BAB VI HUKUM KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL

(1)

BAB VI

HUKUM KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL

Dalam bab ini ada dua aspek penting yang akan dikemukakan. Pertama, kerjasama ekonomi yang diutamakan membahas pengertian hukum ekonomi internasional, prinsip-prinsip hukum ekonomi internasional, sumber hukum ekonomi internasional, dan penyelesaian sengketa ekonomi internasional. Selain itu, negara-negara pendonor terhadap negara-negara berkembang. Kedua, hukum lingkungan internasional terdiri dari obyek sejarah serta pengaturan kerjasama negara-negara dalam mencegah polusi di darat dan laut serta larangan sampah nuklir.

Adapun maksud dan tujuan dari bab ini selain agar mahasiswa memahami teori-teori dan norma hukum internasional, juga diharapkan mahasiswa memahami tentang institusi-institusi ekonomi internasional. Juga diharapkan mampu memperluas cakrawala hubungan antara implikasi ekonomi internasional, khususnya pasar global dengan dampak negatif yang terjadi di berbagai negara terhadap lingkungan, pencemarannya dan upaya-upaya pencegahannya.

6.1. Definisi Hukum Ekonomi Internasional (HEI)

Didalam perkembangannya, para sarjana hukum ekonomi internasional hingga saat ini, belum menemukan kesepakatan mengenai batasan ataupun pengertian mengenai bidang hukum ekonomi internasional. Hal ini bukan saja disebabkan dari perumusan definisi yang berbeda, tetapi juga perbedaan ruang lingkup maupun subjek hukum ekonomi internasionalnya.

Erler menggunakan dua pendekatan dalam merumuskan definisi tentang hukum ekonomi internasional, satu berdasarkan asal hukum atau


(2)

norma dan kedua didasarkan pada objek hukumnya.156 Menurut Gerhard Loibl, ada lima

aspek penting yang dibahas dalam hukum ekonomi internasional (HEI). Pertama, hukum keuangan internasional, terdiri dari Dana Bantuan Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia (World Bank), dan Bank Pembangunan Regional (Regional Development Bank). Kedua, perdagangan internasional terdiri atas instrumen hukum Perjanjian Umum tentang Tarif dan Perdagangan (General Agreement on Tariffs and Trade), Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization), dan Perjanjian Komoditas Internasional (International Commodity Agreements). Ketiga, hukum investor internasional, terdiri dari perjanjian investasi kedua negara. Pentingnya perjanjian investasi multilateral, asuransi investasi dan agensi jaminan investasi, serta penyelesaian sengketa investasi. Terakhir, perjanjian integrasi ekonomi regional (Regional Economic Integration Agreements).157

Pendekatan menurut objek hukum ekonomi internasional lebih mencerminkan secara komprehensif definisi hukum ekonomi internasional. Hukum ekonomi internasional merupakan suatu bidang hukum yang mencakup semua aspek hukum meliputi hukum perdata, hukum publik yang menyangkut hubungan ekonomi transnasional dan hukum internasional publik. Bukan tanpa alasan jika ekonomi pada perkembangannya menjadi bagian ilmu hukum publik. John H. Jackson, mendefinisikan hukum ekonomi internasional secara spesifik dan terbatas. “International economic law could be defined as including all legal subjects which have both an international and an economic component.” (hukum ekonomi internasional adalah semua subjek hukum yang memiliki unsur internasional dan unsur ekonomi.)158

156 N. Rosyidah Rakhmawati, Hukum Ekonomi Internasional Dalam Era Global, Malang: Bayumedia Publishing, Malang, 2006, hlm. 11. 157 Lihat Gerhard Loibl, International Economic Law dalam Malcolm D. Evans, International Law ..., hlm. 689- 717.


(3)

Menurut J.H. Jackson, bidang hukum ekonomi internasional memiliki kaitan erat dengan hukum publik internasional. Adapun dimaksud dengan all legal subjects adalah semua subjek hukum (bidang hukum), sepanjang mengatur aspek-aspek ekonomi baik yang sifatnya nasional maupun internasional. Pengertian semua subjek hukum (all legal subjects) dimaknai sebagai aspek-aspek hukum internasional publik, hukum publik, dan hukum perdata yang acapkali berdampak secara potensial terhadap kondisi keamanan negara-negara. Selain itu, Hohenveldern mendefinisikan hukum ekonomi internasional sebagai segala aturan yang menyangkut hukum internasional publik yang secara langsung berkaitan dengan tukar menukar ekonomi diantara subjek- subjek hukum internasional.159

Menurut George Schwarzenberger, hukum ekonomi internasional didefinisikan sebagai berikut:

“the branch of international public law which is concerned whith the ownership and exploitation of national resources, production and distribution of good, invisible international transactions of an economic and financial character, currency and finance, related services and organization of the entities in such activities.” 160

Berdasarkan definisi tersebut, Schwarzenberger mengartikan hukum ekonomi internasional sebagai bagian dari hukum internasional publik. Hukum tersebut mengatur berbagai kegiatan ekonomi yang terkait dengan kepemilikan dan eksploitasi sumber daya nasional, produksi dan distribusi barang. Adapun pendapat lain, Sunaryati Hartono menyatakan hukum ekonomi internasional sebagai berikut:

159 Hohenveldern, General Course On Public International Law, dikutip N. Rosyidah Rakhmawati, Hukum Ekonomi Internasional

..., hlm. 12.


(4)

“Hukum Ekonomi Internasional terdiri dari kaidah-kaidah Hukum Internasional dan Hukum Nasional yang objeknya merupakan hubungan, transaksi, persoalan-persoalan ekonomi internasional. Dengan kata lain, HEI tidak harus obyeknya hukum internasional, tetapi juga obyeknya ekonomi internasional dan juga nasional.”161

Di satu pihak, pandangan Sunaryati Hartono ini dianggap lebih sesuai bagi Indonesia. Semakin banyak perjanjian-perjanjian internasional yang telah diratifikasi, ada kewajiban bagi Pemerintah Indonesia,untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban internasional, dan pelaksanaannya harus dituangkan lebih lanjut dalam berbagai peraturan sektoral melalui ketentuan-ketentuan Hukum Administrasi Negara, hukum dagang, hukum perusahaan, hukum perburuhan, dan hukum penanaman modal. Di lain pihak, pada kenyataannya hukum ekonomi sebagai suatu bidang hukum baru secara akademis menantang adanya metode pendekatan yang khas dan menuntut pengembangan komprehensif..

Secara rinci J. Jakson menguraikan HEI pada empat karakteristik, yang dapat menjanjikan subjeknya sebagai hukum ekonomi internasional. Keempat karakteristik tersebut adalah:

i. Hukum ekonomi internasional tidak bisa dipisahkan dari hukum internasional umum atau publik. Aktivitas dan kasus-kasus yang berhubungan dengan ekonomi internasional memiliki relevansi dengan prinsip-prinsip umum hukum internasional. Dalam hal hukum perjanjian, dan begitu juga sebaliknya hukum internasional umum memiliki relevansi yang luar biasa terhadap transaksi-transaksi dan hubungan ekonomi.

161 Sunaryati Hartono, Bahan Kuliah Hukum Ekonomi Internasional dikutip Narzif, Diklat Hukum Ekonomi Internasional,


(5)

ii. Hubungan antara hukum ekonomi internasional dan hukum lokal atau hukum nasional sangat terkait. Sebagai contoh, terutama dalam hal persoalan hubungan antara norma-norma dalam perjanjian internasional yang selalu mengikat negara-negara.

iii. Memiliki sifat yang menuntut akan multi disipliner atau keilmuan yang merupakan gabungan antara berbagai bidang studi, missal di samping ekonomi terdapat juga politik, hukum dan lain-lain. Hubungan antara disiplin hukum dan ilmu ekonomi yang semakin komplek meniscayakan adanya pendekatan terpadu.

iv. Memiliki karakteristik yang khas dari cabang hukum internasional lainnya yakni lebih menuntut studi yang lebih bersifat empiris. Penggunaan pendekatan kuantitatif dan statistik semakin diperlukan.162

HEI menurut American Law Institute (ALI) memberikan pengertian secara komprehensif. Pengertian yang diberikan adalah sebagai berikut:

The law of international economic relation in its broadest sense includes the international law and international agreements governing economic transaction that those involving the movements of goods, funds persons, intangibles, technologies, vessel or aircraft.163

Pengertian yang diberikan ALI dapat disimpulkan bahwa HEI memiliki pengertian luas, mencakup hukum ekonomi, hukum perjanjian internasional, terkait transaksi ekonomi yang di dalamnya menyangkut perputaran barang orang, pembiayaan, benda-benda material, teknologi,

162 J. Jackson, Internasional economic law, reflection on the “Boilerrom” of international Relations dalam C. ku dan P. diehl (ed),

International Law; Classic and Contemporary Readings, 1998, hlm. 509-511. Dikutip dalam Martin Dixon dan Robert McCorquodale, Cases and meterials ..., hlm. 493.


(6)

kapal niaga, dan pesawat terbang.164 Secara singkat, HEI merupakan suatu himpunan

baik berupa prinsip-prinsip, asas-asas maupun kaedah- kaedah yang mengatur dan mengarahkan hubungan dan aktifitas ekonomi internasional antara subjek-subjek hukum ekonomi internasional dengan berbagai bidang seperti: perdagangan, investasi, moneter, perpajakan, pengangkutan, asuransi, perburuhan, alih teknologi, dan hak kekayaan intelektual.

6.2. Prinsip-prinsip Tatanan Ekonomi Berkeadilan

Upaya yang dilakukan untuk kerjasama ekonomi internasional selalu didasarkan pada Perjanjian Internasional, terkait dengan perdagangan barang, jasa dan hak-hak kekayaan intelektual, serta model penyelesaiannya. Namun, penting juga untuk diperkenalkan tentang prinsip-prinsip universal yang wajib dijadikan acuan dalam praktek perekonomian internasional. Prinsip-prinsip universal tersebut yaitu MFN, NET, NOW, Diskrimination, Restriction, Tarrif Protection, Special Treat dan Free Trade Zone.

a) Prinsip Most-Favoured-Nation (MFN)165

Prinsip Most-Favoured-Nation, termuat dalam Pasal I GATT. Prinsip ini menyatakan bahwa suatu kebijakan perdagangan harus dilaksanakan atas dasar non-diskriminatif. Menurut prinsip ini, semua negara anggota terikat untuk memberikan negara-negara lainnya perlakuan yang sama dalam pelaksanaan kebijakan impor dan ekspor serta yang menyangkut biaya-biaya lainnya. Utamanya negara-negara memiliki hak untuk memperoleh keuntungan yang sama tanpa dibatasi oleh kondisi negara masing-masing.

164 Jerzy Makarczky, Principle of a new International Economic Order : a sudy of international in the making,

Dordrecht: Martinus Nijhoff Publisher, 1998.


(7)

Oleh karena itu suatu negara tidak boleh memberikan perlakuan istimewa kepada negara lainnya atau melakukan tindakan diskriminatif terhadapnya. Prinsip ini tampak dalam Pasal 4 perjanjian yang terkait dengan hak kekayaan intelektual (TRIPs) dan tercantum pula dalam Pasal

2 Perjanjian mengenai Jasa (GATS). Pendek kata, semua negara harus diperlakukan atas dasar yang sama dan semua negara menikmati keuntungan dari suatu kebijaksanaan perdagangan.

Namun demikian, dalam pelaksanaannya prinsip ini mendapat pengecualian – khususnya dalam menyangkut kepentingan negara yang sedang berkembang. Berdasarkan prinsip itu, suatu negara anggota pada pokoknya dapat menuntut untuk diperlakukan sama terhadap produk impor dan ekspornya di negara-negara anggota lain. Ada beberapa pengecualian yaitu sebagian negara ditetapkan dalam Pasal-Pasal GATT itu sendiri dan sebagian lagi ada yang ditetapkan dalam putusan-putusan dalam konferensi-konferensi GATT melaui suatu penanggalan (waiver) dan prinsip-prinsip GATT berdasarkan Pasal XXV.

b) Prinsip National Treatment.

Prinsip National Treatment terdapat dalam Pasal III GATT. Menurut prinsip ini, produk dari suatu negara yang diimpor ke dalam suatu negara harus diperlakukan sama seperti halnya produk dalam negeri. Prinsip ini sifatnya berlaku luas. Prinsip ini juga berlaku terhadap semua macam pajak dan pungutan-pungutan lainnya. Juga dilaksanakan Ia berlaku pula terhadap perundang-undangan, pengaturan dan persyaratan-persyaratan (hukum) yang mempengaruhi penjualan, pembelian, pengangkutan, distribusi atau penggunaan produk-produk di pasar dalam negeri. Prinsip ini juga memberikan perlindungan terhadap proteksionisme sebagai akibat upaya-upaya atau kebijakan administratif atau legislatif.166


(8)

Prinsip National Treatment dan prinsip MFN merupakan prinsip sentral dibandingkan dengan prinsip-prinsip lainnya dalam GATT. Kedua prinsip ini menjadi dasar pengaturan bidang-bidang perdagangan yang kelak lahir di dalam perjanjian putaran Uruguay. Kedua prinsip ini diberlakukan pula dalam General Agreement on Trade in Service (GATS). Dalam GATS, negara-negara anggota WTO diwajibkan untuk memberlakukan perlakuan yang sama terhadap jasa-jasa atau para pemberi jasa dari suatu negara dengan negara lainnya. Terkecuali, ada klausul yang disepakati seperti ketentuan barang-barang konsumsi, makanan dan minuman, termasuk kosmetik yang memerlukan label halal. Pemberlakuan baranag-barang halal tersebut hanya digunakan bagi negara-negara Muslim.

c) Prinsip Larangan atau Pembatasan (Restrictions) Kuantitatif

Ketentuan dasar GATT adalah larangan restriksi kuantitatif yang merupakan rintangan terbesar terhadap GATT. Restriksi kuantitatif terhadap ekspor atau impor dalam bentuk apapun (misalnya penetapan kuota impor atau ekspor, restriksi penggunaan lisensi impor atau ekspor, pengawasan pembayaran produk-produk impor atau ekspor, pada umumnya dilarang (Pasal 9). Praktik demikian mengganggu praktik perdagangan yang normal.

d) Prinsip Perlindungan melalui Tarif

Pada prinsipnya GATT hanya memperkenankan tindakan proteksi terhadap industri domestik melalui tarif (menaikkan tinggkat tarif Bea masuk) dan tidak melalui upaya-upaya perdagangan lainnya (non-tarif commercial measures). Perlindungan melalui tarif ini menunjukkan dengan jelas tingkat perlindungan yang diberikan dan masih memungkinkan adanya kompetisi yang sehat. Sebagai kebijakan untuk


(9)

15 8

mengatur masuknya barang ekspor dari luar negeri, pengenaan tarif ini masih dibolehkan oleh GATT. Negara-negara anggota GATT umumnya banyak menggunakan cara ini untuk melindungi industri dalam negerinya untuk menarik pemasukan bagi negara yang bersangkutan.

6.3. Perlakuan Khusus bagi Negara sedang berkembang

Sekitar 2/3 negara-negara anggota GATT/ WTO adalah negara- negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia yang masih berada dalam tahap awal pembangunan ekonominya. Untuk membantu perkembangan mereka, pada tahun 1965, suatu bagian baru yaitu part 4 yang memuat 3 Pasal (Pasal XXXVI-XXXVIII) tersebut dimaksudkan untuk mendorong negara-negara industri dalam membantu pertumbuhan ekonomi negara yang sedang berkembang. Bagian IV ini mengakui kebutuhan negara yang sedang berkembang untuk menikmati akses pasar yang lebih menguntungkan. Bagian ini juga melarang negara-negara maju untuk membuat rintangan-rintangan baru terhadap ekspor negara-negara-negara-negara berkembang.

Negara-negara industri juga mau menerima bahwa mereka tidak akan meminta balasan dalam perundingan mengenai penurunan atau penghilangan tarif dan rintangan-rintangan lain terhadap perdagangan negara-negara yang sedang berkembang. Sebagaimana halnya praktek dumping merupakan metode yang menguntungkan bagi negara-negara berkembang. Di satu pihak, negara-negara berkembang memiliki daya beli yang rendah, sehingga tidak memungkinkan membeli barang-barang impor yang nilainya sangat tinggi. Di pihak lain, negara-negara maju sepakat untuk menerima barang-barang ekspor dengan harga dan nilai tukar negara penerima. Model Dumping ini termasuk kesepakatan dalam ekonomi internasional yang mendorong terjadinya kerjasama ekonomi yang berkeadilan. Dengan kata lain, Dumping dan subsidi atau bantuan


(10)

15 9

termasuk suatu ancaman terbesar dalam perdagangan bebas

internasional.167

Dalam kaidah perjanjian internasional dengan tegas, bahwa daya ikatnya sangat tergantung pada jenis-jenis perjanjian. Misalnya, Pasal 2 Konvensi Wina 1969, mendefinisikan perjanjian (treaty) adalah suatu kesepakatan internasional dalam bentuk tertulis yang diadakan oleh negara-negara, diatur oleh hukum internasional, atau Komisi Hukum internasional atas obyek tertentu bersifat internasional. Pentingnya sumber-sumber HEI selain disebabkan oleh kompleksitas Perjanjian Internasional, juga HEI memiliki karakter yang khusus.

Adapun masalah-masalah dalam perjanjian ekonomi internasional yaitu:

a.Sulitnya koordinasi antara suatu perjanjian dengan perjanjian dengan perjanjian lainnya.

b.Perbedaan penafsiran, khususnya saat terjadi sengketa di antara para pihak terhadap perjanjian tersebut.

c.Masuknya suatu perjanjian ekonomi internasional ke dalam hukum nasional, pada prakteknya tidak ada keseragaman.168

Di pihak lain, pada dasarnya perjanjian ekonomi internasional memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Berpengaruh, tidak saja pada hubungan negara-negara tetapi juga sistem hukum dan politik negara-negara yang menjadi pihak atau peserta pada perjanjian tersebut.

2. Umumnya mengatur mengenai kewenangan negara peserta dalam mengatur kebijakan ekonomi dan kepentingan ekonomi, sehingga efektifitas dan kelanjutan dari perjanjian ini bergantung pada pesertanya.

167 Op.Cit, Martin Dixon dan Robert McCorquodale, Cases and meterials ..., hlm. 514. 168 Op.Cit, Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional ...,.


(11)

169 Lihat lebih jelas dalam situs www.imf.org 170 Lihat lebih jelas dalam situs www.imf.org

16 0 3. Untuk dapat berlaku suatu perjanjian haruslah ada harapan di dalam hukum nasional

dari negara pesertanya, sehingga efektifitas dari perjanjian ini bergantung pada efektifitas perjanjian tersebut.

6.4. Badan Hukum Ekonomi Internasional

HEI tidak sekedar membahas tentang aturan-aturan hukum melalui perjanjian internasional dan prinsip-prinsip, juga mengatur tentang fungsi dan kewenangan badan-badan ekonomi dunia. Badan-badan-badan ekonomi dunia yaitu, WTO, GATT, IMF, IBRD dan institusi terkait badan penyelesaian sengketa perdagangan. Dalam bagian ini, pembahasan dikemukakan untuk menjawab bagaimana peran badan-badan ekonomi internasional berfungsi dalam mempengaruhi sistem perekonomian dan kerjasama ekonomi negara-negara sebagai subyek hukum internasional.

a) The Internasional Monetary Fund ( IMF ) 169

IMF adalah salah satu badan khusus dalam sistem PBB yang bermarkas di Washington D.C. Amerika Serikat. Keanggotaannya telah mencapai 148 negara. IMF adalah lembaga sentral dari sistem moneter internasional yaitu sistem pembayaran dan nilai tukar internasional diantara mata-mata uang nasional yang memungkinkan dilaksanakannya kegiatan bisnis diantara negara-negara di dunia. 170

Tujuan – tujuan dan aktifitas – aktifitas IMF, Pasal 1 dari the articles of agreement yang merupakan dasar bagi berdirinya IMF

menyatakan tujuan – tujuannya sebagai berikut:

( i ) Untuk mempromosikan kerjasama moneter internasional melalui lembaga permanen yang menyediakan mekanisme untuk konsultan dan kolaborasi tentang masalah moneter

( ii ) Untuk memudahkan perluasan dan pertumbuhan yang seimbang dari perdagangan internasional, dan dengan demikian ikut mendukung pembinaan dan pemeliharaan


(12)

171 Lihat Pasal 1 dari the articles of agreement, Statuta Pendirian IMF. Lihat lebih jelas dalam situs www.imf.org 172 Sri Mulyani, tergolong kontributif ahli karena merupakan salah satu yang mewakili Indonesia di IMF.

161 tingkat kesempatan kerja maupun pendapat riil yang tinggi dan pengembangan sumber daya produktif semua anggota sebagai tujuan utama kebijakan ekonomi

( iii ) Untuk mempromosikan stabilitas nilai tukar, untuk memelihara pengaturan pertukaran yang tertib diantara anggota dan untuk menghindari depresiasi pertukaran yang kompetitif

( iv ) Untuk membantu pembentukan sistem pembayaran multilateral dalam kaitannya dengan transaksi – transaksi antar anggota dan penghapusan hambatan – hambatan yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dunia ( v ) Untuk memberikan kepercayaan diri pada anggotanya dengan sumber daya

umum IMF yang tersedia bagi mereka dengan tetap menjaga keamanan sumber daya secara memadai, sehingga mampu memberi kesempatan pada anggota untuk mengkoreksi ketidaksesuaian dalam neraca pembayaran mereka tanpa mengambil langkah-langkah yang dapat menghambat kemakmuran nasional maupun internasional.171

IMF memiliki organ – organ utama yang antara lain adalah the board of governors, the internasional Monetary and Financial Committee, the Executive Board, and the Managing Director. Semua negara mendapatkan tempat untuk perwakilannya dalam the board of Governors. Sedangkan the executive Board menjalankan tugas sehari-hari yang terdiri dari direktur-direktur eksekutif yang berjumlah 24 anggota. Keanggotaan dari lima anggota merupakan perwakilan dari negara-negara inggris, Prancis, Jepang, Jerman, dan AS. Tiga orang lainnya merupakan pilihan dari Rusia, Cina dan Arab Saudi.

Sedangkan anggota sisanya yang berjumlah 16 merupakan perwakilan dari negara-negara yang disebut dengan constituencies. The executive board memiliki tanggung jawab atas tindakan-tindakan yang dilakukan IMF.172 The Managing Director dipilih

dan menjalankan tugasnya di bawah pengarahan The Executive Board. Pengambilan keputusan dalam IMF didasar pada weighted voting yakni suara dari tiap


(13)

16 2

anggota didasarkan pada kuota. Dalam praktek pengambilan keputusan selalu didasarkan pada konsensus. Kuota yang ditentukan berdasar pada kekuatan ekonomi dari negara yang bersangkutan, dan yang menjadi pertimbangan diantaranya adalah GDP (Gross Development Product) oleh karena itu tidak heran apabila AS memiliki kuota terbesar dalam mengendalikan putusan IMF.

Salah satu fungsi utama yang dimiliki oleh IMF adalah memberikan pinjaman kepada negara-negara anggotanya. Pinjaman yang diberikan diantaranya adalah untuk membantu negara-negara anggotanya dalam hal memiliki masalah dalam neraca pembayarannya173.

Beberapa bentuk pinjaman yang disediakan oleh IMF adalah sebagai berikut : (1) Pinjaman Siaga atau Stand-By Arrangements yang ditujukan untuk mengatasi masalah neraca pembayaran jangka pendek; (2) Fasilitas Pendanaan yang Lebih Panjang untuk membantu mengatasi masalah ekonomi struktural yang menyebabkan kelemahan serius dalam neraca pembayarannya; (3) Fasilitas Pertumbuhan dan Pengurangan Kemiskinan, program ini memiliki bunga yang relatif rendah dan ditujukan khusus kepada negara anggota yang miskin; (4) Fasilitas cadangan tambahan yang ditujukan bagi negara-negara yang mengalami gangguan ekonomi yang dilibatkan oleh larinya modal keluar negeri; (5) Kredit Kontijen yang ditujukan bagi negara-negara yang mengalami imbas negatif dari kejadian buruk diluar negaranya, dan (6) Bantuan darurat yang ditujukan bagi negara yang mengalami bencana ekonomi yang diakibatkan bencana alam (natural disaster). Konvensi internasional UNDRO (United Nations Disaster Relief Organization), memiliki fungsi yang berkaitan dengan kewenangan IMF dalam memberikan bantuan keuangan.


(14)

16 3

Sumber Keuangan yang dimiliki IMF didapat melalui iuran dari para anggotanya, berdasar pada kuotanya masing-masing. Kuota negara- negara dimasukan untuk mencerminkan secara luas ukuran relatif anggota dalam perekonomian dunia174. Sebagai

contoh, Amerika Serikat sebagai negara yang memiliki kekuatan perekonomian terbesar didunia menyumbang sebesar 17,6 persen dari total kuota. Akan tetapi, sebagian negara-negara pulau sebagai negara-negara terkecil hanya dibebani sebesar 0,001 persen.

b) The World Bank Group

Bank Dunia atau IBRD (International Bank and Reconstruction Development) didirikan pada tahun 1944, bersama-sama dengan IMF, sebagai dua institusi keuangan internasional. Kedua badan ekonomi dunia tesebut digagas oleh seorang ekonom bernama Bretton Woods. Kesepakatan dan pengaturan ekonomi internasional sering kali disebut sebagai Bretton Woods System. Walau pengertian ini kurang tepat mengingat di samping kedua institusi ini terdapat juga institusi lain, peran institusi keuangan regional yang memiliki paran tak kalah pentingnya dalam pembentukan hukum keuangan internasional. Keanggotaan IBRD menuntut keanggotaan terhadap IMF, sehingga kedua organisasi ini memiliki anggota-anggota yang sama. Setelah Perang Dunia I aktivitasnya ekonomi internasional dikonsentrasikan pada rekonstruksi, dan setelah itu diarahkan pada pembiayaan-pembiayaan proyek di negara-negara berkembang.

Sehingga dana yang dimiliki Bank Dunia hampir mirip dengan yang dimiliki IMF. Para anggotanya membayar dana didasarkan pada kekuatan ekonomi dari negara yang bersangkutan. Sejak pendirian IBRD dan IMF


(15)

16 4

telah banyak institusi didirikan dengan mengatasnamakan Bank Dunia sebagai upaya menghadapi tantangan-tantangan baru. Institusi-institusi ditunjukan sebagai pelengkap tersebut adalah The International Finance Cooperation (IFC), International Development Association (IDA). The International Investment Disputes (ICSID), the Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA). Institusi-institusi di atas memiliki status hukum yang tersendiri meski dasar tujuan yang dimilikinya adalah kesamaan: misalnya adanya transfer sumber daya dan peningkatan investasi di negara-negara berkembang. Sehingga, menurut Loibl seluruh institusi secara bersama disebut sebagai Bank Dunia. Institusi-institusi dari The World Bank Group memiliki kesamaan struktur organisasi dan proses pengambilan keputusan.

Untuk selanjutnya, maksud Bank Dunia sepintas sebagai pendonor yang telah menentukan bantuan keuangannya untuk aktivitas yang khusus. Kegiatan tersebut dibantu atau dibiayai oleh donor, dan diadministrasikan oleh Bank. Contoh pembayaran untuk pemulihan hutan di Brazil sebagai negara berkembang yang banyak memiliki hutang. Bantuan tersebut dimaksudkan untuk mengurangi beban hutang.175

c) Perdagangan Internasional GATT – WTO

Mendirikan Organisasi Perdagangan Internasional merupakan prioritas sejak pendirian PBB. Argumentasi tidak lepas akan keyakinan terciptanya perdagangan yang terbuka, bebas, dan non-diskriminatif untuk memperkuat perdamaian. Sebuah Piagam dirancang di Havana, Kuba tapi dikarenakan tidak adanya persetujuan dari Kongres AS, maka piagam tersebut tidak dapat berlaku.176 Tentu saja gagalnya gagasan

175 Op,Cit, Gerhard Loibl, International Economic Law ..., hlm. 699. 176 Op,Cit, Gerhard Loibl, International Economic Law ..., hlm. 700.


(16)

16 5

tersebut tidak luput dari keberadaan AS yang tidak ikut ambil bagian. Keberadaan Kuba sebgai tangan kanan ideologi sosialis cukup beralasan.

Setelah Perang Dunia II, perdagangan internasional didasarkan pada the General Agreement on Tariff and Trade (GATT). Sebuah perjanjian multirateral yang dibentuk di bawah naungan ITO (International Trade Organization). Dengan maksud dan tujuan, agar negara-negara dalam aktifitas perdagangan, eksport-import, pajak, jasa dan barang di ikat dalam kesatuan Hukum Ekonomi Internasional. Jenis perdagangan dan niaga menjadi obyek utama lahirnya GATT. GATT mulai berlaku sejak pada tahun 1948 sampai 1995. Sejak pemberlakuan GATT terdapat enam putaran negosiasi, yaitu: Annecy pada tahun 1949, Torquay pada tahun 1951, Jenewa pada tahun 1956, Putaran Dillon pada tahun 1960-1962, Putaran Kennedy pada tahun 1964-1967, dan Putaran Tokyo pada tahun 1973-1979.

Dalam Putaran Uruguay yang berlangsung pada 1986-1994 mendorong dibentuknya WTO, yang mulai berlaku pada 1 Januari 1995 dan membentuk sebuah organisasi tunggal bagi perdagangan internasional sebagaimana yang dikehendaki oleh ITO. Disamping itu WTO merupakan awal musnahnya GATT.177

WTO didirikan berdasarkan pada Perjanjian Marakesh 1994 hal mana negara-negara dan separate customs territories-seperti Uni Eropa, Makao, dan Hongkong yang menjadi anggotanya pada saat ini telah mencapai 146 negara.178 WTO dibentuk dengan

mendasarkan pada empat pilar: GATT 1994, persetujuan hukum atas perdagangan dan jasa-jasa atau the General Agreement on Trade in Services (GATS), persetujuan hukum perdagangan yang berkaitan dengan aspek-aspek hak-hak

177 Op,Cit, Gerhard Loibl, International Economic Law ..., hlm. 700.

178 Pada tanggal 4 April 2003, daftar anggota dapat ditemukan dalam World Trade Organization, Understanding the WTO, 2003, hlm. 15.


(17)

16 6

kekayaan intelektual, the Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPS), dan penyelesaian sengketa dalam perdagangan internasional (the Dispute Settlement Understanding).

WTO memiliki tiga organ utama. Pertama, the Ministerial Conference merupakan badan yang aktifitasnya melakukan pertemuan setiap dua tahun sekali. Kedua, Dewan Umum (the General Council) yang terdiri dari semua perwakilan anggota dan berfungsi sebagai penyelesaian sengketa. Ketiga adalah Sekretariat yang dikepalai oleh Direktur Jenderal sebagai fasilitator terselenggaranya koordinasi dari badan WTO. Selain itu terdapat tiga dewan lain yang beroperasi di bawah the General Council adalah adalah sebuah Dewan untuk perdagangan barang, Dewan bagi penjualan jasa, dan Dewan bagi persoalan kekayaan intelektual. Badan penting lain adalah Komite-komite yang didirikan oleh the Ministerial Conferense seperti Komite Perdagangan dan Pembangunan atau Komite mengenai Perdagangan Lingkungan.

Pengambilan keputusan WTO diupayakan supaya berdasar pada konsensus. Sedang dalam hal tidak tercapai maka pengambilan keputusan dilakukan melalui suara mayoritas. Tiap anggota WTO memiliki hak bicara dan hak suara dalam memilih dan menentukan kebijakan organisasi. Hanya saja, untuk Uni Eropa bisa berbeda-beda dengan Majelis Anggota lainnya.

Negara anggota GATT adalah anggota WTO. Perlu dikemukakan disini bahwa istilah anggota pada GATT bukan member, tetapi contracting party (negara pihak). Hal ini merupakan konsekuensi dari status GATT yang sifatnya, dengan meninjau sejarah berdirinya organisasi. Karena itu pula negara-negara yang ikut serta dalam GATT tidak tepat untuk disebut sebagai anggota karena memang sebutan anggota (member) hanya untuk menunjuk pada istilah peserta/ pihak pada suatu organisasi internasional.


(18)

16 7

d) Dispute settlement understanding (DSU)

Tanpa adanya mekanisme penegakan hukum, maka suatu aturan akan berakhir tanpa manfaat WTO pun memiliki mekanisme bagi penyelesaian sengketa terkait dengan bidang cakupannya. Penyelesaian sengketa WTO sangat terpengaruh oleh mekanisme yang di miliki oleh GATT 1974 yang sangat menekankan peran ad hoc panels yang terdiri dari tiga atau lima orang.179

Akan tetapi penyelesaian sengketa yang berlaku saat ini memiliki perbedaan setelah di perkenalkan persetujuan peraturan Uruguay. Sengketa pada umumnya muncul sebagai akibat adanya pelanggaran oleh suatu negara atau beberapa terhadap kewajibannya di bawah aturan- aturan WTO. Oleh karena adanya pelanggaran tersebut maka negara lain yang dirugikan mengajukan persoalan ini untuk melakukan gugatan sebagai sengketa. Bagaimanapun, tidak menutup kemungkinan munculnya pihak ketiga.180

Penyelesaian sengketa dalam WTO dibedakan kepada the dispute settlement body yang terdiri dari semua anggota. Upaya pertama yang dilakukan oleh para negara yang bersengketa adalah dengan melakukan negosiasi. Dalam terjadinya kegagalan maka dapat meminta Sekjen untuk bertindak sebagai penengah (mediator), apabila masih juga gagal, maka negara yang serasa terugikan dapat meminta untuk dibentuknya sebuah panels.

Putusan pertama tidak selalu memuaskan. Rencana itu, penyelesaian lanjutan dimungkinkan. ‘Appeal’ atau banding hanya mempersoalkan interpretasi hukum, bukan untuk menguji kembali bukti yang ada. Setiap banding didengar oleh tiga orang anggota dari tujuh orang yang merupakan ahli hukum dan perdagangan internasional

179 Op.Cit, Gerhard Loibl, International Economic Law, dalam Malcom D Evans (ed.), International Law, New York; Oxford University

Press, 2003.


(19)

16 8

bersifat independen. Banding dapat menguatkan, merubah, atau menolak penemuan hukum yang telah dilakukan oleh penels sebelumnya.

Pada prinsipnya, sanksi-sanksi yang dijatuhkan harus dijatuhkan pada sektor yang sama dengan sengketa. Dalam hal tuntutan ini tidak akan efektif atau tidak bersifat praktis maka penjatuhan sanksi dapat dikenakan pada sektor yang berbeda, yang juga masih terdapat dalam perjanjian yang sama. Tujuan utama penjatuhan sanksi adalah untuk meminimalisir kemungkinan tindakan-tindakan melebar pada sektor- sektor lain.

e) Perjanjian Investasi Bilateral (Bilateral Investment Treaty)

Konsekuensi dari pembangunan negara-negara ketiga yang didukung oleh Bank Dunia dan IMF, maka dana juga akan mengalir dan ditanam di berbagai negara. Karena itu, menjadi sangat penting adanya BIT yang dapat mengikat kedua negara untuk menenamkan modalnya di berbagai negara. Misalnya, sejak tahun 1980an, Amerika Serikat mulai melakukan upaya untuk mewujudkan BIT. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menciptakan stabilitas atas investasi asing dalam sektor energi menuntut wilayah-wilayah bekas jajahan Uni Soviet membuat perjanjian pada tahun 1994, yaitu Perjanjian Piagam Energi (Energy Charter Treaty). Perjanjian bersifat multilateral ini dimaksudkan untuk menciptakan suatu investasi perdagangan, termasuk rezim transit untuk sektor energi. Hal ini juga terjadi antara Amerika Serikat dengan Kanada dan Meksiko, yaitu Kesepakatan Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA).

Adapun syarat-syarat investor asing yang dapat ditemui di negara- negara dan bagaimana mekanisme perlakuan investasi menurut BIT harus mematuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:

- Keterbukaan dari perlakuan yang pantas;


(20)

16 9

- Tidak ada diskriminasi;

- Perlakuan secara nasional; dan

- Perlakuan sederajat untuk memperoleh keuntungan.181

Namun, kelima unsur tersebut belum cukup memadai ketika negara-negara penerima belum memberi pokok jaminan optimal atas investor asing. Krisis politik dan ekonomi suatu negara acapkali mengganggu keamanan dan kenyamanan pihak-pihak. Karena itu, beberapa tahun belakangan ini syarat-syarat pendirian investasi asing perlu diperluas, baik sebelum maupun sesudah pendirian.

Perlindungan terhadap resiko politik, peraturan yang eksplisit disediakan jika kondisi yang tidak diharapkan terjadi, kompensasi harus ditunaikan, juga pengaturan dan ketentuan penyelesaian sengketa. BIT memang telah mengatur tentang mekanisme penyelesaian sengketa antar dua pihak atau lebih, antara negara tuan rumah dengan investor asing. Karena itu, forum penyelesaian sengketa bisa dipilih apakah menggunakan pengadilan di negara penerima, arbitrase ICSID atau UNCITRAL.

Selain BIT, juga ada yang disebut dengan Badan Penjamin Investasi Multilateral (The Multilateral Investment Guarantee Agency). Sejak tahun 1985, MIGA ini diperlukan kehadirannya dibawah payung Bank Dunia dan mulai diberlakukan sejak tahun 1988. Dalam Pasal 2, tujuan MIGA yaitu untuk mendorong mengalirnya modal asing untuk tujuan produktivitas antar negara-negara anggota dan secara khusus negara-negara anggota yang sedang berkembang, yang akan mendukung berbagai aktivitas dari IBRD dan IFC, MIGA dan juga badan-badan Bank Dunia.

Untuk itu, MIGA dalam Pasal 11 (a) menjamin negara-negara pemilik modal dari resiko politik sebagai berikut:


(21)

17 0

- Transfer mata uang (currency transfer), suatu pengecualian atas atribut kepada pemerintahan tuan rumah untuk membatasi transfer ke luar terhadap penggunaan mata uang manapun, atau mata uang lainnya diterima oleh pemegang jaminan termasuk kekeliruan dari negara untuk melakukan tindakan dalam periode tertentu yang rasional terhadap penggunaan oleh pemegang transfer.

- Pelanggaran perjanjian, suatu penolakan atas pelanggaran dilakukan oleh pemerintah dari suatu perjanjian dengan pemegang suatu jaminan.

- Perang dan gangguan sipil, suatu serangan aksi militer atau gangguan sipil di suatu negara penerima sebagai peserta konvensi.

Dari ketiga faktor tersebut, investor merasa terlindungi dan aman dari berbagai tindakan yang dapat merugikan negara-negara penanam modal. Tentu saja, sekalipun terdapat persengketaan, maka mekanisme penyelesaian sengketa penanaman modal juga telah tersedia sesuai dengan mekanisme internasional.


(1)

tersebut tidak luput dari keberadaan AS yang tidak ikut ambil bagian. Keberadaan Kuba sebgai tangan kanan ideologi sosialis cukup beralasan.

Setelah Perang Dunia II, perdagangan internasional didasarkan pada the General Agreement on Tariff and Trade (GATT). Sebuah perjanjian multirateral yang dibentuk di bawah naungan ITO (International Trade Organization). Dengan maksud dan tujuan, agar negara-negara dalam aktifitas perdagangan, eksport-import, pajak, jasa dan barang di ikat dalam kesatuan Hukum Ekonomi Internasional. Jenis perdagangan dan niaga menjadi obyek utama lahirnya GATT. GATT mulai berlaku sejak pada tahun 1948 sampai 1995. Sejak pemberlakuan GATT terdapat enam putaran negosiasi, yaitu: Annecy pada tahun 1949, Torquay pada tahun 1951, Jenewa pada tahun 1956, Putaran Dillon pada tahun 1960-1962, Putaran Kennedy pada tahun 1964-1967, dan Putaran Tokyo pada tahun 1973-1979.

Dalam Putaran Uruguay yang berlangsung pada 1986-1994 mendorong dibentuknya WTO, yang mulai berlaku pada 1 Januari 1995 dan membentuk sebuah organisasi tunggal bagi perdagangan internasional sebagaimana yang dikehendaki oleh ITO. Disamping itu WTO merupakan awal musnahnya GATT.177

WTO didirikan berdasarkan pada Perjanjian Marakesh 1994 hal mana negara-negara

dan separate customs territories-seperti Uni Eropa, Makao, dan Hongkong yang menjadi

anggotanya pada saat ini telah mencapai 146 negara.178 WTO dibentuk dengan

mendasarkan pada empat pilar: GATT 1994, persetujuan hukum atas perdagangan dan jasa-jasa atau the General Agreement on Trade in Services (GATS), persetujuan hukum perdagangan yang berkaitan dengan aspek-aspek hak-hak

177 Op,Cit, Gerhard Loibl, International Economic Law ..., hlm. 700.

178 Pada tanggal 4 April 2003, daftar anggota dapat ditemukan dalam World Trade Organization, Understanding the WTO, 2003, hlm. 15.


(2)

kekayaan intelektual, the Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPS), dan penyelesaian sengketa dalam perdagangan internasional (the Dispute Settlement Understanding).

WTO memiliki tiga organ utama. Pertama, the Ministerial Conference merupakan badan yang aktifitasnya melakukan pertemuan setiap dua tahun sekali. Kedua, Dewan Umum (the General Council) yang terdiri dari semua perwakilan anggota dan berfungsi sebagai penyelesaian sengketa. Ketiga adalah Sekretariat yang dikepalai oleh Direktur Jenderal sebagai fasilitator terselenggaranya koordinasi dari badan WTO. Selain itu terdapat tiga dewan lain yang beroperasi di bawah the General Council adalah adalah sebuah Dewan untuk perdagangan barang, Dewan bagi penjualan jasa, dan Dewan bagi persoalan kekayaan intelektual. Badan penting lain adalah Komite-komite yang didirikan oleh the Ministerial Conferense seperti Komite Perdagangan dan Pembangunan atau Komite mengenai Perdagangan Lingkungan.

Pengambilan keputusan WTO diupayakan supaya berdasar pada konsensus. Sedang dalam hal tidak tercapai maka pengambilan keputusan dilakukan melalui suara mayoritas. Tiap anggota WTO memiliki hak bicara dan hak suara dalam memilih dan menentukan kebijakan organisasi. Hanya saja, untuk Uni Eropa bisa berbeda-beda dengan Majelis Anggota lainnya.

Negara anggota GATT adalah anggota WTO. Perlu dikemukakan disini bahwa istilah anggota pada GATT bukan member, tetapi contracting party (negara pihak). Hal ini merupakan konsekuensi dari status GATT yang sifatnya, dengan meninjau sejarah berdirinya organisasi. Karena itu pula negara-negara yang ikut serta dalam GATT tidak tepat untuk disebut sebagai anggota karena memang sebutan anggota (member) hanya untuk menunjuk pada istilah peserta/ pihak pada suatu organisasi internasional.


(3)

d) Dispute settlement understanding (DSU)

Tanpa adanya mekanisme penegakan hukum, maka suatu aturan akan berakhir tanpa manfaat WTO pun memiliki mekanisme bagi penyelesaian sengketa terkait dengan bidang cakupannya. Penyelesaian sengketa WTO sangat terpengaruh oleh mekanisme yang di miliki oleh GATT 1974 yang sangat menekankan peran ad hoc panels yang terdiri dari tiga atau lima orang.179

Akan tetapi penyelesaian sengketa yang berlaku saat ini memiliki perbedaan setelah di perkenalkan persetujuan peraturan Uruguay. Sengketa pada umumnya muncul sebagai akibat adanya pelanggaran oleh suatu negara atau beberapa terhadap kewajibannya di bawah aturan- aturan WTO. Oleh karena adanya pelanggaran tersebut maka negara lain yang dirugikan mengajukan persoalan ini untuk melakukan gugatan sebagai sengketa. Bagaimanapun, tidak menutup kemungkinan munculnya pihak ketiga.180

Penyelesaian sengketa dalam WTO dibedakan kepada the dispute settlement body

yang terdiri dari semua anggota. Upaya pertama yang dilakukan oleh para negara yang bersengketa adalah dengan melakukan negosiasi. Dalam terjadinya kegagalan maka dapat meminta Sekjen untuk bertindak sebagai penengah (mediator), apabila masih juga gagal, maka negara yang serasa terugikan dapat meminta untuk dibentuknya sebuah panels.

Putusan pertama tidak selalu memuaskan. Rencana itu, penyelesaian lanjutan dimungkinkan. ‘Appeal’ atau banding hanya mempersoalkan interpretasi hukum, bukan untuk menguji kembali bukti yang ada. Setiap banding didengar oleh tiga orang anggota dari tujuh orang yang merupakan ahli hukum dan perdagangan internasional

179 Op.Cit, Gerhard Loibl, International Economic Law, dalam Malcom D Evans (ed.), International Law, New York; Oxford University


(4)

bersifat independen. Banding dapat menguatkan, merubah, atau menolak penemuan hukum yang telah dilakukan oleh penels sebelumnya.

Pada prinsipnya, sanksi-sanksi yang dijatuhkan harus dijatuhkan pada sektor yang sama dengan sengketa. Dalam hal tuntutan ini tidak akan efektif atau tidak bersifat praktis maka penjatuhan sanksi dapat dikenakan pada sektor yang berbeda, yang juga masih terdapat dalam perjanjian yang sama. Tujuan utama penjatuhan sanksi adalah untuk meminimalisir kemungkinan tindakan-tindakan melebar pada sektor- sektor lain.

e) Perjanjian Investasi Bilateral (Bilateral Investment Treaty)

Konsekuensi dari pembangunan negara-negara ketiga yang didukung oleh Bank Dunia dan IMF, maka dana juga akan mengalir dan ditanam di berbagai negara. Karena itu, menjadi sangat penting adanya BIT yang dapat mengikat kedua negara untuk menenamkan modalnya di berbagai negara. Misalnya, sejak tahun 1980an, Amerika Serikat mulai melakukan upaya untuk mewujudkan BIT. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menciptakan stabilitas atas investasi asing dalam sektor energi menuntut wilayah-wilayah bekas jajahan Uni Soviet membuat perjanjian pada tahun 1994, yaitu Perjanjian Piagam Energi (Energy Charter Treaty). Perjanjian bersifat multilateral ini dimaksudkan untuk menciptakan suatu investasi perdagangan, termasuk rezim transit untuk sektor energi. Hal ini juga terjadi antara Amerika Serikat dengan Kanada dan Meksiko, yaitu Kesepakatan Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA).

Adapun syarat-syarat investor asing yang dapat ditemui di negara- negara dan bagaimana mekanisme perlakuan investasi menurut BIT harus mematuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:


(5)

- Tidak ada diskriminasi;

- Perlakuan secara nasional; dan

- Perlakuan sederajat untuk memperoleh keuntungan.181

Namun, kelima unsur tersebut belum cukup memadai ketika negara-negara penerima belum memberi pokok jaminan optimal atas investor asing. Krisis politik dan ekonomi suatu negara acapkali mengganggu keamanan dan kenyamanan pihak-pihak. Karena itu, beberapa tahun belakangan ini syarat-syarat pendirian investasi asing perlu diperluas, baik sebelum maupun sesudah pendirian.

Perlindungan terhadap resiko politik, peraturan yang eksplisit disediakan jika kondisi yang tidak diharapkan terjadi, kompensasi harus ditunaikan, juga pengaturan dan ketentuan penyelesaian sengketa. BIT memang telah mengatur tentang mekanisme penyelesaian sengketa antar dua pihak atau lebih, antara negara tuan rumah dengan investor asing. Karena itu, forum penyelesaian sengketa bisa dipilih apakah menggunakan pengadilan di negara penerima, arbitrase ICSID atau UNCITRAL.

Selain BIT, juga ada yang disebut dengan Badan Penjamin Investasi Multilateral (The

Multilateral Investment Guarantee Agency). Sejak tahun 1985, MIGA ini diperlukan

kehadirannya dibawah payung Bank Dunia dan mulai diberlakukan sejak tahun 1988. Dalam Pasal 2, tujuan MIGA yaitu untuk mendorong mengalirnya modal asing untuk tujuan produktivitas antar negara-negara anggota dan secara khusus negara-negara anggota yang sedang berkembang, yang akan mendukung berbagai aktivitas dari IBRD dan IFC, MIGA dan juga badan-badan Bank Dunia.

Untuk itu, MIGA dalam Pasal 11 (a) menjamin negara-negara pemilik modal dari resiko politik sebagai berikut:


(6)

- Transfer mata uang (currency transfer), suatu pengecualian atas atribut kepada pemerintahan tuan rumah untuk membatasi transfer ke luar terhadap penggunaan mata uang manapun, atau mata uang lainnya diterima oleh pemegang jaminan termasuk kekeliruan dari negara untuk melakukan tindakan dalam periode tertentu yang rasional terhadap penggunaan oleh pemegang transfer.

- Pelanggaran perjanjian, suatu penolakan atas pelanggaran dilakukan oleh pemerintah dari suatu perjanjian dengan pemegang suatu jaminan.

- Perang dan gangguan sipil, suatu serangan aksi militer atau gangguan sipil di suatu negara penerima sebagai peserta konvensi.

Dari ketiga faktor tersebut, investor merasa terlindungi dan aman dari berbagai tindakan yang dapat merugikan negara-negara penanam modal. Tentu saja, sekalipun terdapat persengketaan, maka mekanisme penyelesaian sengketa penanaman modal juga telah tersedia sesuai dengan mekanisme internasional.