sampai 10, dimana “10” dikategorikan sebagai Hazards yang paling tidak signifikan atau bahaya paling kecil. Banyak pakar yang tidak sependapat dengan skala tersebut, sehingga kritikan tajam sering dialamatkan pada konsep tersebut, namun sampai akhir tahun 2003, skala tersebut masih sering dipakai. Memang tidak dapat dipungkiri lagi, skala seperti itu masih sangat diperlukan dalam upaya menekan resiko atau ancaman bahaya, dengan harapan bahwa skala tersebut dapat membedakan antara ancaman bahaya yang sangat serius dengan kodisi kerja yang relatif aman. Safety Manajer dapat membuat keputusan yang rasional dalam mengeliminasi bahaya berdasarkan pada kondisi yang paling buruk. Pada tabel 2.4. mendeskripsikan secara subjektif setiap 10 level Hazards. Definisi tersebut ditentukan berdasarkan 4 tipe Hazards : fatal menyebabkan kematian, Hazards yang berkaitan dengan kesehatan, Hazards dari kebisingan industri, dan Hazards yang berkaitan dengan keselamatan atau kecelakaan. Gambaran yang sangat jelas adalah sangat sulit diberikan, dan tidak diragukan lagi beberapa pembaca akan tidak setuju dengan definisi masing-masing kategori. Kritik terhadap skala ini akan merefleksikan kurang akuratnya definisi tersebut juga biasanya kritik itu sendiri. Seorang ahli akustik, sebagai contoh mungkin ingin memberikan titik berat yang tinggi pada Hazards kebisingan yang berlebihan. Spesialis yang lainya mungkin akan menitikberatkan pada area yang lainnya. Tabel 2.4. Deskripsi Kategori Skala 10 poin untuk Hazards ditempat kerja Skala Deskripsi 1 Kesalahan pelanggaran teknis dan tidak ditemukan bahaya yang mengancam keselamatan dan kesehatan kerja 2 Tidak ada bahaya yang fatal bahkan kecelakaan sulit dibayangkan untuk terjadi Even minor injuries unlikely 3 Bahaya yang fatal belum ada, resiko kecelakaan kecil bisa terjadi tetapi kecelakaan serius sangat sulit untuk dibayangkan bisa terjadi 4 Bahaya yang fatal sangat kecil, biasanya terjadi ganguan pendengaran bila pekerja tanpa pelindung telinga. Kecelakaan kecil bisa terjadi seperti abrasi, tetapi kecelakaan serius masih kecil. 5 Bahaya yang fatal kecil, tetapi resiko jangka panjang bisa terjadi, kerusakan pendengaran secara permanen bila tanpa alat proteksi misal 8 jam terpapar pada 95-100 dBA. Bahaya serius mungkin tidak terjadi 6 Bahaya yang fatal kecil, kerusakan pendengeran tanpa proteksi karena terpapar 8 jam pada 100-105 dBA. Bisa terjadi kecelakaan serius Skala Deskripsi 7 Bahaya fatal mungkin tidak terjadi tetapi harus diwaspadai. Kerusakan pendengeran secara permanen bila tanpa proteksi karena terpapar 105 dBA. Kecelakaan serius mudah terjadi. 8 Kecelakaan fatal mungkin terjadi setiap saat, proteksi keselamatan kerja merupakan keharusan agar pekerja tidak sakit. Kecelakaan serius sangat mudah terjadi, amputasi pernah dialami oleh pekerja dimasa lalu 9 Sama dengan skala no 8, dan kondisinya lebih beresiko pada operasi normal. Perlu dipersiapkan operasi penyelamatan oleh pekerja yang dilengkapi dengan alat-alat penyelamat PPE 10 Kecelakaan fatal sangat dekat imminent, resiko kematian sangat besar, beberapa pekerja dalam kondisi seperti ini pernah tewas atau sekarat dimasa Satu kriteria penting yang diabaikan dari skala diatas adalah biaya penyesuaian atau biaya untuk memperbaiki suatu Hazards. Biaya adalah kriteria yang sama sekali berbeda dan hampir independen dari level Hazards. Sehingga, bisa saja biaya untuk memperbaiki Hazards kategori 2 dan kategori 9 sama besarnya atau bahkan lebih besar. Biaya adalah sebuah kriteria yang penting dalam algoritma pengambilan keputusan tapi diabaikan dari definisi skala diatas untuk memungkinkan rangking prioritas Hazards yang jelas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa 10 poin skala Hazards diatas mempunyai 2 kelemahan, yaitu menimbulkan definisi yang bisa dan berbeda-beda bagi setiap pengambil keputusan karena dipengaruhi oleh keahlian atau spesialis ilmu yang dimiliki. Kelemahan yang kedua adalah skala tersebut mengabaikan biaya penyesuaian atau biaya untuk memperbaiki suatu Hazards. Oleh karena itu pendekatan Risk Assessment dipilih dalam penelitian ini untuk merangking Hazards karena dapat mengatasi kedua kelemahan tersebut.

2.4. Risk Assessment